Anda di halaman 1dari 74

Jangan Biarkan Pagi Datang

Karya : Tenesse Williams


Terjemahan : Asrul Sani
Saduran : Suyatna Anirun

Para Pelaku
1. Dina
2. Babet
3. Perca
4. Asu
5. Karol Kualahu
6. David Kualahu
7. Eva
8. Dukun
9. Beni Togar
10. Weni Turang
11. Polisi Turang
12. Mari Tombaya
13. Jabe Tombaya
14. Pengantar Obat
15. Penduduk Desa

1
Babak I

SEBUAH JENDELA BESAR DI PANGGUNG MEMBERI KESAN KEKOSONGAN.


LALU PERLAHAN MENGHILANG DALAM REMANG-REMANG SENJA. CERITA
BERLANGSUNG KALA MUSIM HUJAN SEHINGGA JENDELA KADANG-
KADANG GELAP. YANG TERLIHAT HANYA WARNA KEPERAKAN
GEMERLAPAN DISEBABKAN HUJAN. DI JENDELA ITU TERLIHAT TULISAN
DENGAN HURUF KUNO “ TOKO KELONTONG TOMBAYA”. BARANG
DAGANGAN TERCECER DI SANA SINI DENGAN CARA YANG NON REALISTIK
KELIHATAN TANGGA MENUJU KE ATAS DAN KEMUDIAN MENGHILANG DI
ATASNYA, SEDANGKAN DI TEMPAT ITU KELIHATAN SEBATANG POHON
PALEM IMITASI YANG KELIHATAN MENYERAMKAN BERWARNA HIJAU-
COKLAT. TETAPI TOKO ITU YANG SEBAGIAN KELIHATAN LEWAT SEBUAH
PINTU LENGKUNG, PENUH BAYANG-BAYANG DAN PUITIS SEKALI SEPERTI
SEMANGAT DALAM CERITA INI SENDIRI. SEBUAH KAMAR LAIN YANG
LEBIH KECIL, SEBUAH KAMRA TIDUR KECIL YANG DITUTUPI DENGAN
TIRAI BERCORAK TIMUR YANG SUDAH USANG TAPI MASIH
MEMPERLIHATKAN CORAK SEBATANG POHON EMAS DENGAN BUAH-BUAH
MERAH DAN BURUNG-BURUNG YANG MENAKJUBKAN. WAKTU LAYAR
TERANGKAT, DUA WANITA SEPARUH BAYA DENGAN SIFAT-SIFAT YANG
MASIH MUDA, DINA DAN BABET SEDANG MELETAKKAN MAKANAN DI
ATAS MEJA BERDAUN PUALAM YANG DIBAWA MASUK DARI TOKO.
MEREKA ADALAH ISTERI-ISTERI PEMILIK KEBUN KECIL DAN PAKAIAN
MEREKA MENUNJUKKAN SELERA YANG KURANG BAIK DAN BERLEBIHAN
HINGGA MENIMBULKAN KESAN ANEH.
DI KEJAUHAN TERDENGAR BUNYI KERETA API LALU ANJING MENYALAK
BERSAHUTAN DI BERBAGAI PENJURU. WANITA ITU BERHENTI BEKERJA
LALU BURU-BURU BERJALAN KE PINTU LEGKUNG DAN BERTERIAK
DENGAN SUARA PARAU.

Dina : Bang Perca!

Babet : Bang Asu!

Dina : Kereta sudah hampir masuk stasiun

Babet : Kalian ke stasiun

(Suami-suami mereka lewat. Mereka adalah laki-laki bertubuh berate, bermuka merah,
dan mengenakan pakaian yang terlalu sempit atau terlalu longgar dengan sepatu tinggi
yang penuh Lumpur)

2
Perca : Bandit bertangan satu itu gila, kusuapkan uang seribu perak lalu
ia muntahkan kepingan logam lima buah.

Asu : Mungkin dia lagi sakit perut.

Perca : Mau kulaporkan tentang jack-pot itu (mereka keluar)

Dina : Banyak hal lain yang harus dirisaukan selain mesin jack-pot dan
permainan tombol di kedai ini.

Babet : Betul. Aku telah menanyakan pada doker tentang keadaan


suamiku. Dalam air kencingnya ada gula, dan waktu aku mau
pergi kutanyakan hasil operasi Jabe.

Dina : Apa katanyanya Babet?

Babet : Dia mengatakan sesuatu yang paling mengkhawatirkan yang


dapat dikatakan seorang dokter.

Dina : Apa Babet?

Babet : Dia tak berkata apa-apa, tak sepatah pun. Ia Cuma memandangku
dengan matanya yang hitam besar itu, lalu menggeleng-gelengkan
kepalanya seperti ini….

Babet : dengan gerakan itu kurasa dia telah meneken surat kematian
Jabe

Dina : Ya aku rasa juga begitu.

Babet : Kabarnya ia mereka belah (berhenti untuk mencicipi makanan


di meja)

Dina : Sesudah itu dijahit lagi kabarnya begitu…..

Babet : Aku tak tahu buah apel ini masih punya biji

Dina : Kau kira berisi ikan? Hahahaha (melihat ke luar) Aku heran
waktu aku marah

Babet : Kau marah?

Dina : Ya, kau juga Babet. Aku lihat.

