Anda di halaman 1dari 16

PENGKAJIAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN DALAM KEPERAWATAN PEKA

BUDAYA

Dosen Pengajar : Dr. Lilik Marifatul Azizah, S.Kep., Ns., M.Kes

Di Susun Oleh Kelompok 2 :

1. Ninna Alfyanna 202001106


2. Tasya Aprlia Widyaningrum 202001107
3. Anita Nur Lailatul 202001108
4. M Fahmi Amrulloh 202001109
5. Riza Vernanda Ariani 202001110
6. Maysi Puji Isanggraini 202001111
7. Rahadian Sinta Anisa 202001113
8. Amalia Nurmaya 202001122
9. Fidiya Putri Winasti 202001123

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2021 / 2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengkajian budaya dan
kebudayaan dalam keperawatan peka budaya ini dengan tepat waktu.

Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Lilik Marifatul Azizah, S.Kep., Ns.,
M.Kes selaku guru atau dosen dalam bidang mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Dan kami menyadari bahwa tugas
yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

18 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER……………….……………………………………………………………........1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….........2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..………...3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………...4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….…..........4

1.3 Tujuan …………….…………………………………...………….….………..4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keperawatan Transkurtal………………………………………………………6

2.2 Konsep dan Prinsip Asuahan Keperawatan……….……………........................6

2.3 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya……………………………………...9

2.4 Instrumen Pengkajian Keperawatan Budaya………………………………….11

2.5 Diagnosa Keperawatan Budaya……………………………………………….13

2.6 Perencanaan Keperawatan Budaya……………………………………………13

2. 7 Evaluasi Keperawatan Budaya…………………………………………..........14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………15

3.2 Saran …………………………………………………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….......16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang
dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan
teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,
middle range theory dan practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah Transcurtal Nursing
Theory. Theory ini berasal dari disiplin ilmu antrapologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-
nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atu Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya
dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri
hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena
dianggap telah mengganggu pasin lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keperawatan transkurtal dalam pelayanan kesehatan ?
2. Apa saja konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkurtal ?
3. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan budaya ?
4. Bagaimana instrument pengkajian keperawatan budaya ?
5. Bagaimana diagnosa keperawatan budaya ?
6. Bagaimanan perencanaan keperawatan budaya ?
7. Bagaimana evaluasi dari keperawatan budaya ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui dan memahami keperawatab transkurtal dalam budaya
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dan prinsip asuhan keperawatan transkurtal

4
3. Untuk mengetahui dan memahami pengkajian asuhan keperawatan budaya
4. Untuk mengetahui dan memahami instrument pengkajian keperawatan budaya
5. Untuk mengetahui dan memahami diagnose keperawatan budaya
6. Untuk mengetahui dan memahami perencanaan keperawatan budaya
7. Untuk mengetahui dan memahami evaluasi keperawtan budaya

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keperawatan Transkurtal dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan


Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa
arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan,tindakan,hasil
karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat
( koentjoroningrat,1986).
Wujud – wujud kebudayaan antara lan:
a. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
b. Kompleks aktivitas atau tindakan
c. Benda2 hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat
dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Teori transkurtal dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antrapologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural
yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leiniger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya.
Keperawatan transcurtal adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada
perilaku individu / kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Sedangkan menurut Leinenger ( 1978 ), Keperawatan transkurtal adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan
budaya.
Tujuan dari transkurtal nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan
menggunakan norma pemahaman keperawatan transcurtal dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasrkan teori
caring, caring adalah esemsi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana, ekspresi,
struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkurtal


Konsep dalam transcurtal nursing adalah :
a. Budaya

6
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai Budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan.
d. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu
menganggap budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendeskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid, mongloid.
g. Etnografi : Ilmu budaya
Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku
individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusi.
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang
bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural Imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
Paradigma transkurtal nursing ( Leininger 1985 ), adalah cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar
belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

a. Manusia
7
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger ( 1984 ) manusai memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada ( Geiger and Davhidizar )
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang / sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif ( Andrew and Boyle, 1995 ).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totaliats kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah didaerah eksimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah
ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur
sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu
harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan symbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti music, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuahan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukaan memandirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategiyang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan / mempertahankan budaya, mengakomodasi / negosiasi
budaya dan mengubah / mengganti budaya klien ( Leininger, 1991 ).

2.3 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

8
Peran perawat dalam transkurtal nursing yaitu menjembatani antara system perawatan
yang dilakukan masyarakat awam dengan system perawatan melalui asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan yaitu :
 Cara I Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
 Cara II Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawata pd tahap inin dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentuakn budaya lain yang
lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makanan berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
 Cara III Restruksiasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilh
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bemtuk matahari terbit ( Sunrise
Model ). Geiiser ( 1991 ) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
( Andrew and Boyle, 1995 ). Pengolahan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian di rancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada "sunrise
model" yaitu ;
a. Faktor Teknologi ( Technologi Factors )
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Penawar
Perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.

