Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Dosen Pengampu: M. Yunan Hidayat

Kelompok 2
1. Hajar Fathonah Assa’adah : 2140022078
2. Hasna Adilah : 2140022074
3. Kurnia Jailani : 2140022041
4. Nur Chabibah : 2140022045
5. Qonita Mar’ati : 2140022040
6. Rohmatul Khoiroh : 2140022148
7. Sigid Nugrohowati : 2140022069
8. Siti Maratus Sholikhah : 2140022047

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM

SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Pancasila sebagai
Dasar Negara”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini kami membahas tentang Pancasila sebagai Dasar


Negara. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan pembaca mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara. Kami
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Surakarta, 25 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... 1

Daftar Isi..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 3

1.1 Latar Belakang................................................................................. 3


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 5

2.1 Hubungan Pancasila Dengan UUD NRI 1945................................ 5


2.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI 1945....... 8
2.3 Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam......10

BAB III PENUTUP ................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila dari kata ‘Panca’ yang berarti lima, dan ‘Sila’ yang
berarti berbatu sendi, alas atau dasar. Berasal dari Bahasa sansekerta yang
juga berarti ‘Pelaksanaan Kesusilaan yang Lima’. (Prof. Darji
Darmodiharjo, 1981).
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia, dan UUD 1945
merupakan konstitusi negara Indonesia. Pancasila mengandung nilai –
nilai yang yang hendaknya diterapkan masyarakat. Sedangkan UUD 1945
memuat dasar hukum yang bentuknya tertulis. Antara Pancasila dan UUD
1945 (khususnya bagian pembukaan) memiliki hubungan yang saling
berkaitan (tidak dapat dipisahkan).
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar filsafat negara
Republik Indonesia, serta sumber untuk menghasilkan pokok–pokok
pikiran yang terkandung dalam UUD 1945, meliputi suasana kebatinan,
cita–cita hukum, dan cita – cita moral Bangsa Indonesia. Dengan kata lain,
Pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan bangsa Indonesia.
Sebagai warga Indonesia, sudah sepantasnya kita menerapkan
nilai–nilai yang terkandung dalam Pancasila. Karena didalam Pancasila
terkandung nilai – nilai luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan
kepribadian bangsa. Pengimplementasi Pancasila–lah salah satu realisasi
praktis untuk mencapai tujuan bangsa. Terutama saat Globalisasi begitu
cepat menjangkiti negara – negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan kita bahas pada makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Apa hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD Negara


Republik Indonesia tahun 1945?

3
2. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam batang tubuh Negara Republik
Indonesia tahun 1945?
3. Bagaimana bentuk implementasi Pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,
Pertahanan dan Keamanan?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas, dapat kita simpulkan bahwa tujuan
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945.
2. Mengetahui penjabaran Pancasila dalam batang tubuh Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
3. Mengetahui bentuk implementasi Pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,
Pertahanan dan Keamanan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan tentang :
a. Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
b. Penjabaran Pancasila dalam batang tubuh Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
c. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan dan
Keamanan.
2. Mendorong warga Indonesia untuk menerapkan nilai – nilai luhur
bangsa Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Pancasila Dengan UUD NRI 1945

Notonagoro (1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar


bukan hukum tertinggi karena masih ada dasar-dasar pokok bagi Undang-
Undang Dasar yaitu yang dinamakan pokok kaidah negara yang fundamental
(staats fundamental norm). Notonagoro menjelaskan bahwa secara ilmiah
kaidah negara yang fundamental mengandung beberapa unsur mutlak, yang
dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai berikut:

Unsur Mutlak Staats Fundamental

1) Dari segi terjadinya :


a. Ditentukan oleh pembentuk negara
b. Terjelma dalam bentuk pernyataan lahir sebagai kehendak
pembentuk negara mengenai dasar-dasar negara yang dibentuk
2) Dari segi isinya memuat dasar-dasar negara yang dibentuk :
a. Asas kerohanian negara
b. Asas politik negara
c. Tujuan negara
d. Memuat ketentuan diadakannya UUD negara
Berdasarkan paradigma berpikir tersebut, maka Pembukaan UUD
1945 memenuhi syarat unsur mutlak staats fundamental norm seperti
penjelasan berikut ini:

Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai Staats Fundamental


Norm

1. Dari segi terjadinya:

a. Ditentukan oleh PPKI sebagai bentuk negara


b. Dalam alinea 3 dikatakan, dinyatakan “…maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

2. Dari segi isinya memuat dasar-dasar negara yang dibentuk:

5
a. Asas kerohanian negara yaitu Pancasila pada alinea 4, “…dengan
berdasar kepada Ketuhanan.”
b. Asas politik negara, yaitu kedaulatan rakyat pada alinea 2 dan 4
c. Tujuan negara pada alinea 4
d. Ketentuan diadakannya UUD pada alinea 4, “…dalam suatu UUD
Negara Indonesia,…”

Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan


Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:

1. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai staats


fundamental norm. Oleh karena itu, kedudukan Pembukaan merupakan
peraturan hukum yang tertinggi di atas Undang-Undang Dasar.
Implikasinya, semua peraturan perundang-undangan dimulai dari pasal-
pasal dalam UUD 1945 sampai dengan Peraturan Daerah harus sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945.
2. Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD1945 sebagai
staats fundamental norm. Secara ilmiah-akademis, Pembukaan UUD 1945
sebagai staats fundamental norm mempunyai hakikat kedudukan yang
tetap, kuat, dan tak berubah bagi negara yang dibentuk, dengan perkataan
lain, jalan hukum tidak lagi dapat diubah (Notonagoro, 1982: 25).

