HITAM
PUTIH
Karya : ENANG ROKAJAT ASURA
TOKOH :
AMARAL
NENEK
RIO
DUA ORANG BODYGUARD
PUTRI
SEORANG LELAKI
FIGURAN
BABAK SATU
AMARAL
Hitam….putih…
Hitamku …putihmu…putihku…hitammu…
Dimana hitamku…dimana hitammu…
Dimana putihku….dimana putihmu…
Putih….hitam…
Putihku…hitamku…dingin…
Angin…dimana hitamku…dimana putihku…
RIO
Hitammu disini…bukan itu…bukan disana…
Lihat…pandang…tatap…
Hitammu di sini…Amaral !
AMARAL
Hitamku di sana ? hitamku di nadimu ?
NENEK
Itu bukan hitam, Cu !
Itu abu-abu…abu bukan hitam…karena ada putih di sana…
Abu-abu bukan putih…
Oh…( TERKEKEH ) abu-abu bikin bingung kamu, Cu ?
Tidak…jangan bingung !
Pandanglah abu-abu itu dengan ini …
( MENEPUK DADA DAN BATUK )
RIO ( TERKEKEH )
mana mungkin bisa membedakan hitam dan putih,
mengatur nafas saja tidak becus !
kau batuk-batuk terus, Nek !
Tak perlu memikirkan hitam dan putih,
pikirkanlah liang lahat !
NENEK
Tengik juga kau anak muda !
Jangan dengar itu, Cu ! Jangan kau dengar…
kau akan menemukan putihmu…
putihmu yang kaucari…bukan putih dia…
bukan putih orang lain !!!
AMARAL
Biarlah aku pandang sendiri, Nek !!
Jangan memandang dengan mata nenek…
Aku masih awas…
Pasti lebih awas !
Mata nenek sudah rabun…
Mana bisa mewakili keinginanku !!
AMARAL
Aku tak melihat putih di sana…
Hoi…adakah putihku di sana ?
Hoi…hanya ada hitamkah di sana ?
NENEK ( BATUK-BATUK )
hitam dan putih tidak dimana-mana, Cu !
tapi di sini ….
( MENEPUK DADA DAN BATUK-BATUK KEMBALI )
ah…kenapa penyakit ini selalu saja manja…
dasar penyakit jaman sekarang…
manja…tak bisa mandiri…
NENEK
Bagus…bagus itu, Cu !
Kalau kau sudah mengaku aku tua,
kau akan pula mengaku nenekmu bisa membedakan
mana hitam mana putih…
RIO
Dalam kacamata tuamu,
mana mungkin bisa membedakan hitam dan putih
lihat…ini hitammu di sini…
hitammu ada pada hitamku, Amaral !
NENEK
Tuhan, jangan biarkan hitam membawa cucuku !
Kuatlah putihmu di sini….
Pancarkan putihmu pada cucuku !
Jangan…jangan biarkan hitam itu, Tuhan !
Jangan biarkan membawa cucuku…
NENEK
Adakah putihku di sana ?
Tunjukanlah !!!
Mana putihku ?
DARI ARAH PENONTON
Tak ada putih di sini…
NENEK
Ah, ternyata kalian masih suka bohong…
Aku pikir kebohongan hanya ada di pasar-pasar…
Ditawar seribu…dia bilang belinya saja seribu dua ratus…
padahal ia beli lima ratus…he he he…
Aku sangka kebohongan hanya ada di terminal…
bus penuh dikatakan kosong…
tadinya aku hanya beranggapan…
kebohongan hanya ada di senayan
tapi ternyata…di sini juga …
apa pasar pindah ke sini heh ?
apa terminal juga ada di sini ?
atau tempat ini sudah disulap jadi senayan tandingan ?
NENEK
Adakah putihku di sana ?
Tunjukanlah…mana putihku ?
NENEK
Adakah putihku di sana ?
( SEPERTI AKAN MENANGIS )
Tunjukanlah…mana putihku ?
NENEK
( BENAR-BENAR MENANGIS DAN BICARA SENDU )
Adakah putihku di sana ?
Tunjukanlah !!
Mana putihku ?
AMARAL
Nenek jangan bunuh diri…
Nenek masih diperlukan di sini…
NENEK
Cucuku masih ada…
Dia masih sayang…
RIO
Bom !!
AMARAL
Bom … bom !!
NENEK
Bukan bom…itu tadi kentut !
RIO
Kentut ? begitu kerasnya kentut ?
NENEK
Ya, itu tadi kentut !
Bahkan ada kentut yang bisa lebih keras dari itu…
AMARAL
Ngaco !
Nenek jangan ngaco !
Ayo keluar…itu tadi bom…
atau paling tidak granat tangan…
NENEK
Kentut !
RIO
Siapa yang kentut ?
NENEK
Kamu ! kau yang kentut !
Kentut orang macam kau itu pasti sekeras bom !
RIO
Aku kentut ? kentutku keras ?
Mana mungkin, Nek,
aku masih bebas keluar masuk Amerika !
kalau aku kentut sekeras bom,
pasti dicekal masuk Amerika…
NENEK
Kalau begitu, kau yang kentut, Cu !
AMARAL ( TERSIPU )
Nenek…mana mungkin aku kentut di depan umum…
lagi pula kentut perempuan itu tidak keras…
Mana mungkin bisa sekeras bom…
NENEK
Ya, sudah !
