BADAK
BADAK Disadur dari “RHICONEROS”
Karya: Eugene Ionesco - Penyadur: Jim Lim
ISTERI
Memuakkan setiap kali kulihat nyonya itu
Karena kesombongan dia tidak mau lagi datang belanja pada kita
ARIFIN (Maju)
Waduh, akhirnya kau berhasil juga untuk datang, Slamet!
SLAMET (Maju)
Selamat pagi, Arifin!
ARIFIN
Lambat seperti biasa, tentu
SLAMET
Maafkan. Apa kau sudah lama menunggu?
ARIFIN
Tidak, seperti kau lihat sendiri. Aku juga baru saja datang.
SLAMET
Kalau begitu aku merasa lega, berhubung kau sendiripun baru……….
ARIFIN
Soalnya lain lagi. Aku tidak suka menunggu, waktuku terlalu berharga. Dan mengetahui kau
selalu terlambat, maka sengaja aku datang lat-- aku perkirakan saat kau mungkin datang.
SLAMET
Kau benar, memang begitu, tetapi………..
ARIFIN
Jangan pura-pura bahwa kau selalu datang tepat!
SLAMET
Tentu tidak. Apakah aku mengatakan begitu?
ARIFIN
Sudah, jangan membantah!
SLAMET
Kita minum apa?
ARIFIN
Pada jam begini yang kau ingat minum melulu.
SLAMET
Hari panas dan kering.
ARIFIN
Makin banyak minum makin haus. Begitulah menurut ilmu
pengetahuan…
SLAMET
Hari tidak akan sekering ini, dan kita tidak akan kehausan andai saja ilmu pengetahuan bisa
menyediakan awan-awan buatan.
ARIFIN
Kau tahu betul? Apa yang kumaksud? Aku bicara tentang tenggorokanmu itu yang gersang,
sebuah wilayah yang tak kan pernah tercukupi!
SLAMET
Mengapa tenggorokanku mesti kau bandingkan dengan sebidang tanah….
ARIFIN (Memotong)
Kau sudah payah kawan.
SLAMET
Payah? Sungguh?
ARIFIN
Aku tidak buta, setiap orang bisa melihat kau hampir ambruk karena capek. Kau sudah mulai
kurang tidur lagi. Tiada hentinya kau menguap. Kau kehabisan tenaga….
SLAMET
Rambutku memang lupa disisir. 5
ARIFIN
Kau bau minuman keras.
SLAMET
Memang betul aku minum, tapi sedikit sekali.
ARIFIN
Sudah berapa lama hari minggu kujumpai kau dalam keadaan ini,
belum tentang hari-hari lainnya.
SLAMET
Kurasa di hari-hari lain tidak terlalu sering, mengingat aku mesti ke kantor.
ARIFIN
mengapa kau tidak pakai dasi? Aku heran kalau itu hilang dalam pesta gila-gilaan.
SLAMET
Terima kasih. Kau selalu baik
DIPAKAINYA DASI
ARIFIN
kau juga tidak cukur jenggotmu. Coba, pandanglah dirimu.
SLAMET
Lidahku seperti berselaput.
SLAMET (Kuatir)
Mungkinkah?
SLAMET (Kagum)
Kau selalu kelihatan begitu rapih.
Sepatumu tidak pernah disemir. Payah betul kau ini! Dan pundakmu itu, coba….
SLAMET
Ada apa dengan pundakku?
ARIFIN
Membalik! Ayo, membalik! Kau telah bersandar pada dinding mana.
SLAMET
Aku tidak ingat lagi.
ARIFIN
Betul-betul memalukan! Aku malu berkawan dengan kau! 7
SLAMET
Kau begitu kera terhadapku.
ARIFIN
Tetapi dengan alasan.
SLAMET
Dengarlah Arifin. Di kota ini hampir tidak ada hiburan, aku sering jemu. Aku sebetulnya
merasa kurang cocok dengan pekerjaanku. Setiap hari ngantor, delapan jam sehari, dan
setahun hanya dua minggu cuti. Pada setiap sabtu aku sudah begitu lelah. Sebab itulah – kau
kan ngerti – sebagai hiburan…
ARIFIN
Bung setiap manusia mesti kerja. Aku juga ngantor 8 jam sehari seperti setiap orang. Dan
cutiku setahun hanya dua minggu, tapi apakah aku juga seperti kau? Daya kemauanmu, bung!
SLAMET
Tidak setiap orang punya daya kemauan seperti kau. Aku tidak dapat membiasakan diriku.
Aku ini tidak bisa seirama dengan kehidupan.
ARIFIN
Setiap orang harus bisa membiasakan diri. Kecuali kalau menganggap dirimu makhluk yang
luar biaa.
SLAMET
Bukan begitu…
ARIFIN (Memotong)
aku pikir kau dan aku sama saja. Dengan segala kerendahan hati, aku mungkin lebih dari kau.
Orang yang memenuhi kewajibannya, dialah orang yang luar biasa.
SLAMET
Kewajiban apa?
ARIFIN
SLAMET
O itu, kewajiban sebagai pegawai…
ARIFIN
Kau berbinal di mana semalam? Sekiranya kau masih ingat…. Kami merayakan ulang tahun
Wgito, Wagito kawan kita….
SLAMET
Wagito kawan kita? Siapa yang mengundang kau ke ulang tahun kawan kita Wagito?
SLAMET
Aku Tak Dapat Menolak. Pula itu kurang sopan….
ARIFIN
Apakah aku datang?
SLAMET
Soalnya mungkin karena kau tidak diundang
ARIFIN (Berteriak Kepada Slamet Mengatasi Bunyi Keras Yang Belum Diperhatikannya)
Memang aku tidak diundang, aku tidakmendapat kehormatan itu. Apa boleh buat, sebab
walaupun aku diundang, aku pasti tidak akan datang, oleh karena…
Ada apa?
(Bunyi Binatang Yang Berat Dan Besar Lari Cepat, Terdengar Dekat Sekali, Bunyi Terengah-
Engah)
Apa itu?
PELAYAN
Apa itu?
ARIFIN
Hei, ada badak!
PELAYAN
Hei , ada badak!
ARIFIN
Ia lari dalam arah melurus, menyeremprt etalase-etalase toko.
Lihatlah !
PEMILIK
Hei, ada badak! 10
NYONYA
Aaaaa ! Ooooo!
Astaga…!
NYONYA
Aaaa !
(Semua seruan oooo ! Dan aaaa ! Yang terdengar di belakang pentas menjadi iringan
aaaa ! Sang nyonya. Meskipun tas belanjaannya Telah jatuh. Kucing dipegangnya erat-erat
dalam lindungan lengannya)
Bayangkan…!
Bayangkan !
IA BERSIN
NYONYA (di tengah pentas tetapi memandang ke arah kiri. Belanjaan bertebaran di
sekelilingnya)
Bayangkan !
BERSIN, TUAN TUA, ISTERI PEMILIK TOKO DAN PEMILIK TOKO DI ATAS
TANGGA DEPAN PINTU MEMBUKA KEMBALI DAUN PINTU YANG TADI TELAH
DITUTUP OLEH TUAN TUA
KETIGANYA
Baayangkan….!
ARIFIN
Bayangkan
(Kepada Slamet)
SEMUA
Bayangkan !
KECUALI SLAMET
NYONYA
Bayangkan, aku sungguh ketakutan!
TUKANG BAKMI
Dasar jaman….
PELAYAN : Heran !
NYONYA
Terima kasih. Tuan sangat baik hati. Silahkan topi tuan dipakai lagi. Ooo, saya tadi takut
sekali.
SARMUD
Rasa takut adalah sesuatu yang tak masuk akal. Akallah yang mesti menguasai kita.
PELAYAN
Sudah tidak kelihatan lagi.
PELAYAN
Binatang begitu jauh-jauh datang dari mana?
NYONYA
Tikuspun tidak pernah diganggunya.
PEMILIK
Di sini juga jual kecap!
PEMILIK
Mereka paling istimewa!
(IA MENUNJUK PAD ARIFIN DAN SLAMET DAN KEMBALI KE SUDUT TEMPAT
MASAKNYA)
SLAMET
Bagaimana tentang apa?
ARIFIN
Badak itu tentunya, pikirmu apa?
PEMILIK
Kami menjual kecap nomor satu, botolnya tanggung kuat! (IA MASUK KE DALAM TOKO)
SLAMET
Minum saja – bir!
PELAYAN
Bir saja?
MENUJU KE DALAM
TUAN
Tak apa, saya suka menolong
SLAMET
Bagaimana….? Biasa… mengakibatkan banyak debu…
PEMILIK
Harganya lima ratus rupiah.
MASUK
PELAYAN
Dua bir!
TUAN
Apa saya barangkali perlu mengantar nyonya pulang?
NYONYA
Suamiku sedang menunggu, lain kali saja.
TUAN
Sampai bertemu lagi, nyonya.
NYONYA
Mari
TUAN
Orang yang menarik.
SARMUD
Aku akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan silogisme. 17
TUAN
Oh ya, silogisme.
(SLAMET MENUAP)
TUAN
Kesimpulan apa?
ARIFIN
Tak masuk akal.
SLAMET
Aku mengerti bahwa akalmu belum memahami. Jadi, tadi itu seekor badak. Apa boleh buat
kalau memang badak? Kini sudah berapa kilometer jauhnya dari sini. Sudah jauh…
ARIFIN
Tapi aku yakin bahwa olehmupun terasa keanehannya. Seekor badak berkeliaran di tengah-
tengah kota, dan kau tidak sedikitpun mengejapkan mata. Tak boleh jadi!
(Slamet Menguap)
SLAMET
Ya.. uuaa, ya uu aa…Tak boleh jadi. Memang berbahaya. Baru kusadari itu. Tapi kaujangan
kuatir, kita di sini tidk akan diganggu binatang itu.
ARIFIN
Kita mesti mengajukan proter kepada kotapraja. Untuk apa ada Walikota dan sebagainya?
ARIFIN
Kau mengigau di siang bolong.
SLAMET
Aku bangun seratus persen.
ARIFIN
Bangun atau tidur sama saja.
SLAMET
Kurasa ada beanya.
ARIFIN
Maksudku lain.
SLAMET
ARIFIN
Kau tidak mengerti aku. Tak ada bedanya, mimpi sambil tidur dan mimpi sambil bangun.
SLAMET
Aku mimpi, sebab hidup adalah impian.
ARIFIN
Kau ngigau ketika kau katakana bahwa badak itu lari dari kebun
binatang.
SLAMET
Aku kata, mungkin.
ARIFIN
Kebun binatang kita sudah kosong sejak semua binatang-binatangnya dibunuh ketika ada
wabah sampar. Sudah lama sekali.
ARIFIN
Apa, sirkus?
SLAMET
Entahlah… rombongan sirkus dari luar negri.
ARIFIN
Kau tahu betul bahwa pemerintah daerah telah melarang segala macam pertunjukan kesenian.
Sejak kecil kita tidak pernah lagi menyaksikan sirkus.
ARIFIN
Rawa sekitar ini! Rawa sekitar sini… Kasihan kau, hidup dalam kegelapan mabuk arak.
ARIFIN
Otakmusudah diselubungi kabut! Mana ada rawa di sekitar sini? Daerah kita terkenal banyak
gunung kapurnya, dan oleh karena itu kering!
SLAMET (Jemu)
Kalau begitu aku tidak tahu. Mungkin ia telah bersembunyi di balik batu. Atau mungkin ia
telah bersarang di dahan-dahan kering.
SLAMET
Hari ini, Cuma hari ini, sebab… sebab…
ARIFIN
Sama saja hari ini seperti hari-hari lain!
SLAMET
Kurasa tidak!
ARIFIN
Kau sudah kehabisan bahan untuk melucu.
SLAMET
Aku sama sekali tidak….
ARIFIN (Memotong)
Kau fakir aku senang kau permainkan?
ARIFIN (Memotong)
Ya , Slamet sahabatku, ternyata kau tega berbuat demikian….
SLAMET
Sungguh, aku tidak mau dan tidak akan berbuat begitu terhadap kau.
ARIFIN
Buktinya, baru saja kau lakukan.
SLAMET
Kau betul-betul percaya bahwa….
ARIFIN (Memotong)
Aku percaya pada kenyataan.
SLAMET
Aku jamin…
ARIFIN (Memotong)
Bahwa kau mempermainkan aku.
SLAMET
Ada kalanya kau ini kepala batu.
SLAMET
Jika saja kau mengerti jalan fikiranku.
ARIFIN
Kau tidak punya fikiran
SLAMET
Orang tidak punya fikiran tidak dapat mengutarakan hal-hal seperti kau tuduhkan tadi.
ARIFIN
Ada hal-hal yang bisa timbul dalam pikiran orang-orang tanpa
otak.
SLAMET
Tidak mungkin?
ARIFIN
Siapa bilang tidak mungkin?
SLAMET
Aku bilang tidak mungkin.
ARIFIN
Jelaskan dulu padaku mengapa tidak mungkin. Rupanya kau maha mampu menjelaskan
segala sesuatu.
SLAMET
Aku tidak pernah menganggap diriku maha mampu.
ARIFIN
Tapi mengapa kau berlagak demikian? Dan aku ulangi
pertanyaanku, mengapa kaumenghina aku?
SLAMET
Aku tidak menghina kau. Kaumeleset. Kau tahu bahwa aku menaruh hormat padamu.
ARIFIN
Lalu kenapa kau menentang aku, menganggap tidak berbahaya tanpa fakta bahwa seekor
badak mengamuk di pusat kota –terutama lagi ini hari minggu ketika banyak anak-anak
sedang jalan-jalan, juga orang dewasa…
SLAMET
Orang-orang ada yang sedang di gereja, ada yang itirahat di rumah. Jadi tidak semuanya
terancam bahaya.
SLAMET
Aku tidak pernah mengatakan bahwa badak yang berkeliaran di kota tidak berbahaya.
Soalnya secara pribadi bahaya tersebut tak pernah terpikirkan olehku. Belum terlintas dalam
pikiranku.
ARIFIN
Kapan kau pernah memikirkan sesuatu?
SLAMET
Aku memang setuju dengan kau. Tidak baik kalau seekor badak bisa berkeliaran seenaknya.
ARIFIN
Harus dilarang!
SLAMET
Akur, harus dilarang! Terlalu gila-gilaan memang! Meskipun begitu tidak ada alasannya bagi
kau dan aku untuk bertengkar. Mengapa kau mesti menyerang aku hanya berhubung seekor
binatang keparat yang berkulit tebal kebetulan lewat di sini. Binatang goblog berkaki empat
yang tak perlu dihebohkan. Dan dengan sendirinya binatang yang bua, dan jelasnya sekarang
sudah tak nampak, berarti sudah tidak ada. Apa gunanya mempersoalkan binatang yang tidak
ada. Lebih baik kita bicara tentang hal-hal lain Arifin, aku mohon padamu…
(Ia Menguap)
SARMUD DAN TUAN TUA MUNCUL KEMBALI DARI KIRI. MEREKA DUDUK DI
SALAH SATU MEJA SAMBIL TERUS BERCAKAP-CAKAP. DISEBELAH BELAKANG
KANAN SLAMET DAN ARIFIN
ARIFIN
Jangan sentuh gelas itu! Kau kularang minum
SIAP MINUM
SLAMET
Baiklah.
ARIFIN
Matamu ke mana? Lihat apa yang kau lakukan!
SLAMET
Itu Dewi.. Maafkan aku
ARIFIN
Tingkah lakumu tak dapat diampuni, tak dapat diampuni!
SLAMET
Aduh , jangan bikin rusuh, jangan bikin rusuh!
ARIFIN
Ia tidak menakutkan untuk dilihat!
ARIFIN
Lihat sendiri akibatnya kalau terlalu banyak minum, kau tidak kuasai lagi tingkah lakumu.
Tanganmu sudah tidak bertenaga lai, betul-betul pemabuk yang reyot. Kau menggali sendiri
kuburmu kawan, kau menghancurkan dirimu.
SLAMET
Sebetulnya aku tidak suka minuman keras. Tapi kalau sekali-kali aku tidak minum, aku tidak
pua. Aku seakan-akan jadi takut, maka akuminum supaya tidak merasa takut.
ARIFIN
Takut apa?
ARIFIN
Kau mau lari dari dirimu sendiri?
SLAMET
Aku begitu lelah, sudah bertahun-tahun aku lelah. Sungguh berat memikul tubuhku ini.
ARIFIN
Itulah gangguan syaraf berkat alcohol, penyakit murung seorang pemabuk…
SLAMET (Melanjutkan)
Aku selalu sadar akan tubuhku yang terasa seolah-olah dari timah. Seperti aku mendukung-
dukung orang lain di atas punggungku, aku seolah-olah tidak bisa menyesuaikan diri dengan
tubuhku ini. Aku bahkan tidak tahu apakah aku betul-betul aku. Baru setelah aku minum
sedikit, timah itu terlepas dan aku kenali diriku. Aku menjadi aku kembali.
ARIFIN
Ocehan melulu! PAndanglah aku Slamet. Berat badanku jauh lebih dari kau. Tapi aku merasa
ringan, ringan seperti bulu burung.
SARMUD
Sebuah contoh dari silogisme
(Ia Terhuyung)
Ooohh!
(Kepada Sarmud)
Maafkan…
SLAMET
Kau orang kuat.
ARIFIN
Ya, aku kuat. Aku kuat dengan berbagai alasan. Pertama-tama aku kuat karena badanku sehat.
