Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM DASAR ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN

ANALISIS BIAYA SATUAN (UNIT COST)

OLEH

AYUNINGTYAS MARDHATILLAH

J1A118173

REGULER B 2018

DOSEN PENANGGUNG JAWAB : AMBO SAKKA, S.KM., M.A.R.S

ASISTEN DOSEN : RENI

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

TAHUN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini yang
berjudul “Analisi Biaya Satuan (Unit Cost)” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas Praktikum Dasar Analisis Kebijakan Kesehatan (AKK). Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari, laporan yang ditulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
sangat membantu dalam penyusunan laporan yang akan mendatang.

Kendari, Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………….......... ii
DAFTAR ISI ………………………………….…………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………..……………………… 1
B. Tujuan Praktikum………………………………..……………………… 2
C. Manfaat Praktikum ……………………………………………............. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Satuan Biaya ……………..…………………………………… 4
B. Metode Step Down ……………………………………………………… 6
C. Metode Double Distribution ……………………………………………. 7
D. Metode Activity Based Costing ………………………………………… 8
BAB III METODE PRAKTIKUM ………………………………………. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….. 12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………...………………………………. 16
B. Saran ………………………………..…………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
memberikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif kepada pasien. Rumah sakit
dengan status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD) harus mengutamakan pelayanan terbaik untuk masyarakat
dalam menyediakan jasa pelayanan dan bukan hanya bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan (Sugiyarti, et al, 2013). Hal ini membuat rumah
sakit harus menjalankan operasional secara efektif dan efisien. (Wulan, Surya
Direja, & Reflisiani, 2019)
Dalam merencanakan anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit
diperlukan informasi mengenai besarnya biaya satuan (unit cost) dari setiap
unit pelayananan. Rumah sakit yang berstatus PPK-BLUD memiliki aturan
tersendiri untuk menentukan besaran tariff yang ditentuntukan berdasarkan
perhitungan unit cost sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun
2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007. Imbalan
atas barang/jasa layananan yang diberikan ditetapkan dalam bentuk tarif yang
disusun atas perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana,
serta perhitungan tarif layanan harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti
kontiunitas dan pengembangan masyarakat, daya beli masyarakat, asas
keadilan dan kepatutan dan kompetisi yang sehat (Ambarriani, 2012) dalam
(Wulan et al., 2019)
Menurut Pena dan Ndiaye (2002), unit cost adalah hasil dari total biaya
dibagi jumlah unit pelayanan. Agar perbandingan dapat dilakukan, ukuran
efisiensi harus sebagai unit cost. Biaya satuan adalah biaya yang diperlukan
atau yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan produk (barang atau
jasa). Dalam analisis biaya rumah sakit untuk perhitungan biaya satuan perlu
diketahui secara rinci jenis-jenis produk/jenis pelayanan yang dihasilkan oleh

1
2

unit-unit produksi. Dalam hal ini ada unit-unit produksi yang produknya
bersifat homogen misalnya; unit rawat jalan, unit rawat inap. Ada pula yang
unit produksinya bersifat heterogen misalnya: unit kamar operasi, unit
laboratorium, unit radiologi, dan lain-lain. Dengan diketahuinya biaya satuan
menggambarkan besarnya biaya pelayanan yang dikeluarkan secara nyata
untuk menghasikan suatu produk pelayanan yang diberikan kepada pasien.
(Bunga, 2018).
Pehitungan unit cost menggunakan metode step down merupakan salah
satu metode yang digunakan dalam analisis biaya khususnya dalam
mengalokasikan biaya unit penunjang kepada unit produksi. Pemilihan
metode step down karena relatif sederhana dan praktis untuk diaplikasikan
(Conteh and Walker, 2004) dalam (Wulan et al., 2019)
Unit cost rata-rata rawat inap dihitung melalui analisis biaya dengan
metode distribusi ganda (double distribution) yaitu satu cara untuk
menghitung satuan (unit cost) dengan mendistribusikan semua biaya yang
terpakai di unit penunjang ke unit produksi (distribusi berganda) (Depkes,
1997) dalam (Putra, Arifin, Nurhayani, & Amir, 2013).
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu pendekatan kalkulasi
biaya satuan yang memfokuskan pada aktivitas sebagai obyek biaya yang
fundamental dan menggunakan biaya dari aktivitas sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya ke obyek biaya yang lain seperti produk, jasa atau
pelanggan (Horngren et al. 2000) dalam (Rahmaniar, 2017).
Analisis Biaya Satuan (unit cost) berkaitan erat dengan Permasalahan Tarif
Pelayanan Kesehatan yang memiliki relasi terhadap Pendanaan Kesehatan
dari pemerintah. Penetapan tarif pelayanan kesehatan didasarkan pada
beberapa factor , salah satu faktor yang penting adalah besarnya biaya satuan
(unit cost) pelayanan yang dibutuhkan. (Putra et al., 2013)

