Kelompok 2
1. Hajar Fathonah Assa’adah : 2140022078
2. Hasna Adilah : 2140022074
3. Kurnia Jailani : 2140022041
4. Nur Chabibah : 2140022045
5. Qonita Mar’ati : 2140022040
6. Rohmatul Khoiroh : 2140022148
7. Sigid Nugrohowati : 2140022069
8. Siti Maratus Sholikhah : 2140022047
FAKULTAS TARBIYAH
SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Pancasila sebagai
Dasar Negara”.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................... 1
Daftar Isi..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 3
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa masalah yang akan kita bahas pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
3
2. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam batang tubuh Negara Republik
Indonesia tahun 1945?
3. Bagaimana bentuk implementasi Pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,
Pertahanan dan Keamanan?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
a. Asas kerohanian negara yaitu Pancasila pada alinea 4, “…dengan
berdasar kepada Ketuhanan.”
b. Asas politik negara, yaitu kedaulatan rakyat pada alinea 2 dan 4
c. Tujuan negara pada alinea 4
d. Ketentuan diadakannya UUD pada alinea 4, “…dalam suatu UUD
Negara Indonesia,…”
Ketentuan dalam Pasal 37 ayat (1) sampai ayat (5) UUD 1945 pasca
amandemen ke-4 hanya memuat ketentuan perubahan pasal-pasal dalam UUD
1945, tidak memuat ketentuan untuk mengubah Pembukaan UUD 1945. Hal ini
dapat dipahami karena wakil-wakil bangsa Indonesia yang tergabung dalam
Majelis Permusyawaratan Rakyat memahami kaidah ilmiah, terkait kedudukan
Pembukaan UUD 1945 yang sifatnya permanen sehingga mereka
mengartikulasikan kehendak rakyat yang tidak berkehendak mengubah
Pembukaan UUD 1945.
6
Menurut Winarno dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila
(2016) karya Winarno, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia,
kedudukan pancasila sebagai dasar negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat
diubah karena terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat.
Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit.
Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty,
Pembukaan UUD 1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan serta
peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum lainnya, termasuk hukum dasar
tertulis dan hukum dasar tidak tertulis.
Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya
bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan yang
saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila
adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya.
Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945.
Unsur pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD
1945, sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
Melansir dari buku Pendidikan Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-
Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan
posisinya tidak dapat tergantikan.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan
negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan, perundang-
undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya.
Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal. Artinya
Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah.
Sedangkan Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi. Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki
hubungan material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara
Indonesia, yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari
7
Pancasila. Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hukum
Indonesia.
2.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945
8
November 2001/ 10 Agustus 2002. Batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang
telah mengalami amandemen dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
9
a. Pasal 26 Ayat (2): Penduduk ialah warga negara Indonesia dan
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Orang asing yang
menetap
di wilayah Indonesia mempunyai status hukum sebagai penduduk
Indonesia, yaitu mematuhi hak dan kewajiban yang sesuai dengan
ketentuan undang-undang yang berlaku serta tidak boleh
bertentangan 9dengan ketentuan hukum internasional yang berlaku
umum.
b. Pasal 27 Ayat (3): Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
dalam upaya pembelaan negara.
c. Pasal 29 Ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 Ayat (2): Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
Ayat (3): Pemerintah mengusahakan dn menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara,
lambang negara, dan lagu kebangsaan
a. Pasal 35: Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
b. Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
c. Pasal 36A: Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
d. Pasal 36B: Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
10
kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh
karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi
harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam
sila-sila pancasila dam esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang
menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.
11
persaingan bebas dan jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal
ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan
demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto,1999). Pengembangan
ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem
ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34.
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran
kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing merupakan
pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan
kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok
pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi
di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran
yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang
dilontarkan oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:239),
yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan,
melankan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan
kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai
moral kemanusiaan.
12
berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa
reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya
nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-
pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, dan persatuan yang
massing-masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga
pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan
bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses
pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian,
pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi kebijakan negara
dalam mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab,
sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan
beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat
nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal
ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika
yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab.
13
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat
hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan
perundang-undangan negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban
warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal
tersebut merupakan penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang
merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah
landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus
diawali dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum.
Pertahanan dan keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar
kemanusiaan, bukan kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan
indonesia berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang
terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar
pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan
untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila
ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan
keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan
agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara
hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam
mengayomi masyarakat.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA:
15
Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hukum
Indonesia.
16
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal
28. Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada
manusia yang merupakan subyek pendukung Pancasila.,maka dari itu
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus
memperhatikan rakyat yang merupakan pemegangyang dikembangkan
adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral
politik
17
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus
berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua),
berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga
sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak
dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila
keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam hidup
masyarakat (sila kelima).
3.2 SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. http://ridwanaz.com/akademik/kewarganegaraan/mengetahui-arti-atau-
pengertian-pancasila/
2. http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-
berbangsa/
3. Ristedikti.2016.Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila
Cetakan 01.
4. https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/823/begini-hubungan-pancasila-dan-uud-
1945.html
5. Http://fauziyyahziya.blogspot.com/2015/11/pancasila-sebagai-dasar-
negara.html?m=1
19