Anda di halaman 1dari 19

Satuan pendidikan: SMA/SMK

Kelas/semester: XII/II (dua)

Mata pelajaran: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Materi pokok: Pengelolaan Wakaf untuk Kemaslahatan Umat

Alokasi waktu: 1 X Pertemuan (2X45 menit)

Kompetensi Inti (KI)

KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2: menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong


royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang pengetahuan teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD)


1.9 Meyakini bahwa wakaf adalah perintah Allah dapat memberi
kemaslahatan bagi individu dan masyarakat.

2.9 Menunjukkan kepedulian sosial sebagai hikmah dari perintah wakaf.

3.9 Memahami pengelolaan wakaf dan menganalisis hikmah ibadah wakaf


bagi individu dan masyarakat.

4.9 Menyajikan dalil tentang wakaf dan menyimulasikan ibadah wakaf.

Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator KD pada KI-1

Indikator KD pada KI-2

Indikator pada KD 1 dan 2 dapat dikembangkan oleh masing-masing guru.

Indikator KD pada KI-3

Peserta didik mampu:

menjelaskan pengertian wakaf dengan benar.

mengidentifikasi 1 dalil naqli terkait wakaf dengan baik.

Menganalisis rukun wakaf dengan baik.

Menganalisis syarat-syarat wakaf dengan baik.

Menganalisis macam-macam wakaf dengan baik.

Mengidentifikasi hikmah pelaksanaan wakaf dengan percaya diri.

Menganalisis perilaku yang mencerminkan hikmah pelaksanaan wakaf dengan


santun.

Indikator KD pada KI-4

Peserta didik mampu:

Memperagakan praktik wakaf.


Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan mengamati, menaya, mendiskusikan, dan menyimpulkan dan


mengkomunikasikan, peserta didik diharapkan:

Mampu menyebutkan pengertian wakaf.

Mampu menyebutkan dasar wakaf di Indonesia.

Mampu menyebutkan rukun wakaf.

Mampu menyebutkan syarat wakaf.

Mampu menjelaskan tata cara pengelolaan wakaf.

Mampu menyebutkan dalil naqli dari al-Qur’an tentang wakaf.

Mampu menjelaskan keutamaan wakaf di dalam al-Qur’an dan hadis

Mampu menjelaskan harta yang dapat diwakafkan.

Mampu mempresentasikan pengelolaan wakaf.

Mampu menganalisis hikmah ibadah wakaf bagi individu dan masyarakat.

Menunjukkan kepedulian sosial sebagai hikmah dari perintah wakaf.

Meyakini bahwa wakaf adalah perintah dari Allah dapat memberi kemaslahatan
bagi individu dan masyarakat.

Materi Pembelajaran

Fakta: Paradigma yang keliru tentang wakaf menjadi kendala bagi pengelolaan
wakaf di Indonesia, sehingga masih banyak wakaf umat Islam yang belum
terkelola dengan baik.

Konsep: Pengelolaan wakaf dengan amanah.

Prinsip: Keutamaan wakaf, manfaat wakaf.

Prosedur.

Metode Pembelajaran
Ceramah dengan variasi penggunaan amtsal di dalamnya.

Diskusi.

Kerja kelompok.

Tanya jawab.

Media, alat dan sumber belajar

Media: gambar tentang wakaf

Alat/bahan: LCD Proyektor, Power Point

Sumber belajar: al-Qur’an dan terjemahannya, buku paket Pendidikan Agama


Islam dan Budi Pekerti kelas 12, dan buku modul siswa

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan (20 menit)

Memberi salam dan berdo’a bersama.

Memeriksa kehadiran, kerapian, dan kebersihan kelas.

Bertadarus al-Qur’an secara bersama.

Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai.

Apersepsi: mengajukan pertanyaan komunikatif tentang materi sebelumnya dan


mengaitkannya dengan materi “Mengelola wakaf dengan penuh amanah.

Pembagian kelompok

Diskusi.

Kegiatan inti (100 menit)

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi wakaf, guru
mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan:

Pernahkah kalian mendengar tentang wakaf?


Apa yang kalian ketahui tentang wakaf?

Mengamati

Guru meminta siswa untuk mengamati gambar yang ada di modul siswa.

Siswa mengamati uraian atau gambar yang ada di modul

Menaya

Siswa menanyakan tentang wakaf

Menalar

Mendiskusikan dasar hukum wakaf: surah al-Baqarah ayat 261, 265 (amtsal
musarrahah), Ali Imran ayat 92, HR. Muslim no. 3084.