Kedua, aku kuat karena mentalku kuat. Aku juga kuat karena aku tidak digerogoti oleh
minuman keras. Aku bukan bermaksud menyinggung peraaanmu, slamet, temanku… Tak
perlu rasanya aku mengabarkan padamu bahwa minuman keraslah yang membebani kau
begitu berat
TUAN
Anjingku berkaki empat.
SARMUD
Jadi kucing juga.
SARMUD
Secara logika, ya. Tapi sebaliknyapun benar.
SLAMET
Kesepian sangat menekan aku. Begitu pula kehadiran banyak orang menekan aku.
ARIFIN
Ucapan-ucapanmu saling bertentangan. Apa yang menekan kau? Kesepian atau kehadiran
banyak orang? Kau menganggap dirimu seorang pemikir, tapi buktinya kau bicara tidak logis.
SARMUD
Selama tidak disalah gunakan.
SLAMET
ARIFIN
Sebaliknya. Tak ada yang lebih wajar daripada kehidupan. Dan buktinya manusia
melanjutkan kehidupan.
SLAMET
Jumalh orang mati lebih banyak dari yang hidup. Jumlah tersebut terus meningkat. Yang
hidup makin lama makin berkurang.
ARIFIN
Yang sudah mati termasuk tidak ada, dan itu tidak bisa kau sangkal. Ha ha ha ! Apakah kau
juga merasa tertekan oleh yang mati? Betapa mungkin kau tertekan oleh sesuatu yang tidak
ada?
SLAMET
Kadang-kadang aku ini bertanya apakah aku ini ada?
ARIFIN
Slamet, temanku yang baik, Kau tidak ada karena kau tidak mau berpikir. Pakailah pikiranmu
dank au pasti ada.
SARMUD
Sebuah silogisme lagi. Semua kucing mesti mati. Seorang filsuf mati. Jadi filsuf adalah
kucing.
TUAN
Dan memang kakinya empat. Aku punya kucing yang namanya filsup.
SARMUD
Nah, terbukti….
ARIFIN
Pada daarnya kau hanya menggertak. Pembohong besar. Katamu kehidupan sudah tidak
menarik bagimu. Padahal ada seorang oleh siapa kau merasa tertarik.
SLAMET
Siapa?
ARIFIN
Teman wanita sekantor yang tadi baru saja lewat. Aku tahu kau
senang padanya.
TUAN
Jadi seorang filsuf itu seekor kucing?
SARMUD
Logika telah membentangkan faktanya kepada kita.
ARIFIN
Itu membuktikan bahwa kau bukan tidak peduli terhadap segala sesuatu. Tapi bagaimana
kau bisa mengharapkan Dewi akan jatuh cinta pada seorang pemabuk?
SARMUD
Mari kita kembali kepada kucing-kucing kita.
TUAN
Kupasang telingaku.
SLAMET
Soalnya, aku menduga matanya sudah mengincar-incar orang lain.
ARIFIN
Masa, siapa?
SLAMET
Darmawan, rekanku sekantor. Ia sudah punya gelar SH, dan masa depannya terjamin dalam
perusahaan kami – dan dalam hati Dewi. Aku tidak mungkin berharap akan menyainginya.
SARMUD
Kucing bernama tompel berkaki empat.
TUAN
Tahu dari mana?
SARMUD
Itu atelah ditentukan oleh perumpamaan kita.
SLAMET
Majikan sangat mengharapkan dia. Sedangkan aku tidak mempunyai jaminan di hari depan.
Tak punya kepandaian apa-apa, kesempatan tertutup sama sekali bagiku.
TUAN
Begitulah, dalam perumpamaan tadi.
ARIFIN
Jadi kau mengalah begitu saja.
SLAMET
Habis mau apa?
SARMUD
Cicarpun berkaki empat. Jadi berapa kaki yang dimiliki cicar serta tompel?
TUAN
Masing-masing atau bersama?
SARMUD
Masing-masing atau bersama-sama tergantuing bagaimana
melihatnya.
SLAMET
Aku dapat berbuat apa? Aku tak punya apa-apa untuk pembelaan diri dalam pergulatan.
ARIFIN
Kau harus tempa senjata-senjatamu kawan.
SARMUD
Ternyata logika melibat ilmu hitung.
TUAN
Yang sudah jelas segi-seginya banyak!
SLAMET
Dimana dapat kuperoleh senjata-senjataku ?
SARMUD
Logika tidak mengenal batas-batas.
ARIFIN
Dalam dirimu sendiri. Dengan kemauan sendiri.
SLAMET
Senjata-senjata apa?
SARMUD
Akan kuuraikan.
ARIFIN
Senjata kesabaran dan kebudayaan, senjata-senjata batin
(Slamet Menguap).
Pupuklah dirimu menjadi seorang cendikia yangtajam dan gemilang. Penuhilah syarat-syarat
yang tertinggi.
SARMUD
Kalau kuambil dua kaki dari kucing-kucing ini, berapakah yang tinggal pada masing-masing?
SARMUD
Justru mudah sekali
TUAN
Untuk kau mudah, tapi tidak mudah untukku.
SARMUD
Ayo pikirkan dulu, ini pengji otak. Pusatkan segala pikiran!
ARIFIN
Ayo tunjukkan dulu, ini penguji kemauan. Pusatkan segala
tekad!
TUAN
Serasa aku tidak tahu.
SLAMET
Sungguh-sungguh rasanya aku tidak yahu.
SARMUD
Mesti kujelaskan semuanya?
ARIFIN
Mestikah kujelaskan semuanya?
SARMUD
Ambil secarik kertas dan hitunglah. Kalau enam kaki diambil dari dua kucing itu
TUAN
Sebentar…
ARIFIN
Camkanlah petunjuk-petunjukku. Berpakaianlah yang rapih, cukurlah janggutmu setiap
hari,pakailah selalu baju yangbersih.
SLAMET
Harga cuci pakaian mahal sekali.
ARIFIN
TUAN
Dapat dijawab dengan beberapa kemungkinan.
SARMUD
Coba.
SLAMET
Sesudah itu apa? Coba…
SARMUD
Aku mau dengar.
SLAMET
Aku mau dengar.
ARIFIN
Segala sesuatunya padamu memang serba tidak berani, tapi itu bukan berarti kau tidak punya
bakat.
SLAMET
Bakat? Aku?
ARIFIN
Gunakanlah. Tempatkanlah dirimu di tengah-tengah perhatian umum. Ikutilah selalu
perkembangan kebudayaan dan kesusasteraan jaman kita.
TUAN
Kemungkinan yang satu: satu kucing kakinya empat, sehingga yang lain berkaki dua.
SLAMET
Aku hampir tak punya waktu bebas.
SARMUD
Bakat ada pada tuan. Tinggal perlu latihan.
ARIFIN
Ambil keuntungan yang dapat diambil dari waktu bebas yang seadanya. Jangan biarkan
dirimu terombang ambing tanpa tujuan.
TUAN
Sayang akudulu tak pernah mendapat kesempatan. Aku hanya bekas ambtenar.
SARMUD
ARIFIN
Waktu bisa kita ciptakan.
SLAMET
Sudah terlanjur.
TUAN
Agaknya aku sudah terlalu tua.
ARIFIN
Menganggap terlambat adalah salah.
SARMUD
Menganggap terlambat adalah salah.
ARIFIN
Kau bekerja 8 jam setiap hari, seperti aku dan setiap orang. Tapi kau bebas pada hari minggu,
di waktu malam dan selama 2 kali hari cuti tahunan. Itu lebih dari cukup, asal pakai sistim
tertentu.
SARMUD
Lalu bagaimana tentang jawaban-jawaban yang lainnya? Coba sistimatis sedikit, sistimatis!
ARIFIN
Begini, daripada kau minum dan meraa sakit-sakit. Tidakkah lebih baik kau merasa segar dan
bersemangat, juga di waktu kerja? Dan kau bisa manfaatkan waktumu yang bebas secara
konstruktif.
SLAMET
Umpamanya?
ARIFIN
Kunjungilah museum, pameran. Bacalah majalah-majalah bermutu, hadirilah ceramah-
ceramah. Pasti kejengkelan-kejengkelan akan lenyap, budimu akan ditingkatkan. Dalam
empat minggu kau bisa jadi budaywan.
SLAMET
Memang.
TUAN
Kucing yang satu bisa berkaki lima…
ARIFIN
Nah kau mudah mulai berfikir sendiri! 33
TUAN
Dengan kucing yang lain berkaki tunggal. Tapi apakah maih bisa dinamakan kucing?
ARIFIN
Daripada kau hambur-hamburkan uang jajan pada bir, bukankah lebih bermanfaat kalau kau
belikan karcis untuk pertunjukan drama yang baik? Apakah kau sudah tahu tentang mereka
yang merintis seni teater? Pernahkah kau menyaksikan drama-drama karya Ionesco?
SLAMET
Sayang sekali tidak, aku hanya dengar dari omongan orang.
TUAN
Dengan mengambil dua dari delapan kaki yang dimiliki oleh dua kucing…
ARIFIN
Saat ini salah satu karyanya sedang dipanggungkan. Jangan lalui
kesempatan baik.
TUAN
Kucing yang satu bia berkaki enam.
SLAMET
Mudah-mudahan suatu perkenalan yang berkesn dengan aliran-
aliran kesenian jaman kita.
TUAN
Maka kucing yang lain sama sekali tidak berkaki.
SLAMET
Kuakui kau yang benar. Aku akan berusaha sekeras-kerasnya agar mendapat perhatian umum,
seperti kau anjurkan tadi.
SARMUD
Dengan demikian ada satu kucing yang mempunyai kedudukan
istimewa.
SLAMET
Pastilah aku berjanji.
ARIFIN
Yang penting, kau berjanjilah pada dirimu sendiri.
TUAN
Dan satu kucing lagi yang malang nasibnya sebab tidak dikaruniai kaki barang satupun.
SLAMET
Dengan hikmat aku berjanji pada diriku, dan aku tidak boleh melanggar kata-kata sendiri.
SARMUD
Begitu tidaklah adil, maka juga tidak logis.
ARIFIN
Nah, itu!
TUAN
Tidak logis?
SLAMET
Sore ini aku ke pameran. Dan aku akan membeli dua karcis untuk pertunjukan drama malam
ini. Kau bersedia ikut dengan aku?
SARMUD
Sebab logika berarti keadilan.
ARIFIN
Kau harus bertahan. Junjunglah tekadmu dengan baik.
TUAN
Aku mengerti. Keadilan……
SLAMET
Aku berjanji padamu, aku berjanji pada diri sendiri. Kau ikut dengan aku ke pameran sore
ini?
ARIFIN
Sore ini aku mau itirahat. Sudah kutetapkan dalam acara hari ini.
TUAN
Keadilan adalah sebuah aspek pula dari logika.
SLAMET
Tapi kau bersedia ikut nonton drama dengan aku malam ini?
ARIFIN
Malam ini aku berhalangan.
SARMUD
Caramu berfikir sudah tambah bening.
ARIFIN
Dengan sepenuh hati aku berharap kau menjunjung tekadmu yang baik. Sayang malam ini
aku ada janji dengan beberapa teman untuk minum-minum sedikit.
SLAMET
Minum-minum?
ARIFIN
Aku sudah berjanji. Aku tiodak pernah melanggar janji.
TUAN
Tidak akan mampu lari cepat untuk menangkap tikus.
SLAMET
Ha, sekarang kau membari contoh jelek padaku! Kau mau pergi minum-minum.
SARMUD
Kau sudah memperlihatkan kemajuan dalam logika.
ARIFIN (Marah)
Pokoknya aku bukan pecandu minuman keras. Tidak sama dengan kau, Pada kau… kau…
pendek kata, sama sekali tidak sama!
SLAMET
Mengapa tidak sama?
SARMUD (Keras)
Walaupun tidak berkaki, kucing tetap menangkap tikus. Itulah tabiatnya.
TUAN (Keras)
Apakah tabiat kucing?
ARIFIN
Karena dalam segala sesuatu ada keseimbangan. Aku orang yang seimbang, tidak seperti kau!
TUAN (Berteriak)
Aku mengatakan….
SARMUD
Terjadi apa?
TUAN (Sama)
Hei, ada badak!
PELAYAN
Badak!
SARMUD
Badak! Kabur dengan kencangnya di pinggir sebrang jalan.
PEMILIK (Keluar)
Hei, ada badak!
ARIFIN
Hei, ada badak!
TUKANG BAKMI
Bukan alasan untu memecahkan gelas-gelas.
ARIFIN
Ia lari melurus dalam arahnya, menyerempet etalase-etalase toko.
SLAMET
Ooo Dewi…
PELAYAN
Bayangkan…!
SEMUA
Aduh!
PADA SAAT ITU BUNYI SUDAH MENJAUH LAGI. NYONYA MUNCUL TANPA TAS
BELANJA, TAPI MEMEGANG BANGKAI KUCING YANG BERLUMURAN
DARAH
NYONYA (Meratap)
Kucingku tergilas badak, kucingku tergilas badak…
PELAYAN
Kucingnya tergilas badak.
SEMUA
Alangkah menyedihkan, kasihan, sungguh kasihan…
TUAN
Kasihan, sungguh kasihan…
SLAMET
Selamat pagi dik Dewi, maafkan, aku belum cukur jenggot…
ARIFIN
Ini sudah keterlaluan!
TUAN
Apa daya , nyonya. Kucingpun kelak mesti mati.
SARMUD
Jangan diterima terlalu berat, nyonya. Semua kucing bisa mati. Itu nasib yang mesti kita
terima.
NYONYA
TUKANG BAKMI (kepada pelayan yang telah mengumpulkan Beling ke dalam lapnya)
Buang saja dalam tempat sampah
PELAYAN (MASUK)
Uang saja yang dipikirkan!
TUAN
Nyonya tak usah terlalu sedih.
TUKANG BAKMI
Kerugian kupotong dari gajimu.
SEMUA
Bayangkan!
ISTERI
Setidak-tidaknya pengalaman seperti ini sangat memukul kita!
NYONYA
Kucingku mungil, kucingku mungil!
DEWI
Setidaknya pengalaman seperti ini memang sangat memukul kita.
ARIFIN
Kasihan Nyonya ini.
ISTERI
Kasihan kucing itu.
TUKANG BAKMI
Arak! Saudara ini yang membayar!
MENUNJUK SLAMET
PELAYAN (Masuk)
Baik, segelas arak!
NYONYA (Tersedu)
Saya tak uka arak, tak suka arak!
PEMILIK
Tadi binatang itu sudah satu kali lewat tokoku.
PEMILIK
Mungkin saja sama.
DEWI
Apa sudah lewat dua kali?
TUKANG BAKMI
Kupikir juga binatang yang sama.
ARIFIN
Tidak, bukan badak yang sama. Yang pertama-tama lewat tadi bercula dua di atas sungutnya,
ialah badak jenis asia; yang baru lewat bercula tunggal, ialah badak jenis Afrika.
TUAN
Ini arak sedikit untuk menguatkan nyonya.
NYONYA (Menangis)
Tidak… aaa
TUKANG BAKMI
Cicip dulu sedikit, enak…
SLAMET
Dari mana waktumu untuk menghitung culanya.
SLAMET
Ditambah awan debu yang meliputi binatang itu…
DEWI
Minumlah…
TUAN
Seteguk saja, nyonya. Beranikanlah
PELAYAN
Nah, beres!
ARIFIN
Aku tidak perlu meraba-raba jalanku dalam kabut. Aku mampu menghitung cepat. Otakku
terang benderang!
TUAN
Sekarang merasa lebih baik?
SLAMET
Tetapi kepalanya merunduk ke bawah.
TUKANG BAKMI
Enak rasanya, betul tidak.?
NYONYA
Kucingku mungil.
SLAMET
Omong kosong melulu!
ISTERI
Saya punya kucing lain. Kalu nyonya mau, boleh ambil.
ARIFIN
Apa katamu? Kau menuduh aku berbicara omong kosong?
NYONYA
Tak bisa ada gantinya
SLAMET
Ya, omong kosong! Bohong tanpa tedeng aling-aling!
TUKANG BAKMI
Kita harus sabar menerima.
ARIFIN
Seumur hidupku tak pernah berbicara kosong!
SLAMET
Kau hanya pembual yang pura-pura. Sok segala rupa!
SLAMET
Sok! Padahal ia tidak tahu betul faktanya, bahwa sebenarnya badak asia yang bercula tunggal
di atas sungutnya, dan jenis Afrika yang dua culanya
ARIFIN
Kau yang salah. Justru sebaliknya!
NYONYA (Tersendiri)
SLAMET
Berani bertaruh?
PELAYAN
Mereka mau taruhan!
DEWI
Jangan meluap, kak Slamet!
ARIFIN
Aku tidak sudi bertaruh dengan kau. Paling-paling kau sendiri yang bercula dua di atas
kepalamu. Dasar mongol aia lu!
PELAYAN
Ramai….
PEMILIK
Tidak, mereka Cuma bertaruh.
TUAN
Nanti dulu! Badak mana yangbercula tunggal?
ARIFIN
Kau bercula di atas kepala.!
SLAMET
Lagi pula kau sendiri orang Asia. Dan bagaimanapun juga orang
Mongol adalah manusia seperti setiap manusia yang lain.
PELAYAN
Ya , kita semua berbangsa Asia.
NYONYA
Ia begitu baik, tak beda dari kita.
(Sarmud Berada Di Antara Kelompok Yang Berselisih Dan Nyonya, Mengikuti Perselisihan
Dengan Cermat Tanpa Mencampuri)
(Kepada Slamet)
NYONYA
Ia begitu setia kepada kita…
TERSEDU
DEWI
Dengar dulu sebentar kak Slamet , bung Arifin….
