Anda di halaman 1dari 26

STILL

HERE!!!
BENGKEL SASTRA
KARAKTER
RUSDI/BAPAK
NORMA/IBU
PENONTON LAKI-LAKI/ARIS
SM
PENATA LAMPU
PENATA SET 1
PENATA SET 2
AKTOR/PEMUDA 1
AKTOR/PEMUDA 2
SITA/ADIK ARIS
TINA/IBU ARIS
SRI
AYU
PENAGIH 1
PENAGIH 2
ARDI/ANAK NORMA DAN RUSDI
ORANG-ORANG DAN RENTENIR
ADEGAN I

TERDENGAR SUARA KEGADUHAN DI BANGKU PENONTON, SESEORANG RIBUT


MENCARI SESUATU YANG HILANG, BERKELILING DARI PODIUM KE PODIUM
LAINNYA

Penonton laki-laki
Tabe’ ada yang lihat dompetku? Dompet hitam, tidak? Aduh.. atau bisaka minta nomorta? Siapa
tau didapat di jalan atau disekitaran gedung bisaki hubungika langsung. Minta tolongka kodong
(permintaan nomor telepon terus dilakukan kepada barisan penonton lainnya)
SELAGI PENONTON MEMINTA NOMOR TELEPON, SM YANG MELIHAT SITUASI
TERSEBUT MEMANGGIL PENONTON KE ATAS PANGGUNG
SM
Woi Siniko!
PENONTON NAIK KE ATAS PANGGUNG
SM
Apa masalahmu? Saya SM di sini!
Penonton Laki-laki
Apa itu SM, Pak?
SM
Stage Manager, saya yang atur semua pementasan di panggung ini, bahkan segala yang terjadi di
gedung ini tanggung jawabku, salah satunya keributan yang nubikin!
Penonton laki-laki
Hilang dompetku, Pak. Dari tadi kucari tapi ndak kudapatpi sampai sekarang, seingatku
kubawaji tadi dan kupakeji untuk bayar ojol ke sini.
SM
Bukan urusanku itu dompetmu! Mengganggu sekaliko! Untung banyakmi penonton jadi masih
bisaja sabar, tapi kalo kelewatanmako dan masih ributko, kusuruh mami anak-anak usirko!
Tenang-tenang saimako di tempat dudukmu!
Penonton Laki-laki
Ih.. bagaimana dengan dompetku, Pak? Semua identitasku ada di dalam situ, KTP, SIM, STNK,
ATM, bahkan uang-uangku ada semua di situ.
SM
Ededeh, oke! Beginimo, kasih selesai dulu ini acara. Kalo selesaimi nantipi dibantuko cari
dompetmu
Penonton Laki-laki
Janjiki, Pak? Masalahnya dompetku ini.
SM
Iyo.. janganmi banyak mengeluh, dudukmako di tempatmu maumi dimulai pementasan
Penonton Laki-laki
Iye, Pak (penonton berjalan menuju kursinya)
SM
(kepada penonton tadi) ehh.. ingat! Jangan terlalu ribut!
Penonton Laki-laki
Iye siap, Pak! (penonton duduk di tempatnya, namun kegelisahan tetap terlihat di raut wajahnya)
MUSIK MENGALUN, PROPERTI MULAI DIMASUKAN KEDALAM PANGGUNG
DAN DITATA SEBAIK MUNGKIN SESUAI KEINGINAN SUTRADARA, PENATA
LIGHTING MENGARAHKAN LAMPU-LAMPU PEMENTASAN. TIBA-TIBA
KERLAP-KERLIP LAMPU WARNA-WARNI MENGHUJANI DASAR PANGGUNG,
PENATA CAHAYA MEMPERTONTONKAN KEAHLIANNYA. MASUK PENATA
SETTING MELAKUKAN TINDAKAN PROTES.
Penata set 1

Apa ini ? woii apa mubikin itu, woiiii

Penata set 2

Bisa-bisai murusak pertunjukan kau ai! Lampu yang terlalu liar beginie terlalu boros itu, tentumi
penonton akan sakit matanya dan pusing

Penata set 1

Aduh, ndak ada nasediakan panitia asuransi kesehatan untuk penonton woii!

Penata Set 1 dan 2

Stoppppp !!! woi Berhenti !!!