Babet : Aku tak pernah mengatakan bahwa aku tak marah. Ingin tahu

3
adalah sifat manusia.
Dina : Mereka tidur dalam dua kamar tidur terpisah yang tidak ber-
hubungan sama sekali. Seluruh nya gelap di sana. Tahu kau
seperti apa terlihat olehku? Seperti penjara! Betul, tempat itu
tak pantas untuk didiami orang. Betul…..!

Babet : Ah, aku tak heran. Si Om Jabe memang telah membeli


perempuan itu.

Dina : Membeli?

Babet : Ya, dia beli waktu gadis itu berumur 18 tahun. Dia telah membeli
nya dengan murah, karena gadis itu sedang putus asa dan sendu.
(berpaling ke luar) Pemuda Kualahu itu, emmmmh…dia betul2
tampan. Kalau mereka berdua bertemu tak ubahnya seperti kita
menggesekkan dua batu, lalu mengeluarkan api. Ya, api!

Dina : Apa?

Babet : Api, hah!

(menyalakan geretan lalu menyalakan lilin yang ada di tempat lilin. Terdengar suara
mandolin. Monolog berikutnya diarahkan kepada penonton dengan memikat perhatian.
Setelah kalimat pertma Dina keluar sehingga abet berbicara sendirian)

Babet : Kejadiannya telah lama berlalu, sebelum kau dan keluargamu


pindah ke sini. Ayah Marie adalah seorang Kawanua, dan waktu
pertama kali tiba di sini ia membawa sebuah mandolin dan
seekor monyet yang diberi pakaian beludru. Hahahaha….Ia
memungut rupiah demi rupiah di kedai-kedai

(Terdengar suara Dina di luar terdengar samar-samar. Babet duduk di kursi menatap
pada penonton. Suaranya kaya dengan kerinduan masa lampau. Sedikit gelisah, lalu
berdiri, berjalan kea rah proscenium. Monolog ini memberikan nada non-realistik pada
seluruh lakon ini)

Babet : Nah, itu ayah Marie. Ia membeli sebidang tanah yang murah. Di
pinggiran Utara Danau Bulan yang dulu merupakan tempat aliran
sungai yang lama. Orang mengira sungai itu akan kembali ke
aliran yang asli, karena itu Ia bisa membeli tanah itu dengan
harga murah (Ia menggeser kursinya lebih ke depan) Ia membuat
sebuah kebun buah-buahan, dan Ia membangun tempat
kelindapan kecil-kecil dari kayu yang dicat putih dan diisi
dengan meja dan bangku tampat orang bersantai dan bersenang-
senang. Hahhaha…..Kalau malam tiba, pasangan-pasangan ber-
datangan ke sana. Seperti aku dan Perca, kami berkunjung ke sana

4
berpacaran dengan topan…….Haha…..
Dina : Betul sekali. Hahaha……..

Babet : Tapi waktu itu musim kemarau betul-betul kering, maksudku


kering bagai tulang, kecuali di taman itu. Jadi kami pergi ke
tempat itu lalu minum kopi, bersenang-senang dan macam
macam lagi-lah di bawah lengkung-lengkung lindapan itu.

Dina : Ya Tuhan………

Babet : Betul, setiap lengkung putih itu diberi lampu. Dan satu demi Satu
di mana lampu mulai padam, pada saat itulah pasangan2 itu
mulai bermain cinta……

Dina : Oh..oh..oh…

Babet : Kita bisa dengar suara yang aneh, teriakan, seruan, bisikkan,
suara orang mengerang, suara orang terkekeh (suaranya jadi
lunak karena kenangan) Lalu satu demi satu lampu itu hidup lagi
dan si pemilik kedai itu menyanyikan lagi bersama anaknya
dengan mandolinnya. Tapi kadang-kadang Si Marie, anak gadis-
nya, tiba-tiba sudah tidak ada.

Dina : Di mana dia?

Babet : Bersana penuda Kualahu itu tentu.

Dina : O…hahaha..

Babet : Dia dan Marie menghilang dalam kebun, sementara ayahnya


berteriak-teriak mencarinya. Tak ada jawaban sama sekali,
betapapun kerasnya ayahnya memanggilnya.

Dina : Memang sulit untuk berteriak kalau masih dalam pelukan


kekasih.

Babet : Nah, suatuwaktu-waktu Si Papah membuat kesalahan. Ia men-


datangkan perempuan penghibur. Lalu penduduk bertindak.
malam itu mereka keluar sambil membawa kaleng-kaleng
minyak, lalu seluruh tempat itu mereka bakar. Semuanya habis
mereka bakar, semak-semak, tempat-tempat kelindapan. Waktu
itu aku dan Perca berdiri di seberang danau dan melihat api yang
menyala-nyala. Dalam sekejap seluruh kedai dan kebun cinta itu
betul-betul jadi lautan api. Aku dengar Si Papah berteriak-teriak:
“kebakaran…..kebakaran!” Sluruh langit merah, tapi tak satu pun
pemdam kebakaran datang. Orang tua yang malang itu mengam-

5
bil selimut, lalu berlari ke kebun melawan api seorang diri. Ia
Babet : ……terbakar hidup-hidup….uh..uh….terbakar hidup-hidup.
(Bunyi mandolin berhenti. Dina kembali ke meja untuk minum
kopi) Kau tahu, apa yang menjadi pertanyaan dalam diriku?

Dina : Tidak, apa?

Babet : Kadang-kadang aku bertanya dalam hati, apa Marie tahu bahwa
suaminya adalah orang yang telah memimpin penduduk melaku-
kan pembakaran itu?