TUAN
Beberapa di antara teman-temanku dapat dikata berkulit kuning. 45
TUKANG BAKMI
Aku berkulit kuning.
NYONYA
Saya mendapatkannya ketika ia masih kecil…
SLAMET
ISTERI
Ramai….
TUKANG BAKMI
Kok jadi betulan!
NYONYA
Ia tidak jorok, kalau makan piringnya bersih.
ARIFIN
Kalau kau sudah mempermalukan aku begitu, aku tidak mau melihat mukamu lagi. Aku
membuang waktu dengan percuma meladeni orang sinting seperti kau.
NYONYA
Kalau dipanggil ia selalu datang.
ARIFIN
Dasar pemabuk!
SLAMET
Kau pikir aku terima itu, ha?
NYONYA
Kadang-kadang ia seperti bisa bicara – Ia bisa bicara.
DEWI
Sebetulnya kak Slamet tak usah membuat dia marah.
SLAMET
Apa salahku?
TUKANG BAKMI
Carikan peti untuk korban bintang itu.
DEWI
Kalian dua-duanya bersalah!
TUAN
Meski begitu kau masih benar.
PELAYAN
Nyonya, mari ikut ke dalam. Kita carikan kotak kosong.
PEMILIK
Kalau aku boleh mengemukakan pendapat, menurut aku tuan Arifin tadi yang benar.
PEMILIK
Badak Asia bercula satu dan badak Afrika bercula dua. Tapi sebaliknyapun benar.
SLAMET (Kesamping)
Dewi benar. Aku tak usah membantah dengan Arifin.
SLAMET (Kesamping)
Ia tidak tahan dibantah. Perbedaan paham yang kecilpun sudah membuat dia marah.
SLAMET
Adat pemarah itulah kelemahannya.
SLAMET
Dalam dasar jiwanya aku tahu ia berhati emas. Ia sering berbuat baik untukku.
SLAMET
Menyesal aku tadi kurang prihatin. Siapa suruh dia berkepala batu begitu? Tak ada maksudku
mendesak dia.
TUAN
Apa kau punya bukti-buktinya?
SLAMET
Bukti dari apa?
TUAN
Dari keterangan seperti yang tadi kau berikan, yang telah menyebabkan selisih tidak nyaman
itu dengan temanmu.
PEMILIK
Ya, buktinya ada?
TUAN
Dari mana kau tahu bahwa dari dua jenis badak, satu bercula satu dan yang lainnya bercula
dua? Manakah yang satunya, manakah yang lainnya?
ISTERI
Sama saja seperti kita. Ia tidak tahu!
SLAMET
Terlebih dahulu, kita belum tahu apakah ada dua badak. Aku
sendiri percaya bahwa hanya ada satu.
TUKANG BAKMI
TUAN
Tidak. Dari Afrika saja tadi yang bercula dua. Menurut pikiranku begitu.
TUKANG BAKMI
Yang mana bercula dua?
PEMILIK
Bukan yang jenis Afrika.
ISTERI
Susah mencapai persetujuan.
TUAN
Tapi persoalan ini mesti kita pecahkan bersama
SARMUD (Maju)
Maafkan aku menggangu, saudara-saydara. Bukankah itu persoalan yang kita hadapi?
Perkenankanlah aku memperkenalkan diri.
SLAMET
Senang bertemu dengan tuan.
SARMUD
Jabatanku Sarjana Muda, ini kartu saya
IA MENGELUARKAN KARTU
SLAMET
Saya merasa terhormat.
PEMILIK
Suatu kehormatan besar untuk kami di sini.
TUKANG BAKMI
Pastilah tuan bisa menjelaskan kepada kami. Jika sekiranya badak Afrika bercula tunggal….
TUAN
Atau dwi cula…
ISTERI
Dan sekiranya badak Asia itu dwi cula….
PEMILIK
Atau eka cula…
PEMILIK
Tapi kami ingin menyelesaikan persoalan itu.
SARMUD
Bolehkah saya bicara dulu, saudara-saudara….?
TUAN
Perkenankan dulu ia berbicara.
PEMILIK
Juga kami.
SARMUD
Begini, kau telah menyimpang dari pokok persoalan yang menimbulkan pembantahan.
Pertama, kau sedang memperbincangkan, betulkah atau tidak badak yang belum lama
lewat di sini itu sama dengan yang lewat terdahulu, ataukah badak yang berlainan. Itulah
perkara yang akan diselesaikan.
SLAMET
Ya, tetapi secara bagaimana?
SARMUD
Mudah saja. Boleh jadi pada dua kesempatan tadi kau melihat badak tunggal bercula
tunggal…
SARMUD
Atau boleh jadi kau saksikan pada dua kesempatan badak tunggal bercula dua.
TUAN (Mengulang)
Badak tunggal bercula dua pada dua kesempatan…
SARMUD
Tepat. Atau bisa juga begini, kau saksikan satu badak bercula satu, lalu badak lain yang
bercula satu….
ISTERI (Geli)
Hi hi hi…..
TUKANG BAKMI
Betul juga.
SARMUD
Nah jadi, sekiranya…
PEMILIK
Jadi sekiranya…
TUAN
Ya, jadi sekiranya…
SARMUD
Jika pada kesempatan yang pertama kau saksikan badak bercula dua…
TUKANG BAKMI
Bercula dua….
SARMUD
Pada kesempatan ke dua, badak bercula satu….
PEMILIK
Bercula satu….
SARMUD
Itupun belum menentukan.
TUAN
Belum dapat menentukan.
TUKANG BAKMI
Mengapa tidak?
ISTERI
Ah, aku sama sekali tidak mengerti.
SARMUD
Sebab besar kemungkinan sejak permunculannya yang pertama sang badak telah patah salah
atu culanya, sehingga perlawatan yang pertama dan yang kedua itu dilakukan oleh satu
binatang yang sama.
SLAMET
TUAN
Jangan memotong!
SARMUD
Bisa juga dua ekor badak kedua-duanya bercula dua, masing-masing patah satu cula
kemudian.
TUAN
Masuk akal.
TUKANG BAKMI
Ya, masuk akal.
PEMILIK
Ya, siapa tahu.
SLAMET
Memang, pokoknya….
TUAN
Jangan memotong!
SARMUD
Andaikata kau dapat membuktikan bahwa pada kesempatan pertama kau melihat badak
bercula satu, terserah Asia atau Afrika….
TUAN
Asia atau Afrika, terserah….
SARMUD
Lalu pada kesempatan kedua, badak bercula dua….
PEMILIK
Satu dengan dua…
SARMUD
Terserah Afrika atau Asia…
TUAN
Asia atau Afrika, terserah….
SARMUD
Barulah kita bisa menentukan bahwa kita berhadapan dengan dua ekor badak berlainan,
karena sangat tidak mungkin bahwa akan tumbuh cula kedua dalam jangka waktu beberapa
menit, lalu sudah cukup besar sampai bisa terlihat di atas hidung badak.
TUAN
Sangat tidak mungkin.
TUAN
Jenis Asia atau Afrika…
SARMUD
Dan seekor badak Afrika atau Asia….
TUKANG BAKMI
Afrika atau Asia….
PEMILIK
Eeehh…. Yaaahhh
SARMUD
Soalnya logika yang baik tidak bisa membenarkan kemungkinan bahwa seekor hewan yang
itu juga dilahirkan di dua tempat pada waktu yang sama
TUAN
Berturut-turut tidak bisa.
SLAMET
Semua cukup jelas, tapi pertanyaannya belum terjawab.
TUAN
Sangat logis, logis sekali.
SARMUD (Manggut)
Selamat siang saudara-saudara
TUAN
Selamat siang saudara-saudara.
PEMILIK
Logis biar logis…
PEMILIK
Logis biar logis, tapi apakah kita mesti tinggal diam apabila kucing-kucing kita digilas di
hadapan mata kita oleh badak-badak
TUKANG BAKMI
Setuju! Kita tidak boleh membiarkan kucing-kucing kita digilas badak atau apapun!
PEMILIK
Kita tidak sudi membiarkannya!
SLAMET
Mengapa aku mesti bertengkar dengan Arifin?
Aku minta arak seperti untuk nyonya itu tadi. Tidak, wiski saja!
SLAMET (Tersendiri)
Mengapa aku mesti bertengkar dengan Arifin. Mengapa aku mesti naik darah
PADA BAGIAN KIRI ADA PAPAN UNTUK BUKU BESAR DAN KECIL, BERDEBU.
SEBAGIAN HASIL PERCETAKAN SENDIRI SEBAGIAN BUKU PERPUSTAKAAN,
BUKU ITU DIBAGI MENURUT GOLONGAN, YANG NAMANYA TERTULIS DI
BAWAHNYA, “POLITIK, DAN SILAT/KOMIK/KOBOI”. DI ATAS PINTU DIREKTUR
JAM MENUNJUKKAN JAM 9.30 PAGI.
SURAHMAN
DEWI
Tapi aku sendiri menyakikan badak itu!
DARMAWAN
Terpapar di surat kabar, hitam atas putih, yang tak mungkin kau sangkal lagi!
DARMAWAN
Cukup jelas untuk dimengerti
SURAHMAN
Ini hasil tipuan wartawan-wartawan gadungan. Kami tidak membutuhkan mereka untuk
menyuapi apa yang harus kam percaya. Yang dipercaya mesti dilihat dengan mata kepala
sendiri. Aku sendiri cukup berpengalaman dalam bidang ini. Harus tahu metodiknya yang
jitu dan ilmiah.
DARMAWAN
Berita ini tidak ada sangkut pautnya dengan metodik.
SURAHMAN
Kau anggap itu jelas? Sekarang aku Tanya kau, apakah yang dimaksud dengan “Hewan jenis
kulit tebal”? Apakah hubungannya antara berita kecelakaan lalu lintas dengan hewan jenis
kulit tebal? Tidak ada penjelasan. Dan apakah yang dimaksud oleh sang wartawan dengan
“kucing”?
DARMAWAN
Kalau kau tidak tahu kucing, kau memang bodoh.
SURAHMAN
Kucing jantan atau betina? Apa keturunannya? Dan apa warnanya? Aku sangat anti
rasialisme.
ENTUNG
Apa hubungannya dengan rasialisme, saudara Surahman? Kau menyimpang dari persoalan.
SURAHMAN
Maafkan saya, pak Entung. Tuanpun tidak bisa mengabaikan masalah rasialisme yang
merupakan salah satu rintangan terbesar di jaman modern ini.
DARMAWAN
Kita tahu, kita semua mengerti. Tapi tidak ada hubungan apa-apa dengan…
SURAHMAN
DARMAWAN
Tak ada sangkut pautnya dengan berita ini.
SURAHMAN
Saudara mengelak terus.
ENTUNG
Kita tidak sedang memperbincangkan diskriminasi rasial.
SURAHMAN
Setiap kesempatan untuk mengutuknya harus digunakan.
DEWI
Tapi kami sudah menyatakan bahwa tak seorangpun di sini membenarkan rasialisme. Bapak
menyesatkan pokok pembicaraan. Singkatnya, seekor kucing tergilas oleh hewan berkulit
tebal, dalam hal ini badak.
SURAHMAN
Siapa tahu Cuma seekor cecunguk tergilas mati oleh tikus.
DEWI
Lari, buklan jalan biasa.
DARMAWAN
Tidak, aku tidak melihat sendiri. Tapi aku menerima laporan dari orang-orang yang dapat
dipercaya.
SURAHMAN (Memotong)
Jelas mereka hanya mereka-rekanya. Kau mendukung wartawan-wartawan gadungan itu.
Orang macam mereka tidak perduli isapan jempol bagaimana yang masuk Koran, asal
memenuhi kehendak majikan mereka. Kau dengan SH mu jangan pikir bisa mengelabuhi aku.
Seperti kau sendiri sudah kena bujuk. Maaf, aku ketawa ha ha .
DEWI
Tapi aku lihat sendiri badak itu, sumpah.
SURAHMAN
Jangan ikut-ikutan, aku anggap kau gadis yang waras.!
DEWI
Pak Surahman, mataku bisa melihat tajam! Aku tidak menyaksikannya seorang diri. Banyak
orang lain, bersama-sama!
DARMAWAN
Terjadi kemarin, hari minggu bung.
SURAHMAN
Aku kerja terus pada hari Minggu. Aku tak punya waktu untuk khotbah-khotbah setiap jumat
atau minggu yang hanya mengurangi daya kerjamu, dan mengecilkan piring nasi yang kita
peroleh dengan keringat
ENTUNG (Tersinggung)
Oh!
SURAHMAN
Maaf, bukan maksudku menghina bapak direktur kita. Meskipun aku tidak menyukai agama,
kita bisa saling menghormati.
(Kepada Dewi)
Kembali pada pembicaraan kita, dapatkah kau gambarkan seperti apa badak itu.?
DEWI
Binatang itu… ya, sangat besar dan jelek
SURAHMAN
Dan kau amat terpuji dengan ketelitianmu, nona manis. Seekor badak adalah…
ENTUNG
Tak usah berceramah tentang badak di kantor ini, kita bukan sekolah.
SURAHMAN
Sayang sekali.
ENTUNG
Sudah jam sembilan lewat… Dewi, tutuplah dulu absensi. Yang terlambat mesti
mempertanggung jawabkan.
SURAHMAN
Dikota maupun di desa….!
DEWI
Buru-buru! Paraf dulu abensinya!
SLAMET
Terma kasih, bapak sudah datang?
DEWI
Ssssttt ! Ya , itu dia. 61
SLAMET
Sudah datang?
SURAHMAN
Kalau perlu juga dalam perusahaan pencetak dan penerbit, aku tak segan-segan mengecam.
ENTUNG
Pak Surahman, sekarang kau…
SLAMET
Belum lewat sepuluh menit.
ENTUNG
Sudah melewati batas-batasmu.
DARMAWAN
Setuju , pak direktur.
SURAHMAN
Itu boleh diuji sendiri. Dan apendidikan yang diperoleh pada universitas belumtentu membuat
seorang lebih ulung dari lulusan SMA.
DEWI
Ini pak
DARMAWAN
Kau mau tahu apa?
SLAMET
Selamat pagi, pak Entung
(Iamendekati Meja Tigor Untuk Mengambil Pekerjaan Yang Harus Diselesaikan Melewati
Punggung Ketiga Orang Tadi Yang Masih Mengelompok, Lalu Kembali Ke Tempat Kerjanya
Sendiri. Membuka Laci Mengambil Alat Alat Tulis. Ia Menggulung Lengan Bajunyasampai
Ke Siku)
Selamat pagi, pak Entung, maafkan saya terlambat sedikit. Selamat pagu mas Darmawan, Pak
Surahman!
ENTUNG
Nah barangkali saja saudara Slamet melihat badak yang menghebohkan itu?
SURAHMAN
Universitas hanya menghasilkan kaum intelek mandul yang tidak pernah menyelami
kenyataan hidup.
DARMAWAN
Fitnah!
SURAHMAN (Menoleh)
Huh!
DEWI
Sudah kukatakan bahwa aku belum berotak miring.
SURAHMAN (Menyindir)
Ah Slamet berkata begitu hanya demi kesopanan. Dalam hatinya ia orang sopan santun
walaupun dari luar kelihatan tidak.
DARMAWAN
Mengapa seorang yang melihat badak mesti sopan?
SURAHMAN
Keuntungan besar – Apalagi untuk mengangkat sebuah pernyataan yang dikarang oleh neng
Dewi, terang…!
SURAHMAN
Huh! Mungkin saudara Slamaet hanya membayangkan dirinya melihat badak
( Ia Memberi Isyarat Di Balik Punggung Slamet Untuk Mengingatkan Bahwa Slamet Suka
Minum)
SLAMET
Aku tidak seorang diri ketika menyaksikan badak itu! Belum lagi dapat dipastikan
kemungkinan bahwa ada dua ekor badak.
SURAHMAN
Ia sampai tidak tahu berapa jumlahnya!
SLAMET
Aku bersama temanku Arifin. Dan banyak lagi yang hadir pada waktu itu.
SURAHMAN
Aku yakin sekali bahwa kau tidak tahu apa yang sedang
dipersoalkan.
DEWI
Badak eka cula!
SURAHMAN
Huh, Mereka berdua satu komplotan untuk mempermainkan kita.
SURAHMAN
Bagus! Cepat-cepatlah sesuaikan antara kalian sebelum
kecuranganmu digulung.
ENTUNG
Cukup sampai disini, tuan-tuan… Pekerjaan menunggu.
SURAHMAN
Saudara Slamet melihat satu ekor badak atau dua ekor badak?
SLAMET
Itu tidak bisa langsung kujawab!
SLAMET
Justru itulah masalah yang sedang kita hadapi.
SURAHMAN
Dan yang amat mencurigakan.
DEWI
Ya, Tuhan….
SURAHMAN
Barangkali terlalu kasar? Pokoknya aku tidak percaya sepatah katapun tentang itu. Agar
kalian tahu bahwa badak hanya ada di Ujung Kulon.
DEWI
Mungkin jumlah mereka telah berkembang biak secara berlipat-
lipat.
SURAHMAN
Mustahil! Periksa baik-baik buku ilmu hewanmu. Sukur kalau ada gambarnya pula. Badak-
badak berbunga dari kabar bohong!
SLAMET
Menggunakan istilah berbunga untuk badak, terlalu dicari-cari!
DARMAWAN
Memang dicari-cari.
SURAHMAN
Badakmu suatu dongeng.
DEWI
Dongeng?
