Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“ORANG DALAM” DILEMATIS BAGI SEORANG


PEMIMPIN

Dosen Pengampu :
M.SALAHUDDIN. S,Ag.M,si

Disusun oleh :
Ananda fitri
Muhammad lutfi ramdani
Niken alifia rusfa tonaya
Nabila Arlia putri

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SAMAWA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Organisasi
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sumbawa, 27 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… ……………………..
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.……………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. …………………....1
C. Tujuan.……………………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Orang
dalam..................................................................................................................2
B. Apakah memiliki orang dalam itu salah ?................................................................... 3
C. Apa saja dampak yang Akan timbul?.....................................................4
D. Siapakahyang bertanggung jawab difenomena orang dalam ini?.....................................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....…………………………………………………………………………….6
B.
Saran.....................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cerita tentang peran “orang dalam” untuk memudahkan urusan, memang


bukan kisah baru. Fenomena ini sudah menjamur dan seolah dianggap seperti
sebuah hal yang lumrah. Dalam hal pekerjaan misalnya. Untuk bisa diterima
kerja dan mendapat posisi tertentu, saat ini tumpukan titel dan bagus atau
tetany nilai tes ujian tidak lagi menjadi faktor penentu kelulusan. Malah peran
“orang dalam” kini dipercaya lebih punya pengaruh.

“orang dalam”dilematis bagi seorang pemimpin.sesuai dengan judul makalah ini,seorang pemimpin
Akan mengalami dilematis dalam merekrut karyawannya yang notabene masih Ada hubungan. Baik
itu saudara,keluarga maupun teman sendiri.

Dilematis yang dimaksud adalah kebimbangan antara ketidaenakan Dan kepercayaan.di satu sisi
seorang pemimpin Akan mempekerjakan seseorang yang kompetensi kerjanya tidak sesuai dengan
bidang kerja yang Akan di pegang.tetapi karena masih Ada hubungan keluarga/teman,seorang
pemimpin akan mempekerjakan orang tersebut Guna membantu perekonomiannya.dan disisi yang
lain,seorang pemimpin juga dilema dengan “kepercayaan”baik itu karyawannya sendiri Dan
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan kesetaraan gender ?
B. Bagaimanakah Biaya Terhadap Produktifitas dan Pertumbuhan ?
C. Bagaimana Peran Pemerintah Dalam Memajukan Kesetaraan Gender?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu orang dalam


2. Mengetahui apakah memiliki orang dalam itu salah
3. Mengetahui dampak yang Akan timbul

4.mengetahui siapa yang bertanggung jawab di fenomena orang dalam ini


BAB II
PEMBAHASAN

A. ORANG DALAM

Istilah “orang dalam” sudah sangat akrab di telinga masyarakat. Yang dipahami
publik, “orang dalam” adalah istilah yang digunakan kepada orang yang menjadi
perantara dan dianggap bisa “memudahkan” urusan. Orang-orang tersebut bisa
dari kerabat keluarga, tetangga, atau pun relasi yang dikenal dekat, dan
“dipercaya” bisa dan mempunyai kapasitas untuk memudahkan suatu urusan.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), arti “orang dalam”adalah orang
yang Ada didalam satu lingkungan (pekerjaan, golongan Dan sebagainya).

Cerita tentang peran “orang dalam” untuk memudahkan urusan, memang


bukan kisah baru. Fenomena ini sudah menjamur dan seolah dianggap seperti
sebuah hal yang lumrah. Dalam hal pekerjaan misalnya. Untuk bisa diterima
kerja dan mendapat posisi tertentu, saat ini tumpukan titel dan bagus atau
tetany nilai tes ujian tidak lagi menjadi faktor penentu kelulusan. Malah peran
“orang dalam” kini dipercaya lebih punya pengaruh.