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
3

1. Untuk mengetahui analisis biaya satuan (unit cost) dengan metode step-
down.
2. Untuk mengetahui analisis biaya satuan (unit cost) dengan metode double
distribution.
3. Untuk mengetahui analisis biaya satuan (unit cost) dengan metode activity
based costing.

C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara menganalisis
biaya satuan (unit cost) dengan metode step down.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara menganalisis
biaya satuan (unit cost) dengan metode double distribution.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara menganalisis
biaya satuan (unit cost) dengan metode activity based costing.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Satuan Biaya


Analisis biaya adalah suatu kegiatan menghitung biaya untuk berbagai
jenis pelayanan yang ditawarkan, baik secara total maupun perpelayanan per
klien dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh unit yang ada dimana
biaya yang terdapat pada unit yang tidak menghasilkan produk (pusat biaya)
didistribusikan kepada unit-unit yang menghasilkan produk dan menghasilkan
pendapatan (pusat pendapatan). (Sulistyorini & Moediarso, 2012)
Tujuan analisis biaya adalah (Sulistyorini & Moediarso, 2012) :
a. Mendapatkan gambaran mengenai unit/bagian yang merupakan Pusat
Biaya (cost center) serta Pusat Pendapatan (Revenue center)
b. Mendapatkan gambaran biaya pada tiap unit tersebut, baik biaya tetap (
fixed cost) atau biaya investasi yang disetahunkan maupun biaya tidak tetap
(Variable cost) atau biaya operasional dan pemeliharaan
c. Mendapatkan gambaran biaya satuan pelayanan di sarana pelayanan
kesehatan
d. Mendapatkan gambaran tarif dengan menggunakan Break Even Point
e. Mendapatkan gambaran dan peramalan pendapatan sarana pelayanan
kesehatan
Manfaat analisis biaya yaitu (Sulistyorini & Moediarso, 2012) :
a. Pricing. Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan
kebijaksanaan tarif rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (Unit
cost), dapat diketahui apakah tarif sekarang merugi, break even, atau
menguntungkan. Dan juga dapat diketahui berapa besar subsidi yang dapat
diberikan pada unit pelayanan tersebut misalnya subsidi pada pelayanan
kelas III rumah sakit.
b. Budgeting/Planning. Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit
produksi dan biaya satuan (Unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit,
sangat penting untuk alokasi anggaran dan untuk perencanaan anggaran.