KERLAP-KERLIP LAMPU WARNA WARNI PERLAHAN LAHAN MULAI LENYAP,
DIGANTIKAN SOROT LAMPU KUNING MENYINARI SELURUH SUDUT RUANG,
MELIHAT PROTES YANG DILAKUKAN PENATA SET, PENATA CAHAYA MULAI
JENGKEL
Penata cahaya
Siala! Apa maksudmu berdua ganggui lampuku hah?! Kau itu yang rusak pertunjukan, urusan
lampu itu wilayahku, urusmi urusannu sendiri kabblams!!
Penata set 2
Sebagai penata lampu, kau we bisai mutenggelamkan efek dramatika dengan lampu seperti itu o,
apalagi musakiti matanya penonton, ingat i! kenyamanannya penonton nomor satu luluare!
Penata cahaya
Justru di jaman sekarang ini lebih modern selerana penonton, labaga!, ndk nu liatki itu! Batena
kerja banting tulang cari uang tapi nahabiskanji untuk joget-joget tidak jelas ditemani lampu-
lampu disko setiap malam.
Penata set 1
Cahaya lampumu yang tadi bisa napatahkan esensi dari pertunjukan selanjutnya, konsep
artistiknya kami tidak singkron dengan pemilihan lampumu tolol!
Penata cahaya
propertimu yang kuno, blammak! Kasih keluarmi itu!
MELIHAT PARA PENATA MULAI BERTENGKAR, SM BERUSAHA MENGAMBIL
JALAN TENGAH DARI MASALAH KEDUANYA.
SM
Apalagi ini mubicarakan? Terlalu fokusko semua dari segi bentuk, bukan isi. pertunjukan yang
dibuat itu harus merespon zaman pada saat ini, supaya bisai jadi jadi jembatan moral untuk
penonton, karena jaman sekarang tenggelammi itu kemanusiaan di tengah-tengah manusia!
Kerjami kerjamu semua!!
Penata Set 1 dan 2
iye, Pak!
Penata Cahaya
Jadi bagaimana mi lampuku, Pak?
SM
Ededeh aturmi sesuai konsep!!
Penata Cahaya
Iye, Pak!
ADEGAN II
PENATA CAHAYA DAN SM KELUAR, PARA PENATA SET MULAI MENATA
KEMBALI PROPERTI SESUAI ARAHAN SUTRADARA, SETELAH PROPERTI
DIATUR PENATA SET KELUAR, MASUK DUA AKTOR LAKI-LAKI KE PINGGIR
PANGGUNG SEDANG BERMAIN GAME MOBILE.
LAMA BERMAIN GAME, KEDUA AKTOR MULAI GELISAH SEAKAN SEDANG
MENUNGGU SESUATU/SESEORANG. SM YANG MELIHAT SITUASI YANG TIDAK
KONDUSIF SEGERA MASUK KE TENGAH-TENGAH PANGGUNG KEBINGUNGAN
SEBAB AKTOR YANG BERTANGGUNGJAWAB MEMERANKAN ADEGAN BELUM
MASUK,
AKTOR 1
Ih, kenapa kita masuk, pak? Mana itu anak?
AKTOR 2
Iye, pak. Dimulaimi ini pertunjukanga na ndk adapi disini. Sudahji dihubungi?
SM

Ndk bisai dihubungi, jadi kucariki tadi. Sudahma bertanya sama anak-anak ndada tong tauki

AKTOR 2

Elele.. kamae jeka? Sakitki kapang? Datangi lagi asam uratna? Atau ada sedeng naurus di luar?

SM

Dua minggu laluji nasakit. Tapi hari pertunjukan ini, seharusnya tidak boleh sakit aktor, yang
boleh itu mati atau mengundurkan diri.

AKTOR 1

Matimi kapang.

AKTOR 2

Sampoi mulutta, sodara.

AKTOR 1

Mau semuaji orang mati, biar kau sama saya. Manna poeng bayi yang baru lahirka anu mau
semuaji mati.

SM
Ndk peduliji itu penonton, lebih natunggu ini pementasanga

AKTOR 1

(mulai kesal) jadi bagaimanaji ini pak SM? Kalau tidak adai dibatalkangi ini teaterka? Kalau
batalki sia-sia jaki itu latihan, biar mamo kecilji peran ta’, dialog 1 baris 2 barisji kodong, tapi
profesional tong jaki, pak. Bateku tong mi kodong ikuti semua jalan-jalanna latihanga supaya
lancarki acarayya.

AKTOR 2

Di sini tonji kodong adeganku, Pak. Tidak adami di belakang-belakang. Ehh.. liatmi bosan
tommi juga penontonga, lanngapamaki anne? Tidak mauka saya dibilangi aktor gagal!

SM MULAI BERPIKIR KERAS HINGGA DIA MENEMUKAN IDE UNTUK


MELIBATKAN PENONTON TADI UNTUK IKUT BERMAIN AGAR
MENGGANTIKAN PERAN AKTOR TERSEBUT.