Dina : Babet, bulu kudukku meremang mendengarnya. Bagaimana dia


bisa hidup dalam sebuah perkawinan dalam duapuluh tahun dg
seorang laki-laki, jika dia tahu laki-laki itu membakar ayahnya
di kebun? (anjing menyalak di kejauhan)

Babet : Dia bisa saja hidup bersama dalam kebencian. Orang bisa lama
sekali hidup bersama sambil memendam rasa benci.

Dina : Aku tidak senang mengakuinya, tapi aku tak bisa membantah.

Babet : Kenyataannya, mereka tetap saja bersama.

Dina : Ya, nyatanya mereka tetap bersama.

Babet : Dari tahun ke tahun menumpuk uang dan harta, membina


kekayaan dan penghargaan dati orang lain. Tetapi mereka selalu
membasuh tangan setiap kali menyentuh barang yang sudah
dipegang orang lain. Hahahaha…

Dina : Babet, ketawamu tak sedap. Ketawamu itu jahat.

Babet : (lebih keras) Hahahaha…Tapi itu betul kan?

Dina : Ya, apa yang dia katakana betul. (Ia mengangguk kea rah
penonton).

Babet : Lalu salah seorang dari mereka diserang penyakit kanker, atau
serangan jantung. Lalu yang lainnya…….

Dina : Mengumpulkan semua harta yang tinggal.

Babet : Betul, mengumpulkan semua harta yang tinggal. Kau lihat


bagaimana yang masih hidup tiba-tiba menjadi cerah. Rumah
baru, mobil baru, baju baru. Kalau yang ditinggal Janda, Ia
bergaul dengan anak-anak muda dan jika Duda, Ia mulai

6
berpacaran dengan ayam betina muda. Hahahha…
Dina : Pikiaran yang mengerikan, tapi benar. Kebanyakan pikiran yang
mengerikan memang benar (mereka terkejut mendengar ketawa
dari arah panggung atas yang gelap. Fed-Out)

ADEGAN I

KEDUA PEREMPUAN ITU BERPUTAR MELIHAT CAROL KUALAHU YANG


BERDIRI DI PINTU LENGKUNG ANTARA TOKO DENGAN KEDAI. UMURNYA
LEBIH DARI 30 TAHUN. DIA TIDAK MANIS. DIA MEMILIKI KECANTIKAN
YANG ANEH DIKESANKAN SECARA BERLEBIHAN DENGAN GAYA RIASNYA
WAJAH DAN BIBIR DIBEDAKI SAMPAI PUTIH. MATA DIBERI GARIS DAN
DIPERBESAR DENGAN PINSIL HITAM, SEDANG PELUPUK MATA DIBERI
SHADOW BIRU. DIA BERASAL DARI KELUARGA YANG TERTUA DAN PALING
DIHORMATI.

Babet : Rupanya ada yang tak tahu bahwa took ini tutup.

Dina : Babet?

Babet : Apa?

Dina : Apa kau bisa mengerti bagaimna seseorang bisa membuat dirinya
kelihatan begitu aneh seperti itu?

Babet : Ada orang yang perlu pamer. Buat mereka ini merupakan kebu-
tuhan. Mereka memerlukan perhatian.

Dina : Aku tidak perlu perhatian seperti itu. Sedikit pun tidak. (kalimat
itu diucapkan dengan lantang hingga dapat didengar oleh Carol.
Carol mendekati telephone bayaran dan memasukkan koin)

Carol : Satu lima kosong tiga tujuh kosong? Apa? O..ya..ya…

(Eva menuruni tangga perlahan-lahan seperti terpukau oleh Carol. Carol membuka peti
uang, mengambil beberapa mata uang lalu kembali ke telephone dan memasukkan koin.)

Babet : Dia mengambil sendiri koin dari peti uang (Eva melewati Carol
bagai seorang anak yang takut menguakkan sebuah kurungan
singa) Hai Eva!

Eva : Hai…….

Karol : Halo Eva

Eva : Hai……(berbisik agak keras kepada Dina dan Babet) Dia

7
mengambil uang dari peti uang.
Dina : Dia dapat berbuat sesukanya. Dia dan keluarga Kualahu.

Babet : Taik kucing………….!

Eva : Kenapa dia tak pakai sepatu?

Babet : Waktu dia ditangkap di jalan raya, kata orang Ia Cuma pakai
mantel.

Karol : Hak sepatuku patah (mengangkat sepatu yang dia pegang). Kata
orang, kalau hak sepatu kita patah pagi hari, artinya kita akan
mendapat kekasih sebelum malam. Tapi hari sudah malam waktu
hak sepatuku patah. Barangkali ini berarti aku akan mendapat
kekasih sebelum pagi hari (suaranya jernih mirip anak-anak)
(Menelpon) Halo, halo……150370?

Eva : Wajahnya bukan main………….

Karol : Bety? Carol di sini., ada barang yag kau langgar? Aku dengar
ada barang yang jatuh. AKu berangkat sekarang juga. Aku sudah
ada dalam perjalanan dan segalanya beres. Aku telah menerima
uangku dengan syarat Aku harus menyingkir jauh-jauh. Aku ter-
paksa menakut-nakuti mereka sedikit. Aku akan langsung pulang,
nanti kita ketemu. Aku….Bety….(tertawa tak pasti lalu
meletakkan telephone) sekarnag ………..(Ia mengeluarkan
sebuah pisau dari kantung jasnya)

Eva : Cari apa dia?