4
5

c. Budgetary control. Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk


memonitor dan mengendalikan kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya
mengidentifikasi pusat-pusat biaya yang strategis dalam upaya efisiensi
rumah sakit
d. Evaluasi dan Pertanggung Jawaban. Analisis biaya bermanfaat untuk
menilai performance keuangan RS secara keseluruhan, sekaligus sebagai
pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak berkepentingan.
Agar analisis biaya dapat dilakukan dengan baik dan berjalan dengan
efisien, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (Sulistyorini & Moediarso,
2012) :
a. Pilih satuan waktu. Satuan waktu untuk perhitungan biaya, biasanya tahun
anggaran yang telah berjalan dan datanya tersedia dan lengkap.
b. Identifikasi pusat biaya pelayanan unit produksi dan pendukung Pusat
biaya yang dimaksud adalah unit-unit yang ada dalam RS yang
menyediakan pelayanan atau menyediakan pendukung pelayanan sesuai
struktur organisasi
c. Tersedianya informasi mengenai output Dalam kurun waktu yang dipilih,
identifikasi semua output yang ada di RS, baik pasien umum atau pasien
askes.
d. Perhitungan biaya satuan, ada tiga komponen biaya satuan, yaitu :
1. Biaya satuan actual
Biaya satuan diperoleh dari suatu hasil perhitungan berdasarkan
atas pengeluaran nyata untuk menghasilkan produk pada suatu kurun
waktu tertentu, disebut biaya satuan actual. (Sulistyorini & Moediarso,
2012)
2. Biaya satuan normative
Biaya satuan yang secara normative dihitung untuk menghasilkan
suatu jenis pelayanan kesehatan menurut standar baku disebut biaya
satuan normative. Besarnya biaya satuan normative ini terlepas dari
apakah pelayanan tersebut dipergunakan pasien atau tidak. Dalam
menghitung biaya satuan normative, semua biaya di unit produksi
6

tertentu diklasifikasikan kembali menjadi biaya tetap dan biaya


variable. Unit produksi yang biaya satuannya dihitung dengan
menggunakan biaya satuan normative juga disebut dengan unit produk
homogen, misalnya unit rawat jalan dan unit rawat inap. (Sulistyorini &
Moediarso, 2012)
3. Biaya satuan produk heterogen
Produk heterogen adalah beberapa produk yang berasal satu cost
center. Perhitungannya dilakukan dengan teknik pembobotan yang
dikenal dengan istilah Relative Value Unit (RVU). Unit produk
heterogen nisalnya unit kamar operasi, unit laboratorium, unit radiologi,
unit rehabilitasi medis, dan unit kamar jenazah. (Sulistyorini &
Moediarso, 2012)

B. Metode Step-Down
Metode step-down, disebut juga sequential method, atau step method, atau
metode bertahap, mengalokasikan biaya secara bertahap. Metode ini telah
memperhitungkan adanya pemakaian jasa oleh departemen jasa lainnya. Biaya
yang terjadi dalam suatu departemen jasa akan dialokasikan ke semua
deparatemen yang menikmati jasanya. Akan tetapi, departemen yang telah
mengalokasikan semua biayannya tidak mendapat alokasi biaya dari
departemen lain. Umumnya urutan alokasi dilakukan terlebih dahulu dari
depertemen yang jumlah biayanya paling besar atau dari departemen jasa yang
jasanya paling banyak dinikmati oleh departemen jasa lainnya. (Ristiyana,
2016)
Dalam metode ini, dilakukan distribusi biaya unit penunjang kepada unit
penunjang lain dan unit produksi. Caranya, distribusi biaya dilakukan secara
berturut-turut, dimulai dengan unit penunjang yang biasanya terbesar. Biaya
unit penunjang tersebut didistribusikan ke unit-unit lain (penunjang dan
produksi yang relevan). Setelah selesai dilanjutkan dengan distribusi biaya dari
unit penunjang lain yang biayanya nomor dua terbesar. Proses ini terus
dilakukan sampai semua biaya dari unit penunjang habis didistribusikan ke unit
7

produksi. Perlu dicatat dalam metode ini biaya yang didistribusikan dari unit
penunjang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya mengandung dua elemen
biaya yaitu asli unit penunjang yang bersangkutan ditambah biaya yang ia
terima dari unit penunjang lain. (Sulistyorini & Moediarso, 2012)
Kelebihan metode ini adalah sudah dilakukannya distribusi dari unit
penunjang ke unit penunjang lain. Namun distribusi ini sebetulnya belum
sempurna, karena distribusi tersebut hanya terjadi satu arah, seakan-akan
fungsi tunjang menunjang antara sesama unit penunjang hanya terjadi sepihak.
Padahal dalam kenyataan, bisa saja hubungan tersebut timbal balik. Misalnya
bagian umum melakukan pemeliharaan alat-alat dapur dan sebaliknya dapur
memberi makanan staff bagian umum. (Sulistyorini & Moediarso, 2012)