Kalau begitu, mungkin aku yang kentut…
Kentutku bisa sekeras bom,
buat ngebom laki-laki brengsek yang akan mengganggu kamu !!
Tapi….karena aku perempuan,
pasti kentutku tetap santun…
Buktinya kentutku tak salah sasaran kan ?
Tidak salah tembak…
Kentutku tepat nembak Riomu itu !
AMARAL
menghitung hari…
detik demi detik…
NENEK
Ah…kau ini !
Dia itu lelaki tak bertanggung jawab…
AMARAL
Tapi Rio telah memberi jalan….
Jalan menuju sukses, Nek !
NENEK
Yang memberi jalan itu, Allah !
Jangan kau salah sangka…
Kita itu kecil…kerdil…
Mana mungkin bisa memberi jalan untuk orang lain,
jalan buat sendiri saja tidak bisa…
AMARAL
Sudahlah, Nek !
Simpan omongan nenek itu di lemari besi…
Aku tak mau mendengarnya lagi…
AMARAL
Sadar…aku sangat sadar !
NENEK
Oh, Tuhan, sia-sialah upayaku ini…
AMARAL
Nenek tidak mengerti…
Dunia hiburan memberi jalan hidup…
jalan yang tak pernah nenek temukan dulu…
Pandanglah dunia dengan mata sekarang, Nek !!
Bukan mata nenek yang dulu !
NENEK
Mengkhayalah terus…
Bermainlah dalam fantasimu !!
Tapi kau sedang ada dalam genggamanku sekarang…
AMARAL
Mulai sekarang tidak, Nek !
Aku lepas…bebas…
NENEK
Bawalah pikiranmu…
Tapi kau lupa, hatimu tetap di sini…
SEBUAH SUARA
Siapa yang kentut ?
Ayo ngaku !
Siapa yang kentut ?
Perempuan atau laki-laki ?
***
BABAK DUA
SEBUAH KURSI SIMBOL KESUKSESAN BERADA DI TENGAH
PANGGUNG. BEBERAPA SAAT PANGGUNG ITU HANYA BERISI KURSI
TERSEBUT. CAHAYA TERANG. PADA SATU SISI PANGGUNG ADALAH
KAMAR NENEK LENGKAP DENGAN TERALIS. NENEK SESEKALI TAMPAK
DARI JENDELA, MENATAP KELUAR KADANG MEMEGANG TERALIS
MENATAP PADA JARAK JAUH.
AMARAL
Makasih…makasih…sabar ya…
semuanya pasti kebagian …
sabar dong…
( PADA SESEORANG )
siapa namanya ? bagus…mana bukunya…
oke…tanda tangan di sini ya…
iya…iya…
AMARAL
( PADA SEORANG BODYGUARD )
Kalian atur jangan sampai berebut …
Kalian dibayar untuk itu…
Kulitku bisa lecet kalau berdesakan terus…
NENEK ( TERIAK )
tak ada penggemarmu, Cu !
tak ada penonton…
tak ada penjaga pribadi…
AMARAL ( KESAL )
Diam !
Apa sih maksud nenek ?!
NENEK
Aku hanya ingin menyadarkanmu…
Bukalah mata hatimu…
Ini bukan panggung sandiwara
untuk melambungkan angan-anganmu…
ini rumah kita…rumah sederhana milik kita…
AMARAL
Lebih baik nenek diam, supaya saya tidak berbuat kasar…
Paham ?!
NENEK
Tidak !
AMARAL
Ah, itulah, Nek !
Jaman sekarang sudah maju…
Jauh lebih maju dari jaman yang nenek alami…
Sekarang jaman globalisasi…
Nenek pasti tidak tahu apa itu globalisasi ?
NENEK
He he he … salah kau, Cu !
Dari dulu juga namanya sa-si-sa-si itu sudah ada …
AMARAL ( TERIAK )
Britney spears segera hadir…
Lihat…kurang apa saya, Nek !
Lihat…lihat…penonton !
Saya cantik luar dalam …
AMARAL
Dengar…dengar !!
Gemuruhnya sambutan dunia ?
Rrrruarrrr…biasa…
NENEK ( SEDIH )
Kau terlalu jauh mimpi…
Bangunlah, Cu, hari sudah siang !!
Lihatlah…ini rumah kita…
AMARAL
Aneh…kenapa dicolek tidak kerasa ?
Apa aku mencolek angin ?
Mencolek bayangan ?
AMARAL
Hidup…ya…hidup…
Ada kehidupan di sana…
AMARAL
Aduh..nenek !!
Bener-bener membuat saya kehilangan kesabaran…
Nenek memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa…
Tapi jangan samakan saya dengan nenek…
Ini dunia saya … dunia angan-angan
NENEK
Kau sebenarnya yang bikin aku kehilangan kesabaran
Dengan cara begini kau akan disadarkan…
AMARAL
Kurang ajar !!
Apa kalian sudah jadi robot beneran ?
Apa kalau aku dilembar bom, kalian tetap diam ?!
Kalian kupecat !!
NENEK
Mana ada syal artis besar bau apek…
Kau memang terlalu jauh melamun, Cu !
Sayang…orang tuamu tidak ada…
AMARAL
Jangan ungkit masalah itu, Nek !
Aku malas mendengar cerita itu…
Padahal dady di Amerika !!
Mom di Prancis !!
Nenek malu anak dan menantu sukses di negeri orang ?!
RIO
Hebat…hebat…
Kau benar-benar telah jadi bintang hebat…
( SINDIRAN )
Kau begitu gampang memecat orang…
tapi tidak apa-apa, untuk maju harus tega !!
Tega menjegal orang lain…
AMARAL
Apa maksud semua ini ?!
Apa Rio ?!
RIO
Penyamaran itu penting…
Semakin sempurna menyamar,
semakin besar kesempatan untuk jadi besar…
AMARAL
Aku tak paham…
RIO
Tak perlu semuanya mengerti…
Semakin banyak mengerti,
justru semakin membuat orang bego…
Sederhana saja !!
AMARAL
Sederhana menghadapi hidup ?
RIO
Sederhana menanggapi hidup…
Untuk maju kau perlu sandaran,
menyandarlah pada orang-orang !!
Untuk maju perlu kesempatan,
curilah kesempatan ketika mereka tidur !!
Untuk maju perlu kepandaian,
pura-puralah seperti orang pandai !!
AMARAL
Luar biasa…
Mas telah memberi jalan !!
RIO
Aku tak segan jadi jembatan
asal bisa menghubungkan kamu ke pantai harapan…
AMARAL
Sungguh ?!
RIO
Kau bisa rasakan sendiri selama ini !
AMARAL
Mas Rio !
RIO
Aku tidak brengsek seperti kata nenekmu…
Aku tidak sialan seperti kata orang-orang itu…
Aku bukan bajingan seperti kata orang-orang suci…
Aku tidak seperti yang tudingan wartawan-wartawan itu…
AMARAL
Jangan peduli dengan nenek…
Jangan peduli dengan orang-orang itu…
Kita tak ada urusan dengan mereka !!
RIO
Siapa yang kau perlukan ?
AMARAL ( MALU-MALU )
mas Rio tentu …
siapa yang mas Rio perlukan ?
RIO
Kamu … pasti !
BODYGUARD
Sepatu yang membuat lupa diri…
Tak terasa menginjak orang kecil…
Kemeja yang membuat dia silau…
Semua telah ditanggalkan…
Semua teronggok tak berarti di sini…
Keduanya telah menjadi binatang tentu…
Sama-sama menanggalkan pakaian…
( PADA ONGGOKAN PAKAIAN )
Kau dicipta untuk kebaikan,
bukan untuk membuat orang lupa diri…
Ingat itu !!
NENEK
Tambah satu lagi orang gila sekarang…
Kaukah telah melupakan takdir…
BODYGUARD
Aku perlu mencoba takdir orang lain…
Takdir sebagai manajer artis di sisi kiriku…
Takdir sebagai artis di sisi kananku…
NENEK
Dan takdirmu tak kebagian tempat…
BODYGUARD
Takdirku tetap di sini…
Di dalam dada ini, Nek !
NENEK
Berjalanlah !
BODYGUARD
Aku tak bisa berjalan…
Karena kaki kananku kaki perempuan…
dan kaki kiriku kaki laki-laki…
NENEK
Artinya kau menolak takdir…
BODYGUARD
Bukan !!
Bukan menolak takdir !
Tapi aku ingin kompromi dengan takdir, Nek !
Antara perempuan dan laki-laki pasti bisa kompromi…
Tapi kenyataannya aku benar-benar menyesal…
Jangankan antara perempuan dan laki-laki…
antara kaki kanan dan kaki kiri saja sulit kompromi…
Hebat benar orang di atas awan sana !!
NENEK
Hah…kau telah berjalan ke atas awan ?
BODYGUARD
Aku sering berjalan ke sana !!
NENEK
Kau lihat orang-orang saling kompromi ?
Kau lihat kaki kanan dan kiri kompromi ?
Kau saksikan tangan kanan dan kiri kompromi ?
Atau sama seperti di sini …
Sulit menerima kompromi ketika tak jelas jatahnya !!
BODYGUARD
Aku melihat orang-orang di atas awan sana
Semuanya bersahaja…
Semuanya tertib tanggung jawab…
Di jalan tak pelanggaran lalu lintas …
Di kantor kepolisian tak ada jual beli kesalahan…
Di pengadilan tak ada transaksi pasal dan delik aduan…
Di parlemen tak ada adu jotos kekuasaan…
NENEK
Tentu damai di sana…
Semuanya serba teratur…tertib…
BODYGUARD
Nenek tahu kenapa di atas awan seperti itu ?
Karena tak ada yang punya cita-cita
Tak ada lalu lintas..
Tak ada kepolisian…
Tak ada pengadilan…
Dan absen yang namanya parlemen…
NENEK
Aku tahu sekarang …
Kalau mau tertib lalu lintas, hilangkan lalu lintas !!
Mau bersih, lenyapkan polisi !!
Mau adil, hilangkan pengadilan…
Kalau mau jujur di parlemen….hilangkan…
NENEK
Roboh !
BODYGUARD
Dahsyat !
NENEK
Amblas !
BODYGUARD
Puas !
NENEK
Bencana !
BODYGUARD
Pesona !
NENEK
( MEMBENTAK )
Adzab !!