ENTUNG
Tuan-tuan, aku rasa waktunya udah lebih dari tepat untuk mulai bekerja.
DARMAWAN
Meskipun begitu, seekor kucing tergilas mati. Itu tak bisa kau sangkal.
SLAMET
Aku saksinya.
SURAHMAN
Saksi macam apa?
ENTUNG
Tuan-tuan…
DEWI
Aku percaya bahwa piring terbang betul-betul ada.
SURAHMAN
Huh!
ENTUNG (Tegas)
Cukup! Sudah telalu banyak kabar angin! Badak atau
bukan, piring terbang atau bukan, pekerjaan jalan terus! Kalian
dibayar bukan untuk membuang waktu membicarakan binatang-
binatang, kayal atau betulan!
SURAHMAN
Kayal !
DARMAWAN
Betulan !
DEWI
Bisa disentuh dengan tangan!
ENTUNG
Untuk terakhir kali aku peringatkan, kita sedang dalam kerja.
Dengan resmi aku hentikan perbantahan percuma ini.
SURAHMAN
Baiklah, pak Entung. Tuanlah kepala di sini. Kehendak tuan menjadi kewajiban kami.
ENTUNG
Dipersilahkan kerja, tuan-tuan. Aku tidak senang kalau gaji kalian harus dipotong. Slamet
dan surahman, sudah diperiksa cetakan percobaan dari risalah Undang-Undang Pelarangan
Import minuman keras itu?
SLAMET
Belum selesai, pak. Kami sedang mengerjakannya.
DEWI
Baik , pak.
ENTUNG
Aku akan panggil kalian sebentar lagi
PERGI
(Mengoreksi)
Pelarangan, satu “g” minuman keras tanpa huruf besar… penggolongan yang terkena adalah
sebagai berikut…
SURAHMAN
Nanti dulu! Kau terlewat satu pasal.
SLAMET
Kuulangi dari permulaan. Undang-undang Pelarangan Import Minuman keras.
DARMAWAN
Jangan terlalu kera! Aku tidak bisa konsentrasi kalau kalian berlomba pekik.
DARMAWAN
Apa penjegalan?
SURAHMAN
Urusan budakmu itu tentu, kau telah melancarkan propagandamu untuk mengacaukan suaana.
DARMAWAN
Apa propaganda?
DARMAWAN
Menggelikan ! Propaganda! Propaganda untuk apa?
SURAHMAN
Bukankah kau lebih tahu tentang itu? Kau jangan pura-pura alin!
SURAHMAN
Penghinaan, aku tidak terima
(BERDIRI)
SLAMET (Memohon)
Sudahlah pak Surahman…
DEWI
Sudahlah kak Darmawan…
SURAHMAN
Tapi ia menghina aku
ENTUNG
Apa saudara Tigor tidak masuk?
ENTUNG
Aku perlu dia saat ini
(Kepada Dewi)
DEWI
Ia tidak memesan apa-apa kepada saya.
SLAMET
Ooooo ini Ny. Tigor
DEWI
Selamat pagi.
NY. TIGOR
Selamat pagi, tuan Entung. Selamat pagi semua.
ENTUNG
Ha, mana suami nyonya? Ada apa dengan dia? Sulitkah baginya
untuk datang seperti biasa?
ENTUNG
Jadi ia kena influenza?
(Hampir Terkulai)
DEWI
Segera.
ENTUNG
Bahwa Tigor tidak datang memang menyulitkan kami, namun nyonya sendiri tak perlu
gelisah.
SLAMET
Berapa culanya?
DARMAWAN (Marah)
Biarkan dulu dia bicara!
DEWI
Masya Allah…
SLAMET
Tenang saja…!
SURAHMAN
Aku tidak bisa melihat apa-apa. Suatu kiasan belaka.
DARMAWAN
ENTUNG
Ia tidak bisa naik ke atas. Tangga sudah tak ada lagi!
SURAHMAN
aneh… Apa ada makud tertentu?
SLAMET
Sebentar
SLAMET LARI KE DEPAN PINTU DISUSUL OLEH DEWI. NY. TIGOR DITINGGAL
SENDIRI
SLAMET
Aku bukan ahli badak.
DEWI
Lihat, ia berputar-putar terus. Nampaknya seprti yang kesakitan.
Apa maunya?
DARMAWAN
Seperti mencari seseorang
(Kepada Surahman)
SURAHMAN (Terpukau)
Ya, ya, aku lihat.
SURAHMAN
Mata tak pernah menipu. Dapat di pastikan bahwa memang ada sesuatu di bawah sana.
DARMAWAN
Masa sesuatu
(Kepada Dewi)
DEWI
Pasti.
SLAMET
Yang ini bercula dua, jenis Afrika… atau Asia agaknya. Ah, aku sungguh kurang tahu apakah
badak Afrika bercula satu atau dua.
ENTUNG
Ia telah meruntuhkan tangga, Syukurlah – Pikir saja, sudah berkali-kali aku mengusulkan
kepada Dewan Pengurus supaya tangga kayu yang terlalu tua itu diganti dengan yang baru
dari semen.
DARMAWAN
Laporannya malah baru satu minggu yang lalu saya kirimkan,
pak Entung.
ENTUNG
Aku sudah duga akan terjadi sesuatu. Telah kuramalkan, dan akhirnya aku benar.
DEWI (Ironis)
Seperti biasa.
DEWI
Kasihan ia terus berbunyi dan berputar-putar. Mau apa dia? Idih, ia melihat pada kita
(Ke Bawah)
DARMAWAN
Sebaiknya jangan kau usap, sebab ia belum tentu jinak.
ENTUNG
Ia terlalu jauh untuk dipegang.
DEWI
Kasihan!
SURAHMAN
Betapa mungkin dalam Negara yang beradab…?
DEWI
Bertele-tele! Pastikan saja, kenyataan atau khayal?
SUHERMAN
Itu permainan yang kotor!
(Dengan Gaya Ala Politikus Berpidato Memandang Dengan Sengit Dan Menunjuk Pada
Darmawan)
DARMAWAN
Mengapa salahku? Mengapa tidak salhmu?
SURAHMAN (Marah)
Salahku? Selalu aku yang dipersalahkan, kalau saja aku diberi kesempatan…
ENTUNG
Kita terdampar tanpa tangga!
ENTUNG
Semua salah Dewan Pengurus.
DEWI
Salah tinggal salah. Bagaimana kita akan turun?
ENTUNG (Genit)
Aku dekap kau dalam pelukanku, lalu kita terjun
melayang bersama-sama.
DEWI
Lancang, tangan badak pegang pipi orang. Dasar tua-tua keladi!
ENTUNG
Aku cuma bergurau!
SMENTARA ITU SUARA BADAK TERUS TERDENGAR. NY. TIGOR BANGUN DAN
BERGABUNG DENGAN YANG LAIN. BEBERAPA SAAT LAMANYA IA TERTEGUN
MEMANDANGI BADAK YANG BERPUTAR-PUTAR DI BAWAH, LALU TIBA-TIBA
BERTERIAK NGERI
SLAMET
Ada apa?
NY. TIGOR
Itu suami saya! Oooo Tigor. Tigorku sayang… Apa yang terjadi
pada dirimu?
DEWI
Nyonya yakin betul?
NY. TIGOR
Aku mengenalinya, aku mengenalinya!
ENTUNG
Astaga, ini melampaui batas. Aku pecat dia untuk selama-lamanya!
DARMAWAN
Apakah dia sudah di asuransikan?
SURAHMAN (Kesamping)
Aku mengerti sekarang…
DEWI
Dalam kasus ini mana mungkin diperoleh uang asuransi jiwa!
NY. TIGOR
Tuhan… Oooo
SLAMET
Waduh…!
DEWI
Bawa dia ke sini
DARMAWAN
Jangan panic Ny. Tigor…
NY. TIGOR
DEWI
Mungkkin semua ini masih dapat dibereskan.
SURAHMAN
Gila-gilaan!
(Mereka Mengerumuni Ny. Tigor, Menepuk-Nepuk Pipinya. Ny. Tigor Membuka Mata,
Memekik Aaa! Lalu Pingsan Lagi, Sementara Surahman Terus Mengoceh)
Satu hal jangan kalian ragukan lagi, Aku akan melaporkan hal ini. Aku takkan membiarkan
seorang kawan dalam kesusahan. Aku akan melaporkan untuk diketahui secara meluas.
(Bunyi Terompet)
Ia memanggil aku…
Ia memanggil aku…
DEWI
Sudah lebih baik rasanya, Ny. Tigor?
DARMAWAN
Sedikit demi sedikit!
SURAHMAN
Jangan kuatir, rasa setia kawan teguh berdiri di belakang ibu.
ENTUNG
Pekerjaan akan mengalami hambatan lagi. Siapa yng kira-kira bisa menggantikan dia, Dewi?
DEWI
Saya ingin tahu dulu bagaimana kita dapat keluar dari sini.
ENTUNG
Juga persoalan. Melalui jendela!
DEWI
Terlalu tinggi!
ENTUNG
Dewi, segera kau tilpun regu pemadam kebakaran!
ENTUNG
Sekiranya nyonya ingin bercerai, setiap orang akan membenarkan nyonya.
DARMAWAN
Karena nyonyalah pihak yang dirugkan…
NY. TIGOR
Tidak, bukan saat untuk berbuat demikian. Aku tidk akan meninggalkan suamiku dalam
keadaan seperti sekarang.
SURAHMAN
Nyonya wanita yang perkasa.
DARMAWAN
Lalu apa rencana nyonya?
SLAMET
Awas!
NY. TIGOR
Aku tidak tega, aku tak sampai hati meninggalkan dia sekarang!
DARMAWAN
Tahan dia!
SLAMET
Ia mau meloncat!
DARMAWAN
Jangan biarkan dia berbuat begitu
SEMUA KECUALI DEWI YANG MASIH MENELPON, MENDEKATI NY. TIGOR. DIA
MELONCAT DAN SLAMET YANG MENCOBA MENAHANNYAHANYA SEMPAT
MEMEGANG ROKNYA YANG TERTINGGAL DI TANGAN SLAMET
SLAMET
Aku tidak berhasil menhannya
DARMAWAN
Ia mendarat di punggung suaminya seperti menunggangi pelana.
SURAHMAN
Ia pandai mengendarai
NY. TIGOR
Mari kita pulang, sayang, mari pulang.
DARMAWAN
Mereka pergi berderap.
SLAMET
Mereka pergi cepat.
ENTUNG
Pernah – dulu, sudah lama sekali, di perkebunan
SLAMET
Mereka sudah sangat jauh. Sudah tidak kelihatan.
SLAMET
Aku sependapat dengan pak Surahman tentang sikap nyonya Tigor yang sangat
mengharukan. Seorang wanita yang simpatik.
ENTUNG
Kita kekurangan satu tenaga. Mesti ada gantinya.
SLAMET
Apa menurut bapak ia sama sekali tidak bisa kita manfaatkan lagi?
DEWI
Tidak, bukan karena kebakaran. Regu Pemadam Kebakaran telah menerima panggilan karena
badak-badak lain.
SLAMET
Badak-badak lain.
DEWI
Ya, badak-badak lain. Rupanya mereka bermunculan di seluruh kota. Pagi ini katanya sudah
ada tujuh, meningkat sampai tujuh belas.
SURAHMAN
Sudah aku duga.
DEWI
Malah laporan yang masuk sudah berjumlah 32. itu belum resmi, tapi mereka menunggu
pengumuman resmi.
SURAHMAN
Orang selalu melebih-lebihkan.
ENTUNG
Apakah mereka akan menolong kita keluar dari ini?
SLAMET
Aku lapar…!
DEWI
Ya, mereka akan datang. Sedang di jalan.
ENTUNG
Bagaimana tentang pekerjaan kita?
DARMAWAN
Agaknya di luar kesalahan kita.
DARMAWAN
Nah, saudara Surahman masih menyangkal bukti-bukti tentang perbadakan?
SURAHMAN
Organisasi akan menentang pemecatan sdr. Tigor yang tanpa alasan.
ENTUNG
Keputusan tidak dari aku. Tunggu saja hasil pemeriksaan Dewan Pengurus.
SURAHMAN
Tidak, sdr. Darmawan, aku tidak menyangkal bukti-bukti perbadakan. Tak pernah aku
sangkal.
DARMAWAN
Kau berdusta.
DEWI
Terang-terangan berdusta.
SURAHMAN
Aku ulangi bahwa aku tak pernah menyangkalnya. Aku mesti mengetahui dulu diarahkan
kemana semua ini sebenarnya. Aku tahu betul militansi jiwaku. Aku tidak mudah puas
menerima begitu saja bahwa suatu gejala itu ada. Aku selalu menuntut dari diriku syarat
bahwa aku mengerti dan harus mengerti dan harus menjelaskan. Kina aku sungguh sudah bisa
menjelaskan, sekiranya….
DARMAWAN
Jelaskan kepada kami.
DEWI
Ya jelaskan , pak Surahman.
ENTUNG
Jelaskan kalau rekan-rekanmu memintanya.
SURAHMAN
Akan kujelaskan….
DARMAWAN
Ayo, kita menunggu.
DEWI
Aku sudah tak sabar.
SURAHMAN
Akan kujelaskan… pada waktunya yang tepat.
(Kepada Semua)
DEWI
Sebab musabab apa?
SLAMET
Seluk beluk mana?
DARMAWAN
Kau boleh minta apa saja, jika bisa menjelaskan sebab musabab dan seluk beluk itu.
SLAMET
Mungkinkah ada…
DARMAWAN
Kau mengelakkan pertanyaan kami, sdr. Surahman.
ENTUNG
Jangan berputar-putar!
SURAHMAN
Mengelak? Siapa, aku?
DEWI
Tadi kau menuduh kami mengigau.
SURAHMAN
Tadi, ya. Tapi igauan tadi ekarang sudah jadi provokasi.
DARMAWAN
Apa yang merubahnya?
SURAHMAN
Itu sudah rahasia umum, tuan-tuan, orang tahu! Hanya kau yang munafik dan pura-pura tak
tahu!
DEWI
Regu Pemadam Kebakaran!
PEM. KEBAK
Pasang tangganya!
SURAHMAN
Kunci semua kejadian ini di tanganku. Aku tak pernah gagal menafsirkan.
ENTUNG
Aku minta kalian semua kembali ke sini setelah jam 2 siang
SURAHMAN
Kantor terpaksa libur, pak entung.
ENTUNG
Entah apa kata Dewan Pengurus nanti.
DARMAWAN
Situasinya sangat luar biasa.
SURAHMAN
Kita tidak bisa dipaksa pergi bekerja melalui jendela. Kita akan tunggu sampai tangga selesai
dibangun kembali.
DARMAWAN
Apabila salah seorang dari kita patah kakinya, itu menjadi tanggung jawab Dewan Pengurus.
ENTUNG
Benar.
PEM. KEBAK
Ayo…
DARMAWAN
(Kepada Slamet)
Slamet, aku tekankan supaya kau perhatikan betul bahwa kita bukan sedang berlibur, dan
pekerjaan kita mulai lagi dalam waktu sesingkat-singkatnya.
DARMAWAN
Saya mengerti pak Entung
SURAHMAN
Kita bisa dieksploatir sampai tinggal tulang.
DARMAWAN
Pak entung dulu…
SLAMET
Bapak dulu.
SURAHMAN
Tentu, direktur dulu.
PEM. KEBAK
Ayo cepat, waktu kami terbatas. Masih banyak panggilan yang
mesti dipenuhi.
SURAHMAN
Benar tidak kataku?
DARMAWAN
Selamat siang pak, Entung.
SLAMET
Selamat siang pak, Entung.
DARMAWAN (Berseru)
Jangan kuatir, pak Entung!
(Kepada Surahman)
SURAHMAN
Aku sekarang turun ke bawah. Dan aku akan segera mengajukan persoalan ini kepada
instansi yang berwajib. Akan kubongkar sampai keakarnya tentang keanehan yang tidak aneh
ini
IA KE JENDELA
DARMAWAN
Aku kira kau sudah tahu semua penjelaannya.
DARMAWAN
Gertak sambal! Kau yang menghina aku!
DARMAWAN
Ada rencana apa? Bagaimana kalau ita bikin acara bersama? 84
SLAMET
PEM. KEBAK
Mau ikut atau tidak?
DARMAWAN
Kau sajalah.
SLAMET
Aku minta kau dulu.
DARMAWAN
Tidak, aku mohon kau dulu.
PEM.KEBAK
Cepat!
DARMAWAN
Ayolah, kau dulu!
SLAMET
Jangan, kau saja dulu.
ADEGAN2
KAMAR ARIFIN, PENTAS TERBAGI DUA, BAGIAN KANAN TIGA PEREMPAT ATAU
EMPAT PERLIMA BAGIAN MERUPAKAN KAMAR ARIFIN. DI LATAR 85
BELAKANG TAMPAK TEMPAT TIDUR ARIFIN, DI MANA TAMPAK IA SEDANG
TIDUR, TERDAPAT SEBUAH KURSI TEMPAT NANTI SLAMET DUDUK. DI
SEBELAH KANAN TERDAPAT PINTU YANG TERBUKA MENUJU KAMAR MANDI.
KALAU ARIFIN SEDANG DI KAMAR MANDI PENONTON DAPAT MENDENGAR
BUNYI AIR. DI SEBELAH KIRI TERDAPAT PINTU YANG TERBUKA KE TANGGA
YANG TERLIHAT UJUNGNYA YAITU PEGANGAN TANGGA DAN ANJUNGAN
AKHIR. DI LATAR BELAKANG SAMA TINGGI DENGAN ANJUNGAN ITU TAMPAK
APARTEMEN SEORANG TETANGGA DAN LEBIH RENDAH DARI ITU TAMPAK
SEBUAH PINTU YANG BERTIRAI DENGAN TULISAN DI ATANYA “KEAMANAN”.