9
b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat
Kuat untuk mendapatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas
Kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus di kaji oleh perawat adalah :
agama yang dianut , status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinshop and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor - faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe,keluarga
pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubunga klien dengan kepala
keluarga.
d. Nilai - nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai - nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan di tetapkan oleh
penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma – norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
budaya terkait. Yang perlu kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang
di pegang oleh kepala keluarga, bahasa yang di gunakan, kebiasaan makan,
makanan yang di pantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari² dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku ( political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya.
Yang perlu di kaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung. Jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang di rawat.
f. Faktor ekonomi (Economical factors)
Klien yang di rawat di rumah sakit memanfaatkan sumber sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawatnya diantaranya ; pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarganya, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (education factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur formal tertinggi saat ini.semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti² ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu di kaji pada tahap ini adalah tingat pendidikan

10
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
Prinsip-prinsip penkajian budaya :
a. Jangan menggunakan asumsi
b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya ; orang padang pelit orang
jawa halus.
c. Menerima dan memahami metode komunikasi
d. Menghargai perbedaan individual
e. Tidak boleh membeda bedakan keyakinan klien
f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi

2.4 Instrumen Pengkajian Budaya


Sejalan berjalannya waktu, TranskulturalIn Nursing mengalami perkembangan oleh
beberapa ahli, diantaranya:
a. Sanrise model (Leininger)
Yang terdiri dari komponen
1) Faktor Teknologi ( Technological Factors )
- Persepsi sehat –sakit
- Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
- Alasan mencari bantuan /pertolongan medis
- Alasan memilih pengobatan alternative
- Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah
kesehatan
2) Faktor Agama atau Falsafah hidup ( Religious & Philosophical factors )
- Agama yang dianut
- Status pernikahan
- Cara pandang terhadappenyebab penyakit
- Cara pengobatan atau kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan
3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga ( Kinship &Social factors )
- Nama lengkap dan nama panggilan
- Umur & tempat lahir, jenis kelamin
- Status, tipe keluarga, hubungan klien dengan keluarga
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup ( Cultural Value and lifeways)
- Posisi / jabatan yang dipegangdalam keluarga atau komunitas
- Bahasa yang digunakan
- Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
- Persepsisakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas
sehari-hari.
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku ( Political & legal Factors )

11
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,
meliputi:
- Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
- Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
- Cara pembayaran
6) Faktor ekonomi ( Economical Factors)
- Pekerjaan
- Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
- Sumber biaya pengobatan
- Sumber lain ; penggantian dari kantor, asuransi dll
- Patungan antar anggota keluarga
7) Faktor Pendidikan ( Educations Factors)
- Tingkat pendidikan klien
- Jenis pendidikan
- Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
- Pengetahuan tentang sehat –sakit

b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar


Dalam model ini klien /individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,
pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
1. Komunikasi ( Comunication )
Bahasa yang digunakan, intonasi dan kualitas suara, pengucapan
(pronounciation), penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’.
2. Ruang gerak ( space)
Tingkat rasa nyaman, hubungan kedekatan dengan orang lain, persepsi tentang
ruang gerak dan pergerakan tubuh.
3. Orientasi sosial ( social orientation )
Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang,
persahabatan dan kegiatan sosial keagamaan.
4. Waktu ( time )
Penggunaan waktu, devinisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan
menjalani hubungan sosial, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan
datang.
5. Kontrol lingkungan ( environmental control )
Nilai –nilai budaya, definisi tentang sehat sakit, budaya yang berkaitan dengan
sehat- sakit.
6. Variasi biologis ( Biological variation )
Struktur tubuh, warna kulit dan rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi
enzim dan genetik, penyakit yang spesifik pada populasi tertentu, kerentanan

12
terhadap penyakit tertentu, kecenderungan pola makan dan karakteristik
psikologis, koping dan dukungan sosial.

c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle


1. Identitas budaya
2. Ethnohistory
3. Nilai-nilai budaya
4. Hubungan kekeluargaan
5. Kepercayaan agama dan spiritual
6. Kode etik dan moral
7. Pendidikan
8. Politik
9. Status ekonomi dan sosial
10. Kebiasaan dan gaya hidup
11. Faktor /sifat-sifat bawaan
12. Kecenderungan Individu
13. Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat ( Self
assessment ) dan pada klien, kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi
transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.

2.5 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budaya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and Davishizar,
1995).
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu:
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

2.6 Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat, dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davishizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu:
1. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
13
2. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan
3. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antar klien dan perawat.
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi denga klien.
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami klien.
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultural care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok.
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien kedalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya- budaya mereka. Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

2.7 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

14
Keperawatan transkurtal adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokukuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari
kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya.
Pelaksananaa dan perencanaan proses keperawatan transkurtal tidak dapat dipaksakan
bagitu saja kepada klien sebelum perawat memahami, sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien, penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi
keperawatan transkurtal.

3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori sunrise
model menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses
keperawatan. Dengan adanya teori Leininger tersebut maka perbedaan budaya yang
dimiliki setiap pasien dan perawat itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan
keperawatan pada pasien dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise
model Leininger.

DAFTAR PUSTAKA

Andrew . M & Boyle. J.S, ( 1995 ), Transkurtal Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company
15
Giger. J.J & Davidhiziar. R.E, ( 1995 ), Transcurtal Nursing : Assessment and Intervention, 2nd
Ed, Missouri, Mosby Year Book Inc

Koentjaraningrat ( 1990 ), Pengantar ilmu antrapologi, Jakarta : Rineka Cipta

Leininger. M & Mcfarland. M.R, ( 2002 ), Transkurtal Nursing : Concepts, Thoeries,


Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill
Cpmpanies

16

Anda mungkin juga menyukai