Babet : Kau cari apa Carol?

Karol : Sarung pisauku.

Dina : Dia selalu bawa pisau.

Babet : Dia tak punya SIM

Karol : Jika ada seseorang yang menghentikan aku di jalan, aku harus
pasti bahwa orang itu memang aku inginkan.

Dina : Sersan Turang harus diberitahu kalau ia kembali dari stasiun


nanti.

Karol : Beritahu saja. Aku sudah bilang padanya, kalau ia menyetop aku

8
di jalan, dia akan kutusuk.

Babet : Jika ada orang yang terpaksa berurusan dengan Polisi…

(Dina lari ke atas mengikuti Eva. Tukang sihir itu maju sambil mengucapkan kata-kata
yang lembut dan cepat, mirip suara angina yang menghembus rumput kering. Memegang
sesuatu di tangannya)

Babet : Cuma dukun tua gila, ia tak kan bisa menyihir anakmu. (bunyi
musik perkusi primitif waktu dukun itu masuk ke lingkaran
cahaya. Babet mengikuti Dina ke atas)

Karol : Coba Paman, kulihat apa yang kau pegang. Oh…tulang…Tidak,


aku tak mau menyentuhnya, masih ada daging yang melekat
di situ. Ya, aku tahu ini tulang dada burung, tapi masih kotor.
Letakkan beberapa lama di atas batu, biar berhujan dan berpanas
sampai kotorannya terbakar dan hanyut. Sesudah itu baru dia jadi
jimat yang baik. Sekarang, ini maish jimat hitam, Paman.
Pergilah, lakukan apa yang kukatakan(dukun mundur ke pintu)
Hai, Paman, coba perdengarkan pekik siamang…..(dukun
berhenti di pintu kedai)

Eva : Jangan suruh dia memekik di sini!

Karol : Ayolah Paman, kau bisa kan? (Carol membuka jasnya lalu duduk
di jendela kanan. Dia sendiri mulai memekik. Duduk mendongak-
kan kepala menyelesaikan pekikkannya itu. Serentetan salak
menaik ke atas lalu bertahan dengan intensitas yang liar.
Perempuan-perempuan itu makin mengundurkan diri, lalu ter-
lihat Ben masuk. Ia anak muda berumur kira-kira 30 tahun yang
memiliki semcam kecantikan liar yang cocok dengan pekikan
…….tadi. Ia tak terlalu bersih, mengenakan jaket kulit ular dan
membawa gitar yang penuh tulisan)

Karol : (Memandang Ben) Terimakasih, Paman.

Babet : Hai orang gila, dukun…keluar dari sini! Kami mau turun.
(Karol memberi uang pada dukun seribu rupiah. Ia keluar ke
kanan sambil berbunyi seperti ayam betina. Beni membukakan
pintu buat Weni, seorang perempuan berbadan besar berumur 40
tahun-an.Ia seorang pelukis dan masuk membawa sebuah
Lukisan)

Weni : Rok-ku tersangkut di pintu, barangkali robek. (perempuan2 turun


sambil mengucapkan salam dengan lucu. Perhatian terpusat pada
Beni) Apa di sini memang gelap? Atau aku yang sudah

9
jadi buta?
Weni : …..Aku melukis sepanjang hari, 10 jam terus menerus. Cuma
berhenti beberapa menit untuk minum kopi lalu kerja lagi
mumpung aku masih punya gambaran yang jelas. Makanya kali
ini aku berhasil. Tapi aku begitu capek, rasanya aku mau rebah.
Tak ada pekerjaan yang begitu melelahkan di bumi ini, sepertri
pekerjaanku. Kau mengerti bukan? Di dalam, seolah-olah kita
habis dibakar sesuatu. Sesungguhnya begitu, kita merasa telah
melakukan Sesuatu kalau selesai. Kadang-kadang kita merasa
bagai mau terbang. Kau bagaimana Dina?

Dina : Baik bu Turang.

Weni : Bagus, kau Babet?

Babet : Juga baik, kukira.

Weni : Aku tak bisa melihat dengan jelas, itu siapa? (menunjuk Carol
Semua diam. Tiba-tiba) O…kukira keluarganya telah menyuruh
dia pergi dari daerah ini. (Carol tertawa lalu kembali masuk ke ‘
kedai sambil memandang Ben) Jabe dan Marie sudah pulang.

Dina : Perca dan Asu sedang menjemput ke stasiun.

Weni : Kalau begitu aku datang tepat pada waktunya. Aku membawa
lukisanku yang baru. Catnya belum lagi kering. Barangkali Marie
mau menggantungkannya di kamr Jabe, sementara ia istirahat
sesudah operasi itu. Setelah bersentuhan dengan maut, orang
biasanya ingin diingatkan pada sesuatu yang bersifat rohaniah.
Ya, ini roh suci lagi naik…

Dina : (Memandang Kanvas) Belum ada kepalanya

Weni : Kepalanya berkas cahaya. Begitu kelihatannya olehku

Dina : Siapa pemuda yang bersama ibu?

Weni : Ah, maaf. Aku begitu lelah sehingga lupa sopan santun. Ini
Beni Togar

Beni : Di mana ini harus kuletakkan?

Weni : Oh serbat. Barangkali Jabe memerlukan minum penghangat. Jadi


kubawa sepoci serbat.

Dina : Serbat apa?