KETIKA LAYAR DI BUKA, ARIFIN BERSADA DI TEMPAT TIDURNYA DI BAWAH
SELIMUT DENGAN PUNGGUNG MEMBELAKANGI PENONTON. TERDENGAR
SLAMET
Fin, Arifin!
MENGETUK. PINTU DI SEBELAH BELAKANG TERBUKA, MUNCUL SEORANG
KAKEK
KAKEK
Siapa itu?
SLAMET
Saya ingin bertemu Arifin.
KAKEK
Oh, kukira kau mencari aku. Namaku juga Arifin.
NENEK
Tamu untuk kita?
KAKEK
Bukan, untuk tetangga sebelah.
SLAMET (Mengetuk)
Arifin!
KAKEK
Aku tak melihat dia keluar. Kemarin memang kulihat dia. 86
SLAMET
Saya tahu sebabnya. Memang salah saya.
KAKEK
Mungkin ia tak mau membuka pintu. Cobalah ketuk lagi.
SLAMET (Mengetuk)
Arifin!
KAKEK
Sebentar ah. Aduh-aduh…
SLAMET
Aku datang untuk menjengukmu, Fin.
SLAMET
Aku, Slamet. Apa aku mengganggumu?
ARIFIN
Ah, kau rupanya, masuk.
ARIFIN
Sebentar.
(Arifin Bangkit Dan Duduk Dengan Kesal.Ia Mengenakan Piyama. Rambutnya Kusut)
Sebentar
Masuk.
SLAMET (Masuk)
Selamat pagi, Arifin!
SLAMET
Kau sendiri masih tidur, kau tidak pergi kerja? Maaf, barangkali aku mengganggumu.
SLAMET
Kau sakit?
Arifin, aku sungguh bodoh bertengkar dengan kau tentang ceritera itu.
ARIFIN
Ceritera apa?
SLAMET
Kemarin.
SLAMET
Kau sudah lupa? Tentang badak-badak itu. Tentang badak yang malang itu.
ARIFIN
Badak mana?
SLAMET
Badak- badak itu. Dua ekor yang pernah kita lihat itu.
ARIFIN
Oh, ya, aku ingat. Bagaimana kau bisa beranggapan bahwa badak-badak itu malang?
SLAMET
Kukira begitu.
ARIFIN
Baiknya kita hentikan saja pembicaraan tentang badak itu.
SLAMET
Kau memang sangat baik.
ARIFIN
Lalu?
SLAMET
Aku ingin mengatakan padamu bahwa aku menyesal telah berbantahan, aku memang keras
kepala,… marah… pendeknya aku bodoh ketika itu.
ARIFIN
Itu tak mengherankan aku.
SLAMET
Maafkan saya.
ARIFIN
Aku tak enak badan
(BATUK)
SLAMET
Mungkin itu sebabnya kau masih di tempat tidur.
Arifin, kita memang punya alasan masing-masing. Sekarang telah terbukti. Di kota telah
muncul badak-badak, baik yang bercula satu maupun yang bercula dua.
SLAMET
Ya, itulah sialnya. Barangkali kau masuk angin. Apa kau merasa demam?
ARIFIN
Aku tak tahu. Memang sedikit demam. Aku merasa sakit kepala.
SLAMET
Kalau begitu sebaiknya aku pergi saja.
ARIFIN
Tinggallah. Kau tidak mengganggu aku.
SLAMET
Kau juga serak.
ARIFIN
Serak?
SLAMET
Sedikit serak. Itu sebabnya aku tadi tak mengenali suaramu.
ARIFIN
MEngapa aku harus serak? Suaraku tak berubah, justru suaramu yang berubah.
SLAMET
Suaraku?
ARIFIN
Mengapa tidak?
SLAMET
Mungkin saja. Aku tak menyadarinya.
ARIFIN
Tentang apa kau bisa sadar?
SLAMET
Kalau terbentur sesuatu pasti ada benjolannya
(Memperhatikan Arifin)
SLAMET
Sangat kecil.
ARIFIN
Dimana?
SLAMET (Menunjuk)
Tepat di atas hidungmu.
ARIFIN
Tentu tidak. Dalam keluargaku, tak pernah ada yang mendapat benjolan.
SLAMET
Apa kau punya cermin?
ARIFIN
Ah, ya
(Meraba Pelipisnya)
SLAMET
Benjolan itu berwarna hijau.
ARIFIN
Kau selalu menyebutkan hal-hal yang tak menyenagkan.
SLAMET
Maaf. Aku tak bermaksud menyakitimu. Apa kau sudah ke dokter?
ARIFIN
Aku tak memerlukan dokter.
SLAMET
Kita harus memanggil dokter.
ARIFIN
SLAMET
Siapa tahu penyakit itu berbahaya.
ARIFIN
Para dokter selalu mengatakan penyakit yang sebenarnya tak ada.
SLAMET
Mungkin benar begitu, tetapi mereka menemukan juga obetnya bukan?
ARIFIN
Aku hanya percaya pada dokter hewan.
ARIFIN
Itu tandanya aku kuat.
SLAMET
Meski begitu…
ARIFIN
Mengapa kau memandang aku seakan-akan aku binatang aneh?
SLAMET
Kulitmu…
ARIFIN
Apa yang kau lakukan dengan kulitku?
SLAMET
Kulitmu… kulitmu berubah warna. Jadi hijau…
Juga mengeras.
SLAMET
Kita harus memanggil dokter.
SLAMET
Tapi itu semua demi kebaikanmu.
SLAMET
Kau tampaknya sesak nafas!
ARIFIN
Aku bernafas seperti biasa! Aku tak uka dengan caramu bernafas, terlalu lemah, seakan-akan
sebentar lagi kau akan mampu!
SLAMET
Jangan marah Arifin, bagaimanapun aku sahabatmu bukan?
ARIFIN
Persahabatan sudah tidak ada!
SLAMET
Kau merisaukan.
ARIFIN
Kau tak perlu risau.
SLAMET
Kau tidak manusiawi belakngan ini.
ARIFIN
Aku justru senang bahwa aku tak manusiawi.
SLAMET
Jangan gugup, jangan gugup.
ARIFIN
Aku tak betah dalam pakaian ini. Piyama ini menyiksaku
SLAMET
ARIFIN
Lagi-lagi kulitku he? Ini kulitku, aku tak dapat menukarnya
dengan kulitmu, bukan?
SLAMET
Seperti perisai.
ARIFIN
Tentu, aku akan tahan dengan segala cuaca. 92
SLAMET
Makin lama kau makin hijau.
ARIFIN
Aku tak peduli. Bbbrrr….!
SLAMET
Apa katamu?
ARIFIN
Aku tak berkata apa-apa. Aku…. Bbbrrr….. menyenangkan!
SLAMET
Tahukah kau apa yang terjadi dengan Tigor? Ia jadi seekor badak!
ARIFIN
Apa yang terjadi dengan Tigor?
SLAMET
Ia jadi badak.
SLAMET
Jangan bercanda begitu….
ARIFIN
Biarkan aku bernafas, aku punya hak untuk itu. Aku berada di rumahku.
SLAMET
Aku tak menyangkal.
ARIFIN
Memang kau tak usah menyangkal aku. Aku merasa panas, gerah.... bbbrrr…. Sebentar…
aku akan menyegarkan diri.
SLAMET
Ia menggigil. Aku akan menelepon ke dokter.
ARIFIN
Jadi Tigor telah jadi badak. Ah, ia menyamar…
Seharusnya aku tak mengajakmu bebicara. Makin menambah parah sakitmu saja.
ARIFIN
Tidak, percakapan membuatku santai.
SLAMET
Boleh kupanggil dokter?
ARIFIN
Aku larang dengan tegas.
Kau jangan melihat sesuatu dari segi buruknya saja. Barangkali ia memang senang menjadi
badak.apa kau kira bentuk kita ini lebih disukai?
SLAMET
Bagaimanapun juga kita punya moral, tidak seperti binatang.
ARIFIN
Moral, moral! Aku sudah kenyang dengan moral!
SLAMET
Kalau bukan moral, apa yang akan menggantikannya?
ARIFIN
SLAMET
Apa kau mau mengganti hukum moral dengan hukum rimba?
ARIFIN
Di sana aku akan hidup, di sana aku akan hidup! Kita harus kembali kepada keutuhan purba!
SLAMET
Aku tak sependapat.
ARIFIN (Mendengus-Dengus)
Aku ingin bernafas!
SLAMET
Pikirkan baik-baik. Kita memiliki nilai-nilai yang tak ada pada binatang. Paradaban yang
berabad-abad telah kita bangun…
ARIFIN
Bongkar semua itu. Kita akan membangun peradaban baru.
SLAMET
Ku bercanda… kau sedang bersajak.
ARIFIN
bbbbrrr…..
SLAMET
Aku tidak tahu bahwa kau penyair. Arifin, kau tahu bahwa manusia….
ARIFIN
Manusia…. jangan ucapkan lagi kata itu!
SLAMET
Aku ingin mengatakan tentang kemanusiaan….
ARIFIN
Ketinggalan jaman. Kau berpikiran lapuk dan menggelikan!
SLAMET
Tak ada artinya?
SLAMET
ARIFIN
Mengapa tidak?
SLAMET
Bicaramu tak jelas.
SLAMET
Bagaimana?
ARIFIN
Buka telingamu, kubilang! Kenapa kau tidak jadi badak saja? Aku menyukai perubahan itu.
SLAMET
Hal seperti itu…
(Slamet Berhenti Bicara Karena Arifin Muncul Dengan Rupa Yang Mengejutkan.
Benjolannya Sudah Lengkap Jadi Cula)
(Arifin Lari Ke Tempat Tidurnya Melemparkan Selimut Ke Lantai, Bicara Kacau Balau,
Mengeluarkan Suara Yang Tak Pernah Terdengar Sebelumnya)
ARIFIN
Panas, sangat pans. Hancurkan semua. Pakaian, hancurkan, hancurkan!
SLAMET
Apa yang kau lakukan. Aku tak mengenalmu lagi! Kau biasanya pemalu!
ARIFIN
Rawa-rawa! Rawa-rawa!
SLAMET
Lihatlah aku. Sepertinya kau tak mengenalku lagi! Kau tak mendengar kata-kataku lagi!
ARIFIN
Aku mendengarmu dengan jelas. Aku melihatmu dengan terang
SLAMET
ARIFIN (Mendengus-Dengus)
Maaf!
SLAMET (Ke Kiri Lalu Mengikuti Arifin Ke Kamar Mandi Sambil Berkata)
Betapapun aku tak dapat membiarkannya seperti itu. Dia kawanku
(Slamet Berhasil Menutup Pintu. Pada Saat Pintu Ditembus Cula Dan Keributan Berlanjut
Di Kamar Mandi)
SLAMET
Panggil keamanan! Ada badak dalam rumah!
NENEK
Siapa itu Arifin? Kenapa ribut-ribut?
KAKEK
Aku tak tahu apa yang dikatakannya. Ia melihat seekor badak.
KAKEK
Ah, kau jangan ganggu dia. Berlaku sopanlah
(Slamet Kembali Masuk Kamar Arifin, Sementara Pintu Kamar Mandi Terus Dihantam Dari
Dalam)
Ya Tuhan…
Badak, badak….!
BABAK I II
90 | Lakon Badak-Badak karya E. Ionesco
PEMBAGIAN PANGGUNG HAMPIR SAMA DENGAN ADEGAN SEBELUMNYA.
MENGGAMBARKAN KAMAR SLAMET YANG MENYERUPAI KAMAR ARIFIN.
HANYA ADA PERUBAHAN KECIL DARI BEBERAPA ALAT RUMAH TANGGA
YANG MENUNJUKKAN BAHWA INI KAMAR LAIN. DI BAGIAN BELAKANG
NAMPAK SEBUAH DIPAN DAN JENDELA YANG TERBUKA. DI SEBELAH KIRI
TERDAPAT UJUNG TANGGA DAN PINTU MASUK KE KAMAR SLAMET.
SLAMET
Jangan!
(Hening)
Hati-hati culanya!
Jangan!
(Ia Jatuh Ke Lantai Masih Bergulat Dengan Apa Yang Dilihat Dalam
Impian Buruknya, Lalu Terbangun. Dengan Hati-Hati Meletakkan Tangan Di Atas Dahinya.
Didekatinya Cermin Di Dinding Dan
Mengangkat Sedikit Pembalutnya. Ia Bernafas Lega Setelah Dilihatnya Bahwa Tak Ada
Benjolan. Ia Ragu-Ragu Menuju Ke Dipan, Berbaring, Tapi Segera Bangun Kembali Dan
Berdiri. Ia Mendekati Meja, Dari Bawah Dikeluarkannya Sebotol Minuman Dan Sebuah
Gelas. Ia Hendak Menuangkan Minuman, Tetapi
Setelah Perjuangan Batinyang Singkat, Dikembalikannya Botol Serta Gelas Itu)
(Ia Kembali Ke Dipan, Tapi Kini Terdengar Lagi Badak-Badak Di Bawah Jendela. Ia
Mendekati Meja, Sesaat Ragu-Ragu Lalu Dengan Gerak “Peduli Setan!” Dituangnya
Minuman Dan Diteguknya Sekaligus.
Dikembalikannya Botol, Ia Batuk. Batuk Itu Membuatnya Cemas. Ia Batuk Lagi Dan
Mendengarkan Bunyinya Memandang Dirinya
Di Cermin, Batuk Lagi. Dibukanya Jendela, Bunyi Terengah-Engah Menjadi Lebih Jelas. Ia
Batuk Lagi)
DARMAWAN
Aku datang menengok kau, Slamet.
SLAMET
Siapa itu?
DARMAWAN
Aku.
SLAMET
Aku siapa?
DARMAWAN
Aku, Darmawan.
SLAMET
Ooo kau, masuklah.
DARMAWAN
Aku harap tidak mengganggu
Pintunya terkunci.
SLAMET
Sebentar. Aduh, aduh!
DARMAWAN
Apa kabar, Slamet.
SLAMET
Apa kabar, Darmawan. Jam berapa?
DARMAWAN
Jadi kau tetap berkurung di kandangmu? Merasa lebih baik, kawan?
SLAMET
Maafkan suaramu tidak kukenali
DARMAWAN
SLAMET
Maafkan saja, aku tadinya mengira…. Kau benar, suaramu masih seperti biasa. Suaraku tidak
berubah, kan?
DARMAWAN
Mengapa harus berubah?
SLAMET
Tidakkah sedikit, sedikit… parau?
DARMAWAN
Setahuku tidak.
SLAMET
Terima kasih, aku lega.
DARMAWAN
Mengapa, ada apa dengan kau?
SLAMET
Kurang tahu—siapa tahu? Suara bisa tiba-tiba berubah—dan celakanya memang berubah!
DARMAWAN
Apakah kau diserang selesma?
SLAMET
Mudah-mudahan tidak—kuharap tidak. Duduklah Darmawan, ini kursi.
DARMAWAN (Duduk)
Kau masih saja merasa kurang sehat? Kepala terus-terusan sakit?
SLAMET
Ya, sakit kepala terus. Tapi tak ada benjol, aku tidak terbentur… betulkah…?
DARMAWAN
Menurut penglihatanku tidak ada.
SLAMET
Aku harap tidak pernah ada. Jangan ada.
DARMAWAN
Kalau kepalamu tidak terbentur sesuatu, mengapa harus benjol?
SLAMET
DARMAWAN
Jelas, asal saja kita berhati-hati. Tetapi mengapa kau sebenarnya? Begitu gugup dan gelisah.
Agaknya karena sakit kepalamu itu. Jangan banyak bergerak, tentu kau akan segera sembuh.
SLAMET
Sakit kepala… sudah, jangan sebut-sebut sakit kepala! Aku tak mau mendengarnya!
DARMAWAN
Mengapa kau sakit kepala setelah peristiwa yang kau alami itu?
SLAMET
Aku belum mengatasinya!
DARMAWAN
Tidak heran kau sakit kepala.
DARMAWAN
Apa yang terjadi?
SLAMET
Aku takut jadi orang lain.
DARMAWAN
Tenangkan dirimu. Mari duduklah. Mondar-mandir ke sana kemari hanya membuat kau lebih
gelisah.
SLAMET
Kau benar. Aku perlu menenangkan diri
(Duduk)
DARMAWAN
Maksudmu tentang Arifin? Aku tahu…
SLAMET
Ya, tentang Arifin tentunya, juga tentang yang lain-lain.
DARMAWAN
Aku mengerti betapa terkejutnya kau.
SLAMET
Dan itu tidak mengherankan. Kau akui itu.
SLAMET
Aku ingin tahu bagaimana seandainya kau adalah aku. Arifin temanku yang terdekat.
Bayangkan… dia kusaksikan berubah di depan mataku. Lagipula ia mengamuk!
DARMAWAN
Aku turut merasakannya. Kau merasa ditinggalkan. Cobalah, jangan fikirkan dia lagi.
SLAMET
Bagaimana tidak kufikirkan? Biasanya ia orang yang ramah, berperikemanusiaan. Siapa kira
ia akan begitu? Kami berkenalan ketika kami masih bercelana monyet. Tak kusangka
sedikitpun ia akan berubah sedemikian rupa. Aku lebih percaya kepadanya daripada kepada
diriku sendiri, tetapi ia tega berbuat begitu kepadaku.