Mendiskusikan tentang pengelolaan wakaf. Pada kegiatan ini siswa harus benar-
benar paham bagaimana konsep wakaf.

Mengasosiasi

Setelah Mengumpulkan informasi yang didapat siswa, selanjutnya siswa membuat


laporan tertulis dari hasil kerja kelompok

Mengkomunikasikan

Setelah selesai mengerjakan tugasnya, guru meminta masing-masing kelompok


mempresentasikan hasil diskusi

Kegiatan penutup

Guru memberi penguatan dan simpulkan terhadap materi yang didiskusikan.

Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majelis


Satuan pendidikan: SMA/SMK

Kelas/semester: XII/I (satu)

Mata pelajaran: al-Qur’an Hadis

Materi pokok: Membudayakan Pola Hidup Sederhana dan Menyantuni Dhuafa

Alokasi waktu: 1 X Pertemuan (2X45 menit)

Kompetensi Inti (KI)

KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2: menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong


royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang pengetahuan teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar:

Menghayati perintah Allah SWT tentang pola hidup sederhana dan bersikap
santun.

Mengamalkan pola hidup sederhana dan gemar menyantuni dhuafa.

Menunjukkan perilaku sederhana hidup sederhana dan gemar menyantuni dhuafa


sebagai implementasi dari pemahaman Surah al-Furqan [25]: 67, al-Isra’ [17]: 26-
27, 29-30, al-Qashash [28]: 79-82; Surah al-Baqarah [2]: 177, Surah al-Maun
[107]: 1-7 dan hadis riwayat dan hadis riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari
Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu dan hadis riwayat Imam Bukhari dari
Hakim bin Hiram radhiyallahu anhu.

Menganalisis Surah al-Furqan [25]: 67 tentang kesederhanaan, surah al-Isra’ [17]:


26-27, 29-30 tentang kesederhanaan dalam hidup, surah al-Qashash [28]: 79-82,
surah surah al-Baqarah [2]: 177 tentang beberapa macam kebajikan, surah al-
Maun [107]: 1-7 tentang bermegah-megahan di dunia dan hadis riwayat Ibnu
Majah dan Ahmad dari Abdullah bin Amru tentang larangan berlebih-lebihan.
Hadits Riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam tentang keutamaan memberi
daripada menerima, dan hadits Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim tentang proporsi
dalam tubuh seorang muslim.

Mendemonstrasikan hafalan, terjemahan ayat dan hadits tentang sikap sederhana


dan menyantuni dhaluafa.

Mempresentasikan isi kandungan ayat al-Qur’an dan hadis tentang ujian dan
cobaan pada Surah al-Baqarah [2]: 255-257, surah Ali Imran [3]: 186 serta hadis
riwayat Muslim dari Suhaib r.a, dan hadits riwayat Tirmidzi dari Mush’ab bin
Sa'd dari ayahnya.

Menyajikan keterkaitan analisis ayat dan hadits tentang sikap sederhana dan
santun dengan fenomena sosial.
Indikator Pencapaian Kompetensi

Menyebutkan makna mufradat .

Terjemahkan perkata Surah al-Furqan [25]: 67 tentang kesederhanaan, surah al-


Isra’ [17]: 26-27, 29-30 tentang kesederhanaan dalam hidup, surah al-Qashash
[28]: 79-82, surah surah al-Baqarah [2]: 177 tentang beberapa macam kebajikan,
surah al-Maun [107]: 1-7 tentang bermegah-megahan di dunia dan hadis riwayat
Ibnu Majah dan Ahmad dari Abdullah bin Amru tentang larangan berlebih-
lebihan. Hadits Riwayat Bukhari dari Hakim bin Hiram tentang keutamaan
memberi daripada menerima, dan hadits Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim
tentang proporsi dalam tubuh seorang muslim.

Mengartikan Surah al-Furqan [25]: 67 tentang kesederhanaan, surah al-Isra’ [17]:


26-27, 29-30 tentang kesederhanaan dalam hidup, surah al-Qashash [28]: 79-82,
surah surah al-Baqarah [2]: 177 tentang beberapa macam kebajikan, surah al-
Maun [107]: 1-7 tentang bermegah-megahan di dunia dan hadis riwayat Ibnu
Majah dan Ahmad dari Abdullah bin Amru tentang larangan berlebih-lebihan.
Hadits Riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam tentang keutamaan memberi
daripada menerima, dan hadits Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim tentang proporsi
dalam tubuh seorang muslim.