PENONTON KELIHATAN BINGUNG DI TENGAH-TENGAH BANGKU PENONTON


TERLIHAT MENOLAK AJAKAN SM, NAMUN SM MEYAKINKANNYA DENGAN
MENGIRIM PENATA KOSTUM DAN MAKE UP UNTUK MENYIAPKAN PERANNYA.
ALUNAN MUSIK BERBUNYI SEBAGAI BENTUK IMPROVISASI SAMBIL PENATA
MAKE UP DAN KOSTUM SIBUK MELAKUKAN TUGASNYA. PENONTON LAKI-
LAKI DI DORONG MASUK KE PANGGUNG DAN IKUT DALAM ADEGAN.
Pemuda 1
(bermain domino island) hmm.. uh.. yah.. scatter! Aish! Kakek merah-kakek merah!
Pemuda 2
Sodara, adakah sedekah?
Pemuda 1
Tunggu dulu, ndak naik pi
KEDUA PEMUDA MASIH ASIK BERMAIN, NAMUN PENONTON YANG MASIH
BELUM MEMASUKI PERANNYA TERLIHAT AKAN MENINGGALKAN
PANGGUNG NAMUN DICEGAT OLEH KEDUA PEMUDA TADI. (Penonton=Aris)
Pemuda 1
Oi Aris, mauko lagi kemana? Jam berapami ini? sibuknu. Istirahat lalo mako, apakah nukejar?
Kalo rejeki itu ndak kemanaji.
Pemuda 2
Iyo, kasihani juga dirinu, sodara. Duniaji ini, tidak dibawa mati itu uang-a
WALAUPUN TERLIHAT KEBINGUNGAN, AKTOR BERUSAHA MASUK KE
ADEGAN MESKI AWALNYA TERBATA-BATA.
Aris
Bah, betul sekali itu yang nubilanga, sodara. Tapi bukanji juga anu salah kukerja, lemburka ini
untuk tambah-tambahji pemasukanku, karena tidak mauka kalo tua ma nanti na masih haruska
kerja banting tulang.
Pemuda 2
Iyoo.. tapi takliwaki sede nubikin sampai lupako untuk nikmati masa mudanu, sebenarnya
kenapako begini, Aris? Kayak tossengko orang takut sekalia susah.
Aris
(duduk di samping dua pemuda) sebenarnya ada traumaku, sodara.
Pemuda 1
Trauma apako sede?
Aris
Traumaka karena keluargaku hancurki gara-gara persoalan ekonomi
Pemuda 2
Kah persoalan biasaji itu, Aris. Semua orang pasti pernahji alami yang seperti itu
Aris
Bah, Sodara. Tapi bagiku sakit sekali
Pemuda 1
Kenapako sebenarnya, sodara. Siniko cerita
AKTOR ARIS TERLIHAT SEDIH KETIKA KEMBALI MENGINGAT MASA
LALUNYA
PEMUDA 2
Awwah.. (menepuk punggung pemuda 1) kau kah nukasih menangiski anakna orang!
Pemuda 1
Eh.. e.. sori, sori. Jangan mako pade sodara kalo ndak mauko cerita
Aris
(mengusap air mata) ah.. sori, saya terlalu cengeng tawwa. Sini, sodara, khusus malam ini
kuceritakan semuako masa laluku.
ARIS DAN KEDUA PEMUDA BERJALAN MENUJU BANGKU PENONTON.
SUASANA PANGGUNG BERUBAH, MUSIK MENGALUN PENATA SET DAN
PROPERTI BESERTA KRU PANGGUNG BERJEJER MEMASUKI AREA
PERTUNJUKAN, SELURUH PROPERTI DAN LAMPU DIATUR SEDEMIKIAN RUPA.
DI ATAS PANGGUNG DITAMPILKAN RUANGAN DALAM RUMAH SEDERHANA,
SEPASANG SUAMI ISTRI, DAN DUA ANAK KECIL. SUARA TELEPON
BERDERING, NORMA MENGANGKAT TELPON
NORMA
Halo, nak. Baek-baek jaki di sana?
ARIS
Halo, Mak. Iye baek-baekja
NORMA
Mana adekta, nak?
ARIS
Adaji di kost, Mak. Bagaimana iya kabarnya orang di rumah, baek-baekji?
NORMA
Iye, nak. Alhamdulillah dalam keadaan sehat wal afiat. Kenapaki menelpon, Nak? Habismi
uangta? Sabarki dih nak, mamak sama bapak masih usahakan kirimkanki
ARIS
(terkekeh) aih.. masih adaji uangku, Mak. Mauja dengarki suarata, kah rindu ini anakta sama
keluarganya di kampung. Lama maki juga tidak kutelpon-telpon
NORMA
Orang di rumah juga rindu sekali sama kakak, sama adek juga, rinduu sekali. Tapi demi masa
depanta, nak, masa depannya keluargata. Jadi tahan-tahanki nah nak sama adekta, belajarki baik-
baik. Supaya bisaki jadi orang yang memanusiakan manusia
ARIS
Iye, Mak. Bakal belajarka yang rajin, lulus dengan nilai sempurna. Nanti dapatka pekerjaan yang
layak supaya bisaka kasih bahagiaki mamakku yang paling cantik, bapakku, sama adek-adekku
NORMA
Aamiin.. bagaimana uang kuliahta nak? mulaimi membayar?
ARIS
(ragu) maumi dibuka, mak. Tapi janganmaki dulu pikir ii, masih lamaji juga.
NORMA
Iye pade nak.
ARIS
Kututup pade telpon dih, Mak. Mauma masuk ke kelasku
NORMA
Iye, Nak. Baik-baikki di sana dih. Assalamualaikum
ARIS
Iya, Mak. Walaikumsalam
TELPON TERPUTUS, NORMA TERLIHAT LESU SETELAH MENERIMA TELPON
DARI ANAKNYA.
RUSDI
(menghampiri NORMA yang terlihat pusing) kenapaki, Mak. Orang itu biasa bahagia ii sudah