C. Metode Double Distribution


Double distribution adalah metode pembebanan biaya dua langkah yaitu
ke sesama unit penunjang, lalu ke unit produksi. (Hani, 2019)
Dalam metode ini, pada tahap pertama dilakukan distribusi biaya yang
dikeluarkan di unit penunjang lain dan unit produksi. Hasilnya sebagian unit
penunjang sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagian masih
berada di unit penunjang. Artinya, ada biaya yang tertinggal di unit penunjang,
yaitu biaya yang diterimanya dari unit penunjang lain. Biaya yang masih
berada di unit penunjang ini dalam tahap selanjutnya didistribusikan ke unit
produksi, sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Karena
metode ini dilakukan dua kali distribusi biaya, maka metode ini dinamakan
metode distribusi ganda. (Sulistyorini & Moediarso, 2012)
Kelebihan meode ini sudah dilakukan distribusi dari unit penunjang ke
unit penunjang lain, dan sudah terjadi hubungan timbal balik antara unit
penunjang dengan unit penunjang lain secara fungsional. Metode ini
merupakan metode yang terpilih unuk analisis biaya puskesmas maupun rumah
sakit di Indonesia. (Hani, 2019)
8

D. Metode Activity Based Costing


Activity based costing (ABC) adalah metode pembebanan biaya atas
ahtivitas yang terjadi. Aktivitas yang terjadi pasti akan menyerap sumber daya,
lalu sumber daya ini di bebankan pada objek produksi atau output. (Hani,
2019)
Metode Activity Based Costing merupakan metode baru yang dapat
meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan
biaya lebih akurat. Metode Activity Based Costing merupakan suatu sistem
kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian
ke produk, yang dimaksud produk disini bukan hanya produk dari perusahaan
manufaktur, tetapi juga produk dari bidang jasa, misalnya rumah sakit
merupakan unit usaha yang menghasilkan jasa. Activity Based Costing sangat
membantu pihak manajemen dalam usahanya untuk mencapai target laba yang
telah ditetapkan. Karena dengan menggunakan Activity based costing efisiensi
sebuah unit usaha akan mudah dilakukan. Dengan demikian, unit usaha
tersebut akan mampu menawarkan harga jual yang lebih kompetitif.
(Anggraini, 2013)
Activity based costing merupakan sistem akuntansi biaya yang
dikembangkan oleh Cooper dan Kaplan pada akhir 1980-an. Ini merupakan
perspektif yang berbeda dalam mengalokasikan biaya overhead. Biaya
overhead pada ABC dialokasikan ke produk atau jasa berdasarkan aktivitas
yang dikonsumsi oleh produk atau jasa tersebut (Segovia & Khataie, 2011).
Activity Based Costing memberikan gambaran perhitungan biaya yang jauh
lebih akurat daripada metode biaya akuntansi sebelumnya (Bogdanoiu, 2009).
Menurut Blocher, Edward, Chen, Cokins, & Lin (2008) Activity Based Costing
merupakan pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber
daya ke objek biaya seperti produk atau jasa berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya tersebut. Ada 2 tujuan dari penerapan Activity
Based Costing, yang pertama adalah untuk mencegah terjadinya distorsi biaya.
Distorsi biaya muncul karena metode tradisional menggabungkan semua biaya
overhead kedalam satu cost pool. Kemudian cost pool tersebut dialokasikan
9