DARMAWAN
Aku yakin ia tak bermaksud mengecewakan kau.
SLAMET
Justru ia seperti sengaja. Andaikata kau melihat bagaimana dia saat itu—pancaran
wajahnya….
DARMAWAN
Kebetulan saja kau di sana waktu itu. Tetapi meski dengan siapapun, akan tetap saja terjadi
begitu.
SLAMET
Setelah bertahun-tahun bersama-sama, sekurang-kurangnya dia bisa mengendalikan diri di
depanku.
DARMAWAN
Kau pikir segala sesuatu yang terjadi hanya menyangkut pribadimu? Kau bukanlah orang
yang paling penting, kau mesti ingat itu.
SLAMET
Mungkin kau benar, aku harus belajar menyesuaikan diri. Tetapi kejadian itu amat
menggemparkan. Terus terang aku sangat terpukul. Apa penjelasan dari semua ini, apa?
DARMAWAN
Sementara ini aku belum dapat menemukan penjelasan yang memuaskan. Aku perhatikan
fakta-faktanya. Kemelesetan alam barangkali, kenakalan yang ganjil, lelucon yang kelewatan,
suatu permainan—siapa yang tahu?
SLAMET
Arifin memang suka membanggakan diri, tetapi aku tidak berambisi apa-apa. Aku puas
dengan diriku sebagaimana adanya.
DARMAWAN
SLAMET
Aku paham maksudmu. Meskipun begitu, jika orang menuduh aku sebagai penghalang, atau
dianggap memisahkan diri dari masyarakat, aku ingin tetap tinggal sebagaimana aku
sekarang.
DARMAWAN
Kita tetap sebagaimana kita adanya, jangan kuatir…untuk apa kau terganggu oleh beberapa
penderita penyakit badak? Mungkin itu hanya jenis penyakit baru!
SLAMET
Justru itu! Aku takut ketularan!
DARMAWAN
Sudah, jangan kau pikirkan. Kau menganggap masalah ini begitu penting. Apa yang terjadi
pada Arifin tidak jelas gejalanya, persoalannya bukan persoalan umum. Temanmu itu
memang terlalu cepat meluap, tabiatnya agak kasar. Kau tak perlu menilai berdasarkan
kekecualian.
SLAMET
Agaknya hari mulai cerah bagiku. Kau sebenarnya belum bisa menjelaskan padaku, tapi kau
telah melengkapi aku dengan penjelasan yang waras. Ya, tentu saja, ia pasti telah menempuh
keadaan yang gawat sehingga sampai terjerumus dalam taraf sekarang. Batinnya mengalami
ketidakseimbangan. Lalu apa yang terjadi dengan Tigor, begitu juga yang lainnya…?
DARMAWAN
Aku masih percaya pada teori wabah, seperti influenza misalnya. Bukan pertama kalinya kita
diserang wabah.
SLAMET
Jenis serupa ini belum pernah tercatat. Apakah berasal dari negara maju atau negara
berkembang?
DARMAWAN
Bagaimanapun juga yakinlah dirimu bahwa Tigor ataupun yang lainnya melakukan itu bukan
untuk merongrongmu. Masak mereka mempertaruhkan segalanya hanya untuk itu.
SLAMET
Benar juga, masuk diakal, fikiran yang membantu… atau dari segi lain justru menghancurkan
segala harapan?
MELOMPAT KE JENDELA
DARMAWAN
Mereka toh tidak menyusahkanmu. Sungguh pikiranmu dipenuhi hanya oleh mereka. Itu tak
baik untukmu, kau hanya membuat dirimu lebih payah. Kau sudah mengalami kejutan besar,
mengapa kau seperti mau minta tambah? Pusat pikiranmu pada hal-hal yang waras!
SLAMET
Aku ingin tahu apakah aku betul-betul tidak akan kejangkitan?
DARMAWAN
Pokoknya penyakit itu tidak membunuh. Ada penyakit tertentu yang justru menguji manusia,
aku yakin jenis ini bisa disembuhkan asal kita mau… merekapun kelak pasti sembuh,
lihat saja.
SLAMET
Tapi pasti ada kelanjutannya. Suatu perobakan jasmaniah seperti itu mau tidak mau mesti….
DARMAWAN
Hanya sementara waktu saja, jangan kuatir.
SLAMET
Apa kau betul-betul yakin?
DARMAWAN
Aku pikir begitu… ya, aku kira begitu.
SLAMET
Tapi kalau seseorang sungguh-sungguh tidak menghendakinya, betul-betul tak mau ketularan
—pastilah kita tidak ketularan, tak mungkin ketularan! Kau mau sedikit minum?
DARMAWAN
Tidak, terima kasih, aku tidak pernah minum. Silahkan kau minum sendiri kalau kau ingin.
Asal saja akit kepalamu tidak bertambah karenanya.
SLAMET
Katanya alcohol baik untuk penahan wabah. Membuat seseorang lebih tahan terhadap
penularan. Kuman influenza mudah terbasmi olehnya.
DARMAWAN
Tapi belum tentu semua kuman bisa terbunuh olehnya. Terhadap penyakit badak ini misalnya,
belum diketahui kekuatannya.
SLAMET
Arifin tak suka minuman keras, tapi ia Cuma berpura-pura…. Mungkin itulah sebabnya
maka… barangkali itu menjelaskan sikapnya
DARMAWAN
Tidak, tidak, apa lagi dengan perut kosong, Terima kasih,
SLAMET (Cemas)
Ya, membuat aku batuk. Seperti apa batukku itu?
DARMAWAN
Seperti setiap orang yang terlalu banyak minum.
SLAMET
Tak ada nada yang terdengar aneh bukan? Batuk seperti batuk manusia?
DARMAWAN
MAksudmu bagaimana? Batukmu seperti biasa kalau orang batuk. Lantas batuk itu bis
bagaimana lagi?
SLAMET
Entahlah… barangkali batuk binatang… Papakah badak bisa batuk?
DARMAWAN
Ah Slamet, kau mempermainkan dirimu. Kau menciptakan sendiri kesulitan-kesulitanmu, kau
bertanya yang aneh-aneh. Aku masih ingat kau mengatakan bahwa perlindungan yang terbaik
terhadap ini adalah daya tekad.
SLAMET
Memang.
DARMAWAN
Nah buktikanlah bahwa kau memiliki tekad itu.
SLAMET
Tekad itu ada, percayalah.
DARMAWAN
Buktikanlah pada dirimu – misalnya, jangan minum lagi. Pasti kau akan merasa lebih yakin
akan dirimu.
SLAMET
Kau salah mengerti. Sudah kukatakan bahwa aku minum untuk menjauhkan kemungkinan
terburuk. Aku minum dengan penuh kesadaran. Kalau wabah ini sudah berlalu, aku akan
berhenti minum. Itu sudah menjadi keputusanku.
DARMAWAN
Kau mencari-cari alasan!
DARMAWAN
Darimana kita tahu?
SLAMET (Cemas)
Maksudmu memang ada hubungannya? Begituka malapetaka itu terjadi menurut kau? Aku
bukan pemabuk
Tak ada perubahan, tak ada kerusakan, jadi itu berarti baik, sekurang-kurangnya tak ada
pengaruh apa-apa.
DARMAWAN
Aku hanya bergurau, aku Cuma main-main. Kau melihat segala sesuatu dari segi yang gelap
– hati-hatilah, jangan sampai kau kena penyakit syaraf. Kalau kau sudah mengatasi
kejutanmu sepenuhnya dank au sudah merasa sanggup untuk keluar menghirup udara segar,
kau akan merasa lebih baik. Coba saja! Semua pikiran buruk itu akan lenyap.
SLAMET
Keluar? Suatu saat memang harus. Aku ngeri kalau saat itu tiba. Mau tak mau aku pasti
berjumpa dengan beberapa dari mereka.
DARMAWAN
Apa salahnya? Mudah saja kau menyingkir untuk memperkenankan mereka lewat. Dan
jumlah mereka tidak sebanyak yang kau bayangkan.
SLAMET
Dimana-mana aku melihat mereka.
DARMAWAN
Mereka tidak menyerang kau. Kalau kau tidak ganggu mereka, merekapun akan menghindari
kau. Kau tak usah menganggap rendah mereka. Bahkan mereka memiliki kemurnian tertentu
yang wajar, semacam keterusterangan. Aku berjalan kaki untuk mengunjungi kau. Aku
sampai di sini dengan aman dan sehat walafiat bukan? Tanpa mengalami kesulitan apa-apa.
SLAMET
Hanya melihat mereka saja aku sudah gugup. Katakanlah aku senewen. Aku bukan marah,
tidak, tidak ada untungnya kalau aku marah, akibatnya tidak bisa dijamin, itu kujaga. Tapi
aku terpengaruh – di sini
(Menunjuk Hatinya)
DARMAWAN
Reaksi sampai batas tertentu memang bisa dibenarkan. Tapi kau berlebihan. Tak ada bakat
humor padamu, itulah yang menyulitkan, sedikitpun tak ada. Kau perlu belajar supaya lebih
santai sedikit, dan melihat segala sesuatu dari segi lucunya.
SLAMET
Aku merasa terlibat, aku tak bisa bersikap tak peduli.
DARMAWAN
Jangan mengadili kalau kau tak ingin diadili. Kalau kau begitu cemas kau tak akan mampu
meneruskan hidup.
SLAMET
Kalau aja ini terjadi ditempat lain, di negara lain dan kita hanya membacanya di surat kabar,
kita bisa memperbincangkannya dengan tenang dan mencapai kesimpulan yang obyektif.
Kita bisa menyelenggarakan diskusi dengan para professor, penulis dan sarjana hokum,
tokoh-tokoh seniman dan semua orang. Tapi kalau kita sendiri terlibat, kalau tiba-tiba kau
dihadapkan pada fakta yang kejam – kejutan begitu dahsyat, kita tidak bisa tinggal diam.
Terus terang aku tercengang, aku sangat, sangat tercengang. Aku tak bisa mengatasinya.
DARMAWAN
Akupun tercengang mulanya, mulanya. Kini aku mulai biasa.
SLAMET
Jaringan syarafmu lebih kompak daripada aku. Kau beruntung.
DARMAWAN
Aku tidak mengatakan bahwa ini baik. Jangan kau kira aku memihak pada badak-badak…
SLAMET
Itu mereka, lagi-lagi mereka! Aku tidak bisa membiasakan diri dengan mereka. Mereka
terlalu menjajah pikiranku sampai aku tak bisa tidur. Mataku membeliak tak bisa pejam. Di
siang hari aku ngantuk karena kelelahan yang sangat.
DARMAWAN
Minumlah obat tidur.
SLAMET
Bukan itu penyelesaiannya. Kalau aku tertidur lebih buruk lagi. Aku mimpi tentang mereka,
mimpi buruk!
DARMAWAN
Sudah kukatakan jangan melihat segala sesuatu terlalu serius. Rupanya kau senang memyiksa
dirimu. Akuilah!
DARMAWAN
Jadi, hadapilah faktanya, dan atasilah. Memang sudah begini keadaannya. Kau tak bisa
berbuat apa-apa untuk merubahnya.
SLAMET
Itu fatalisme.
DARMAWAN
Ah tidak, akal waras. Kalau ada kejadian seperti ini, yakinlah bahwa ada sebabnya. Itu yang
harus kita selidiki.
SLAMET
Aku tak mau menerima keadaan ini.
DARMAWAN
Apa yang bisa kau perbuat? Kau punya rencana?
SLAMET
Saat ini aku belum tahu. Aku harus memikirkan dulu masak-masak aku akan menulis surat ke
Koran-koran, aku minta bertemu walikota atau wakilnya kalau pak walikota terlalu sibuk.
DARMAWAN
Aku sangsi apakah secara moril kau berhak turut campur. Bagaimanapun juga kukira tidak
perlu begitu gawat. Kuanggap bodoh kalau kau mesti merusuhkan diri untuk orang yang telah
memutuskan diri untuk berganti kulit.
SLAMET
Iblis harus kita serang dari akar-akarnya!
DARMAWAN
Iblis! Itu Cuma perkataan! Siapa yang tahu apa kejahatan dan apa kebaikan? Kepastian
tergantung pada penentuan pribadi. Kau bimbang tentang keselamatan kulitmu sendiri, itulah
hakikatnya. Tapi kau tak akan menjadi badak, dijamin tidak – kau tak punya potongan untuk
menjadi badak.
SLAMET
Jika saja setiap orang berpikir seperti kau… Maafkan aku, aku terlalu tegang. Tapi aku akan
memperbaiki diri. Mungkin kau punya pekerjaan…
DARMAWAN
Jangan kuatir, beres. Pokoknya kantor belum bisa buka lagi.
SLAMET
Tangga itu belum diperbaiki? Sungguh lalai.
DARMAWAN
Mereka sedang memperbaikinya. Tapi pekerjaan itu lamban. Sulit mencari tukang-tukangnya.
DARMAWAN
Tidak, kayu lagi.
SLAMET
Terlalu. Tentu pak Entung akan kecewa. Apa katanya tentang ini?
DARMAWAN
Kita tak punya direktur lagi. Pak Entung telah mengundurkan diri.
SLAMET
Betapa mungkin!
DARMAWAN
Sungguh mati.
SLAMET
Apakah karena persoalan tangga?
DARMAWAN
Rasanya tidak.
SLAMET
Lalu mengapa? Ada apa dengan dia?
DARMAWAN
Ia mau pulang ke kampungnya.
SLAMET
Pulang kampung? Ia masih kuat menjabat direktur sampai bertahun-tahun lagi.
DARMAWAN
Ia tak bersedia lagi. Katanya ia perlu istirahat. Mungkin sebaiknya aku cerita padamu – lucu
juga – sebetulnya… jelasnya ia telah menjadi badak
SLAMET
Badak! Pak Entung badak? Aku tak percaya! Sama seklali tak lucu! Mengapa baru kau
ceritakan sekarang?
DARMAWAN
Aku tak mau menceritakan karena tahu kau akan terganggu.
SLAMET
Celaka dua belas, Pak Entung. Padahal kedudukannya begitu baik. Mustahil ia berbuat
dengan sengaja. Aku tak yakin bahwa ia melakukannya dengan suka rela.
SLAMET
Mungkin ia membuat kekeliruan. Seharusnya ia minta pertolongan dokter jiwa.
DARMAWAN
Itulah cara yang dipilihnya untuk mencapai sublimasi diri.
SLAMET
Pasti ada yang maembujuk dia.
DARMAWAN
Itu terjadi padasetiap orang.
SLAMET
Setiap orang? Ooo jangan! Tidak pada dirimu bukan? Pada diriku juga tidak.
DARMAWAN
Kita harapkan saja tidak.
SLAMET
Kita tak ingin bukan? Jawablah!
DARMAWAN
Ya, ya, tentu!
DARMAWAN
Lebih masuk akal kalau menganggapnya karena suatu sikap kekecewaan dalam dirinya.
SLAMET
Boleh jadi. Memang sangat kabur, atau lebih memberatkan… Memberatkan kukira, sebab
kalau betul-betul atas kehendaknya… Aku rasa pak Surahman akan mengecam dia – apa
yang dikatakan tentang kelakuan Direktur kita?
DARMAWAN
O Surahman lebih dari marah. Ia ngamuk tak terkendalikan. Aku jarang melihat orang begitu
marah.
SLAMET
Sebtulnya ia orang baik. Ia memiliki pendirian yang waras. Dan selama ini aku salahmngerti
tentang sikapnya.
DARMAWAN
SLAMET
Terbukti bahwa saat ini aku cukup obyektif. Jangan lupa, kaupun menganggap rendah orang
itu.
DARMAWAN
Aku tidak merendahkan dia. Kuakui aku jarang sefaham dengan dia, aku tidak suka pada
caranya mengecam sesuatu, sikapnya selalu curiga. Sampai sekarangpun aku tidak dapat
menghargai dia sepenuhnya.
SLAMET
Sekarang untuk alasan yang sebaliknya.
DARMAWAN
Bukan, bukan itu. Caraku meninjau dan menarik kesimulan tidak semudah yang kau kira.
Soalnya karena tidak ada hal-hal yang ilmiah atau obyektif tentang pernyataan yang
dikemukakan oleh Surahman. Secara pribadi aku tidak membenarkan perbadakan ini, kaupun
tahu sama sekali tidak membenarkan, jangan salah sangka! Tetapi sikap Surahman terlalu
ekstrim, seperti biasa.Dan justru karena itu terlalu gampang. Pendiriannya melulu didiktekan
oleh kebencian terhadap atasannya. Dari situlah timbul rasa rendah dirinya dan ketidak
puasannya. Lagipula semua omongannya berupa kutipan-kutipan indoktrinasi, dan
perdebatan macam demikian tidak cocok buatku.
SLAMET
Maafkan aku kalau sekali ini aku menyetujui Surahman sepenuhnya. Ia orang yang patut
dihargai.
DARMAWAN
Aku tidak menyangkal – tapi aku tidak membenarkan.
SLAMET
Ia orang yang wajib dihargai, karena orang seperti dia sudah menjadi jarang dewasa ini. Ia
realistis, kakinya kukuh memijak bumi. Aku setuju sepenuhnya dengan dia, dan aku tak malu
mengatakannya. Aku ingin memberi selamat kepadanya kalau berjumpa dengannya. Aku
menyesali perbuatan pak Entung, justru seharusnya dialah yang pantang menyerah.
DARMAWAN
Betapa tidak tolerannya kau! Barangkali pak Entung membutuhkan ketentraman setelah
bertahun-tahun kerja kantor.
