II Kota Kediri
PEDOMAN
PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT KUSTA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan Pedoman Program Pengendalian
Penyakit Kusta dapat diselesaikan dengan baik.
Upaya pengendalian penyakit kusta perlu terus ditingkatkan untuk mencapai
tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat
memutuskan rantai penularan penyakit kusta. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi, upaya pengendalian penyakit kusta dapat semakin efektif dan efisien
dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan
keluarga serta masyarakat lainnya.
Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta ini merupakan acuan bagi
petugas kesehatan di UPTD Puskesmas Bumi Emas dalam melaksanakan
pengendalian penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas.
Kami menyadari bahwa pedoman pelayanan Unit Pengobatan Umum ini
belum sempurna dan masih banyak kekurangan, untuk itu masukan dan saran
sangat kami harapkan untuk kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Harapan kami semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi para petugas
kesehatan dalam melaksanakan pelayanan pengendalian penyakit kusta di UPTD
Puskesmas Bumi Emas.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian internal dan terpenting dari
pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan
mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional di selenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu.
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta
mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia, khususnya di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas yang merupakan garda terdepan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya
di wilayah kerjanya.
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan . UKM mencakup upaya
promosi kesehatan perorangan, mencegah penyakit, pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan. Dalam UKM juga dilengkapi dengan upaya kesehatan yang
menunjang. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan primer perlu disusun Pedoman Pengendalian Penyakit
Kusta di UPTD Puskesmas Bumi Emas.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman program pengendalian penyakit kusta ini disusun dengan maksud
digunakan sebagai acuan bagi pengelola program pengendalian penyakit kusta di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Bumi Emas, sehingga dapat meningkatkan
cakupan pengendalian penyakit kusta secara optimal serta dapat meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan penyakit kusta di UPTD Puskesmas Bumi Emas
secara efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan angka kesakitan,,
kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan penemuan
dini dan diberikan pengobatan Penyakit Kusta (MDT).
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman program pengendalian penyakit kusta adalah lintas sektor
dan lintas program yang ada di UPTD Puskesmas Bumi Emas sesuai dengan
kewenangannya.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta yang
dimaksud meliputi pelayanan pengendalian penyakit kusta yaitu :
1. Penemuan penderita secara aktip dan pasif.
2. Pengawasan pengobatan,POD dan perawatan diri.
3. Melacak kasus mangkir.
4. Supervisi dan bimbingan tehnis.
5. Pertemuan tehnis progam kusta.
6. Pembinaan mantan dan penderita kusta.
7. Pengelolaan obat dan logistik.
8. Pencatatan dan pelaporan.
E. Definisi Operasional
1. Definisi Kusta
Kusta adalah penyakit menular, menahun disebabkan oleh Mycobacterium
Kustae yang bersifat intraseluler obligat. Penularan kemungkinan terjadi
melalui saluran pernapasan atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan
terus menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun dapat juga
bertahun-tahun.
2. Anamnesa
Hasil Anamnesis (Subjective) : Keluhan Bercak kulit berwarna merah atau
putih berbentuk plakat, terutama di wajah dan telinga. Bercak kurang/mati
rasa, tidak gatal. Lepuh pada kulit tidak dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak
sembuh dengan pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf
tepi. Faktor Risiko :
a. Sosial ekonomi rendah.
b. Kontak lama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang didiagnosis
dengan kusta.
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemik kusta
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective).
Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
a. Tanda-tanda pada kulit
Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk plakat dengan
kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak berkeringat dan berambut.
Terdapat baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan suhu, vitiligo. Pada
kulit dapat pula ditemukan nodul.
b. Tanda-tanda pada saraf
Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan pada saraf,
kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak, kelemahan
anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, ulkus yang sulit
sembuh.Ekstremitas dapat terjadi mutilasi.
3. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-tanda
utama atau cardinal (cardinal signs), yaitu:
Tanda utama Kusta tipe PB dan PB MB
MB Bercak Kusta Jumlah 1-5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi
Hanya 1 Lebih dari 1
(mati rasa dan atau kelemahan otot, di daerah
yang dipersarafi saraf yang bersangkutan) saraf saraf
Kerokan jaringan kulit BTA negatif BTA positif
1. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa
3. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit skin smear)
a. Bercak eritema
1. Psoriasis
2. Tinea circinata
3. Dermatitis seboroik
b. Bercak putih
1. Vitiligo
2. Pitiriasis versikolor
3. Pitiriasis alba
c. Nodul
1. Neurofibromatosis
2. Sarkoma Kaposi
3. Veruka vulgaris
9
dapson/DDS 100 mg.
2) Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet lampren
50 mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1
bulan.
3) Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister).
4) Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg, lampren 150 mg
dan DDS 50 mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian
untuk lampren 50 mg diselang 1 hari.
i. Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan berat
badan:
1) Rifampisin: 10-15 mg/kgBB
2) Dapson: 1-2 mg/kgBB
3) Lampren: 1 mg/kgBB
4) Obat penunjang (vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin B1,
B6, dan B12.
5) Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila
pasien juga mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan
dengan tuberkulosis.
6) Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren,
untuk MB dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi
DDS).
5. Pencatatan dan Pelaporan
a. Petugas mengisi Kartu Penderita ( lampiran 1 )
b. Petugas mengisi register/ monitoring penderita PB/ MB (lampiran 2)
c. Petugas mengisi formulir pencatatan pencegahan cacat (lampiran 3)
d. Petugas mengisi formulir evaluasi pengobatan reaksi ( lampiran 4 ) jika
ada penderita reaksi
e. Petugas membuat surat/ bon untuk meminta obat/ MDT ke DKK
f. Petugas membuat laporan kusta setiap bulan ke DKK
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan tenaga Kusta di poli unit pelayanan di
kooordinir oleh penanggung jawab UKM sesuai dengan kesepakatan. Tenaga
pengelola program pengendalian penyakit kusta terdiri dari 1 orang Perawat
sebagai penanggung jawab program imunisasi dan sebagai penangung jawab
logistic Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Bumi Emas.
Sedangkan tenaga pelaksana pelayanan imunisasi di sebagai berikut :
1. Dokter umum : 2 orang (1 Kepala Puskesmas)
2. Perawat : 7 orang
3. Bidan : 15 orang
BAB III
STANDAR FASILITAS
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. LingkupKegiatan
Lingkup kegiatan program pengendalian penyakit kusta meliputi pelayanan
penemuan kasus dini, pemeriksaan POD, pengobatan MDT.
B. Metode
Peningkatan mutu dari program pengendalian penyakit kusta dapat dilakukan
dengan cara melihat status Desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Bumi Emas serta dengan melihat cakupan dari kegiatan pengendalian penyakit
kusta yang dilaksanakan. Dengan diketahuinya maka wilayah kerja tersebut
dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya.
C. Langkah Kegiatan
Kegiatan disesuaikan dengan matriks UPTD Puskesmas Bumi Emas
mengenai rehabilitasi berbasis masyarakat dimana kegiatan merupakan
kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
1. Kesehatan Rehabilitasi Medis
a. Memperbaiki sistem rujukan dan mengembangkan jejaring dengan
layanan rehabilitasi medis.
b. Meningkatkan kemampuan petugas.
c. Memfasilitasi akses kepada penyediaan alat bantu (alat bantu kaki)
d. Membentuk dan memfasilitasi kelompok perawatan diri (KPD)
2. Pendidikan
a. Melakukan sosialiasi di sekolah tentang kusta dan kecacatannya.
b. Melakukan penyuluhan tentang hak anak untuk mendapatkan pendidikan
dan perlakuan yang sama disekolah.
3. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan
a. Membentuk kelompok mandiri (self help group)
b. Memfasilitasi klien untuk konseling dan mendapatkan bantuan dari
program pemberdayaan sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
BAB V
LOGISTIK