menelpon sama anaknya, kenapana kita murungki? (pause) beberapa hari ini kulihatki kayak
banyak sekali beban pikiranta, Ndi’. Bicaraki je’ siapa tau ada bisa kubantukanki
NORMA
Bagaimanaka ndk pusing, Pak. Kurang sekali ini pemasukanta dari jual bebek, na banyak sekali
kebutuhanta sekeluarga, biaya sekolahna juga anak-anak tidak bisaki disepelekan.
RUSDI
Sabarki, Ndi’. Begitu memang kalau bukaki usaha, ada untung rugina. Kayakji kehidupanga
kadang susah kadang senang, perbanyak sembayangta saja, banyak-banyak berdoa, ujian ini
nakasihkanki Karaengta
NORMA
Iye pak. Tapi setidaknya ada juga kemajuan, urusan ibadah tidak pernahjaki lewat, tapi apa
bede? Begini-begini tong ji nasibta.
RUSDI
e-eh!
NORMA
(pause, masing-masing bergumul dengan pikirannya sendiri. lama hening) atau beginimo saja,
Pak. Pinjam maki modal di bank, sekali ambil banyak maki supaya bisa juga untuk kebutuhan
hari-hari ta’
RUSDI
Bukan uang sedikit kalau mauki pinjam di bank, Ndi’. Apa mau dikasihkan ii jaminan, sertifikat
rumah?
NORMA
Apaji pade kalau bukan sertifikat rumah? Ndak ada mobil ta’. Ka demi masa depan ta ji juga ini
sekeluarga, Pak.
RUSDI
Kalau begitu pade mauta, ayokmi. Tapi mintaka syarat, Ndi, tidak mauka ada utang-utang lain,
cukup di bank mo saja ada utang ta’
NORMA
Iye, tidak baik juga kalau banya utang
RUSDI
semoga usaha kita dapat kembali untung dan keluarga kita diberikan kesuksesan yah, bu. (bhs.
Bugis)
MUSIK MENGALUN, SUASANA CERIA. MASUK PEGAWAI BANK DAN BEBERAPA
AKTOR YANG MEMAKAI KOSTUM ITIK, MEREKA MENARI MENGIKUTI
ALUNAN MUSIK YANG DIPUTAR.
PEGAWAI BANK
Terima kasih atas kepercayaan bapak dan ibu kepada bank kami. Keluarga bapak sudah
mengambil langkah yang tepat usaha keluarga bapak, perlu bapak dan ibu ketahui bahwa bunga
cicilan di bank kami adalah 0,25%, tagihan akan dilakukan setiap bulan di tanggal 11, 12 hingga
tanggal 15. (menyerahkan sebuah berkas) tolong tanda tangan di sini, ini uang modal usaha
bapak dan ibu, (bersamaan dengan RUSDI yang memberikan sertifikat rumah kepada pegawai
bank) semoga usaha ternak itik bapak dan ibu lancar dan dapat mensejahterakan keluarga anda.
ADEGAN III
SEMUA TOKOH DALAM KEADAAN FREEZE. PENATA DAN KRU LAINNYA
MEMASUKI PANGGUNG DENGAN ALUNAN MUSIK, PARA TOKOH KINI
MENJADI AKTOR, SUASANA BACKSTAGE DIGAMBARKAN DI ATAS PANGGUNG.
SM MASUK MEMPERHATIKAN SELURUH ELEMEN PEMENTASAN BERJALAN
DENGAN BAIK. ARIS DAN DUA AKTOR BERJALAN DARI ARAH PENONTON
MENUJU PANGGUNG SAMBIL BERBINCANG.
SM
(tertawa) siniki dulu, sodara. Berterima kasih sekalika ini sama kau, karna improv-improvnu na
lancar ini pementasan, makasih-makasih banyak, sodara.
ARIS
Kalau bukan karena dompetku, saya juga tidak mauja jadi aktor, Pak. Kasihanja juga lihat
pertunjukan sebesar ini, banyaknya lagi penonton haruski batal gara-gara hilang aktornya satu.
SM
Bagusmi itu kalo mengertijaki, itumi mauka ini minta tolong sama kita untuk main terus di ini
pementasanga, sodara. Karena aktorku juga belumpi datang, apalagi nataumaki juga penonton
kalau jadi bagian dari pementasanki toh.
ARIS
Tapi belumpa mengerti gambaran besarnya ini pertunjukan, Pak. Adegan tadi juga murni karena
improvisasika sesuai arahanta’. Terlalu banyakmi juga kubantukanki, jadi bapak SM juga harus
bantuka untuk cari dompetku.
SM
Tapi carata melihat kondisi, yakin ja bisa jaki beradaptasi dalam pertunjukan, tenang meki saja
nanti saya suruh semua anggotaku cari dompet ta, tapi lagi-lagi selesaipi ini pertunjukanga.
ARIS
Iye nah, kupegang kata-kata ta’. Haruska cepat temukan dompetku dan temukan identitasku,
identitas seorang aktor bergantung dari tokoh yang ia perankan di dalam drama, Saat ini
dompetku hilang yang berarti identitas saya sebagai warga negara ini juga turut hilang. Sebagai
aktor, identitas di panggung ini hanya sementara, haruska cepat-cepat temukan dompetku agar
kudapat identitas asliku.
SM
(tertawa) nah.. mantap, sodara. Jadi maik maki dulu sampai selesai pementasa, supaya bisa juga
didapat identitas ta kembali.