SLAMET (Ironis)
Dan kau terlalu toleran, terlalu liberal!
DARMAWAN
Slamet, kawan… Seseorang harus berusaha untuk mengerti. Untuk dapat mengerti suatu
kejadian serta akibat-akibatnya, kau harus meneliti kembali alasan-alasan yang
menyebabkannya melalui proses intelek yang jujur. Kita mesti berbuat demikian karena lebih
dari apapun kita mahluk yang mampu berfikir. Aku belumlah berhasil, seperti sudah
kukatakan padamu. Dan aku tidak tahu apakah aku akan berhasil. Bagaimanapun juga, kita
SLAMET
Aku ramalkan bahwa kau kelak memihak pada badak-badak.
DARMAWAN
Tidak, tidak, sama sekali tidak. Aku tak akan sejauh itu. Aku Cuma mencoba menghadapi
faktanya langsung tanpa sentiment. Aku berusaha berskap realistis. Aku dapat menerima
bahwa tidak ada kejahatan mutlak dalam sesuatu yang terjadi sewajarnya. Aku bukanlah
orang yang memandang segala sesuatu sebagai sumber kejahatan. Serahkanlah penilaian pada
yang berwenang.
SLAMET
Kau menganggap kejadian ini wajar?
DARMAWAN
Adakah yang tidak wajar pada seekor badak?
SLAMET
Ya, tapi manusia yang berubah jadi badak tak dapat disangsikan lagi ketidak wajarannya.
DARMAWAN
Itu soal pendirian saja.
SLAMET
Tak boleh jadi, mutlak tak boleh jadi.
DARMAWAN
Kau begitu yakin. Siapa yang dapat mengatakan sampai mana batas wajar dan tidak wajar?
Bisakah kau menguraikannya. Belum ada yang menemukan jawaban masalah ini, tidak dri
segi kedoteran, tidak dari falsafah. Kau seharusnya sadar.
SLAMET
Boleh jadi masalah initak dapat diselesaikan secara falsafah – tapi dalam praktejnya mudah
saja. Orang bisa saja membuktikan bahwa apa yang disebut gerak itu tidak ada… tapi kau
mulai berjalan…
(Mundar Mandir)
Dan terus berjalan, dan kau katakana pada dirimu seperti kata Galileo “ Dan untuk dapat
bergerak”…
DARMAWAN
Kau mencampur adukkan yang satu dengan yang lainnya. Jangan memperumit persoalan.
Dengan Gelileo justru sebaliknya; hasil pemikiran dan teori yang membuktikan keulungnnya
di atas pendapat umum dan dogmatisme.
DARMAWAN
Kau yang menyebut dan membawanya ke dalam persoalan. Kau yang mengemukakan bahwa
prakteklah yang akhirnya menentukan. Mungkin kau benar asal titik tolaknya dari teori.
Seluruhsejarah pemikiran manusia dan ilmu pengetahuan membuktikannya.
DARMAWAN
Sama saja. Kita harus menguraikan dengan teliti, apa itu gila.
SLAMET
Gila adalah gila, tanpa arti yang lebih dari itu. Setiap orang tahu apa arti gila. Lalu tentang
badak-badak itu… Praktek atau teori?
DARMAWAN
Keduanya.
SLAMET
Keduanya bagaimana?
DARMAWAN
Yang satu maupun yang lain, atau yang satu atau yang lain. Bahan perdebatan!
SLAMET
Kalau begitu aku tak sudi memikirkannya.!
DARMAWAN
Kau sudah tak menguasai diri lagi. Pendiirian kita mungkin tak sepenuhnya sesuai, namun
kita masih dapat memperbincangkannya secara damai. Persoalan seperti ini sebaiknya
dirundingkan.
SLAMET (Bingung)
Kau kira aku tak menguasai diri lagi? Aku bisa menjadi seperti Arifin. Ooo jangan, jangan,
aku tak mau seperti dia
Aku tak begitu pandai dalam falsafah. Pendidikanku tidak tinggi, lain dengan kau yang punya
gelar dan macam-macam diploma. Kau dengan mudah melancarkan dikusi – aku orang
kepalang
DARMAWAN
Apakah yang kau artikan dengan firasat?
SLAMET
Firasat dalam arti… ya, arti yang itu! Aku dapat merasakannya, dengan wajar. Aku pikir
toleransimu yang keterlaluan itu, kesabaranmu yang murah hati itu – percayalah,
sesungguhnya Cuma merupakan kelemahan, kebutuhan jiwa…
DARMAWAN
Tuduhanmu timbul dari ketidak tahuan.
SLAMET
Kau selalu mampu untuk berputar-putar mengelilingi aku. Tapi jangan kira…, aku akan
berusaha menemui Sarjana Muda itu
DARMAWAN
Sarjana Muda mana?
SLAMET
Sarjana Muda itu, ahli falsafah, ahli ilmu logika. Aku pernah bertemu dengan dia. Sarjana
Muda itu yang akan bisa menjelaskan padaku.
DARMAWAN
Menjelaskan mngenai apa?
SLAMET
Ia menjelaskan bahwa badak-badak Asia itu jenis Afrika, dan yang Afrika jenis Asia.
DARMAWAN
Aku kurang mengerti.
SLAMET
Bukan, bukan… ia membuktikan yang sebaliknya – bahwa yang Afrika itu jenis Asia dan
yang Asia .. aku tahu betul apa yang kumaksud. Bukan itu yang hendak kujelaskan. Tapi kau
pasti akan sesuai bergaul dengannya. Ia setaraf dengan kau, orang yang baik hati, pemikir
yang pandai, gemilang.
DARMAWAN (Duduk)
Setan!
MENGACUNGKAN TINJU
DARMAWAN
Biarkan mereka, bersikaplah sopan. Tak pantas kau bicara demikian pada orang-orang…
SLAMET (menunjuk)
Itu yang satu itu. Kau lihat?
DARMAWAN
Satu-atunya badak yang berkacamata. Kau pasti betul itu Sarjana Logikamu?
SLAMET
Sarjana Muda itu…. badak!
DARMAWAN
Ia masih mempertahankan benda kenangan dari kediriannya dulu.
DARMAWAN
Kalau ia betul-betul pemikir seperti yang kau gambarkan, mustahil ia akan terseret. Ia pasti
akan mempertimbangkan dulu untung ruginya.
SLAMET (berseru)
Jangan berharap aku bergabung dengan kalian!
SLAMET
Tidak, aku tak akan bergabung dengan kalian!
DARMAWAN (sendiri)
Mereka berkeliling mengitari gedung ini. Mereka bermain-main! Seperti bayi-bayi raksaa!
DARMAWAN
Ada yang mengetuk pintu, Slamet. Dengar tidak?
SLAMET
Kaulah! Bukakan saja.
DEWI
Selamat pagi kak Darmawan.
DARMAWAN
Ooo kau, Dewi.
DEWI
Kak Slamet ada? Sudah sembuhkah?
DARMAWAN
Aku gembira bisa bertemu dengan kau. Sering mengunjungi Salmet?
DEWI
Mana dia?
DARMAWAN
Tuh.
DEWI
Ia sendiri saja? Kasihan. Dan kesehatannya akhir-akhir ini kurang baik. Ia memerlukan
bantuan seseorang.
DARMAWAN
Kau benar-benar seorang sahabat, Dewi.
DARMAWAN
Hatimu pengasih.
DEWI
Aku hanya sahabat yang setia saja.
SLAMET (Membalik)
Ooo Dewi… Kau terlalu baik datang ke sini, terlalu baik.
DARMAWAN
Lebih dari baik.
SLAMET
Kau sudah tahu, Dewi, Sarjana Muda itu kini seekor badak?
DEWI
Sudah tahu. Aku melihat dia tadi di jalan ketika aku mau masuk. Ia bisa lari cepat sekali! Kau
sudah agak sembuh kak Slamaet?
SLAMET
Kepalaku masih sakit, berdenyut-denyut ! kadang-kadang aku takut… Bagaimana menurut
kau?
DEWI
Aku anjurkan kau banyak berbaring. Istirahatlah dengan tenang untuk beberapa hari.
DARMAWAN
Kuharap aku tidak mengganggu kalian.
DEWI
Menggangu apa?
(Kepada Slamet)
Ooo tentang sarjana muda itu? Aku tak punya komentar apa-apa.
DARMAWAN
Mungkin aku menyusahkan.
(Kepada Keduanya)
DARMAWAN
Begitukah?
SLAMET
Aku tak percaya. Ia tidak menyetujuinya. Kau pasti keliru. Ia jutru protes terhadap itu.
Darmawan baru saja ceritera tentang dia. Begitu bukan Darmawan?
DARMAWAN
Memang.
DEWI
Aku tahu ia menentangnya. Meskipun begitu tak dapat dicegah ia merubah diri, 24 jam
setelah pak Entung.
DARMAWAN
Rupanya ia berubah pikiran. Setiap orang berhak atas itu.
SLAMET
Dengan begitu apapun bisa terjadi?
DEWI
Aku menyaksikan sendiri.
SLAMET
Kalau begitu ia mengelabuhi kau. Ia Cuma pura-pura di depanmu.
DEWI
Agaknya ia berubah dengan rela.
SLAMET
Apa ia mengemukakan alasan?
DEWI
Ia mengatakan, kita harus memenuhi tuntutan jaman! Itulah kata-
katanya yang terakhir sebagai manusia.
DARMAWAN
Aku sudah menduga akan menjumpai kau di sini, Dewi.
SLAMET
Memenuhi tuntutan jaman! Mental Bejat!
DARMAWAN
Kau kan tahu Dewi, itu kurang pantas.
SLAMET
Tapi kalau kufikir kembali, perbuatan Surahman tidak mengherankan. Tekadnya itu Cuma
lagaknya di luar saja yang tidak menutup kemungkinan bahwa ia orang baik. Orang baik-
baik jadi badak baik-baik. Sayang sekali…
DEWI
Bolehkah keranjang ini aku simpan di meja?
SLAMET
Tapi ia orang baik yang penuh kedengkian.
SLAMET
Ia dikuasai oleh kebencian terhadap atasan-atasannya. Dan ia
punya perasan rendah diri.
SLAMET
BAdaklah yang anarkis karena merekamerupakan minoritas.
DARMAWAN
Memang benar… untuksementara ini.
DEWI
Yang kau katakana minorotas itu cukup besar jumlahnya, dan terus bertambah besar.
Keponakanku sudah jadi badak, juga isterinya. Belum lagi para pemimpin kita.
SLAMET
Orang-orang yang kita percaya.
DEWI
Dan banyak lagi yang lainnya. Banyak sekali. di kota ini sudah sepertiga penduduk…
DARMAWAN
Mereka sangat berpengaruh.
DEWI
Oh, mari kita makan dulu. Aku bawa makanan.
SLAMET
Kau terlalu baik dik Dewi.
DARMAWAN (Kesamping)
Terlalu baik, memang.
SLAMET
Aku berhutang budi.
DARMAWAN
Aku tak mau menyusahkan kalian.
DEWI
Apa maksudmu kak Darmawan? Kau tahu bahwa kami ingin kau
tinggal di sini.
DARMAWAN
Aku tak mau merusak suasana.
SLAMET
Tentu kau akan tinggal di sini Darmawan. Kita bisa ngobrol terus.
DARMAWAN
Sebetulnya waktuku terbatas. Masih ada urusan lagi.
SLAMET
Tadi kau bilang, kau tak punya acara.
SLAMET
Mereka perlu digiring ke suatu padang yang trepagar, dan diawasi secara kusus.
DARMAWAN
DEWI
Dan jangan lupa bahwa setiap orang mempunyai keluarga dekat atau teman baik. Jadi akan
lebih sukar lagi.
SLAMET
Jadi semua orang tersangkut.
DARMAWAN
Semua senasib sepenanggungan!
SLAMET
Tapi betapa mungkin manusia itu badak? Ini diluar akal waras!
(Kepada Dewi)
DEWI
Biarlah, aku sudah tahu dimana tempat piring-piring
DARMAWAN (Kesamping)
Ia sudah mengenal baik tempat ini.
DEWI
Aku sediakan tiga piring – kau tinggal dengan kami di sini?
SLAMET
Tentu saja.
DARMAWAN
Cara menghadapi yang paling bijak.
SLAMET
Tapi aku tidak bisa membiasakan diri.
DARMAWAN (Merenung)
Apa salahnya kalau kita maemberi kesempatan
sebagai percobaan?
DEWI
Sekarang, mari kita makan dulu.
(Huru Hara Badak Yang Berlari Cepat Di Luar, Terdengar Bunyi Terompet Dan Genderang)
Ada apa?
Apa itu?
(Terdengar Dinding Ambruk Di Luar, Debu Memenuhi Jendela Menutupi Ketiga Orang Tadi)
DARMAWAN
Melihat memang tidak bisa, tapi mendengar bisa, kan?
SLAMET
Apa gunanya?
DEWI
Piring dan makan tertutup debu.
SLAMET
Tidak sehat!
DEWI
Kita segera makan saja dulu. Tak usah hiraukan mereka!
SLAMET
Mereka mendobrak dinding Pemadam Kebakaran!
DARMAWAN
Betul juga, mereka telah mendobraknya.
DEWI
Mereka keluar dari puing!
SLAMET
Regu Pemadam Kebakaran, sekompi badak-badak, dengan
drumband di depan mereka!
DEWI
Mereka berpawai di jalanan!
SLAMET
DEWI
Banyak lagi badak-badak keluar dari gedung-gedung!
SLAMET
Dari rumah-rumah.....
DARMAWAN
Bahkan dari jendela juga.
DEWI
Mereka bergabung satu sama lain.
DARMAWAN
Dari jenis kita sudah sedikit sekali yang tersisa.
SLAMET
Berapa jumlah yang bercula satu dan berapa yang bercula dua?
DARMAWAN
Mungkin ahli statistic sedang menyusunnya saat ini.
SLAMET
Mereka hannya dapat memperkirakan jumlahnya. Begitu cepat perkembangannya, mereka
akan kekurangan waktu untuk menghitung!
DEWI
Ayo makan dulu. Demi ketenanganmu. Setelah perut terisi tenaga bertambah.
(Kepada Darmawan)
Kau juga.
DARMAWAN
Aku tidak lapar – atau terus terang, aku tidak suka makanan yang di masak. Aku ingin makan
di luar, di atas rumput.
SLAMET
Jangan, terlalu sembrono.
DARMAWAN
Tapi sungguh… aku ingin makan di luar.
SLAMET
Sudah kukatakan bahwa…
DARMAWAN (Memotong)
DEWI
Kalau kau sungguh-sungguh, kami tak bisa menahan kau di sini.
DARMAWAN
Aku tak bermaksud menyinggung perasaanmu.
SLAMET
Jangan ijinkan dia pergi.
DEWI
Aku ingin dia tinggal di sini, tapi dia bebas berbuat sesuka hatinya.
SLAMET
Manusia lebih luhur dari pada badak….!
DARMAWAN
Aku tak pernah menyangkal, tapi bukan berarti aku setuju dengan kau.
SLAMET
Kau mulai goyah Darmawan. Ini hanya sementara, jangan sampai kau menyesal nanti.
DEWI
Kalau ini hanya sementara, maka bahayanya tidak besar.
DARMAWAN
Aku punya prinsip. Adalah tugasku untuk setia pada majikan dan teman-temanku, dalam suka
maupun duka. Selamat tinggal perkawinan. Aku memenuhi tugas.
SLAMET
Tidak, kau keliru. Kau tak insaf di mana tugasmu sebenarnya. Tugas mu ialah menentang
mereka dengan tegas dan waras.
DARMAWAN
Akalku akn kupertahankan warasnya
DEWI
Ia sangat berbudi.
SLAMET
Terlalu berbudi
Kau keliru
DEWI
Dapatkah aku menahannya?
SLAMET
Kembali , Darmawan, jangan pergi! Terlambat
(Masuk Kembali)
Terlambat .
DEWI
Ini di luar kemampuan kita
SLAMET
Ia telah bergabung dengan mereka, mana dia?
SLAMET
Yang mana dia?
DEWI
Tak dapat di kenal, tak dapat di bedakan dari yang lain.
SLAMET
Mereka mirip satu sama lain, mirip semua. Kau seharusnya menahan dia, sekalipun dengan
kekerasan.
DEWI
Aku tak berani.
SLAMET
Kau mestinya lebih tega kepadanya. Ia menaruh hati padamu bukan?
DEWI
Ia tak pernah mengatakan terus terang.
SLAMET
DEWI
Sama sekali tidak.
(Huru Hara Maha Dahsyat Dari Badak Yang Bergerak Terdengar, Namun Terasa Seperti
Musik. Pada Dinding Belakang Muncul Kepala-Kepala Badak Lalu Menghilang Kembali.
Kepala Ini Bertambah Banyak Ampai Bagian Belakang Panggung Penuh)
Kau kan tidak merasa ditinggalkan Dewi, aku kira kau tak akan pernah lagi bisa jatuh cinta.
DEWI
Tak ada yang mustahil bukan?
SLAMET
Aku inginmembuat kau bahagia. Apakah kau bahagia bersamaku?
DEWI
Mengapa tidak? Kalau kau bahagia, akupun bahagia. Katamu kau tak takut apa-apa, tapi
apakah yang akan terjadi pada kita?
SLAMET (Gugup)
Cintaku… bolehkah kau kucium? Tak pernah kuimpikan perasaan semegah ini.
DEWI
Kau harus lebih tenang, lebih yakin akan dirimu di saat ini.