10
Weni : Jahe

Dina : Oh, aku suka itu. Masukkan dalam termos sebelum dingin. Mana
thermosnya?

Babet : Di took

Weni : Kukira Marie telah menutup took itu

Babet : Ya, tetapi thermosnya masih di sana (Ben ke luar ke kanan)

Weni : Ben masih asing di sini. Motornya mogok semalam kala hujan
lebat lalu aku menyuruhnya tidur di gardu peronda. Ia sedang
mencari pekerjaan. Kukira sebaiknya kuperkenalkan kepada
Marie, siapa tahu dia memerlukan seorang pembantu karena
Jabe sakit

Babet : Itu usul yang baik. Masuklah semua. Rupa-rupanya mereka tak
langsung pulang dari stasiun.

Dina : Barangkali mereka atak naik kereata yang tadi kita dengar.

Babet : Mungkin mereka mampir dulu ke suatu tempat. (Mereka ke luar


melewati Carol. Carol berdiri, berjalan sambil memperhatikan
Ben. Ben tak perduli. Ia sedang memperbaiki gesper ikat
pinggangnya dengan sebuah pisau)

Carol : Apa yang kau perbaiki?

Beni : Gesper ikat pinggangku

Karol : Apa kau dapat memperbaiki sepatuku?

Beni : Kenapa sepatumu?

Karol : Kenapa kau pura-pura tak mengenalku?

Beni : Bagaimana aku mengenal seorang ayang belum pernah kutemui?

Karol : Lalu, kenapa kau kaget tadi waktu melihatku?

Beni : Apa betul?

Karol : Kukira malah kau akan lari ke luar

11
Beni : Perempuan memang sering membuatku terburu-buru, tapi
Beni :……rasanya belum pernah membuatku lari. Kau menghalangi
cahaya lampu.

Karol : (Bergeser sedikit ke samping) Oh maaf. Begini lebih baik?

Beni : Terimakasih

Karol : Kau takut aku buka rahasia?

Beni : Buka apa?

Karol : Rahasia. Jangan khawatir, aku tak akan. Tapi aku bisa buktikan
bahwa aku mengenalmu

Beni : Aku perlu tang kecil.

Karol : Waktu itu kau pakai jaket ini dan sebuah incin ular bermata
delima

Beni : Aku tak punya cincin bermata delima

Karol : Cincin ular dengan mata jamrud?

Beni : Aku tak punya cincin dengan mata apa pun. (Mulai bersiuk
pelan-pelan sambil memalingkan mukanya)

Karol : Kalau begitu barangkali cincin naga dengan mata jamrud atau
intan atau merah delima. Kau menceritakan kepada kami bahwa
cincin itu pemberian seorang dokter wanita yang pernah kau
temui dalam perjalananmu. Dan setiap kali kau kehabisan uang
kau mengirim telegram pada wanita itu, lalu dia akan
mengirim uang kepadamu. (Ia mendongakkan kepala sambil
tertawa sementara Ben masih saja sibuk dengan gespernya)
Kami mengikutimu sampai ke lima tempat sebelum berhasil
mengadakan hubungan dengan kau, dan yang menghubungimu
adalah aku. Aku datang ke bar di mana kau sedang bermain
gitar, menyentuh jaketmu lalu bertanya: “Dai apa ini?” Lalu
kau jawab : “kulit ular”. Aku bilang: “kenapa tak kau katakan
sebelum kusentuh? Lalu kau mengatakan sesuatu yang tidak
ramah. Kau berkata: “brangkali kau bisa belajar mengendalikan
tanganmu”. Waktu itu, waktu itu sudah lewat tengah malam. Aku
mabuk. Kau ingat apa yang kukatakan kepadamu? Aku bilang:
“apa yang bisa kulakukan di dunia ini kecuali memegang apa
saja yang berada di dekat kita dengan kedua belah tangan sampai
jari-jari kita patah. Aku belum pernah bilang begitu sebelumnya.

12
juga tak memikirkannya secara sadar. Tapi kemudian aku merasa,
Karol :…ucapan itu adalah ucapan yang paling benar yang pernah ke luar
dari mulutku . Apa yang dapat kita lakukan di dunia ini kecuali
memegang apa saja yang berada dekat kita dengan kedua belah
tangan sampai jari-jarinya patah. Lalu kau melemparkan sekilas
pandang padaku. Pandangan orang yang tidak mabuk. Rasa-rasa-
nya kau pada waktu itu mengangguk sedikit, lalu mengambil
gitarmu dan mulai menyanyi. Setelah selesai kau memungut
uang. Setiap kali kau menerima uang kertas, kau meniup
pluitmu lima kali. Aku memberimu lima lembar uang kertas dan
kau meniup pluitmu lema kali, lalu duduk di bangku di mana
kami minum bir. Kau memperlihatkan tanda tangan yang banyak
tertera di gitarmu. Sampai di situ ada yang salah?

Beni : Kenapa kau begitu ingin membuktikan bahwa aku kenal padamu?

Karol : Karena aku ingin lebih mengenalmu. Aku ingin menari dengan
kau malam ini.

Beni : Apa maksudmu?

Karol : Oh, kau tak tahu? Kita masuk mobil, minum sedikit, jalan sedikit,
lalu berhenti. Minum sedikit lagi, jalan sedikit, lalu berhenti. Kita
Cuma minum, jalan, lalu berhenti. Dan sesudah itu….

Beni : Sesudah itu apa?