berdasarkan beberapa sumber daya umum untuk semua produk atau jasa di
perusahaan, contohnya: jam tenaga kerja langsung. Distorsi biaya dicegah
dengan menggunakan Activity Based Costing yang mengadopsi multiple cost
pools (berdasarkan aktivitas) dan cost driver. Tujuan yang kedua adalah dapat
meminimalkan aktivitas yang tidak bernilai tambah dari suatu produk atau jasa
melalui analisa aktivitas (Kim & Ballard, 2001). Menurut Garrison, Noreen, &
Brewer (2006), Activity Based Costing adalah metode perhitungan biaya
(costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer
untuk pengambilan keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin
akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Dua hal yang harus
dipenuhi sebelum penerapan Activity Based Costing Supriyono (1997: p247-
248) di dalam penelitiannya menyebutkan ada 2 hal mendasar yang harus
dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan sistem Activity Based Costing yaitu
(Marlina, 2017) :
1. Biaya-biaya berbasis nonunit signifikan: Biaya-biaya berdasarkan non-
unit harus merupakan persentase yang signifikan dari biaya overhead.
Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah
dalam pengalokasiannya pada tiap produk.
2. Diversitas produk: Diversitas produk mengakibatkan rasio-rasio konsumsi
antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-aktivitas berdasar
nonunit berbeda-beda. Jika berbagai produk menggunakan semua
aktivitas overhead dengan rasio yang kira-kira sama, maka tidak ada
masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan
semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio
komsumsinya sama, maka sistem tradisional atau sistem Activity Based
Costing membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi,
perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produk rendah)
mungkin dapat menggunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.
Metode activity based costing (ABC) di akui memang merupakan metode
yang lebih baru atau lebih modern. Metode ini hadir dengan beberapa
keunggulan untuk menutupi kelemahan metode tradisional. Beberapa
10

keunggulan-keunggulan dari metode activity based costing diantaranya (Hani,


2019) :
a. Lebih akurat sehingga mampu menjawab tantangan persaingan yang
tinggi.
b. Cocok dengan produk yang sangat heterogen (variasi atau diversitas
produk yang sangat tinggi).
c. Member informasi yang detail untuk pengambilan keputusan oleh
manajemen.
d. Menggunakan asumsi yang lebih sedikit.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

METODOLOGI :

1. Metode daring. Melakukan komunikasi melalui internet atau secara online.


2. Bimbingan virtual. Melakukan pembelajaran atau pemberian materi terkait
cara menghitung unit cost dengan metode step down, double distribution
dan activity based costing, serta konsultasi dengan cara daring bersama
dosen penanggung jawab dan asisten dosen.
3. Simulasi perhitungan unit cost dengan metode step down, double
distribution dan activity based costing, dengan pemberian latihan soal.
4. Bimbingan yang dilakukan oleh asisten dosen

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Step Down


Pusat Biaya yang
Admin Dapur Laundry Total Cost Unit Cost
Biaya di alokasi
Admin 45.756.111 45.756.111
Dapur 22.278.056 6.536.587 28.814.643
Laundry 21.078.056 6.536.587 1.568.144 29.182.787
P.umum 234.820.611 19.609.762 15.485.420 13.468.978 283.384.772 35.871
P.anak 186.000.267 13.073.175 11.761.079 15.713.808 226.548.328 37.758

Pada tabel diatas terdapat 5 pusat biaya atau unit kerja yang merupakan
hasil pengumpulan data alokasi biaya dari klinik amira. Diantaranya terdapat
3 unit penunjang yaitu admin, dapur dan laundry, sedangkan 2 lainnya
merupakan unit produksi yaitu poli umum dan poli anak. Unit kerja tersebut
menggunakan biaya oprasional klinik amira dengan biaya total sebesar Rp.
509.933.100, dalam kurun waktu 1 tahun.
Pada metode ini, unit penunjang didistribusikan ke unit penunjang lainnya
dan unit produksi.
a. Untuk admin, menggunakan total biaya sebesar Rp. 45.756.111 di
distribusikan habis ke unit penunjang lain yaitu dapur dan laundry
masing-masing sebesar Rp. 6.536.587. Dan di distribusikan juga pada
unit produksi yaitu poli umum sebesar Rp. 19.609.762 dan poli anak
sebesar Rp. 13.073.175.
b. Untuk dapur, menggunakan total biaya sebesar Rp. 28.814.643 di
distribusikan habis ke unit penunjang yaitu laundry sebesar 1.568.144.
Dan di distribusikan juga pada unit produksi yaitu poli umum sebesar
Rp. 15.485.420 dan poli anak sebesar Rp. 11.761.079.