ARIS
Oke, Pak SM
SM
(kepada semua kru) bagaimana? Kenapa lama sekali, tidak dibayarko untuk santai-santai nah!!
ALL KRU
iya, iya, pak SM
SM
Profesional!
SM, ARIS, KRU, DAN PARA AKTOR YANG SUDAH TIDAK MEMILIKI PERAN DI
ADEGAN ITU KELUAR, LATAR PANGGUNG MASIH RUANGAN RUMAH
SEDERHANA, NORMA, RUSDI DAN BEBERAPA TOKOH BARU BERADA DI ATAS
PANGGUNG.
AYU
Bagaimanaji peternakan itiknu, Rusdi? Kukira kemarin sempatki rugi. Tapi yang kulihat
sekarang kayak tidak adaji masalah mupikir. Malahan tenang-tenangji kulihat ini.
RUSDI
Bah, Daeng. Sempatki memang rugi kemarin, banyak bebekku mati gara-gara hujan, baru jarang
juga yang mau beli bebek di pasar. Banyakji juga peternak lain yang rugi kodong
SRI
Dehh.. bahayanya di’, jadi bagaimana je caramu atasi?
NORMA
Dicari tauki masalahnya dulu, Kak. Ka banyak sakit jadi dibelikangi obat sama vitamin, tidak
kujualmi juga di pasar, kukirim mami ke rumah makan besar yang adaya di kota, jadi lumayan
untungnya dan adami pelanggan tetapku juga
TINA
Tapi toh kalau mauki perawatan seperti itu pasti butuhki biaya yang banyak, Norma. dimanako
bisa dapat uangnya?
NORMA
Iye sudahma bahaski juga sama suamiku, jadi ambilka pinjaman modal di bank
SRI
Besarki juga itu resikonya kalau mauki pinjam di bank, apa mukasihkan ii jaminan?
NORMA
Rumahku
PARA KERABAT TERKEJUT
AYU
Deh.. beranimu kasih jadi jaminan ii rumahmu, kalau ndak bisa mubayar, mauko tinggal di
mana?
RUSDI
Insha Allah tidakji, Daeng. Alhamdulillah tidak pernahji juga telat dibayar angsurannya. Semoga
bisaji dilunasi dengan cepat
TINA
Syukurmi pade kalau begituji, sekarang keluargamu keliatan lebih sejahterami. Semoga kalian
suami istri bisa jako saling menguatkan kalau ada masalah-masalahmu kedepannya
RUSDI
Doakan saja, Daeng. (menengok jam tangan) pergia dulu dih, duduk-duduk maki dulu, mauka
pergi antar pesanan di kampung sebelah.
AYU
Ohh iya, Ndi. Hati-hatiki
RUSDI
Jalanga dulu dih, assalamualaikum (keluar dari panggung)
NORMA
Hampirka lupa, kenapaki datang, kak? Bagainaji kabarna keluargata, sehat-sehatji?
PARA KERABAT SALING BERPANDANGAN DENGAN PERTANYAAN YANG
DILONTARKAN NORMA, SALING MELEMPAR KODE SIAPA YANG BAKAL
MENJAWAB DULUAN
SRI
Anu, Ndi’. Datangki kesini mau minta tolong, karena kauji ini yang bisa bantuki
NORMA
Apa yang bisa kubantukanki, Kak? Mudah-mudahan bisaja bantuki
AYU
Sebenarna lagi susah ekonomiku ini, Ndi. Na kennaki PHK massal suamiku, rencana mauka ini
pinjam untuk uang makanna keluargaku, yah.. yang penting cukupki sebulan. Kubayar
secepatnyaji, Ndi.
SRI
Anakku di rumah sakitki, Ndi’. Maui operasi na tidak aktifki BPJSna, lama lagi kalau mau
diurus, nutauji ndi’ kerjana suamiku buruh harianji kassina. Kuupayakan ini bayarki biar sedikit-
sedikit, Ndi. Kasihani Keponakanmu
TINA
Kau tauji Ndi’ anakku sekarang kuliah ii juga dan seangkatan dengan anakmu, minggu depan
maumi ujian praktikum na bilang dan butuhki uang pendaftaran, tabunganku juga tidakmi na
cukup ka kubayarki juga uang kuliahna bulan lalu. Sebenarnya bisaja bayarki, Ndi’. Tapi minggu
depan bertepatan juga kubayar kontrakanku. Jadi minta tolong sekalika ini, Ndi’
SRI
Banyak untungna ini usaha bebeknu, Ndi’. Biar nukasihkanka pinjam ndak goyangji itu uangmu
AYU
Iye, Ndi. Kalau lunasmi utangku, bakal dibantuki juga bayar utangmu di bank.
NORMA TERLIHAT BERPIKIR KERAS, HENING SESAAT, PARA KERABAT
SALING TATAP HARAP-HARAP CEMAS
NORMA
Minta maafka, Kak. Bukanka tidak mau bantuki, tapi sekarang lagi masa pemulihanki kondisi
keuanganku kassina. kalau pinjamki di koperasi iya?
AYU
Sudahmaki cari, Ndi. Tapi tidak ada yang mau
SRI
Ditolak teruski, Norma. Tidak napercayaki kalo bisa dibayar angsurannya
TINA
Keluargamu mami ini satu-satunya bisa bantuki, Ndi’
NORMA
Tapi betul-betulka tidak bisa bantuki, Kak. Addampengekka Kessina
SUASANA CANGGUNG MULAI DIRASAKAN PARA TOKOH, HENING SESAAT.
TINA
Atau begini pade, norma. Bisaka mupinjamkan uang di koperasi? Biar pake atas namamu pi