Ketentuan dalam Pasal 37 ayat (1) sampai ayat (5) UUD 1945 pasca
amandemen ke-4 hanya memuat ketentuan perubahan pasal-pasal dalam UUD
1945, tidak memuat ketentuan untuk mengubah Pembukaan UUD 1945. Hal ini
dapat dipahami karena wakil-wakil bangsa Indonesia yang tergabung dalam
Majelis Permusyawaratan Rakyat memahami kaidah ilmiah, terkait kedudukan
Pembukaan UUD 1945 yang sifatnya permanen sehingga mereka
mengartikulasikan kehendak rakyat yang tidak berkehendak mengubah
Pembukaan UUD 1945.

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. UUD 1945 merupakan


dasar konstitusi negara Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai yang
hendaknya dapat diterapkan masyarakat. Sedangkan UUD 1945 memuat dasar
hukum yang bentuknya tertulis.

6
Menurut Winarno dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila
(2016) karya Winarno, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia,
kedudukan pancasila sebagai dasar negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat
diubah karena terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat.
Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit.
Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty,
Pembukaan UUD 1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan serta
peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum lainnya, termasuk hukum dasar
tertulis dan hukum dasar tidak tertulis.
Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya
bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan yang
saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila
adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya.
Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945.
Unsur pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD
1945, sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
Melansir dari buku Pendidikan Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-
Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan
posisinya tidak dapat tergantikan.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan
negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan, perundang-
undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya.
Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal. Artinya
Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah.
Sedangkan Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi. Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki
hubungan material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara
Indonesia, yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari

7
Pancasila. Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hukum
Indonesia.

2.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945

Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran


yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita hukum dan cita-cita moral bangsa
Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang
dijunjung karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara, yaitu
Pancasila. Pokok-pokok pikiran dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam
batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945. Hubungan Pembukaan
UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dengan batang tubuh UUD NRI
tahun 1945 bersifat kausal dan organis.

o Hubungan kausal: Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan


penyebab keberadaan batang tubuh UUD NRI tahun 1945.
o Hubungan organis: Pembukaan dan batang tubuh UUD NRI tahun 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pancasila tidak saja
merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum positif.
4 Pokok Pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh:
a) ‘Persatuan’ yaitu, “negara melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
b) ‘Keadilan sosial’ (causa finalis) yaitu, “negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”.
c) ‘Kedaulatan rakyat’ yaitu, “negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”.
d) ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ yaitu, “negara berdasarkan atas
ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemaanusiaan yang adil
dan berada”.

MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945


sebanyak empat kali, terjadi pada 19 Oktober 1999/ 18 Agustus 2000/ 9

8
November 2001/ 10 Agustus 2002. Batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang
telah mengalami amandemen dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

I. Pasal-pasal yang terkait aturan pemeritahan negara dan


kelembagaan negara.
II. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan
penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan
negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
III. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai
bendera negara, bahasa negara, lambing negara, lagu kebangsaan,
perubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.
⮚ Contoh penjabaran Pancasila ke dalam batang tubuh melalui pasal-
pasal UUD NRI tahun 1945 :
1. Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
a. Pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah negara hukum. Yaitu
negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3 Ayat (1): MPR berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
Ayat (2): MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden.
Ayat (3): MPR hanya dapat memberhentikan Presiden atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
2. Wewenang atau Kekuasaan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR)
Sebagaimana disebutkan pada pada Pasal 3 ayat (1), (2,) dan (3)
di atas ketentuan yang terkait dengan wewenang atau kekuasaan MPR
tersebut juga menunjukkan bahwa dalam ketatanegaraan Indonesia
dianut sistem horizontal-fungsional dengan prinsip saling
mengimbangi dan saling mengawasi antarlembaga negara.
3. Hubungan antar negara dan penduduknya yang meliputi warga
negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan
sosial.

9
a. Pasal 26 Ayat (2): Penduduk ialah warga negara Indonesia dan
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Orang asing yang
menetap
di wilayah Indonesia mempunyai status hukum sebagai penduduk
Indonesia, yaitu mematuhi hak dan kewajiban yang sesuai dengan
ketentuan undang-undang yang berlaku serta tidak boleh
bertentangan 9dengan ketentuan hukum internasional yang berlaku
umum.
b. Pasal 27 Ayat (3): Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
dalam upaya pembelaan negara.
c. Pasal 29 Ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 Ayat (2): Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
Ayat (3): Pemerintah mengusahakan dn menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara,
lambang negara, dan lagu kebangsaan
a. Pasal 35: Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
b. Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
c. Pasal 36A: Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
d. Pasal 36B: Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.

