Anda di halaman 1dari 4

Nama : Wahyu ismayanti

Nim : 2019012215
Kelas : psik 3b
Matkul : HIV AIDS

SOAL

1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang penularan virus HIV secara transeksual?
2. Seorang wanita berusia 38 tahun datang ke rumah sakit di poliklinik penyakit dalam. Hasil
pemeriksaan saat pengkajian didapatkan bahwa pasien tersebut dengan riwayat batuk lama,
demam, nyeri telan, dan penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir ini, disertai
dengan diare kronis. Hasil anamnesa didapatkan bahwa pasien tersebut mempunyai suami yang
menderita HIV. Apa tindakan saudara sebagai perawat dalam menyikapi kasus tersebut?
3. Virus penyebab AIDS yang menyerang jaringan limfoid yang menyebabkan destruksi pada sistem
kekebalan tubuh. Jelaskan prosesnya!
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang infeksi oportunistik?
5. Jelaskan faktor predisposisi dalam terjadinya HIV AIDS!

Jawaban
1. Orang transseksual memiliki identitas gender yang tidak sesuai atau yang secara
tradisional tidak berasosiasi dengan seksnya yang ditunjuk serta memiliki keinginan
untuk bertransisi permanen agar sesuai dengan gender yang mereka miliki.
eks anal menjadi pilihan yang umum bagi pasangan transeksual , meskipun banyak juga
pasangan beda jenis yang mempraktikkan seks anal. Sebuah penelitian yang dimuat dalam
International Journal of Epidemiology mengungkapkan bahwa tingkat risiko penularan HIV
lewat seks anal lebih besar 18% dari penetrasi vagina. Pasalnya, jaringan dan lubrikan alamiah
pada anus dan vagina sangat berbeda. Vagina memiliki banyak lapisan yang bisa menahan
infeksi virus, sementara anus hanya memiliki satu lapisan tipis saja. Selain itu, anus juga tidak
memproduksi lubrikan alami seperti vagina sehingga kemungkinan terjadinya luka atau lecet
ketika penetrasi anal dilakukan pun lebih tinggi. Luka inilah yang bisa menyebarkan infeksi HIV.

A. Transmisi Virus HIV pada Homoseksual


Kata homoseksual berasal dari 2 kata, yang pertama adalah dari kata „homo‟ yang berarti sama,
yang kedua „seksual‟ berarti mengacu pada hubungan kelamin (hubungan seksual). Sehingga
homoseksual adalah aktivitas seksual dimana dilakukan oleh pasangan yang sejenis. Cara
hubungan seksual anogenital merupakan perilaku seksual dengan risiko tinggi bagi penularan
HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seorang pengidap
HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami
perlukaan pada saat hubungan seksual secara anogenital. Cara ini biasa dilakukan oleh pria
homoseks. Di Amerika Serikat lebih dari 50% pria homoseks di daerah urban tertular HIV
melalui hubungan seks anogenital tanpa pelindung.

B. Transmisi Virus HIV pada Heteroseksual


Penularan heteroseksual dapat terjadi dari laki-lali ke perempuan atau sebaliknya. Di Negara-
negara Afrika kebanyakan penderita HIV/AIDS mendapat infeksi melalui hubungan heteroseks
tanpa kondom. Data yang ada menunjukkan bahwa transmisi dari lakilaki pengidap HIV/AIDS ke
perempuan pasangannya lebih sering terjadi dibandingkan dengan perempuan pengidap HIV ke
pria pasangannya.
http://eprints.undip.ac.id/46430/3/BAB_II.pdf

2. Sebagai seorang perawat yang merawat pasien HIV/AIDS dengan mengurung dalam
suatu ruangan tertutup. Walaupun terjangkit oleh penyakit yang dapat menyebabkan kematian,
secara mental pasien juga membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain karena mereka juga
tetaplah mahluk sosial.Pasien HIV/AIDS ketika megetahui jika tubuhnya memiliki penyakit
berbahaya secara tidak langsung hal ini akan mengguncang mental yang dimilikinya, hal ini akan
diperparah dengan sikap orang disekitarnya yang seolah memandang HIV/AIDS sebagai sebuah
aib ditengah masyarakat. Sebagai perawat kita harus mengajak pasien untuk berbincang dan
berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya di rumah yang dapat membantu kesehatan
mental pasien.Selain itu, banyak persepsi yang salah dan keliru mengenai penularan virus
HIV/AIDS sehingga membuat orang-orang di sekitarnya enggan untuk mendekati bahkan untuk
berada di dekat pasien karena takut akan penularan HIV/AIDS melalui pakaian. Namun perlu
diketahui bahwa virus HIV/AIDS hanya dapat di tularkan melalui cairan tubuh manusia yang
didalamnya terkandung sel CD4 atau sel sistem kekebalan tubuh manusia  dan tidak akan
mungkin terjadi penularan HIV/AIDS melalui keringat.Oleh karena itu tidak ada salahnya
perawat mengajak pasien untuk terlibat dalam berbagai aktivitas, selain dapat membuat
kesehatan pasien menjadi lebih baik juga dapat membantu membuka perasaannya terhadap
sekitar bahwa masih banyak orang disekitarnya yang peduli dan mengerti.Terdapat berbagai
macam cara dalam merawat seorang pasien HIV/AIDS di rumah. Pasien membutuhkan
dukungan tak hanya berasal dari dalam dirinya namun juga memerlukan dorongan dari luar
yang dapat berasal dari perhatian dan dukungan keluarga dan sahabat.Hal terpenting dalam
memperjuangkan hidup dari pasien HIV/AIDS adalah perawatselalu membantu untuk menjalani
hidup sehat serta rajin dalam mengonsumsi obat yang telah diberikan sebagai cara menjaga
kesehatan pasien HIV/AIDS. Dengan demikian gejala dan tanda akibat virus HIV/AIDS dapat
berkurang kemunculannya.Saat merawat pasien HIV/AIDS, perawat memberikan obat secara
oral maupun suntikan. Dalam hal ini, perawat medis menggunakan jarum suntik dengan sangat
berhati-hati untuk menghindari penularan yang tidak diinginkan. Selain itu, perawat akan
membersihkan permukaan segera setelah terkena darah atau cairan tubuh seperti sperma,
cairan vagina, dll. Perawat medis menerapkan tindakan keselamatan saat membersihkan.
Dengan begitu, apa yang dilakukan perawat medis dapat membunuh virus pada permukaan dan
mengurangi risiko terkena infeksi.