Karol : Tergantung cuaca dan siapa teman kita. Kalau langit terang, kita
mengembangkan selimut di antara nisan-nisan. Tapi kalau malam
buruk seperti sekarang, kita pergi ke gubuk-gubuk….

Beni : Aku sudah amengira akan begitu, tapi aku tak mau ikut.
Minum, tidur bersama orang yang tidak kita kenal, buat anak
umur 20-an memang tak apa. Tapi aku sudah 30 dan aku tak mau
hal-hal yang begitu. Aku tidak muda lgi.

Karol : Umur 30 masih muda sekali. Kuharap begitu. Aku 29

Beni : Ah, kita tak mungkin tetap muda pada umur 30 kalau kerja
seperti itu sudah kita lakukan sejak umur 15 (Mengambil gitar
dan mulai bernyanyi. Karol membuka sekaleng bir dan
memberikannya pada Ben)

Karol : Selamat ulang tahun, kulit ular. (Ia berdiri di dekatnya. Weni
Masuk)

13
Weni : Beni tidak terbiasa minum

Karol : Oh, maafkan aku…

Weni : Sekiranya kau bisa menjaga kelakuanmu sedikit, ayahmu tak


akan berbaring lumpuh di tempat tidur.

BUNYI MOBIL DI LUAR. WANITA-WANITA DATANG BERLARIAN. MARI


MASUK SAMBIL MENGANGGUK PADA PEREMPUAN2 ITU DAN
MEMBUKAKAN PINTU BUAT SUAMINYA. IA MENGUCAPKAN SALAM
DENGAN SUARA YANG HAMPIR TAK TERDENGAR, SEOLAH-OLAH IA
TERLALU LELAH UNTUK BICARA. UMURNYA ANTARA 35-45, TETAPI RAUT
TUBUHNYA MASIH MUDA. WAJAHNYA TEGANG. DIA ADALAH WANITA
YANG MENGALAMI KESULITAN-KESULITAN EMOSIONAL DI MASA
GADISNYA. DIA MENGGAMBARKAN SEORANG WANITA YANG MENGALAMI
HISTERIA YANG DITEKAN. SUARANYA SERING MELENGKING DAN
TUBUHNYA TEGANG. JIKA IA SEDANG MERASA LEGA MAKA DI WAJAHNYA
TAMPAK KELEMBUTAN SEORANG GADIS SEOLAH IA 10 TAHUN LEBIH
MUDA.

Marie : Masuk Jabe, Ada panitia penyambutan yang akan menerima kita.
Mereka telah menyiapkan makanan. (Masuk Jabe)

Babet : Lihat, siapa yang datang?

Dina : Bagaimana oom Jabe?

Babet : Aku tak percaya dia sakit. Lihat betapa cerah mukanya.

Dina : Belum pernah kulihat dia sesehat sekarang

Babet : Dia kira dia bisa membohongi kita. Hahahaha….tidak bisa

Jabe : Ya, Tuhan, aku lelah sekali…(keheningan yang menggelisahkan.


Semuanya memandang Jabe yang sedang memperlihatkan
senyum yang tegang dan batuk yang gugup)

Perca : Jabe, bandit bertangan satu itu telah banyak sekali menyedot
uangku

Asu : Dan alat tombola itu lebih panas dari pistol

Perca : Hahahaha…….(Eva muncul di tangga lalu berteriak)

Jabe : Oh…………….(Eva berlari mendekatnya lalu menangis)

14
Eva : Oom…….oom Jabe…….

Marie : Sudahlah Eva, sedang apa kau di atas?

Eva : Aku tak tahan, Aku terlalu gembira melihatnya. Aku senang
sekali oom bisa kembali.

Babet : Aku baru mau mengatakan bahwa ia seperti baru pulang dari
pantai hingga kulitnya terbakar matahari. Hahahaha……

DIALOG-DIALOG DIUCAPKAN DENGAN CEPAT DAN TIMPA MENIMPA

Jabe : Aku tidak berjemur di panas matahari dan kalau kalian tidak
keberatan, aku akan melakukan perayaanku di atas tempat tidur.
Rasanya……….aku lelah sekali…….(Berjalan ke tangga. Eva
menahan tangis dengan sapu tangan)
Rupanya ada perubahan-perubahan di sini. Kenapa bagian sepatu
kini ada di belakang?

RASA KEBENCIAN SEKILAS SEOLAH HAL YANG BIASA DI ANTARA


MEREKA

Marie : Penerangan selalu menjadi masalah dalam took ini.

Jabe : Jadi bagian sepatu kau pindahkan lebih jauh dari jendela? Masuk
akal. Penyelesaian masalah yang cerdik sekali.

Marie : Sudah kubilang padamu, nanti di belakang akan dipasang lampu


neon.

Jabe : Yah, besok akankupanggil beberapa orang untuk menolong


memindahkan bagian sepatu ini ke depan kembali.

Marie : Terserah padamu. Toko ini memang milikmu

Jabe : Syukur kau mengingatkan itu padaku. (Marie berpaling. Jabe


naik tangga. Perca dan Asu mengikuti dari belakang. Perempuan
berdesakan sambil berbisik. Mari duduk)

Babet : Kukira ia tak pernah turun tangga itu lagi.

Dina : Kurasa juga begitu.

Babet : Maut sudah menempel di tubuhnya. Kau lihat keringatnya?