BODYGUARD
( MENAHAN NAFAS )
huh…
DARI DALAM KAMAR AMARAL MENJULURKAN TANGAN.
AMARAL
Pakaianku !!
Sepatuku…
RIO
Pakaianku !!
Sepatuku !!
NENEK
Jangan kau sentuh itu…
Itu api…tanganmu akan meletup…
Jauhilah api itu…
Kau akan terbakar nanti !!
BODYGUARD
Api !! Api !!
Aku harus menjauhinya…
BODYGUARD
Jangan sentuh itu !!
Api !! Api !
Jauhilah api itu !!
Terbakar nanti !!
NENEK
Ya…api…aku harus menjauhinya…
***
3
BABAK TIGA
AMARAL
Aku tahu kesuksesan itu harus disongsong…
dengan tenaga dan hati…
Aku telah melakukan semuanya, Nek !
NENEK
( TAK ACUH )
Kau tahu caranya tapi tidak tahu menjalankannya !!
Kau pinter tapi tidak cerdik…
Kancil itu kecil tapi bisa memperdaya harimau…
Kancil memang tidak pintar tapi cerdik…
AMARAL
Nenek…
NENEK
Kau tahu brengseknya lelaki itu…
( MELIRIK PADA AMARAL )
aku tidak tahu dunia,
tapi pernah merasakan hal yang sama !!
Sudahlah !!
Tak perlu berdebat !!
sekarang selamatkan anakmu itu !!
AMARAL
Aib, Nek !
Tak ada yang bisa menanggung aib !!
NENEK
Aib !!
Ya…aib !
Tapi anak itu tetap akan tumbuh dan akhirnya lahir !!
AMARAL
( BERDIRI. MERINGIS SEBENTAR )
Aku harus menghentikan agar anak ini tidak terus besar !!
Aku yakin pilihanku sekarang benar !!
AMARAL
Nenek pasti tahu apa yang akan aku lakukan…
Nenek telah banyak makan asam garam
Pasti tahu apa yang kupilih !!
NENEK
Tidak…aku tidak tahu !
Aku tidak paham, Cu !
Aku tidak mau mereka-reka…
Juga tentang pisau itu !!
AMARAL
Aku tak sanggup, Nek !
NENEK
Jangan !!
Percayalah…kasih Allah seluas samudera…
bahkan ditambah samudera lain…
samudera yang lain lagi…
AMARAL
Aku tak perlu samudera, Nek !
Aku perlu bagaimana menutup aib ini !!
NENEK
Beruntung pisau itu tumpul…
Kalau tidak, nadimu pasti putus !!
AMARAL
Beruntung ada nenek !!
Kalau tidak, pasti bukan pisau yang aku pakai…
NENEK
Kematian bukan penyelesaian…
Kematian bukan akhir dari masalah…
Kematian justru awal dari masalah…
AMARAL
Kematian memang awal masalah…
Tapi masalah yang belum aku tahu…
Sementara hidup jelas awal masalah…
Dari masalah yang telah tahu akibatnya …
Itulah kenapa aku memilih kematian !!
AMARAL
Rio…kaukah itu ?
Kenapa kau hitam sayang ?
Kaukah bersama malaikat maut itu heh ?
Hitam…kau hitam sayang …
NENEK
Dari dulu dia hitam…
Hanya mata kamu rabun ayam…
Hitam dibilang putih…
Mana mungkin hitam bisa disebut putih…
Antara hitam dan putih punya suara sendiri-sendiri !!
Punya nuansa sendiri-sendiri !!
AMARAL
( TAK PEDULI )
Rio…hitamkan yang kau bawa ?!
NENEK
Sayang kau selalu menggunakan warna orang lain !!
Aku benar-benar kecewa…
jangan-jangan anak muda sekarang
selalu senang dengan warna orang lain !!
Ah…Cu…cu…terlalu jauh kau bercermin pada orang !!
AMARAL
Mendekat…mendekatlah, Rio !
Lihat…lihat ke sini !!
Tadi aku akan mengakhiri hidup ini !!
Padahal di perutku ada janin yang mulai hidup….
Ah…kau tak paham bagaimana kegundahanku sekarang…
Tidak…kau tidak cukup pintar !!
Kau menghancurkan harapan !!
( SEDIH. MEMEGANG SELENDANG PUTIH YANG TERSAMPIR DI
PUNDAK )
Selendang ini !!
Kau ingat selendang putih ini ?
Aku membawanya agar kau datang !!
Bukankah kau selalu amarah ingin melenyepkan putih ini ?!
Kau ingat itu Rio ?
Ayo ambil Rio !!
Ambil…ambil putih ini !!
Tak ada nenek di sini !! tak ada siapa-siapa !!
Ambil !! Ambil segera !!
( TERTAWA TERBAHAK-BAHAK. BERHENTI. MELANGKAH PELAN. LALU
DUDUK DAN MULAI MENANGIS )
Hitam….putih…
Hitamku …putihmu…putihku…hitammu…
Dimana hitamku…dimana hitammu…
Dimana putihku….dimana putihmu…
Putih….hitam…
Putihku…hitamku…dingin…
Angin…dimana hitamku…dimana putihku…
RIO
Hitammu disini…bukan itu…bukan disana…
Lihat…pandang…tatap…
Hitammu di sini…Amaral !
NENEK
Itu bukan hitam, Cu !
Itu abu-abu…abu bukan hitam…karena ada putih di sana…
Abu-abu bukan putih…
Oh…( TERKEKEH ) abu-abu bikin bingung kamu, Cu ?
Tidak…jangan bingung !
Pandanglah abu-abu itu dengan ini …
NENEK
Pembunuh ! Bajingan !
Bangsat tengik !
Cecunguk !
Amburadul…sampah !
Busuk !!
RIO
Kutu busuk !
Tua banga !!
Pembunuh !!
Kau cecunguk !!
Kau tengik !! Sampah !!
( MELUDAH ) puih !
NENEK
Terkutuk kau, Rio !
RIO
Terkutuk kau tua bangka !
NENEK
Heh…sompret, kenapa kau ikut-ikutan ?
RIO
Karena kau biang keladinya…
NENEK
Kau yang menghancurkan cucuku, sompret !
RIO
Tapi kau yang kesatu menghancurkan pacarku !
Seharusnya kau urus liang lahat…
Ukur jangan sampai terlalu longgar…
Bumi ini akan menolak jika kau minta kubur terlalu longgar !!
NENEK
Hei…kenapa kau urus masalah kubur segala heh ?
RIO
Karena kau yang sengaja minta dikubur !!
Orang yang suka mengubur keinginan orang lain,
memang selayaknya dikubur !!
NENEK
Lancang kau tengik !
Kau apakan cucuku itu ?
RIO
Kau yang harus jawab !!
Kau apakan pacarku itu heh ?
NENEK
Kenapa kau diam ?
RIO
Kau sendiri kenapa ?
NENEK
Aku capek…bengekku kambuh !
RIO
Sama…aku juga capek !
NENEK
Langkahi dulu mayatku…
RIO
Tak sudi…bisa-bisa aku impoten !!
Minggir atau aku kasih kentut !
RIO
Baru kentut bohongan sudah panik…
NENEK
( BICARA PADA PENONTON )
Dasar busuk !
Masih hidup saja sudah bau busuk…
Apalagi kalau sudah mati !!
Jangan-jangan akan tercium sampai Amerika…
RIO
Hei…tua bangka hentikan omonganmu !!
Nanti kalau Amerika kentut, kau bisa celaka !!
Nasibmu bisa lebih parah dari Saddam Husein !!
NENEK
Tuh kan…kentut lagi !!
Aku mual tahu…
RIO
Itu baru ngomong…kentutnya belum
NENEK
Cih…pantas cucuku hamil…
Sering kena kentut kau rupanya…
RIO
Kenapa kita tidak membentuk koalisi …
Kita bikin poros penyelamat amaral…
Kalau nenek setuju,
kita bisa kompromi bagi-bagi kentut !!
atau kita bagi-bagi kursi….
NENEK
Aku tak butuh kentut …kursi goyangku masih cukup kuat…
RIO
Oke…kita bagi-bagi kursi goyang…bagaimana ?
NENEK
Heh…apa maksudmu tengik ?!
RIO
Kita kompromi saja…kita selamatkan Amaral…
Nenek akui saja, Amaral itu hamil sama nenek…
NENEK
Apa bisa ?
RIO
Namanya juga kompromi,
apa sih yang nggak bisa, Nek ?
RIO MENGGANDENG NENEK LALU DISURUHNYA DUDUK DI KURSI
GOYANG. KURSI ITU DIGOYANG-GOYANGKAN OLEH RIO. MULA-MULA
PELAN, MAKIN LAMA MAKIN KENCANG. PADA SATU KESEMPATAN DENGAN
SELENDANG PUTIH, RIO MENJERAT LEHER NENEK. NENEK TERLIHAT
KELOJOTAN. LALU DIAM. TAPI KURSI GOYANG ITU MASIH TERUS
BERGOYANG.
***
4
BABAK EMPAT
AMARAL
Kau tahu orang-orang itu, Nak ?
Kemarin ketika matahari di atas,
mereka adalah para pengagum ibu !!
Mereka itu siap menjilati keringat ibu !!
PUTRI
Ih…jorok…
Apa mereka tidak makan ?!
AMARAL
Makan…mereka makan…
Tapi tidak dengan mulut-mulutnya…
PUTRI
Kok gitu, Bu !
AMARAL
Mereka makan tidak dengan mulut-mulutnya…
Mereka makan dengan pantat-pantatnya…
Kau pasti bingung…tapi sudahlah,
tugas seorang ibu memang menyampaikan segala sesuatu
yang membingungkan anaknya…
nenek juga dulu begitu pada ibu…
Buyutmu juga sama saja…bahkan lebih membingungkan lagi !!
PUTRI
Apa pantat orang-orang itu ada giginya ?
AMARAL
Tidak ! Tentu saja tidak ada !
PUTRI
Bagaimana mereka makan ?
AMARAL
Mereka akan memaksa memasukannya …
Mereka memang sering memaksakan kehendaknya…
Mereka akan memakan apa saja…
Memakan siapa saja !!
PUTRI
Memakan ibu ?
AMARAL
Ya ! hampir saja…
Hampir saja ibu mereka makan juga…
Beruntung ibu punya benteng yang kokoh…
Ayahmu…Rio namanya !
( MENERAWANG JAUH )
Dia lelaki tampan juga gagah…
Selalu melindungi ibu dari kerakusan orang-orang itu !!