 https://www.cigna.co.id/health-wellness/tak-perlu-takut-hidup-berdampingan-dengan-
odha
3. HIV menyerang limfosit yang disebut sel T-4 atau sel T-Penolong (T-Helper)  yang sering
disebut juga sebagai sel CD-4. Sementara AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang
timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat bukan karena keturunan, tetapi
disebabkan oleh virus HIV.AIDS itu merupaka kondisi di mana sistem imun seseorang mengalami
penurunan. Jika sudah berada dalam tahap ini, maka penyakit ringan seperti flu atau diare pun
bisa jadi mematikan. Pertama, HIV menginjeksi sel pasien dan melepaskan gen Asam ribonukleat
(RNA), kemudian oleh enzim RNA virus diubah menjadi DNA. Enzim penyambung tersebut
menyatukan DNA virus ke dalam kromosom pasien dan sel yang telah terinfeksi memproduksi
RNA virus baru. Gabungan protein baru yang diproduksi kemudian akan membentuk virus HIV
baru dan siap menyerang sel-sel tubuh lainnya."Sekitar 1-3 bulan awal HIV menyerang disebut
sebagai 'periode jendela' atau window period. Pada stadium kedua atau sekitar 5-10 tahun
kemudian, seiring penurunan sel CD-4, maka pasien akan masuk dalam tahap HIV positif. Lalu
ketika sel CD-4 di bawah 200 per mikroliter maka pasien masuk ke dalam tahap AIDS," tutur dr
Leo.Dijelaskan oleh dr Leo, walaupun pengidap HIV belum menunjukkan adanya gejala, namun
ia sudah dapat menularkan kepada orang lain. Bahkan saat ia masih berada dalam tahap
'periode jendela' pun sudah sangat potensial untuk menularkan HIV.

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2410879/ini-proses-virus-hiv-berkembang-biak-
dan-merusak-sistem-kekebalan-tubuh

4. infeksi oportunistik adalah infeksi akibat virus, bakteri, jamur, atau parasit yang terjadi
pada organ dengan simtem kekebalan tubuh yang lemah. Dengan kata lain, infeksi ini
mengambil kesempatan dari lemahnya daya tahan tubuh, untuk bisa berkembang.Infeksi
oportunistik tidak menyerang orang yang sehat dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
Namun jika terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh yang sangat lemah, misalnya penderita
AIDS, infeksi ini bisa menyebabkan kematian
Berikut adalah beberapa kondisi yang rentan terkena infeksi oportunistik:
 Luka bakar yang parah
 Menjalani kemoterapi
 Diabetes
 Malnutrisi
 Leukemia
 Multiple myeloma
https://www.alodokter.com/infeksi-oportunistik-menyerang-sistem-kekebalan-tubuh-yang-
lemah#:~:text=Kesehatan-,Infeksi%20Oportunistik%20Menyerang%20Sistem%20Kekebalan
%20Tubuh%20yang%20Lemah,tahan%20tubuh%2C%20untuk%20bisa%20berkembang
5. Faktor yang mempermudah (Presdisposing Factor) yang mencakup pengetahuan,
keyakinan, nilai, sikap dan unsur lain yang terdapat dalam diri seseorang maupun masyarakat.
Faktor Predisposisi terdiri dari:
 Demografi ( umur, jenis kelamin, status perkawinan)
 Struktur sosial ( Pendidikan ras, pekerjaan, jumlah keluaga, suku, agama, perpindahan,
tempat tinggal)
Keyakinan ( Penilaian terhadap status sehat sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan,
pengetahuan tentang penyakit)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6744/09E01492.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai