Anda di halaman 1dari 2

TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif memfokuskan pada jenis data yang akan diambil.
Penngumpulan data berupa transkrip wawancara, catatan lapangan, hasil observasi, video, hasil
korespondensi email atau artefak. Pengumpulan data penilitian kualitatif lebih kompleks karena ,
peneliti tidak hanya memikirkan struktur penulisan laporan, tetapi juga dihadapkan permasalahan dan
kemungkinan yang terjadi di lapangan. Misalnya, terjadi fenomena lokasi penelitian yang sulit di akses,
di tolak oleh subjek dan dipersulit oleh tokoh masyarakat sekitar, kendala lain.

Pengumpulan data secara kualitatif memiliki beberapa proses. Proses peneliti menetukan situasi tempat
yang diteliti, proses peneliti mengambil sampel yang ada dalam satu kelompok. Di sisi lain, peneliti juga
harus mengumpulkan data, antara lain.

1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang paling mudah dilakukan.
Dalam wawancara, sebaiknya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan yang mudah dipahami oleh
narasumber. Kecakapan peneliti menghadapi narasumber juga diperlukan dalam metode
wawancara. Hal ini dikarenakan peneliti arus menghadapi orang dengan keadaan psikologi yang
berbeda-beda, terlebih jika narasumber merupakan orang yang beru dikenal.
Sebagai tujuan kajian ilmiah,, pertanyaan diawali dengan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat formal. Sehingga, pertanyaan yang diajukan memiliki tujuan yang dikonsep oleh peneliti.
Menurut Afianti (2014), wawancara dilakukan secara asimetris. Peneliti dan subjek
harus terkondisikan. Selama proses wawancara, penelitian secara tidak langsung dituntut
mampu mengeksplorasi emosi, persepsi, dan pemikiran subjek. Sehingga, terjadilah komunikasi
dua arah anatra peneliti dan subjek. Metode wawancara adalah interaksi yang menciptakan
interdepensi sementara, di mana peneliti memberikan stimulus. Selama proses wawancara,
adapun beberapa poin yang perlu disiapkan oleh peneliti sebelum melakukan wawancara antara
lain.
a. Peran peneliti sebagai wawancara
Metode penelitian saat pengambilan data, memerlukan konsentrasi dan
kesadaran tinggi. Selama proses wawancara berlangsung, peneliti benar-benar
membuka segala panca indra, memasang radar sensitivitas kepada subjek. Peneliti
mencatat reaksi dari subjek. Misalnya, apakah saat menjawab pertanyaan subjek
terlihat gerogi, sedih, ragu-ragu atau berbohong.
Peran seorang wawancara kepada subjek perlu melakukan reflexivity. Yaitu
peneliti harus bertanggung jawab atas dirinya. Apakah dirinya memengaruhi jawaban
subjek atau sebaliknya. Jika subjek mulai terlihat lelah, peneliti/pewawancara boleh
memberikan waktu untuk beristirahat dan menenangkan diri.
Kunci keberhasilan wawancara menurut Patton (1990), menjalin rapport yang
baik. Hubungan yang baik dengan partisipan/subjek dapat menjaga netralitas data.
Hubungan baik dibangun melalui kemampuan menjalin empati dan memperoleh
pemahaman, sehingga tidak bisa kesalahpahaman di antara kedua belah pihak.
Hubungan baik dapat dapat menciptakan relasi yang erat dengan responden, sehingga
responden merasa nyaman, dan leluasa mengungkapkan yang ingin disampaikan.
Sementara itu, netralitas menace pada cara peneliti bersikap terhadap data yang
disampaikan oleh partisipan.
Kunci utama pengambilan data selama wawancara adalah, kenyamanan
partisipan. Peneliti tidak perlu memberikan aturan yang terlalu ketat. Satu catatan
penting, peneliti tidak harus menanyakan semua pertanyaan kepada responden. Perlu
melihat situasi yang terjadi. Karena sering terjadi, pertanyaan yang terlalu banyak
dilontarkan justru membuat partisipan bosan dan lelah. Ada pula pastisipan yang
merasa tersinggung dengan daftar pertanyaan yang diajukan. Patton berpendapat
bahwa pertanyaan dengan lebih satu pesan akan memunculkan ketegangan karena
responden tidak mengerti apa sesungguhnya yang ditanyakan kepadanya.

1. Pengertian Sampling purpose


Sampling purposeful atau purposive sebgai penelitian yang bersifat kesuitik,
mengakibatkan peneliti seringkali mengabaikan generalisasi sampel. Oleh sebab itu,
sampel yang diambil nerdasarkan pertimbangan (purposive/purposeful). Bentuk
pertimbangan purposive dapat diperboleh sampel sebagai sumber informan,
sebagai pemasok informasi yang dicari peneliti. Metode ini hanya dilakukan apabila
peneliti sudah melakukan penjajakan dengan baik dan lama.
Sampling purposive merupakan pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan
yang kuat, karena sampel yang dipilih berdasarkan berdasarkan kemampuan kriteria
tertentu. Karena itu, purposive biasa disebut dengan judgemental sampling. Tokoh
lain seperti Lincoln dan Guba (1985) menyebutkan dengan theoretical sampling.
Karena responden yang diambil adalah mereka yang memeliki kompetensi dan
kapasitas baik.
Purose sampling termasuk sampling non- probability. Di mana peneliti
menggunakan instuisinya untuk memilih subjek penelitian. Harapannya dapat
memberikan masukan data untuk menunjukan hasil penelitiannya secara akurat.
Jika disimpulkan, purpose sampling mengambil sampel berdasarkan intuisi dan
mempercayai kelompok sampel yang memberikan informasi secara edukat. Metode
penelitian ini, kemudian mengarah pada snow ball sampling

SAMPEL
Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. Sampel dalam ilmu keperawatan
ditentukan oleh sampel kriteria inklusi dan ktiteria ekslusi. Sampel kriteria inklusi
menurut Nursalam, dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Praktis Metodologi
Riset Keperawatan, sampel merupakan kriteria yang menentukan subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi kriteria sampel. Kriteria ekslusi
merupakan kriteria yang menentukan subjek penelitian yang dapat mewakili sebagai
sampel, karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria ekslusi disebabkan
oleh banyak faktor, salah satunya, tidak bersedia, karena sikap yang tidak sesuai

Anda mungkin juga menyukai