HERE!!!
BENGKEL SASTRA
KARAKTER
RUSDI/BAPAK
NORMA/IBU
PENONTON LAKI-LAKI/ARIS
SM
PENATA LAMPU
PENATA SET 1
PENATA SET 2
AKTOR/PEMUDA 1
AKTOR/PEMUDA 2
SITA/ADIK ARIS
TINA/IBU ARIS
SRI
AYU
PENAGIH 1
PENAGIH 2
ARDI/ANAK NORMA DAN RUSDI
ORANG-ORANG DAN RENTENIR
ADEGAN I
Penonton laki-laki
Tabe’ ada yang lihat dompetku? Dompet hitam, tidak? Aduh.. atau bisaka minta nomorta? Siapa
tau didapat di jalan atau disekitaran gedung bisaki hubungika langsung. Minta tolongka kodong
(permintaan nomor telepon terus dilakukan kepada barisan penonton lainnya)
SELAGI PENONTON MEMINTA NOMOR TELEPON, SM YANG MELIHAT SITUASI
TERSEBUT MEMANGGIL PENONTON KE ATAS PANGGUNG
SM
Woi Siniko!
PENONTON NAIK KE ATAS PANGGUNG
SM
Apa masalahmu? Saya SM di sini!
Penonton Laki-laki
Apa itu SM, Pak?
SM
Stage Manager, saya yang atur semua pementasan di panggung ini, bahkan segala yang terjadi di
gedung ini tanggung jawabku, salah satunya keributan yang nubikin!
Penonton laki-laki
Hilang dompetku, Pak. Dari tadi kucari tapi ndak kudapatpi sampai sekarang, seingatku
kubawaji tadi dan kupakeji untuk bayar ojol ke sini.
SM
Bukan urusanku itu dompetmu! Mengganggu sekaliko! Untung banyakmi penonton jadi masih
bisaja sabar, tapi kalo kelewatanmako dan masih ributko, kusuruh mami anak-anak usirko!
Tenang-tenang saimako di tempat dudukmu!
Penonton Laki-laki
Ih.. bagaimana dengan dompetku, Pak? Semua identitasku ada di dalam situ, KTP, SIM, STNK,
ATM, bahkan uang-uangku ada semua di situ.
SM
Ededeh, oke! Beginimo, kasih selesai dulu ini acara. Kalo selesaimi nantipi dibantuko cari
dompetmu
Penonton Laki-laki
Janjiki, Pak? Masalahnya dompetku ini.
SM
Iyo.. janganmi banyak mengeluh, dudukmako di tempatmu maumi dimulai pementasan
Penonton Laki-laki
Iye, Pak (penonton berjalan menuju kursinya)
SM
(kepada penonton tadi) ehh.. ingat! Jangan terlalu ribut!
Penonton Laki-laki
Iye siap, Pak! (penonton duduk di tempatnya, namun kegelisahan tetap terlihat di raut wajahnya)
MUSIK MENGALUN, PROPERTI MULAI DIMASUKAN KEDALAM PANGGUNG
DAN DITATA SEBAIK MUNGKIN SESUAI KEINGINAN SUTRADARA, PENATA
LIGHTING MENGARAHKAN LAMPU-LAMPU PEMENTASAN. TIBA-TIBA
KERLAP-KERLIP LAMPU WARNA-WARNI MENGHUJANI DASAR PANGGUNG,
PENATA CAHAYA MEMPERTONTONKAN KEAHLIANNYA. MASUK PENATA
SETTING MELAKUKAN TINDAKAN PROTES.
Penata set 1
Penata set 2
Bisa-bisai murusak pertunjukan kau ai! Lampu yang terlalu liar beginie terlalu boros itu, tentumi
penonton akan sakit matanya dan pusing
Penata set 1
Aduh, ndak ada nasediakan panitia asuransi kesehatan untuk penonton woii!
Ndk bisai dihubungi, jadi kucariki tadi. Sudahma bertanya sama anak-anak ndada tong tauki
AKTOR 2
Elele.. kamae jeka? Sakitki kapang? Datangi lagi asam uratna? Atau ada sedeng naurus di luar?
SM
Dua minggu laluji nasakit. Tapi hari pertunjukan ini, seharusnya tidak boleh sakit aktor, yang
boleh itu mati atau mengundurkan diri.
AKTOR 1
Matimi kapang.
AKTOR 2
AKTOR 1
Mau semuaji orang mati, biar kau sama saya. Manna poeng bayi yang baru lahirka anu mau
semuaji mati.
SM
Ndk peduliji itu penonton, lebih natunggu ini pementasanga
AKTOR 1
(mulai kesal) jadi bagaimanaji ini pak SM? Kalau tidak adai dibatalkangi ini teaterka? Kalau
batalki sia-sia jaki itu latihan, biar mamo kecilji peran ta’, dialog 1 baris 2 barisji kodong, tapi
profesional tong jaki, pak. Bateku tong mi kodong ikuti semua jalan-jalanna latihanga supaya
lancarki acarayya.
AKTOR 2
Di sini tonji kodong adeganku, Pak. Tidak adami di belakang-belakang. Ehh.. liatmi bosan
tommi juga penontonga, lanngapamaki anne? Tidak mauka saya dibilangi aktor gagal!