Menjelaskan kandungan ayat tentang sikap sombong yang dilakukan oleh Qarun
seperti terkandung dalam surah Qashash [28]: 79-82.

Menjelaskan kandungan ayat tentang menyantuni kerabat, orang miskin dan ibnu
sabil serta bagaimana hidup sederhana seperti yang terkandung dalam surah al-
Isra ayat 26-27.

Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu membaca dan menghafal ayat-ayat dan hadis tentang pola hidup
sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa dengan kaidah ilmu tajwid yang
benar.
Siswa mampu menerjemahkan ayat-ayat dan hadis tentang pola hidup sederhana
dan perintah menyantuni para dhuafa.

Siswa mampu menjelaskan ayat-ayat dan hadis tentang pola hidup sederhana dan
perintah menyantuni para dhuafa.

Siswa mampu mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam ayat-ayat dan


hadis tentang pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa dalam
kehidupan sehari-hari.

Siswa mampu mempengaruhi orang lain untuk mengamalkan ayat ayat dan hadits
tentang pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa.

Materi Pembelajaran:

Islam menghendaki agar umatnya berada dalam posisi pertengahan dengan


menyeimbangkan antara pemenuhan kebutuhan dunia dan akhirat dan dunia
sebagai sarana mencapai akhirat.

Sikap yang terbaik yang kaitannya dengan penggunaan harta yang diperoleh
adalah hemat yaitu keadaan pertengahan pada dua posisi yaitu tidak boros dan
tidak kikir

Metode Pembelajaran: model pembelajaran yaitu scientific learning dengan


metode pembelajaran yaitu ceramah dengan variasi penggunaan amtsal di
dalamnya, resitasi, diskusi, tanya jawab.

Media, alat dan sumber belajar: media: gambar tentang Desain sampul Alquran
di zaman klasik dan zaman modern. alat dan bahan: laptop, LCD proyektor.
sumber pembelajaran: buku ajar siswa al-Qur’an Hadis Kelas 12, al-Qur’an dan
terjemahannya modul hasil karya guru Al-Qur’an Hadis

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan (20 menit)

Memberi salam dan berdo’a bersama.


Memeriksa kehadiran, kerapian, dan kebersihan kelas.

Bertadarus al-Qur’an secara bersama.

Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai.

Apersepsi: mengajukan pertanyaan komunikatif tentang materi sebelumnya dan


mengaitkannya dengan materi “Membudayakan Pola Hidup Sederhana dan
Menyantuni Dhuafa”.

Kegiatan inti (100 menit)

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang akan
dipelajari, guru mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan: Apa
yang kalian ketahui tentang Pola Hidup Sederhana?

Mengamati

Guru meminta siswa untuk mengamati gambar yang ada di modul siswa.

Siswa mengamati uraian atau gambar yang ada di modul

Menaya

Siswa menanyakan tentang budaya pola hidup sederhana dan menyantuni dhuafa

Menalar

Mendiskusikan dasar hukum budaya pola hidup sederhana dan menyantuni


dhuafa: Surah al-Furqan [25]: 67 tentang kesederhanaan, surah al-Isra’ [17]: 26-
27, 29-30 tentang kesederhanaan dalam hidup, surah Al qashash [28]: 79-82,
surah surah al-Baqarah [2]: 177 tentang beberapa macam kebajikan, surah al-
Maun [107]: 1-7 tentang bermegah-megahan di dunia dan hadis riwayat Ibnu
Majah dan Ahmad dari Abdullah bin Amru tentang larangan berlebih-lebihan.
Hadits Riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam tentang keutamaan memberi
daripada menerima, dan hadits Tirmidzi, Ibnu Majah dan Muslim tentang proporsi
dalam tubuh seorang muslim.

Mengasosiasi
Setelah Mengumpulkan informasi yang didapat siswa, selanjutnya siswa membuat
laporan tertulis dari hasil kerja kelompok

Mengkomunikasikan

Setelah selesai mengerjakan tugasnya, guru meminta masing-masing kelompok


mempresentasikan hasil diskusi

Kegiatan penutup

Guru memberi penguatan dan simpulkan terhadap materi yang didiskusikan.

Guru memberikan tugas terkait materi “Membudayakan Pola Hidup Sederhana


dan Menyantuni Dhuafa”.

Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majelis.

Satuan Pendidikan: MTs

Kelas/Semester: VII/II (DUA)

Mata Pelajaran: Akidah Akhlak

Materi Pokok: Akhlak Tercela

Alokasi Waktu: 1 X Pertemuan (2X45 Menit)

Kompetensi Inti (KI)

KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2: menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong


royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang pengetahuan teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI-4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar:

Menolak akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Membiasakan diri menghindari akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Memahami akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Menyimulasikan contoh perilaku riya ‘dan nifaq serta dampaknya dalam


kehidupan sehari-hari.

Indikator Pencapaian Kompetensi

Menjelaskan pengertian riya’ dan nifaq.

Menunjukkan dalil naqli dan Aqli tentang riya’ dan nifaq.

Mengidentifikasi perilaku yang termasuk kategori riya’ dan nifaq.

Menyajikan fakta dan fenomena yang berhubungan dengan perilaku riya’ dan
nifaq.

Memahami dampak-dampak negatif akhlak tercela riya’ dan nifaq


menyimulasikan contoh perilaku riya’ dan nifaq serta dampaknya dalam
kehidupan.

Tujuan Pembelajaran

Setelah peserta didik mengamati, maknanya, mengeksplorasi, menalar,


mengkomunikasikan dan refleksikan tentang akhlak tercela, peserta didik
diharapkan mampu:

Menolak akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Membiasakan diri menghindari akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Memahami akhlak tercela riya’ dan nifaq.

menyimulasikan contoh perilaku riya’ dan nifaq serta dampaknya dalam


kehidupan sehari-hari.

Materi Pembelajaran:

Akhlak tercela merupakan perbuatan yang menyimpang dari ajaran Allah akan
berdampak negatif bagi pelaku maupun orang lain. Dan di antara akhlak tercela
ialah riya’ dan nifaq.

Riya artinya adalah memperlihatkan kepada orang lain baik berupa barang
maupun perbuatan baik yang dilakukan dengan maksud agar orang lain dapat
melihatnya dan akhirnya memujinya. Hal yang mirip dengan riya’ adalah sum’ah
yaitu berbuat kebaikan agar kebaikan itu didengar oleh orang lain dan mendapat
pujian, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. Nifaq berarti perbuatan menyembunyikan kekafiran di dalam hatinya, dan
menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku seperti ini
pada merupakan bentuk ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan dan
perbuatan. Dengan kata lain nifaq adalah tindakan yang selalu dilakukan yang
berupa kebohongan, baik terhadap hati nuraninya, kepada Allah Subhanahu Wa
Ta'ala maupun kepada sesama manusia. Pelaku perbuatan nifaq disebut dengan
munafik. nifaq dikategorikan menjadi dua macam yaitu nifaq I’tiqadi yang
merupakan suatu bentuk perbuatan yang menyatakan dirinya beriman kepada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam hatinya Sedangkan di dalam hatinya tidak
ada keimanan sama kali. Orang-orang munafik dari jenis ini melaksanakan shalat,
bersedekah dan beramal sholeh lainnya, namun tindakan itu tidak didasari oleh
keimanan di dalam hatinya. Nifaq ‘Amali adalah kemunafikan berupa
pengingkaran terhadap kebenaran dalam bentuk perbuatan. Ciri-ciri perbuatan
yang termasuk kategori nifaq yaitu: tidak mampu menegakkan shalat kecuali
dengan malas-malasan, merasa ragu terhadap balasan Allah di akhirat, hanya
berpikir jangka pendek yaitu kekayaan duniawi semata, terbiasa melakukan
kebohongan, ingkar janji dan tidak mampu beramar ma'ruf nahi mungkar dan
seringkali dalam pembicaraannya dan menyakiti nabi atau Islam.

Metode Pembelajaran: Model pembelajaran yaitu scientific learning dengan


metode pembelajaran yaitu ceramah dengan variasi penggunaan amtsal di
dalamnya, diskusi, tanya jawab.

Media, alat dan sumber belajar:

Media: gambar tentang Desain sampul al-Qur’an di zaman klasik dan zaman
modern.

Alat dan bahan: laptop, LCD proyektor.

Sumber pembelajaran: buku ajar siswa Akidah Akhlak kelas VII, al-Qur’an dan
terjemahannya.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan (20 menit)

Memberi salam dan berdo’a bersama.

Memeriksa kehadiran, kerapian, dan kebersihan kelas.

Bertadarus al-Qur’an secara bersama.

Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai.


Apersepsi: mengajukan pertanyaan komunikatif tentang materi sebelumnya dan
mengaitkannya dengan materi “Membudayakan Pola Hidup Sederhana dan
Menyantuni Dhuafa”.

Kegiatan inti (100 menit)

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang akan
dipelajari, guru mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan: Apa
yang kalian ketahui tentang akhlak tercela riya’ dan nifaq?

Mengamati

Guru meminta siswa untuk mengamati gambar yang ada di modul siswa.

Menaya

Siswa memberikan tanggapan mengenai praktik perilaku akhlak tercela riya’ dan
nifaq dalam kehidupan sehari-hari.

Mengeksplorasi

Menggali informasi tentang akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Mengasosiasi

Saling tukar informasi tentang akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Mengkomunikasikan

Menyimulasikan contoh perilaku riya’ dan nifaq serta dampaknya dalam


kehidupan sehari-hari.

Kegiatan penutup

Guru memberi penjelasan tambahan, penguatan dan simpulkan terhadap materi


yang didiskusikan.

Guru memberikan tugas terkait materi “akhlak tercela riya’ dan nifaq.

Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majelis.


A. Peran Amtsal Al-Qur’an dalam Psikologis Pendidikan Islam
Aspek psikologis amtsal al-Qur’an adalah sebagai berikut1, yaitu:
1. Meneguhkan hati
Perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam al-Qur’an akan
menguatkan hati orang-orang yang sedang bersedih hati dan juga
mengokohkan hati agar terus berada di jalan kebaikan dan kebenaran.
2. Menumbuhkan suasana positif di dalam jiwa
Jiwa akan mudah menerima suatu pesan apabila pesan tersebut
disampaikan dalam bahasa yang indah. Sama halnya seperti
menumbuhkan kecintaan pada suatu pelajaran sehingga dengan
kecintaan tersebut mempermudah seseorang untuk memahami
pelajaran. Maka hendaknya pendidik selalu menggunakan kata-kata
yang indah dan positif dalam pembelajaran seperti amtsal ini.
3. Memberikan motivasi
Anak yang cerdas apabila tidak memiliki motivasi yang kuat
maka tidak hasil belajarnya tidak akan maksimal dan juga anak-anak
dengan kecerdasan rata-rata dapat ditingkatkan minat belajar dan
kesuksesannya apabila selalu diberikan motivasi.
Pemberian motivasi merupakan hal yang sangat penting di
dalam pendidikan. Kata-kata yang indah dan positif dorongan
semangat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Hal ini
dikarenakan kata-kata yang baik akan menstimulasi hormon
enkephalin dan hormon endorphin (hormon bahagia) sehingga anak
didik akan lebih siap dalam belajar apabila fisiknya dipenuhi hormon
ini.

1
Fitriah M. Suud, Amtsal, hlm. 13-16
Dalam tiga ranah pendidikan yaitu, kognitif, afektif, dan
psikomotor, al-Qur’an mampu memberikan stimulus yang sangat baik
dalam aspek psikologis pendidikan. Hal ini karena al-Qur’an mampu
memunculkan perasaan ketuhanan dan mampu mengarahkan perilaku
ke arah yang lebih baik.
Psikologis Islam menjelaskan bahwa al-Qur’an adalah rujukan
pertama dan utama dalam pengembangan psikologis Islam. Aspek
psikologis yang dimaksud di atas hanya sebagian besar dan masih
bersifat umum, maka jika ingin mengkaji lebih lanjut maka bisa
melihat ayat-ayat amtsal di dalam al-Qur’an.2
Piaget menyebutkan bahwa dalam psikologis perkembangan,
bahwa anak-anak di usia sekolah (7-11 tahun) telah memasuki
pemikiran operasional konkret.3 Masa ini anak mulai dapat menangkap
hal-hal yang logis dan konkret yang dilihat di alam nyata. Sehingga hal
ini sejalan dengan tujuan amtsal yaitu menyampaikan hal yang abstrak
dengan perumpamaan dari benda alam sekitar yang bersifat konkret.
Pada masa ini anak telah mampu berfikir secara logis mengenai
benda-benda konkret dan mengelompokkannya ke dalam bentuk yang
berbeda. Pada usia ini mereka mampu berpikir logis, dan mampu
memahami sejumlah konsep hitung-hitungan sederhana. Pada usia ini
anak tidak mengandalkan informasi dari panca indra untuk memahami
alam sekitar, mereka sudah mampu membedakan apa yang mereka
lihat dengan kenyataan yang sebenarnya serta apa yang bersifat
sementara dan yang bersifat tetap. Seperti mereka akan mengetahui
bahwa air dari gelas yang pendek jika dipindahkan ke dalam gelas
yang lebih tinggi maka jumlah airnya tetap akan sama. Hal ini
dikarenakan mereka tidak lagi mengandalkan persepsi penglihatan
namun juga sudah mampu menggunakan logika.

2
Fuad Nashori, Agenda Psikologis Islam, (Yogyakarta, 2010), hlm. 64.
3
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terj. Triwibowo B.S, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2008), hlm. 48.
Suatu hal yang nyata atau konkret lebih mudah untuk dipahami,
namun sebagian orang tidak mengerti kenapa hal tersebut terjadi.
Padahal semua itu telah dijelaskan dalam ilmu psikologis faal yaitu
salah satu cabang ilmu psikologis yang membahas perilaku manusia
dan kaitannya dengan fungsi serta kerja alat-alat tubuh.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa alat-alat tubuh manusia
memiliki fungsi yang meliputi kemampuan kognisi, afeksi dan konasi.
Salah satu hal yang dipelajari di dalam psikologis adalah sistem saraf,
cara kerja otak, serta emosi manusia dan lain sebagainya.4

B. Relevansi Metode Perumpamaan dalam Pendidikan


Metode perumpamaan dilakukan dengan cara menyerupakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain atau mendekatkan sesuatu yang
abstrak dengan yang lebih konkret sehingga materi pembelajaran dapat
dicerna dengan baik.
Metode perumpamaan sebagai salah satu metode pembelajaran
yang penuh dengan makna sehingga mampu menjelaskan sesuatu yang
abstrak menjadi sesuatu yang konkret atau menjelaskan sesuatu yang
samar menjadi sesuatu yang jelas.
Strategi pembelajaran dengan metode perumpamaan ini sangat
baik diterapkan oleh guru dalam pendidikan Islam kontemporer.
Metode perumpamaan ini dapat menghilangkan kejenuhan siswa
akibat pembelajaran yang terlalu monoton. Guru dapat melakukan
variasi dengan membuat perumpamaan yang menarik berkaitan dengan
materi yang diajarkan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan ketika membuat
perumpamaan adalah materi yang diajarkan bersifat abstrak,
membandingkan dua hal yang selevel, serta guru tidak boleh salah
dalam membandingkan agar anak didik tidak kebingungan.

4
Metode perumpamaan ini akan dapat memberikan pemahaman
yang mendalam terhadap hal-hal yang sulit untuk dicerna oleh pikiran.
Apabila pikiran dan perasaan anak didik telah tersentuh, makan akan
mudah untuk mengarahkan anak didik berakhlak mulia dengan
kesadaran yang tinggi.
Dalam penerapannya, ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan ketika mengaplikasikan metode perumpamaan ini, yaitu:
1. Pendidik enggan menggunakan metode ini karena metode ini
berbentuk cerita sehingga akan menghabiskan energi.
2. Penggunaan metode perumpamaan dianggap sebagai metode yang
mudah sehingga dalam penyajiannya guru terkesan asal-asalan.
3. Guru menggunakan metode perumpamaan ini dengan cara
mengambil perumpamaan yang ada di dalam al-Qur’an atau
dengan perumpamaan yang pernah digunakan oleh Rasulullah dan
terkadang guru menggunakan perumpamaan yang dikarang sendiri
dan setiap hari menggunakan metode ini.
Dari permasalahan di atas, ada beberapa solusi yang bisa
digunakan, yaitu:
1. Seorang pendidik harus membuang sifat malas yang ada di dalam
dirinya.
2. Jika misalnya guru sudah mengkondisikan siswa dengan baik
namun suasana yang kurang mendukung untuk menggunakan
metode tersebut maka sebaliknya pendidik menggunakan kata-kata
yang lebih lembut kepada anak didik sehingga dapat
membangkitkan semangat dan motivasi bagi anak didik.
3. Guru yang terlalu sering menggunakan metode perumpamaan
dapat menyebabkan peserta didik menjadi bosan, maka sebaliknya
pendidik menggunakan metode yang berbeda dan bervariasi sesuai
dengan materi pembelajarannya.5

5
Junaidi Arsyad, Metode, hlm. 17-19.

Anda mungkin juga menyukai