Dina : Kuning seperti mentega. Benar-benar kuning

15
Babet : (Mendekat Marie) Aku tahu kau tak ingin bicara sekarang ini,
tapi Asu dan aku khawatir sekali.

Dina : Perca dan aku merasa sedih sekali

Marie : Apa yang kalian susahkan?

Babet : Operasi Jabe itu. Apakah berhasil?

MARIE MEMANDANG MEREKA. PEREMPUAN2 ITU KECUALI KAROL


MENDEKATINYA.

Dina : Berhasil……(Terdengar ketuka2 di atas dengan teratur)

Babet : Kata orang, penyakit begitu tak bisa ditolong lagi melalui
operasi.

Dina : Moga-moga keadaanya tidak gawat. (wajah mereka memperlihat


kan senyum samar. Marie memandang mereka satu per satu, lalu
ia tertawa kecil dan berjalan mendekati tangga)

Marie : Maaf aku harus ke atas.Jabe sudah mengetuk-ngetuk memanggil-


ku. (Marie naik ke atas, para wanita memandangnya)

Karol : Mengetuk-ngetuk begitu, seperti suara mesin mobilku saja.


Kedengarannya tok tok tok. Aku tak tahu apakah mobil itu
mampu membawaku pulang atau bahkan meninggalkan aku
terkapar di tengah jalan. Bisa jadi montir? Kau pasti bisa. Mau
kau menemanikunaik mobil sebentar? Supaya suara
ketukan itu bisa kau dengar.

Beni : Aku tak punya waktu

Karol : Kau sibuk apa?

Beni : Aku lagi menunggu. Apa aku bisa dapat pekerjaan di sini?

Karol : Aku menawarkan pekerjaan padamu.

Beni : Aku perlu pekerjaan yang dibayar

Karol : Aku juga bermaksud membayar (Terdengar bisik-bisik wanita


di belakang)

Beni : Besok saja

16
Karol : Aku tak bisa bermalam di sini. Aku tak boleh menginap di daerah
ini (Bisik-bisik makin keras. Kata “bejat” kedengaran keras sekali
Karol berkata tanpa membalik dan tersenyum cerah)
Apa kata mereka tentang aku? Apa kau bisa dengat apa yang
dikatakan perempuan-perempuan itu tentang diriku?

Beni : Sabarlah.

Karol : Aku tidak mau sabar. Apa kata mereka tentang aku? Bahwa aku
bejat.

Beni : Kalau kau tak senang jadi buah mulut orang, kenapa kau ber-
dandan seperti itu? Untuk apa?

Karol : Buat pamer.

Beni : Apa?

Karol : Aku ingin diperhatikan, dilihat, didengar, dan dirasakan orang.


Aku ingin mereka tahu aku hidup. Apa kau tak ingin mereka tahu
kau hidup?

Beni : Aku hidup. Dan aku tidak perduli mereka tahu apa tidak.

Karol : Kalau begitu mengapa kau main gitar?

Beni : Kenapa kau memamerkan diri begitu rupa?

Karol : Alasannya sama.

Beni : Kita tak sejakan (Ia menjauhi Karol. Karol terus mengikuti)

Karol : Dulu aku mereka sebut pemuka yang keras kepala. Kau tahu apa
itu? Semacam penonjolan diri yang jinak. Aku mengucapkan
pidato-pidato, menulis surat protes tantang ketidak adilan di
daerah ini. Aku berusaha mendirikan klinik tanpa bayar dan aku
menghabiskan uang peninggalan ibuku untuk itu. Aku memang
seorang ekhibisionis. Aku senang pamer. Nah, sekarang aku
minta tolong padamu, antarkan aku pulang ke rumahku.

Suara2 Perempuan : Bukan begitu. Ini tidak sewajarnya. Ayahnya sudah diberitahu
untuk melarang dia masuk ke sini. Dia betul-betul brengsek…..
ya, ya bejat---bejat! (Ben seolah muak mendengar suara mereka,
tiba-tiba mengambil gitarnya lalu keluar dari situ. Weni muncul
di kepala tangga dan memanggil)

17
Weni : Ben….! Ben…….!

Babet : Sudah pergi.

Dina : Orang yang mau ibu tolong itu sudah direbut seseorang

Babet : Ia pergi bersama gadis Kualahu itu.

Weni : (Sambil Turun) Kalau kalian mau memberi contoh yang lebih
baik, di sini akan lebih banyak pemuda-pemuda yang baik dan
sopan.

Babet : Apa?

Weni : Maksudku, orang tak usah berpura-pura baik dan sopan seperti
kalian.

Babet : Cukup! Kini aku tahu siapa sumber gossip di sini.

Weni : Aku hanya mengatakan apa yang diceritakan orang padaku.

Babet : Tentu. Kau iri hati melihat orang lain senang, dan kau munafik!

Weni : Aku mau ke atas, aku mau ke atas…! (Berlari naik tangga)

Babet : Aku puas dapat berkata begitu padanya. Aku tak sabar mengha-
dapi kemunafikan macam itu. Mari kita bereskan makanan lalu
pergi dari sini. Belum pernah aku muak seperti ini.

Dina : Ya ampun….(Berhenti di tangga lalu berteriak) Perca…!


(Pergi membawa piring)

Babet : Asu……! (Mereka buru-buru ke luar)

Polisi : Kelihatannya Jabe tak akan dapat lama bertahan.

Perca : Ia kelihatannya tak pernah sehat

Polisi : Weni…….!