PUTRI
Ayah hebat !!
AMARAL
Ayahmu memang hebat…
Jauh lebih hebat dari Superman…apalagi Gatotkoco..
PUTRI
Ayah bisa terbang ?
AMARAL
Tentu, sayang ! Ayahmu bisa terbang…
PUTRI
Ayah punya sayap ?
AMARAL
Tidak !
PUTRI
Kok nggak punya sayap bisa terbang ?!
AMARAL
Ia terbang dengan uangnya…
Ia terbang dengan jabatannya…
Ia terbang dengan ambisinya…
Bahkan dengan pikiran-pikirannya…
PUTRI
Ibu ngawur !!
AMARAL
( TERSENTAK KAGET )
apa benar ibu bicara ngawur ?
AMARAL
Jangan kau naiki kotak ini, sayang !
Kotak ini terlalu tinggi…
Tak bisa kau jangkau sendiri !!
PUTRI
Ibu pernah naik kotak ini ?
AMARAL
( TERSENYUM PAHIT )
Ya…ya…dulu ibu pernah menaiki kotak ini…
Ibu juga pernah merasakan jatuh dari kotak ini…
( SEDIH. MENGUSAP AIR MATA )
PUTRI
Ibu nangis ?
Kata ibu jangan pernah menangis…
Kata ibu menangis itu bodoh !!
Kata ibu…menangislah kalau menghadapi kematian…
Siapa yang akan mati sekarang, Bu ?
AMARAL
( TERSENTAK KAGET )
Ibu tidak menangis…
Ibu hanya ingat Buyutmu… ibu juga ingat ayahmu…
PUTRI
Apa uyut naik kotak ini, Bu ?
SEORANG LELAKI
Buyutmu tentu tidak pernah menaiki kotak ini, Nak !
Tapi ia seperti ditulis sejarah…
Pernah melarang ibumu menaiki kotak ini…
Inilah kotak raksasa… kotak fantasi…
Yang hanya akan membuat gila siapa saja yang menaikinya…
AMARAL
( MEMBENTAK )
Jangan hancurkan anakku !
SEORANG LELAKI
Tidak mungkin, Nyonya !
Karena saya adalah tanah di sini …
Tanah yang pernah menyaksikan bagaimana anda dulu…
Demikian mabuk kesuksesan…
Demikian mabuk kehormatan…
Demikian mabuk kekayaan…prestasi…pujian…dan…
AMARAL
Cukup !
PUTRI
( KAGET DAN HAMPIR MENANGIS )
Orang gila ya, Bu ?!
AMARAL
Ya, dia memang gila !
Ayo kita menyingkir dari sini…
PUTRI
Ayo, Bu ! kita menyingkir…
Ibu menari lagi…dan Putri main musik lagi…
PUTRI
Ayo, Bu !
Ibu harus nari… nari, Bu !
AMARAL
Sebentar sayang… ibu tidak bisa melangkah…
SEORANG LELAKI
Kau tak mungkin meninggalkan tempat ini…
Tanah ini adalah saksi…
Bagaimana kau terbius fantasimu…
Kau tak mungkin meninggalkan tempat ini…
Tanah ini adalah saksi…
Bagaimana kau tergila-gila kehidupan orang lain…
PUTRI
Lari ibu… ayo lari !
AMARAL
Tidak bisa sayang…
PUTRI
Menari… ayo ibu menari…
Aku yang main musik….
SEORANG LELAKI
Kau tak bisa menari…
Karena dulu kau pernah menghina tarian…
Kau sering menelantarkan tarian…
Kau anggap tarian adalah tiket masuk…
Ke dunia gemerlap dan erotis…
Kau telah menelantarkan tarian…
Sekarang rasakan bagaimana tarian mengutukmu !!
PUTRI
Lapar…Bu, lapar !
AMARAL
Sebentar sayang…tugas kita belum selesai…
Ayo…musiknya mana…
Ibu akan menari terus…
PUTRI
Lapar…lapar…
AMARAL
Lapar ? apa itu lapar sayang ?
Ibu tidak pernah merasakannya…
AMARAL
Buyutmu dulu tidak pernah mengajarkan ibu lapar…
Buyutmu hanya mengajari bagaimana kita memberi orang lapar…
Buyutmu memang hebat…
PUTRI
Hebat seperti ayah, Bu ?
AMARAL
Ya, hebat seperti ayah !
PUTRI
Takut…Putri takut…
SEORANG LELAKI
Ada yang tidak beres dengan kotak ini…
Awas… awas… kalian menyingkir !!
Jangan-jangan ada bom waktu !!
AMARAL
Bom ? awww…bom…bom !!
Ke sini sayang… ada bom…
Bom…!
( BERPIKIR MENGINGAT SESUATU. IA TERINGAT UCAPAN NENEK
KETIKA IA SEDANG BICARA DENGAN RIO )
Bom ? apa kentut ?
SEORANG LELAKI
Tenang…sabar…kalian harus bisa menjaga diri !
Percayalah…selama ada saya,
semua aman dan terkendali !
PUTRI
Bom ?
Bom itu apa, Bu ? Bom itu manis apa pahit ?
AMARAL
Bom itu…ya…bom itu seperti tangan raksasa…
Akan merenggut siapa saja yang lemah…
Bom itu…
Ah…sudahlah !