Penggunaan "Orang dalam" di Indonesia umumnya terjadi pada penentuan lulus


atau tidaknya ketika melamar pekerjaan. Selama ini, banyak orang berpendapat
memiliki "orang dalam" menguntungkan meskipun hal tersebut bukanlah sesuatu
yang patut dilakukan.
B. Apakah memiliki orang dalam itu salah?
Pada dasarnya,ini tidak sepenuhnya salah,karena ini salah satu usaha seseorang
untuk mendapatkan pekerjaan dengan memperluas relasi/jaringan.

tetapi Akan sangat salah apabila seseorang memanfaatkan relasi/jaringannya tersebut


untuk memudahkan segala urusan.karena hal semacam ini melanggar peraturan Dan
Sistem yang telah ditetapkan.hal ini meruntuhkan menajemen yang transparan Dan
adil,khususnya di instansi pemerintah.

C. Apa saja dampak yang Akan timbul?

1.Adanya kecemburuan sosial

Adanya campur tangan orang dalam sering kali identik dengan nepotisme yang melanggar aturan
Dan sistem.akibatnya Akan menyebabkan lingkungan toxic yang berisi cibiran serta pandangan
negatif terhadap seseorang yang memanfaatkan orang dalam,baik itu di lingkungan kerja maupun
orang-orang terdekat.

2.Pembengkakan karyawan

Jika penerimaan karyawan didasari oleh permintaan orang dalam,bukan berdasarkan kebutuhan
dilapangan,tentu saja Akan menyebabkan terjadinya pembengkakan karyawan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan Dan perencanaan.

3.Penerimaan karyawan yang dipaksakan

Penerimaan karyawan berdasarkan tuntutan orang dalam sering kali berimbas pada penerimaan
yang “dipaksakan”dalam arti penerimaan karyawan bukan karena kesesuaian kompetensi yang
dibutuhkan.akibatnya,seseorang kurang mampu menunjukan kapabilitas Dan kinerja yang maksimal.
Dan berdampak pada kurangnya produktivitas pada bagian terkait.

D. Siapakah yang bertanggung jawab di fenomena orang dalam ini?

Ditanya soal siapa yang bertanggung jawab,tentu saja seorang pemimpin lah yang bertanggung
jawab atas semua yang terjadi di sebuah perusahaan atau instansi pemerintah.baik itu dalam hal
perekrutan karyawan maupun menyelesaikan sebuah urusan administratif.menajemen sering kali
meruntuhkan peraturan Dan sistem yang telah ditetapkan Dan meruntuhkan trust masyarakat
terhadap transparansi Dan keadilan dalam menyelesaikan urusan administratif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melalui sub bab materi yang telah dibahas ada beberapa hal yang tersampaikan
bahwa:
1.orang dalam merupakan istilah yang digunakan kepada orang yang menjadi perantara Dan
dianggap bisa”memudahkan”urusan.
2.memiliki orang dalam itu tidak sepenuhnya salah,apabila seseorang memanfaatkan
relasi/jaringan yang dimiliki tentu didukung dengan kompetensi Dan skill yang dimiliki.tetapi
Akan sangat salah apabila seseorang memanfaatkan orang dalam untuk memudahkan segala
urusan,khususnya di urusan administratif
3.dampak buruk yang akan timbul jika memanfaatkan orang dalam diantaranya adanya
kecemburuan sosial,pembengkakan karyawan didunia kerja,Dan penerimaan yang
dipaksakan.
4.yang bertanggung jawab atas fenomena orang dalam ini tentu saia seorang
pemimpin.pemimpin lah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi di sebuah
perusahaan atau instansi pemerintah.baik itu dalam hal perekrutan karyawan didunia kerja
maupun menyelesaikan urusan administratif di instansi penerintah.

B. Saran

Cara untuk mencegah fenomena”orang dalam”ini diantaranya


1.buat kesepakatan dengan menajemen
Agar memiliki “polar asuh”yang transparan, Ada baiknya untuk mwmbuat kesepatan dengan
pihak menajemen terkait hal-hal yang mungkin dapat melanggar standar seleksi karyawan.
Misalnya menerbitkan aturan-aturan mengenai sanksi jika terdapat orang dalam yang
berusaha untuk melakukan nepotisme
2.komunikasikan hasil seleksi secara objektif berdasarkan data,
Dalam dunia kerja,jika seseorang yang direkomendasikan tidak sesuai dengan standar seleksi
yang telah ditentukan,argumentasikan dengan alasannya secara objektif berdasarkan data.
Agar menghindari rekayasa hasil seleksi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai