Kelompok 12 - 3EA01 - Makalah Komp Pajak
Kelompok 12 - 3EA01 - Makalah Komp Pajak
Disusun oleh :
KELOMPOK 12
3EA01
UNIVERSITAS GUNADARMA
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
DEPOK
2021
1. BPHTB
A. Pengertian BPHTB
Bea Pembangunan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak atau pungutan
atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Pajak ini ditanggung oleh pembeli dan
hampir mirip dengan PPh bagi penjual. Sehingga pihak penjual dan pembeli sama-sama
memiliki tanggung jawab untuk membayar pajak.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 21 tahun 1997
tentang BPHTB, Bea Pembangunan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak
yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut
pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan, sedangkan perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan
bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Dalam hal ini yang dimaksud perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau
bangunan oleh perseorangan atau badan. Adapun hak atas tanah dan atau bangunan adalah
hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 20 tahun 2000, yang menjadi objek pajak adalah
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
tersebut meliputi :
Adapun hak-hak atas tanah yang menjadi objek pajak atau dikenakan BPHTB adalah
sebagai berikut :
Hak milik
Hak guna usaha
Hak guna bangunan
Hak pakai
Hak milik atas satuan rumah susun
Hak pengelolaan
Berdasarkan ketentuan pada pasal 3 ayat 1, objek pajak yang tidak dikenakan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah sebagai berikut :
C. Subjek BPHTB
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB adalah yang
menjadi wajib pajak.
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). Nilai perolehan
objek pajak yang dimaksud meliputi :
Apabila nilai perolehan objek pajak (NPOP) tidak diketahui atau lebih rendah dari nilai
jual objek pajak (NJOP) dalam pajak bumi dan bangunan pada tahun terjadinya perolehan,
maka dasar pengenaan pajaknya adalah NJOP PBB.
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) maksimal sebesar Rp
60.000.000,- perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi
yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus dengan pemberi
hibah wasiat, termasuk suami/istri maka NPOPTKP maksimal sebesar Rp 300.000.000,-
Saat terutangnya pajak atas perolehan hak tanah dan atau bangunan dalam hal ini :
Berdasarkan UU Nomor 28 tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
BPHTB adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah kabupaten atau kota. BPHTB
dikenakan pada orang individu atau badan yang mendapat perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Tarif BPHTB adalah sebesar 5% dari harga jual dikurangi nilai perolehan objek
pajak tidak kena pajak (NPOPTKP).
NPOP :Rp200.000.000
NPOPTKP :Rp60.000.000
5%x(Rp200.000.000–Rp60.000.000)
5% x Rp140.000.000 = Rp7.000.000
Berdasarkan UU No 10 tahun 2020 tentang Bea Meterai, Bea Meterai adalah pajak atas
dokumen. Dokumen sebagaimana yang dimaksud adalah sesuatu yang ditulis dalam bentuk
tulisan tangan, cetakan atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau
keterangan.
Bea Meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak dokumen ditanda tangani
oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau dokumen telah selesai dibuat atau diserahkan
kepada pihak lain bila dokumen tersebut hanya dibuat oleh satu pihak
a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian yang
bersifat perdata. Dokumen bersifat perdata yaitu :
Surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang
sejenis, beserta rangkapnya
Akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya
Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya
Surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apapun
Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun
Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang, salinan
risalah lelang, dan grosse risalah lelang
Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang menyebutkan penerimaan uang atau berisi
pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau
diperhitungkan
Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
b. konosemen
3. Tanda terima pembayaran gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran
lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran dimaksud
4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah, bank, dan
lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
5. Kwitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu yang berasal dari kas negara, kas pemerintahan daerah, bank,
dan lembaga lainnya yang ditunjuk berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan
7. Dokumen yang menyebutkan simpanan uang atau surat berharga, pembayaran uang
simpanan kepada penyimpan oleh bank, koperasi, dan badan lainnya yang
menyelenggarakan penyimpanan uang, atau pengeluaran surat berharga oleh kustodian
kepada nasabah
8. surat gadai
9. Tanda pembagian keuntungan, bunga, atau imbal hasil dari surat berharga, dengan nama
dan dalam bentuk apa pun
10. Dokumen yang diterbitkan atau dihasilkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
pelaksanaan kebijakan moneter
D. Saat Terutang Bea Meterai
3. Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa dokumen tersebut dibuat, untuk:
a. keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta rangkapnya;
4. Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan.
Menurut UU Nomor 10 tahun 2020 tentang Bea Meterai, tarif yang ditetapkan untuk
bea meterai terutang sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah). Pembayaran atau tata cara
pelunasan bea meterai yang terutang pada dokumen dilakukan dengan menggunakan meterai
atau surat setoran pajak. Meterai yang digunakan bisa dalam bentuk meterai :
a. Meterai tempel; memiliki ciri umum berupa gambar lambang negara Indonesia
yaitu garuda pancasila, frasa “meterai tempel” dan angka yang menunjukkan
nominal. Sedangkan ciri khusus pada meterai tempel adalah desain, bahan, dan
teknik cetak yang dapat bersifat terbuka, semi tertutup, dan tertutup.
b. Meterai elektronik; meterai ini memiliki kode unik dan keterangan tertentu yang
diatur dalam peraturan menteri.
c. Meterai dalam bentuk lain yang ditetapkan oleh menteri; merupakan meterai yang
dibuat dengan menggunakan mesin teraan meterai digital, sistem komputerisasi,
teknologi percetakan, dan sistem atau teknologi lainnya.
F. Pemeteraian Kemudian
2. Dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya
Pihak yang wajib membayar Bea Meterai melalui pemeteraian kemudian merupakan
pihak yang terutang. Bea Meterai yang terutang atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi
maka ditambah dengan sanksi administratif sebesar 100% (seratus persen) dari Bea Meterai
yang terutang.
3. Perbedaan PBB dan BPHTB
4. Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang Orang pribadi atau badan yang
secara nyata : memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan sbb :
1.Mempunyai suatu hak atas
1. Hak milik
bumi, dan atau;
2. Hak guna usaha
2.Memperoleh manfaat atas
3. Hak guna bangunan
bumi, dan atau;
4. Hak pakai
3.Memiliki bangunan, dan
atau; 5. Hak milik atas satuan rumah
susun
4.Menguasai bangunan, dan
6. Hak pengelolaan
atau;
-apabila NJOP-nya ≥
Rp1.000.000.000,00 adalah
40%
bphtb.html#:~:text=Subjek%20BPHTB%20adalah%20orang%20pribadi,atas%20tanah%20dan
%20atau%20bangunan. (diakses pada 11 Maret 2021)