SLAMET
Aku tenang dan yakin, bolehkah kau kucium?
DEWI
Aku lelah sekali. tenang dan istirahatlah. Duduk di kursi.
SLAMET
Dengan penyelesaian terakhir apakah faedahnya Darmawan bertengkar dengan Surahman.
DEWI
Tak usah memikirkan lagi Darmawan. Aku di sini bersamamu. Kita tak berhak mencampuri
kehidupan orang lain.
DEWI
Tentu saja berbeda, aku tak pernah mencintai Darmawan.
SLAMET
Ya, aku mengerti. Sekiranya ia tinggal bersama kita, ia akan merupakan rintangan bagi kita.
Ah, kebahagiaan begitu egoistis
DEWI
Bukankah kebahagiaan mesti diperebutkan?
SLAMET
Aku mengagumi kau Dewi, aku juga memujamu.
DEWI
Mungkin akan lain setelah kau mengenal aku lebih baik.
SLAMET
Semakin kukenal kau, semakin sempurna kau. Kau begitu cantik, begitu cantik…
Apalagi kalau dibandingkan dengan mereka. Barangkali ucapanku tidak seperti pujian, tapi
sungguh, mereka membuat kau jauh lebih cantik.
DEWI
Kau tidak minum hari ini bukan?
SLAMET
Aku berkelakuan baik.
DEWI
Tidak bohong?
SLAMET
Sungguh, aku tidak bohong.
DEWI
Dapat dipercaya?
DEWI
Baiklah, kau boleh minum segelas kecil. Untuk memberi semangat.
SLAMET
Di atas meja kecil itu.
SLAMET
Supaya aku tidak tergoda.
SLAMET
Dengan adanya kau di sini aku bertambah maju.
DEWI
Tidak sayang, sudah cukup untuk pagi ini, aku tak mau kau sakit
lagi karenanya
SLAMET
Jauh lebih baik.
DEWI
Kita buka saja balutnya. Tidak pantas kelihatannya.
SLAMET
Oooo jangan, jangan sentuh!
DEWI
Percuma, buka saja…
SLAMET
Aku takut ada sesuatu di bawahnya.
DEWI
Kau tak boleh tinggal sendirian lagi.
SLAMET
Aku tak kan takut lagi kalau kau bersamaku.
DEWI
Akan kujauhkan mereka semua dari kau.
SLAMET
Kita akan bersama-sama membaca buku-buku. Aku akan jadi pintar.
DEWI
Dan kalau di luar sedang sepi, kita akan berjalan-jalan jauh.
SLAMET
Ya, ke pinggir sungai, taman taman umum.
DEWI
Ke kebun binatang….
SLAMET
Aku akan menjadi pemberani, aku akan melindungi kau dari segala bahaya.
DEWI
Kau tak perlu membela aku, kita tak akan menyakiti siapapun. Dan tak akan seorangpun yang
berniat jahat kepada kita.
SLAMET
Mungkin suatu saat kita menyakiti orang tanpa sadar, maksudku… kita sering berbuat sesuatu
tanpa berfikir jauh. Aku tahu kau kurang senang pada pak Entung – tapi ada baiknya kau
tidak terlalu keras dalam kata-katamu ketika Tigor menjadi badak itu. Kau tak usah mencaci
dia berlaku lancang.
DEWI
Tapi betul, ia bertangan lancang.
SLAMET
Aku tahu bahwa betul, sayang. Tapi kau bisa mengatakannya dengan lebih lunak, tanpa
menyinggung perasaannya. Mungkin kau sebenarnya mampu menyelamatkan dia.
DEWI
Mana aku tahu apa yang kemudian menimpa dia. Kelakuannya
memang lancing.
DEWI
Tak usah dipikirkan. Kau sudah berusaha semampumu, apa gunanya kau menyesal sekarang.
Lupakan saja, kau harus menghapus kenangan buruk itu.
SLAMET
Tapi ingatan itu selalu kembali lagi.
DEWI
Kau seorang realis, ku kira kau berjia penyair. Mana daya ciptamu? Kenyataan mempunyai
banyak segi, pilihlah segi yang terbaik untukmu.
SLAMET
Mudah saja kau berkata begitu.
DEWI
Apa aku belum cukup untukmu?
SLAMET
Oh ya, lebih dari cukup.
DEWI
Kau akan merusak segalanya kalau kau selalu menyiksa dirimu begitu. Setiap orang punya
kesalahan, tapi bagi kita belumlah sebanyak orang lain.
SLAMET
Betulkah begitu?
DEWI
Kita lebih baik dari kebanyakan orang, kita berdua…
SLAMET
Benar, kita berdua baik, benar.
DEWI
Kita berhak hidup, kita bahkan belum menunaikan tugas untuk bahagia.
SLAMET
Kau benar,kaulah seluruh kebahagiaanku, cahaya hidupku. Tak seorangpun bisa memisahkan
kita , sungguh, tak seorangpun bukan?
DEWI (TAKUT)
SLAMET
Mengapa jangan?
DEWI
Entahlah, aku rasa lebih baik jangan.
SLAMET
Mungkin dari pak Entung, Arifin, Surahman atau Darmawan, untuk mengatakan bahwa
mereka sudah berubah pikiran. Kau sendiri bilang bahwa ini hanya sementara.
DEWI
Aku kira tidak. Mereka tak akan merubah pikiran begitu cepat, mereka belum lagi sempat
merenungkannya, mereka membutuhkan masa percobaan.
SLAMET
Mungkin ada panggilan darurat lewat tilpun yang menyerukan bantuan kita dengan petunjuk
mereka
(Ia Ke Bawah, Terdengar Suaranya: Hallo Lalu Jawaban Terompet Binatang Dari Tilpon.
Slamet Lari Masuk Kembali, Dewi Tertegun)
DEWI (Takut)
Apa maksudnya?
SLAMET
Mereka mulai mempermainkan kita.
DEWI
Sama sekali tak lucu.
SLAMET
Seperti telah kuramalkan.
DEWI
Kau tak pernah meramalkan.
SLAMET
Sudah kuduga akan begini jadinya.
DEWI
Kau tak pernah meramalkan. Kau hanya meramalkan hal yang sudah terjadi.
DEWI
Sama sekali tak lucu. Aku tak sudi dipermainkan.
SLAMET
Mereka tak kan berani mempermainkan kau. Akulah yang mereka permainkan.
DEWI
Termasuk aku juga, karena aku bersama kau. Mereka mau balas dendam. Apa salah kita
terhadap mereka?
SLAMET
Itu dilarang oleh postel.
DEWI
Kau selalu takut untuk bertindak. Katanya kau sanggup membela aku mati-matian.
DEWI
Ya, kita perlu mengetahui perkembangan terakhir
(Slamet Menyetel Radio, Tapi Yang Terdengar Suara Hewan, Ia Segera Mematikannya Lagi)
Mereka sekarang sudah tidak main-main lagi. Terus terang, aku cemas.
SLAMET (Gelisah)
Tenangkan dirimu. Tenangkan dirimu!
DEWI
Studio penyiaran radio sudaj mereka ambil alih.
SLAMET (Gemetar)
Tenag, tenang!
DEWI
Bukan lelucon lagi. Mereka sudah berkuasa.
SLAMET
DEWI
Tak ada manusia lagi di dunia.
SLAMET
Kita sendiri, kita ditinggalkan sebatang kara.
DEWI
Seprti yang kau idam-idamkan.!
SLAMET
Kaulah yang mengidamkan!
DEWI
Kaulah!
SLAMET
Kau !
DEWI
Bumi bergetar!
SLAMET
Bukan, tetangga-tetangga kita, para bapak dan ibu badak
Hentikan ! kalian membuat kami tak dapat bekerja. Dilarang membuat huru hara di sini!
Dilarang bearisik.
DEWI
Mana mau mereka mendengar suaramu
SLAMET (Ketakutan)
Jangan takut, sayang, kita bersama-sama. Kau bahagia dengan aku bukan? Aku berada di sini
dengan kau, bukan? Akan kuusir segala ketakutanmu lintang pukang.
DEWI
Mungkin juga kita bersalah.
Tenangkan saja
DEWI
Aku sakit kepala.
DEWI
Mereka tak kan mampu menanggulanginya. Mereka badak selama-lamanya.
SLAMET
aku cinta padamu, sayang. Aku edan karena cinta.
SLAMET
Mereka sudah jadi gila. Dunia udah sakit. Mereka semua sakit.
DEWI
Bukan kita yang bisa menyembuhkan mereka.
SLAMET
Bagaimana kita tahan hidup serumah dengan mereka?
SLAMET
Mereka tidak mengerti kita.
DEWI
Mereka harus. Tak ada jalan lain.
DEWI
Belum, tapi kita coba memahami mereka, dan mempelajari bahasa mereka.
SLAMET
Mereka tak punya bahasa! Dengarkan saja… kau namakan itu bahasa
DEWI
Mana kau tahu. Kau bukan ahli bahasa.
SLAMET
Kita lanjutkan nanti saja. Kita perlu makan siang dulu. 140
DEWI
Aku tidak lapar lagi. Bebanku terlalu banyak. Aku takkan tahan
lama.
SLAMET
Tapi kaulah yang kuat iman. Kau takkan membiarkan dirimu dikalahkan begitu saja. Justru
keberanianmu yang begitu kukagumi.
DEWI
Sudah kudengar tadi.
SLAMET
Apa kau yakin akan cintaku?
DEWI
Ya, tentu.
SLAMET
Aku begitu cinta padamu.
DEWI
Dari tadi kau berkata itu itu juga.
SLAMET
Dengarlah Dewi, ada sesuatu yang bisa kita lakukan. Kita akan punya anak banyak dan
anak-anak kita akan punya anak-anak juga. Memang memakan waktu, tapi kita turun
temurunkan kembali bangsa manusia.
DEWI
Turun temurunkan lagi bangsa manusia?
SLAMET
Itu sudah pernah terjadi.
DEWI
SLAMET
Maka kitapun harus berani. Takusah dengan syarat luar biasa. Melalui waktu dan kesabaran
yang cukup akan terlaksana dengan sendirinya.
DEWI
Apa gunanya? Aku tak mau punya anak, menjemukan!
SLAMET
Bagaimana bisa kita selamatkan dunia, kalau kau tak mau punya anak?
DEWI
Mengapa dunia mesti di selamatkan?
SLAMET
Jangan bicara begitu.lakukanlah untukku, Dewi. Mari kita
selamatkan dunia.
DEWI
Mungkin justru kita yang perlu di selamatkan. Barangkali kitalah yang tidak pada tempatnya
di dunia ini.
SLAMET
Kau bukan dirimu, Dewi. Agaknya kau kena demam sedikit.
DEWI
Tak ada lagi dari jenis kita dimana-mana, bukan?
SLAMET
Dewi, kau kularang bicara begitu!
DEWI
Aku tak mengira kau sombong.
SLAMET
Kau tahu aku benar.
DEWI
Kebenaran tidak mutlak. Dunialah yang benar, bukan kau dan aku.
SLAMET
Tapi aku benar, Dewi, dan sebagai buktinya, kau mengerti kalau aku bicara padamu.
SLAMET
Bukti bahwa aku cinta padamu, dengan segala kemampuan
seorang laki-laki untuk mencintai seorang wanita.
DEWI
Bicaramu tak karuan.
SLAMET
Aku tak dapat memahami kau lagi, Dewi. Kau tak mengerti apa
yang kau lontarkan. Ingatlah akan cinta kita, cinta kita…
DEWI
Aku malu oleh apa yang kanamakan cinta. Perasaan sera mini… kelemahan laki-laki….. Dan
sama saja kelemahan wanita. Kalah dalam perbandingan dengan kobaran tenaga raksaa yang
terpancar dari makhluk-makhluk di sekitar kita.
SLAMET
Tenaga! Kau menginginkan tenaga? Akan kuberi kau tenaga!
DITAMPARNYA DEWI
DEWI
Oooo, aku tidak percaya bahwa ini mungkin
SLAMET
O, Ampuni aku Dewi, ampunilah aku
Ampuni aku, bukan maksudku begitu. Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku, mengapa
aku tak menguasai lagi diriku?
DEWI
Karena kau sudah kehabisan bahan, karena itu.
SLAMET
O, celaka, dalam waktu beberapa menit saja kita telah mengalami kehidupan suami isteri
sepanjang 25 tahun.
DEWI
Aku merasa kasihan kepadamu. Aku mengerti kau… 143
DEWI
Mereka lebih kuat.
SLAMET
Tapi bagaimanapun juga, aku sumpah padamu bahwa aku tidak mau mengalah, tidak!
SLAMET
Apakah kau betul-betul siap untuk itu.
DEWI
Aku janji padamu. Percayalah
SLAMET
Mereka bukan menyanyi, mereka mengaum
DEWI
Mereka menyanyi.
SLAMET
Mereka mengaum. Dengarlah baik baik.
DEWI
Kau gila, mereka menyanyi.
SLAMET
Kalau begitu kau kurang tahu seni musik.
DEWI
Kau sama sekali tidak tahu tentang muik, kasihan… Dan perhatikanlah, mereka juga
baermain, dan menari-nari.
SLAMET
Kau anggap itu menari?
DEWI
Itu tarian mereka. Mereka cantik!
SLAMET
Mereka memuakkan!
SLAMET
Maaf. Kita tak usah bertengkar karena mereka.
DEWI
Mereka seperti dewa-dewi.
SLAMET
Kau sudah keterlaluan Dewi. Perhatikanlah mereka dengan teliti.
DEWI
Jangan iri hati sayang
SLAMET
Jelaslah bahwapendirian kita berlawanan. Lebih baik kita tak memperbincangkan soal ini.
DEWI
Marah tanpa alasan.
SLAMET
Jangan berlaku bodoh, Dewi.
DEWI
Sudah tak mungkin lagi kita hidup bersama-sama
(Membalik)
(Lari Ke Pintu)
Dewi, Dewi, kembali! Jangan tinggalkan aku sendiri ingatlah janjimu , Dewi…
Tak bisa di sangkal lagi bahwa kita tak cocok satu sam lain. Rumah tangga telah
berantakan, tidak bisa berlangsung. Tapi ia tak perlu pergi dengan cara begitu, tanpa
penjelasan apa-apa
(Melihat Ke Sekitar)
Suratpun tak ia tinggalkan, seperti tak pernah kenal pendidikan. Sekarang aku sendirin
Mereka tak akan mudah mendapatkan aku, jangan kira kalian akan memperoleh diriku. Aku
takkan bergabung dengan kalian. Aku akan tetap aku. Aku manusia. seorang manusia.
(Duduk Di Kursi)
Keadaan ini tak tertanggungkan. Salahku mengapa Dewi sampai pergi. Bagaimana nasibnya
sekarang? Makhluk mungil dalam dunia iblis! Tak seorangpun akan membantu aku untuk
mencarinya, tak eorangpun,karena tak ada lagi orang.
Aku tak tahan mendengar huru hara yang mereka timbulkan, aku musti menutup lubang
telingaku dengan kapas
Satu-satunya jalan ialah meyakinkan mereka – meyakinkan apa? Dapatkah mereka berubah
kembali ke asal mereka? Itulah yang perlu akuketahui. Mungkinkah badak menjadi manusia
kembali? Setidaknya untuk meyakinkan mereka, aku perlu bicara dengan mereka, untuk itu
aku harus mempelajari bahasa mereka, atau mereka belajar bahasaku.
Bagaimana kalau benar apa yang dikatakan Dewi bahwa merekalah yang benar
(Mengusap Wajahnya)
Lucu benar bayangan dalam cermin itu, seperti apa rupaku, seperti apa?
Potret siapa ini? Pak Entung atu Dewi? Apakah ini Surahman, Darmawan. Arifin atau aku
sendiri. Ah, inilah aku, inilah aku
(Dicabutnya Lagi Potret Itu Dilemparkannya Ke Lantai Dengan Marah Lalu Menghadap
Kembali Ke Cermin)
Aku keliru, Oooo betapa aku menginginkan bentuk itu, aku sama sekali tak punya cula, lebih
dari celaka dahi licin yang begitu jelek untuk dilihat. Aku membutuhkan satu atau dua cula
supaya kulitku yang sudah kendor kembali kencang. Kalau tumbuh cula satu, aku tak usah
malu lagi bergabung dengan mereka. Tapi padaku takkan tumbuh cula
Kulitku begitu loyo, mengapa tidak menjadi tebal, keras dengan warna ungu yang sedap –
kulit telanjang yang sopan untuk dilihat.
Nyanyian mereka merdu, sedikit binal, tapi menggiurkan. Akupun ingin bisa !
(Mencoba Menirukan)
Ah, bbrrr… tidak, bukan begitu, terlalu lemah, tanpa semangat ! sekali lagi,lebih keras,
akhhh, bbrrrr, tidak, bukan begitu! Aku belum seperti mereka, aku baru meraung.
Nyata benar bedanya. ,meraung dengan suara terompet mereka. Aku menyesal, aku menyesal
sejak semula tidak bergabung dengan mereka selagi ada kesempatan. Sekarang sudah
terlambat, sekarang aku tak mungkin lagi jadi badak, tak mungkin lagi! Sudah kadaluwarsa.
Aku ingin dengan sepenuh hati, tapi aku tak bisa, oh, aku tak tahan memandang diriku lagi,
aku malu melihatnya
(Membelakangi Cermin)
Apa boleh buat, aku harus berani menghadapi mereka semua, akulah manusia terakhir yang
tinggal, dan aku akan tetap begini selamanya. Aku tidak akan mengalah.
SELESAI