Nanti kalau kau besar, akan tahu apa itu bom !
SEORANG LELAKI
Lihat…ada yang bergerak di dalam kotak ini !
Ada kehidupan…
AMARAL
Bukalah !
SEORANG LELAKI
Ya…saya harus membukanya !
Satu…dua…
Apa saya harus membuka ini ?
Kalau ini bom waktu…saya pasti korban pertama…
( BERPIKIR )
tapi nggak apa-apa…kesempatan untuk jadi pahlawan,
tak pernah datang dua kali…
kalau ini bom waktu dan saya mati…
tolong beritahukan pada tukang ketupat di sudut gang ini…
saya sudah dua kali belum bayar…
makan kerupuk tiga, tak pernah saya hitung…
SEORANG LELAKI
Kurang ajar… ternyata bukan bom…
Ini hanya kotak kentut…
Kau benar… ini bukan bom tapi kentut…
AMARAL
( MENENGOK KE DALAM KOTAK. IA KAGET )
ada orang… ada orang…
lihat… ada orang…
LELAKI MISTERIUS ITU MEMERIKSA SEMENTARA AMARAL
MENJAUH DAN MENGGENDONG PUTRI. LELAKI MISTERIUS ITU
MENDENGUS KARENA MENCIUM BAU YANG TAK SEDAP.
SEORANG LELAKI
Sialan ! sudah mati masih kentut…
( BERPIKIR )
oh…bukan…bukan kentut…
ia memang sudah mati !
yang saya cium tadi…oh alah…bau bangkai !
ya…benar…bau bangkai !!
AMARAL
Bangkai ?!
PUTRI
Bangkai itu apa, Bu ?
AMARAL
Bangkai itu…bau…ya…bau !
AMARAL
Nek…nenek ? nenekkah itu ?
Ah, ternyata nenek masih bisa senyum…
Tapi apakah nenek hidup atau mati ?
SEORANG LELAKI
Dia telah mati…
Aku mencium bau bangkai tadi…
Dia itu pasti arwah penasaran…
NENEK
Aku bukan arwah penasaran…
Tapi jasad dan jiwa penasaran !!
Karena belum tuntas bicara pada cucu dan cicitku !!
AMARAL
Nenek…?
NENEK
Kau tak perlu kaget…
Sejarah telah menuliskan semuanya dengan baik…
Perjalanan kau juga telah dituliskannya…
Ketika kau punya anak…ngamen…makan…
Juga telah dengan baik dituliskannya…
Percayalah !
AMARAL
Apa maksud nenek ?
NENEK
Aku hanya ingin mengatakan …
Apa yang aku katakan dulu adalah kebenaran…
Riomu memang brengsek…
Sepanjang hidupnya terus brengsek !!
Sepertinya dia dilahirkan untuk brengsek !!
AMARAL
Sudahlah, Nek !
Rio itu suamiku…bapak cicit nenek ini !!
PUTRI
Uyut, Bu ?!
Uyut bau kentut, Bu ?
AMARAL
Ya…karena uyut sudah tua…
PUTRI
Apa semua yang tua bau kentut ?
NENEK
Tidak !
Tidak semua orang tua bau kentut !!
NENEK
Ibumu itu terlalu egois…
Ia selalu menganggap benar sendiri…
Padahal kebenaran itu milik semua !!
Milik bersama !!
PUTRI
Uyut masih batu kentut !!
NENEK
( TAK PEDULI DAN TERUS BICARA )
Kebenaran ada dimana-mana…
Tidak boleh dikuasi oleh seseorang !!
Kalau saja ia tidak egois, tentu akan jadi lain ceritanya…
Bapakmu juga sama-sama egois…
Bahkan brengsek !!
PUTRI
Huh…bau !!
NENEK
( TIDAK PEDULI DAN TERUS BICARA. TAK BISA DIREM )
Ia tidak saja membuat ibumu senewen…
Tapi telah berhasil membuat malu sepanjang masa !!
Kau tau, Nak, ibumu pernah mau bunuh diri !!
Ia kira dengan bunuh diri semua urusan akan selesai…
Tapi sudahlah…kau jangan seperti ibumu…
Pandanglah dunia dengan bijaksana !!
Minumlah jamu setiap saat kau merasa perlu
Jangan minum sirup…
PUTRI
Mau sirup, Bu !!
NENEK
( TERSENYUM PAHIT )
Minum sirup itu manis sekarang !!
Enak sekarang !!
Tapi bisa membuat kamu mencret…
Tapi jamu…pahit sekarang…
Tapi bisa membuat kamu sehat !!
Paham kau ?
SEORANG LELAKI
Kembali ke mana ?
Aku tak tahu jalan kembali…
NENEK
Kemarilah !