12
13

c. Untuk laundry, menggunakan total biaya sebesar Rp. 29.182.787 di


distribusikan habis ke unit produksi yaitu poli umum sebesar Rp.
13.468.978 dan poli anak sebesar Rp. 15.713.808.

Pusat Biaya Unit Cost Tarif


P.umum 35.871 35.871 + (15% x 35.871) = 41.251,65
P.anak 37.758 37.758 + (15% x 37.758) = 43.421,7

Dari hasil perhitungan biaya satuan (unit cost) pada poli umum yaitu
sebesar Rp. 35.871 dan poli anak yaitu sebesar Rp. 37.758, dengan tarif yang
diberlakukan sebesar 15% dari unit cost. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
unit poli umum dan poli anak merupakan cost center unit dimana unit
tersebut menjalankan pelayanannya tanpa adanya subsidi.

B. Metode Double Distribution


1. Tahap 1

Admin 10.168.025 5.084.012 5.084.012 15.252.037 10.168.025 45.756.111

Laundry - - - 9.728.333 11.349.722 21.078.056

Dapur 2.084.496 1.042.248 1.042.248 10.292.201 7.816.862 22.278.056

Sub Total 12.252.521 6.126.261 6.126.261 35.272.571 29.334.609

Total Biaya
12.252.521 6.126.261 6.126.261 270.093.183 215.334.875
tahap 1

2. Tahap 2

Admin 7.351.513 4.901.008 12.252.521

Laundry 2.827.505 3.298.756 6.126.261

Dapur 3.481.832 2.644.429 6.126.261

Sub Total 13.660.849 10.844.193

Total Biaya
283.754.032 226.179.068
tahap 2
14

Unit Cost 35.918 37.697

Pusat Biaya Unit Cost Tarif

P.umum 35.918 35.918 + (15% x 35,918) = 41.305.7

P.anak 37.697 37.679 + (15% x 37,679) = 43.351,55

Dari hasil perhitungan biaya satuan (unit cost) pada poli umum yaitu
sebesar Rp. 35.918 dan poli anak yaitu sebesar Rp. 37.697, dengan tarif yang
diberlakukan sebesar 15% dari unit cost. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
unit poli umum dan poli anak merupakan cost center unit dimana unit tersebut
menjalankan pelayanannya tanpa adanya subsidi.

C. Metode Activity Based Costing

Pusat Biaya Unit Cost Tarif


121.232 + (15% x 121.232) =
121.232
Jahit luka kecil 139.417
15

202.756 + (15% x 202.756) =


202.756
Jahit luka sedang 233.173
284.826 + (15% x 284.826) =
284.826
Jahit luka besar 327.550

76.587 76.587 + (15% x 76.587) = 88.075


DC shock

Pembersihan luka 23.725 23.725 + (15% x 23.725) = 27.284


sederhana
37.094 37.094 + (15% x 37.094) = 42.658
Pembersihan luka kotor

Pembersihan luka sangat 41.301 41.301 + (15% x 41.301) = 47.496


kotar
71.953 71.953 + (15% x 71.953) = 82.746
Resusitas
9.375 9.375 + (15% x 9.375) = 10.782
Pemeriksaan EKG
50.768 50.768 + (15% x 50.768) = 58.383
Suction jalan nafas
49.861 49.861 + (15% x 49.861) = 57.340
Intubasi jalan nafas