2.3 Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam


bidang politik ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan
1. Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus
mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada

10
kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh
karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi
harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam
sila-sila pancasila dam esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang
menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam


bidang politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-
pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan
rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradap yang masing-masing
merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila. Kedua pokok
pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di
Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka


pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada
manusia yang merupakan subyek pendukung pancasila, sebagai mana
dikatakan oleh Noto Nagoro (1975:23) bahwa yang berketuhanan,
berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah
manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara
harus berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di
dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin
hak-hak asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang
merupakan pemegangyang dikembangkan adalah sistem yang
memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.

2. Implementasi Pancasila dalam Ekonomi

Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang


menang, sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada

11
persaingan bebas dan jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal
ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan
demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto,1999). Pengembangan
ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem
ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34.
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran
kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing merupakan
pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan
kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok
pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi
di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran
yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang
dilontarkan oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:239),
yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan,
melankan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan
kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai
moral kemanusiaan.

3. Implementasi Pancasila dalam Bidang Sosial dan Budaya


Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka
bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan
adanya stagnasi nilai social budaya dalam masyarakat sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi

12
berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa
reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya
nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-
pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, dan persatuan yang
massing-masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga
pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan
bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses
pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian,
pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi kebijakan negara
dalam mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab,
sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan
beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat
nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal
ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika
yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab.

4. Implementasi Pancasila dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan

13
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat
hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan
perundang-undangan negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban
warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal
tersebut merupakan penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang
merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah
landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus
diawali dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum.
Pertahanan dan keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar
kemanusiaan, bukan kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan
indonesia berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang
terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar
pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan
untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila
ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan
keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan
agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara
hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam
mengayomi masyarakat.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA:

A. Hubungan Pancasila Dengan UUD NRI 1945

Undang-Undang Dasar bukan hukum tertinggi karena masih ada


dasar-dasar pokok bagi Undang-Undang Dasar yaitu yang dinamakan
pokok kaidah negara yang fundamental (staats fundamental norm).
Berdasarkan paradigma berpikir tersebut, maka Pembukaan UUD 1945
memenuhi syarat unsur mutlak staats fundamental norm.

Di simpulkan bahwa hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD


1945, antara lain sebagai berikut:

1. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai staats


fundamental norm.
2. Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD1945 sebagai
staats fundamental norm.
Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945.
Unsur pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD
1945, sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa.
Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
merupakan hubungan yang sifatnya formal. Artinya Pancasila dijadikan
dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma positif.
Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah.
Sedangkan Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi.
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubungan
material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara Indonesia,
yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila.

15
Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hukum
Indonesia.

B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945

Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok


pikiran yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita hukum dan cita-cita
moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-
nilai yang dijunjung karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar
negara, yaitu Pancasila.
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat
Pancasila dengan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 bersifat kausal dan
organis. Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah
menjadi hukum positif. 4 Pokok Pikiran yang diciptakan dan dijelaskan
dalam batang tubuh: persatuan, keadilan rakyat, kedaulatan rakyat,
ketuhanan Yang Maha Esa.
Batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami
amandemen dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
IV. Pasal-pasal yang terkait aturan pemeritahan negara dan
kelembagaan negara.
V. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan
penduduknya.
VI. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera
negara, bahasa negara, lambing negara, lagu kebangsaan,
perubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

C. Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam


bidang politik ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
1. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK.

Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi


dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang
dalam sila-sila pancasila dam esensinya, sehingga praktek-praktek
politik yang menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.

16
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal
28. Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada
manusia yang merupakan subyek pendukung Pancasila.,maka dari itu
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus
memperhatikan rakyat yang merupakan pemegangyang dikembangkan
adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral
politik

2. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN


BUDAYA

Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan


saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh
masyarakat. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas
kekeluargaan seluruh bangsa. Implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam
pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34. Kedua pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan
kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok
pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang
ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem
perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan
berkeadilan.

3. IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG


PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara


dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal
30. implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara pada
bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan kesadaran
bahwa indonesia adalah negara hukum.

17
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus
berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua),
berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga
sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-hak
dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila
keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam hidup
masyarakat (sila kelima).

3.2 SARAN

1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat Indonesia dapat menerapkan nilai-


nilai yang terkandung dalam Pancasila, tidak hanya sekedar mengetahui,
akan tetapi dapat melaksanakannya dalam kehidupan.
2. Kepada masyarakat Indonesia dapat menerapkan pengimplementasian
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. http://ridwanaz.com/akademik/kewarganegaraan/mengetahui-arti-atau-
pengertian-pancasila/
2. http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-
berbangsa/
3. Ristedikti.2016.Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila
Cetakan 01.
4. https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/823/begini-hubungan-pancasila-dan-uud-
1945.html
5. Http://fauziyyahziya.blogspot.com/2015/11/pancasila-sebagai-dasar-
negara.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai