Anda di halaman 1dari 1

Kebebasan berekspresi

KEBEBASAN berekspresi adalah “hak untuk mengekspresikan ide-ide dan opini secara
bebas melalui ucapan, tulisan maupun komunikasi bentuk lain, tetapi semua dilakukan dengan
tidak melanggar hak orang lain, misalnya menyampaikan pendapat baik secara lisan maupun
tulisan, jurnalisme warga, memakai meme, tagar dan infografis, kebebasan pers, menulis status
facebook, twitter, instagram dan WhatsApp”,
Bagaimana melakukannya (1) sampaikan pendapat, ide, opini, perasaan tanpa merasa takut
termasuk kritik kepada penerintah. Kritik memiliki fungsi yang sangat penting bagi kemajuan
suatu peradaban. Lao Tsu seorang filosof China mengatakan, “Apabila kesalahan tidak dikritik,
maka kesalahan tersebut akan menjadi kebenaran”. Pakar pendidikan sependapat bahwa “Tiada
pendidikan tanpa kritik”. (2) jika belum merasa pasti, hindari menyebut nama orang, institusi,
atau lembaga yang bersangkutan; (3) jika perlu sertakan data berupa dokumen atau fhoto untuk
mendukung pendapat, ide atau opini; (4) ingat, pendapat Anda di internet dapat diakses banyak
orang, maka Anda harus siap dengan konsekwensinya; dan (5) berekspresi bukan berarti bebas
menyebarkan informasi palsu, fitnah atau kebencian, menyinggung suku, agama, ras dan
golongan.
Kebebasaan berekspresi adalah penting, setiap manusia memiliki hak untuk
mengungkapkan pendapat, ide, opini dan perasaannya agar didengar oleh pihak lain dalam usaha
memenuhi keinginannya yang hakiki, Kebebasan berekspresi merupakan bagian dari Hak Asasi
Manusia (HAM). Namun ada baiknya jika kebebasan berekspresi ini tidak melanggar hal pihak-
pihak lain, khususnya kepentingan publik. Kebebasan berekspresi tumbuh dan berkembang
dalam atmosfir yang memerdekakan atau membebaskan. Menjelaskan bahwa kebebasan
berekspresi adalah Hak Asasi Manusia (HAM) yang sangat diperlukan dalam proses membangun
sebuah peradaban yang beradab dan bermartabat. Namun sayangnya kecerdasan
mengekspresikan pendapat, ide, opini, perasaan, sikap kritik masyarakat masih sangat lemah,
indikasinya antara lain: sekalipun berekspresi mendapat kebebasan dan dijamin undang-undang,
namun masyarakat masih banyak takut melakukannya, masih sering ditemui kebebasan
berekspresi tanpa bukti, lebih berorientasi memuaskan hawa nafsu atau subjektif bukan untuk
menegakkan kebenaran.
Kondisi kurang cerdas masyarakat dalam kebebasan berekspresi tersebut disebabkan oleh
banyak faktor, antara lain proses pendidikan yang tidak memerdekakan, masih lemahnya hukum
dalam mensikapi sikap kritis masyarakat dan sikap skeptif masyarakat terhadap kebebasan
berekspresi juga menyebabkan kebebesan berekspresi ini menjadi sangat lemah. Contoh kasus,
kebebasan berekspresi berupa kritik yang dilakukan secara individu, baik melalui tulisan atau
bentuk lain jarang mendapat respons dari pihak yang dikritik, sangat berbeda jika kebebasan
ekspresi berupa kritik dilakukan secara kolektif dalam bentuk penggalangan massa (demonstrasi)
yang sering diikuti penumpang gelap, justru dengan cepat mendapat respons.

Anda mungkin juga menyukai