NORMA
Aihh.. pantan ka ambil pinjaman lain, Kak. Sudahma janji di suamiku
AYU
Namamu ji yang dipinjam, Ndi. Tidak bisami namaku, sayaji nanti yang bayarki angsurannya.
SRI
Demi anakku, Ndi’. Sekali inimo bantuka
NORMA
Bagaimana kalau natauki bapakna?
AYU
Dirahasiakanpi, Ndi. Tidak diceritaji di suamimu
NORMA
(lama berpikir) iye pade, kubantuki. Tapi minta tolonga dibayarki tepat waktu dih, kucarikan
paki tempat koperasi yang kecilji bunganya
PARA KERABAT MERASA TENANG
SRI
Makasih banyak Ndi’. Semoga lancar terus usahamu
PARA KERABAT KELUAR, TINGGAL NORMA YANG SEDANG LARUT DALAM
PIKIRANNYA, LAMPU PERLAHAN MEMUDAR. DI ADEGAN INI SESEORANG
AKAN MENGIRIMKAN PESAN SPAM KE GRUP OBROLAN YANG TELAH DIBUAT,
PESAN ITU BERISI PERTANYAAN MENGENAI INFO KANTOR SIMPAN PINJAM
YANG DIBUTUHKAN TOKOH NORMA. DALAM GRUP ITU DIHARAPKAN AKAN
ADA YANG MERESPON, JIKA ADA MAKA NAMA PERESPON AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI NAMA TOKOH YANG BERPERAN SEBAGAI PENAGIH UTANG.
ADEGAN IV
PANGGUNG MENGGAMBARKAN BOKSET KAMAR KOST-KOSTAN KHAS
SEORANG PEMUDA, ARIS BERSANDAR DI DINDING, SETENGAH BERBARING.
MIMIK WAJAHNYA MENGGAMBARKAN KEDALAMAN BERPIKIR, HENING.
PADA SAAT ITU SITA ADIKNYA MUNCUL.
SITA
Apa lagi itu dipikir, kak?
ARIS
Lamamu pulang, soremi
SITA
Ededeh, begini memang nasibnya orang maganga, kak. Semuanya harus dikerja, biar lagi bukan
bagianku, disuruhka juga kerjai!
ARIS
Apalagi disuruhkanko tadi kah?
SITA
Bukan Cuma tadi, kak. Setiap hari. Bayangkanki, disuruhka datang cepat, sebelum jam tujuh.
Apaji disuruhkanka, menyapu, rapikan mejana boska, bikin kopi ndak pake gula. Baru kalo
selesaimi, baru semuapi datang itu pegawaina, tebal-tebal semua mek ap na. huh! Lagaya!
ARIS
Bagus itu, diajarko untuk latih keterampilanmu, tanggung jawab, sama apa-apa yang nuperlukan
di sunia kerja. Kerja itu ndak selalu mengandalkan skill, tapi disiplin sama sopan attitude itu
yang palin penting. Kau kah diajariko anu benar, lebih banyak mengeluhnu
SITA
Kak, kalau maui itu mengajarkan. Setidaknya berikan contoh! Bukan Cuma modal buat saja
peraturan, tapi tidak tong nakerjai!
ARIS
(gagap) kalau soal itu.. eh..
SITA
Bukan Cuma itu sebenarnya kak yang bikin jengkel ka. Bayangkangi mauma masuk bulan kedua
ini magang eh, tapi sedikitpun ndk pernahka didampingi sesuai jurusanku. Padahal masing-
masing siswa dikasihki buku jurnal untuk laporan harian. Masa tuliska ‘hari ini tanggal segini
saya disuruh mbak ini beli gado-gado di warung depang kantor, setelah itu saya disuruh fotokopi
berkas yang akan digunakan pada saat rapat pimpinan. Sore harinya saya disuruh cuci piring
setelah acara kecil-kecilan yang dibuat salah satu pegawai karena arisan bulanannya naik’ mauka
magang je, buakn jadi OB gratisan
ARIS
Sabar, setiap yang mulakukan itu anggap saja ibadah
SITA
(mndengus) kak, laparka. Adakah yang bisa dimakan-makan?
ARIS
Mie ji kubeli, Ndi’. Itumo dulu makan nah
SITA
Tidak mengirim lagi mamak kah?
ARIS
Banyak mungkin pengeluarannya, Ndi’
SITA
Tapi tiga bulanmi ini, kak. Sudahji dihubungi kah? Kenapakah begini-begini teruski? Kukira
bakal membaikji, tapi klo begini terus keadaanya keluargata, raguka dengan masa depan, Kak.
ARIS
Perlujaki usaha lebih lagi, Ndi’. Di luar sana masih ada yang lebih susah daripada kita’. Besok
carika lagi kerja setengah hari, setidaknya bisaki makan tiga kali sehari
SITA
Dimanaki mau cari uang? Tidak cukupki sekedar apa yang masuk dan keluar dari perut, Kak.
Minggu depan maumaki bayar sewa kos toh? Ditau sendiriji ibu kost kalau telatki membayar,
ndak nabiarkanki tinggal disini. Akhir bulan juga haruska bayarki uang magangku yg belum
lunas. Kak aris, telpon bede orang rumah eh, satu kalimo. Kalau tidak mauki bicara biar sayapi
yang bicara. Kita itu nah, setiap ada kesempatan ta bicara sama mamak atau bapak, pasti tukar
kabar terusji, seolah-olah baik-baik jaki semua disini, sudah itu ditutupmi lagi
ARIS