***
Curiculum vitae
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Menulis cerita pendek, artikel dan novel yang dipublikasikan di Pikiran Rakyat
Mingguan Galura, Jawa Pos, Mingguan Mandala, Mangle, Suara Karya Minggu,
Kompas Minggu, Mingguan Swadesi, Mingguan Mutiara, Mingguan Terbit, Mingguan
Gala, Tabloid Citra, Mingguan Berita Wanita NOVA dan Harian Fajar Banten
2. Reporter Mingguan Galura (1989-1990)
3. Redaktur Pelaksana Majalah Seni Prasasti (1990-1991)
4. Script Writer Radio Shinta FM (1991-1995)
5. Manajer Produksi Radio Shinta FM (1995-1998)
6. Manajer Siaran Radio Shinta FM (1998-2001)
7. Trainner di Masima Training and Consulting Jakarta (Prambors Grup)
8. Repoter Majalah ZONA Misteri Jakarta (2001-2002)
9. Redaktur Pelaksana Majalah ZONA Misteri Jakarta (2002)
10. Wakil Pemimpin Redaksi Majalah ZONA Misteri Jakarta (2003)
PRESTASI KREATIF
1. Juara III Menulis Drama LBSS (1989)
2. Juara Harapan Menulis Drama LBSS (1989)
3. Juara III Lomba Mengarang Filateli Nasional (1986)
4. Juara I Mengarang Perpustakaan (1990)
5. Juara II Mengarang Taman Lalu lintas (1991)
6. Juara Harapan Menulis Essay Pemilu (1996)
7. Juara Harapan Sastra D.K Ardiwinata Bidang Drama (1996)
8. Juara II Sastra LBSS Bidang Essay (1996)
9. Nominator Menulis Cerita Film Direktorat Pembinaan Film Deppen (1997)
10. Nominator Penulis Cerita Lepas FSI 1998
11. Juara I Lomba Menulis Cerita Film Jenis Drama Direktorat Pembinaan
Film
(1998/1999)
12. Juara I Lomba Menulis Cerita Film Jenis Komedi Direktorat Pembinaan
Film
(1998/1999)
13. Juara II Lomba Menulis Cerita Film Jenis Drama Direktorat Pembinaan
Film
(1998/1999)
14. Juara III Lomba Menulis Cerita Film Jenis Legenda Direktorat Pembinaan
Film
(1998/1999)
15. Juara III Lomba Menulis Cerita Film dan Video Cerita Jenis Drama
Direktorat
Pembinaan Film (1999/2000)
16. Juara Harapan Lomba Menulis Cerita Film dan Video Cerita Jenis Legenda
Direktorat Pembinaan Film (1999/2000)
17. Juara I Lomba Menulis Cerita Film dan Video Cerita Jenis Cerita Peningkatan
HAM Direktorat Pembinaan Film (2000)
18. Juara II Lomba Menulis Cerita Film dan Video Cerita Jenis Cerita
Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Film (2000)
19. Sepuluh Besar Cerpenis Versi Lingkaran Komunikasi, Jawa Timur (2002)
20. Sepuluh Besar Lomba Karya Tulis Bank Syariah (2003)
K ARYA KREATIF
1. Senja Kesaksian, berhasil meraih 4 nominasi dalam FSI 1998
2. KAMAR 1604 (3 episode / TPI)
3. Es Krim dan Flamboyan (FTV Cinta)
4. Istana Kertas (FTV)
5. Seperti Kekasihku (FTV)
6. Merahnya Merah (FTV)
7. Bayu (Sineri TVRI)
8. Kau Di Atas Aku Dimana? (Sineri Komedi TVRI)
9. Gejolak Anak Muda (Sineri Remaja TVRI)
10. Kabayan In Drama (Masima Production, 13 episode)
11. Siluman Marakayangan (Komedi Radio, 360 episode)
12. Sangkuriang (Komedi Radio, 270 episode)
13. Jaka Boys (Komedi Radio, 90 episode)
14. Nyi Cantrik (Drama Radio Laga, 180 episode)
15. Kancil Bis Kota (Novel, Pikiran Rakyat Minggu)
16. Toenggoel: Matinya Seorang Warok (Novel,Mingguan Nova)
17. Rumah Di Atas Bukit (Novel Misteri, Zona Misteri Jakarta)
18. Babad Tanah Sunda (Roman, Zona Misteri Jakarta)
BUKU
Para Penari (Antologi Cerpen, Malang, 2002)
Kanaga (Antologi Cerpen Sunda, Bandung, 2003)
Anak Seribu Pulau (Kumpulan Cerita Pendek Islami, dalam proses penerbitan)
Pemikiran Kritis Tentang Acara Televisi (proses penerbitan)
PENDIDIKAN FORMAL
Sekolah Dasar Berijazah tahun 1979
Sekolah Menengah Pertama Berijazah tahun 1982
Sekolah Menengah Atas Berijazah tahun 1985
FMIPA Jurusan Statistika Universitas Terbuka
PENDIDIKAN INFORMAL
Pendidikan Jurnalistik di ICB Bandung ( 1 tahun )
Lokakarya Jurnalistik Radio - LPDS dan The Freedom Forum
Pendidikan Jurnalistik bersama Internews Asia
Workshop Social Mobilization – Aliansi Pita Putih Indonesia
Workshop bersama CCP JOHNS HOPKINS UNIVERSITY
Seminar Sehari Regulasi Undang-undang Penyiaran
Team Building Management in West Java Depelopment Project
Kursus Peningkatan Sumber Daya Manusia
Diklat Operasional Televisi Indosiar
Berbagai Workshop Produksi Siaran
Diklat Special Programm PD PRSSNI Jawa Barat
Kursus Menulis Skenario dan Drama
Pendidikan Komputer di Institut Komputer Indonesia ( 1 tahun)
Kursus Bahasa Inggris di Harvard English College
Saresehan Pemberdayaan Anggota PRSSNI