Dari hasil perhitungan biaya satuan (unit cost) yang dijumlahkan dengan
tarif 15%, dan didapatkan hasil untuk jahit luka kecil sebesar Rp. 139.417,
jahit luka sedang sebesar Rp. 233.173, jahit luka besar sebesar Rp. 327.550,
DC shock sebesar Rp. 88.075, pembersihan luka sederhana sebesar Rp.
27.284, pembersihan luka kotor sebesar Rp. 42.658, pembersihan luka sangat
kotor sebesar Rp. 47.496, resusitas Rp. 82.746, pemeriksaan EKG sebesar Rp.
10.782, suction jalan nafas sebesar Rp. 58.383, dan intubasi jalan nafas
sebesar Rp. 57.340.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metode step-down, mengalokasikan biaya secara bertahap. Dalam metode
ini, dilakukan distribusi biaya unit penunjang kepada unit penunjang lain
dan unit produksi. distribusi biaya dilakukan secara berturut-turut, dimulai
dengan unit penunjang yang biasanya terbesar. Biaya unit penunjang
tersebut didistribusikan ke unit-unit lain (penunjang dan produksi yang
relevan). Setelah selesai dilanjutkan dengan distribusi biaya dari unit
penunjang lain yang biayanya nomor dua terbesar. Proses ini terus
dilakukan sampai semua biaya dari unit penunjang habis didistribusikan
ke unit produksi.
2. Double distribution adalah metode pembebanan biaya dua langkah yaitu
ke sesama unit penunjang, lalu ke unit produksi. Pada tahap pertama
dilakukan distribusi biaya yang dikeluarkan di unit penunjang lain dan
unit produksi. Hasilnya sebagian unit penunjang sudah didistribusikan ke
unit produksi, akan tetapi sebagian masih berada di unit penunjang. Biaya
yang masih berada di unit penunjang ini dalam tahap selanjutnya
didistribusikan ke unit produksi, sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa
di unit penunjang.
3. Activity based costing (ABC) adalah metode pembebanan biaya atas
ahtivitas yang terjadi. Aktivitas yang terjadi pasti akan menyerap sumber
daya, lalu sumber daya ini di bebankan pada objek produksi atau output.

B. Saran
Dalam perhitungan unit cost terdapat bebrapa metode seperti metode step
down, double distribution, dan activity based costing. Dalam menghitung unit
cost haruslah memilih metode yang efisien dan menghemat biaya, serta
memenuhi kriteria dalam pembuatan biaya satuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N. (2013). Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam


Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus pada RSB
Nirmala, Kediri). Cendekia Akuntansi, 1(1), 1–98.

Bunga, P. T. (2018). Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Pada Pelayanan Kesehatan
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Di Kabupaten Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Katalogis, 5(5), 134–144. Retrieved from
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Katalogis/article/view/9563/7591

Hani, T. M. (2019). Penghitungan Unit COST (UC) Dan Penyusunan Tarif


Rumah Sakit Dengan Metode Double Distribution (DD). Deepublish.

Marlina, E. (2017). ANALISIS PENGARUH Activity Based Costing


TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING PERGURUAN. PROSIDING,
2(Vol 2 (2017): 2nd CELSciTech: Urgensi Riset dan Pengembangan
Teknologi Informasi Dalam Mengatasi Masalah Bangsa), 28–35.

Putra, R. S. P., Arifin, M. A., Nurhayani, & Amir, M. Y. (2013). ANALISIS


BIAYA SATUAN (UNIT COST) PERJENIS TINDAKAN
BERDASARKAN RELATIVE VALUE UNIT (RVU) PADA BAGIAN
PERSALINAN RSUD AJJAPANGE KABUPATEN SOPPENG TAHUN
2011. Jurnal AKK, 2(1), 35–41.

Rahmaniar, D. (2017). Analisis Biaya Satuan Metode Activity Based Costing


(Abc) Dalam Evaluasi Tarif Pelayanan Di Klinik Spesialis Bedah Saraf
Rumah Sakit “X” Surabaya. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr.
Soetomo, 3(2), 203. https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.81

Ristiyana, E. (2016). ANALISIS METODE PERHITUNGAN TARIF SEWA


KAMAR RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA
(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Kota Surabaya). Retrieved from
http://eprints.perbanas.ac.id/id/eprint/1007

17
18

Sulistyorini, N., & Moediarso, B. (2012). Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi
dengan Metode Distribusi Ganda. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia,
14(3), 65–72.

Wulan, S., Surya Direja, A. H., & Reflisiani, D. (2019). Penghitungan Biaya
Satuan pada Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit X Jambi menggunakan
Metode Step Down. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 4(1), 43–50.
https://doi.org/10.7454/eki.v4i1.2770

Anda mungkin juga menyukai