Karena kutauki (bersama dengan dialog ini, lampu akan menyala pada bagian dimana set
rumah sederhana diletakkan, terlihat Norma yang sedang gelisah sambil memegang telepon
selularnya) pasti orang tuata banyak beban pikirannya, kutauki dari nada suaranya. Kalau
kiceritakangi kondisita saat ini, pasti tambah beratki lagi bebannya kodong. Saya ini anak palin
tua, malu sekalika, Ndi’, besar beginima tapi masih mintaka uang sama orang tua. Bakal kucari
jalan keluarta ,Ndik. Tapi tidak dengan menyusahkan orang tua.
ADEGAN V
NORMA TERLIHAT SEDANG GELISAH, SESEKALI MONDAR MANDIR DI RUANG
TAMU. TAMPAK WAJAHNYA MENYIRATKAN KEPANIKAN. BERKALI-KALI
NORMA BERUSAHA MENGHUBUNGI SESEORANG, NAMUN SELALU TIDAK
TERHUBUNG. UNTUK KESEKIAN KALI NORMA BERUSAHA MENELPON
SESEORANG, TERSAMBUNG.
NORMA
Halo, kak
SRI
Iye, Ndi’. magai?
NORMA
Anu, Kak, kapanki bisa bayarki utang ta? Ka kemarin datang ii rentenir ke rumahku menagih.
Kalau tidak na ku membayar na ambil semua barang-barangku kassina
SRI
Addampengekka, Ndi’. Tidak cukup pi uangku kessi, tidak adapi juga kerjana suamiku. Kupake
dulu uangmu, Ndi’. Kalau adami uangku kukasih kembali nanti.
NORMA
Bukanka ndk mau bantuki, Kak. Tapi ndada tommi uangku juga, uang bulananku habiski bayar
utang-utang ta yang kemarin
SRI
Jangan begitu, Norma. Kamu itu pengusaha tidak mungkin tidak punya uang. Tidak larija,
kubayarji nanti, tapi betul-betul ndak ada sekali uangku ini.
NORMA
Iye.. iye, kak. Bukan ka ndak mau bantuki, tapi-
SRI
Bisamu itu tidak mau bantu keluargamu, Norma. Tidak mauka juga hidup begini. Seandainya
banyak juga uangku tidak bakalanka minta tolong ke kau, Ndi’
NORMA
(hening) iye, kak. Ku usahakan bantu pembayaran ta ini.
SRI
Begitu, Ndi’. Minta tolongka kessina. Ada dulu kuurus ini, Ndi’. Kututup telpon di’.
assalamualaikum
SETELAH TELEPON DITUTUP, SUARA KETUKAN TERDENGAR DARI PINTU.
NORMA YANG KAGET BERUSAHA TENANG AGAR TIDAK PANIK.
NORMA
Siapa?
RUSDI
bapak
NORMA NAMPAK SEDIKIT LEGA DENGAN SUARA YANG MUNCUL DAN
SEGERA MEMBUKAKAN PINTU
RUSDI
Kenapaki? Ada yang ditunggu?
NORMA
Tania, Pak. (norma segera menyiapkan minuman di meja makan dan berpikir sejenak, llu
berjalan dan duduk di samping RUSDI) Pak, masih ada uang simpanan ta’?
RUSDI
Minggu lalu sudah diambil toh? Apa mau dipake kan ii?
NORMA
Itu.. eh.. mau bayar uang kost
RUSDI
Tidak cukup uang yang kukasih ki?
NORMA
Bukan tidak cukup, Pak. Tapi banyak sekali pengeluaran ini kemarin-kemarin. Naikmi juga
barang-baranga
PONSEL NORMA BERBUNYI, SAAT MELIHAT SIAPA YANG SEDANG MENELPON
AIR MUKA NORMA SEGERA BERUBAH. NORMA BERUSAHA UNTUK
MENGABAIKAN TELEPON, TELEPON MATI. LALU MASUK LAGI TELEPON
SELANJUTNYA, TETAP DIABAIKAN
RUSDI
siapa, mak?
NORMA
Tidak tahu, Pak. Mungkin orang main-main
TELEPON KEMBALI BERDERING
RUSDI
Coba diangkat dulu, siapa tahu penting
NORMA SEGERA MENGAMBIL TEMPAT DI PINGGIR PANGGUNG.
NORMA
Halo
PENAGIH 1
Dengan ibu norma?
NORMA
Iya
PENAGIH 1
Ibu ini kapan mau membayar pinjaman uangnya? Pembayaran ibu itu sudah lewat dari waktu
yang ditentukan, ibu tahu kan setiap hari yang terlewat itu ada dendanya.
NORMA
Iya, Pak
PENAGIH 1
Jadi kapan ibu mau bayar?
NORMA
Kasih ka sedikit waktu, Pak. Kubayar nanti, janjika
PENAGIH 1
Kalau ibu tidak juga bisa membayar, saya akan kerumah ibu dan menyita barang-barang yang
sesuai dengan utang yang ibu ambil.
NORMA
Jangan ki, Pak. Sa-saya pasti bayar. Kasihka waktu kessi, sedikit saja, Pak
PENAGIH 1
Baik, saya beri waktu 3 hari. 3 hari kedepan ibu sudah harus membayar. Tidak ada toleransi lagi
NORMA
Iye, Pak (telepon mati)
RUSDI
Dari siapa, mak?
NORMA
Dari.. bapak kost, pak
RUSDI
Harus memangmi membayar di’. Ku ambilkan pade nanti uang dari modal ka. Siapa tau bisaji
dipake dulu
NORMA
Iye, pak
TELEPON DARI PONSEL RUSDI BERBUNYI
RUSDI
Iya, halo…..iya saya sendiri…….(raut wajah terkejut sambil melirik ke Norma)iya…. Baik,
Bu……..saya usahakan secepatnya (telepon ditutup). Ndi’. Sudahmi dibayar iuran di bank?
NORMA
(gagap) su-sudah, Pak. Sudah dibayar
RUSDI
Tapi kenapa natelpon ka pegawaina bilang nunggak maki tiga hari? (norma pias) jujurki, apa
yang disembunyikan dari bapak? Tidak pernahki baku sembunyi-sembunyi begini. Akhir-akhir
ini seringki minta uang, kemana semuai itu?
NORMA
Anu, Pak
SEBELUM NORMA BICARA SUARA KETUKAN TERDENGAR DI PINTU DIIKUTI
SUARA SESEORANG
PENAGIH 2
Norma, ada bang di ko di dalam?
RUSDI
Siapa itu, Ndi’?
NORMA
Anu, Pak, i-itu
PENAGIH 2
Norma kutau bilang adao di dalam, bukai pintunya!
RUSDI MEMBUKA PINTU. RUSDI, PENAGIH 2 DAN NORMA SALING BERHADAP-
HADAPAN, UDARA DI SEKITAR TERASA BERAT UNTUK SATU SAMA LAIN
RUSDI
Siapaki? Kenapa di cari istriku?
PENAGIH 2
Suamimu ini norma a? kenapa barui kuliat? Selama ini ndak pernahka ketemu
RUSDI
Jawabmi saja pertanyaanku, Pak!
PENAGIH 2
Begini, mauka menagih uang yang napinjam norma, sudah berapa hari belumpi nabayar
utangnya. Minggu lalu juga begitui, selalu telat membayar ai, adami suamimu jadibayarmi cepat!
RUSDI
Utang?! Ambilki utang, Ndi’?
PENAGIH 2
Ndak natau ii suamimu? Bagaimana ceritanya ini eh?
RUSDI
Jawabka, Ndi’
PENAGIH 2
Kenapa bisako pinjam tanpa sepengetahuan suamimu, Norma? Ceh!
RUSDI
Jawab, Ndi’
PENAGIH 2
Jadi selama ini payar pake apa o? mubohongi I suamimu?
RUSDI
BICARAKA SAMA ISTRIKU DAN BUKAN URUSANMU!!
PENAGIH 2
Jelasmi juga urusanku ini, mau a kembali I uangku secepatnya!
RUSDI
Berapa yang harus kubayar?
PENAGIH 2
Untuk hari ini 200 ribu (RUSDI mengeluarakan uang dan memberikan ke Penagih 2) nah begitu,
toh sama-sama enakki, jangan hanya enak o meminjam, tapi tidak mauko bayar i.
PENAGIH 2 KELUAR
NORMA
(terisak) bisaja jelaskangi, Pak
RUSDI
Kalau begitu jelaskan
NORMA
Bukan utangku semua itu, utangnya semua kakak-kakak ta yang lagi susah ii kessina, Pak. Tapi
atas namaku itu utanga. Mauja bantui tapi tidak kutau ii bakal begini kondisina
RUSDI
Siapa yang dibantu sama dimanaki ambil uang?
NORMA
Pinjamka uang di Puang Callu sama Puang Amir untuk bayarki operasina anaknya kak Sri. Kak
ayu kuambilkangi uang di koperasi, yang tadi itu kak Tina yang kuambilkan uang
RUSDI
Itumi datangi kemarin ke sini?
NORMA
Iye, Pak. Awalna mintaki di saya, tapi tidak sanggupka kasih semuai, jadi kuambilkan semuai di
rentenir
RUSDI
Astagfirullah.. kenapa tidak ditanyakan dulu sama saya, Ndi’? kecewa betulka sama kau, sudah
memang kutekankan janga ada lagi utang selain di bank. Mu khianati kepercayaanku, Norma
NORMA
Minta maafka, Pak. Tidak mauka kasih tambah pusing ki, minta maafka kessina, Pak
RUSDI KELUAR DARI PANGGUNG, HANYA MENYISAKAN NORMA YANG MASIH
SAJA MENANGIS. LAMPU MEREDUP
ADEGAN VI
LAMPU MENYALA, MUSIK SEDIH MENGALUN. DI ATAS PANGGUNG
DITAMPILKAN ADEGAN TANPA DIALOG NORMA, RUSDI, RENTENIR, DAN
BEBERAPA TOKOH LAINNYA. RUSDI YANG FRUSTASI MENJUAL BEBERAPA
PERABOT KE ORANG-ORANG, UANG HASIL PENJUALAN ITU DIBERIKAN
KEPADA RENTENIR YANG DATANG MENAGIH. NORMA YANG MEL;IHAT
PERBUATAN SUAMINYA HANYA TERDUDUK PASRAH. DI ADEGAN INI PULA
GRUP OBROLAN AKAN DIFUNGSIKAN, DI DALAM GRUP ITU AKAN
DIKIRIMKAN PESAN SPAM MENGENAI JUAL BELI PERABOT RUMAH TANGGA
DENGAN DALIH ‘BUTUH UANG SECEPATNYA’.
RUSDI DUDUK LESU SETELAH IA SELESAI MENJUAL PERABOT-PERABOTNYA.
NORMA
(menghampiri RUSDI) Pak, (RUSDI acuh tak acuh) menelpongi kak Tina, nabilang maui bayar
utang. Kalau bisa (tertahan) ke rumahna ki untuk ambil uang
RUSDI
Jauh ii, 2-3 jam baru sampaiki ke sana. Kenapa tidak suruh saja dia yang kesini, waktunya
mengutang bisaji datang jauh-jauh kesini.
NORMA
Sakitki suaminya, Pak. Selagi maui membayar, sekalian pergiki jenguk ii suaminya.
RUSDI BERPIKIR SEJENAK, DIA BERDIRI DAN BERSIAP-SIAP UNTUK PERGI
RUSDI
Kau jaga rumah dan anak-anak, pergika dulu.
NORMA
(tatapan kosong ke depan) salam sama keluarga
RUSDI KELUAR, KINI HANYA TERSISA NORMA YANG DUDUK MEMATUNG.
(DI ADEGAN INI SUDAH MASUKMI KE ADEGAN BUNUH DIRI DAN PENONTON
PARTISIPANNYA, TAPI TIDAK KUTAHU BAGAIMANA CARA KASIH MASUK
ADEGANNYA )

Anda mungkin juga menyukai