Weni : (di kepala tangga) Jangan berteriak-teriak, aku mau bicara dulu
denegan Marie tentang pemuda itu. Tapi aku tak bisa berbicara
di depan Jabe karena Jabe mengira ia akan bisa sehat dan bekerja
kembali.

18
Polisi : Mari kita pulang.
Weni : Aku menunggu anak muda itu kembali.

Polisi : Aku bosan melihat sikapmu itu…….


(Kedengaran suara klakson mobil. Weni mengikuti suaminya ke
luar. Bunyi mobil yang berangkat. Anjing menyalak di kejauhan.
Lampu menjadi buram)

ADEGAN II

BEBERAPA JAM KEMUDIAN. DI LUAR, MELALUI SEBUAH JENDELA BESAR,


KELIHATAN PEMANDANGAN DISINARI CAHAYA BULAN. KEDENGARAN
SUARA KAROL DIIKUTI SUARA DERU MOBIL BERANGKAT. SEBELUM SUARA
MOBIL ITU HILANG SAMA SEKALI BEN MEMASUKI TOKO. DI KEJAUHAN
TERDENGAR SALAK ANJING. BEN BERJALAN KE MEJA, MENYEKA BEKAS-
BEKAS LIPSTIK DI BIBIRNYA DENGAN TISU, LALU MENGAMBIL GITARNYA
YANG IA TINGGALKAN DI ATAS MEJA DAGANGAN. MARIE MUNCUL DI
KEPALA TANGGA MENGENAKAN GAUN PLANIN DAN KELIHATAN GEMETAR
KARENA UDARA YANG DINGIN. IA TAK MELIHAT BEN YANG SEDANG
DUDUK. IA BERJALAN KE TELEPHONE DI DEKAT TANGGA. GERAKANNYA
ADALAH GERAKAN PUTUS ASA DAN SUARANYA AGAK GARAU DAN
TAJAM.

Marie : Hallo, apotik……Aku tahu apotik sudah tutup. Di sini nyonya Marie
Tombaya. Tokoku juga sudah tutup, tapi di sini ada pasien yang baru
keluar dari rumah sakit. Ya…ya…keadaan darurat. Tolong bangunkan
Pak Dobanda , bel terus sampai ia menjawab. Ini keadaan darurat. (Diam,
setengah berbisik) Mau mati aku rasanya….

Beni : Jangan nyonya (Dia berbalik, dan ketika melihat Ben, ia membuka peti
tempat uang tanpa melepaskan gagang telephone, lalu mengeluarkan
sesuatu)

Marie : Mau apa kau di sini? Kau tahu took tutup.

Beni : Aku melihat masih ada lampu yang menyala dan pintu terbuka, jadi aku
kembali untuk…..

Marie : Kau lihat apa di tanganku? (Ia mengacungkan sebilah pisau)

Beni : Nyonya mau membunuhku?

Marie : Kau kira apa? Kalau kau tak mau keluar dari sini.

Beni : Baik, aku Cuma datang mengambil gitarku.

19
Marie : Mengambil gitarmu? (Ben mengangkat gitarnya) Hmmm……

Beni : Ibu Weni Turang membawaku kemari. Aku ada sini waktu nyonya
datang tadi. Apa nyonya lupa?

Marie : Dari tadi kau di sini?

Beni : Tidak, Aku pergi sebentar lalu kembali lagi?

Marie : Jadi kau pergi sebentar lalu kembali lagi?

Beni : Ya.

Marie : untuk apa?

Beni : Nyonya mengenal gadis yang di sini tadi?

Marie : Karol Kualahu

Beni : Katanya mobilnya agak rusak, dan memintaku untuk membantu


membetulkannya.

Marie : Apa yang rusak?

Beni : Dia salah lihat.

Marie : Salah lihat?

Beni : Dia mengira di dadaku tertulis; Kua Pemacak!

Marie : Dia mengira……(tiba-tiba berbicara di telephone) oh, pak dobanda ,


maaf, aku terpaksa membangunkan Bapak. Aku baru saja membawa
suamiku pulang dari rumah sakit, tapi aku ketinggalan tablet luminalku
di……Aku sangat memerlukannya. Sudah tiga malam aku tidak tidur,
aku harus tidur malam ini. Tolong kirimkan beberapa tablet, aku tak
tahan lagi. (Meletakkan telephone) , Ah…dinginnya malam ini. Aku
tak tahu mengapa, tapi ruangan ini tak pernah bisa hangat. Barangkali
karena lotengnya terlalu tinggi . Sekarang kau mau apa? Aku mesti ke
atas…….

Beni : Ini pakailah (ia mebuka jaketnya danb menyerahkannya pada Marie.
Marie tidak segera menerimanya tapi memandang dengan penuh
pertanyaan.Perlahan-lahan ia menerima dan meneliti dengan jari2nya)

20
Mari : Dari apa jaket ini? Kelihatannya seperti kulit ular.
Beni : Ya, memang kulit ular.

Marie : Buat apa kau pakai jaket kulit ular?

Beni : Oh, ini semacam cap, orang menyebut aku si kulit ular

Marie : Siapa yang menyebut kau kulit ular

Beni : Dibar-bar, tempat aku bekerja. Tapi sekarang aku berhenti bekerja di bar

Marie : Kau seorang aktris

Beni : Aku menyanyi dan main gitar

Marie : Oh. (Ia memakai jaket itu) Memang panas rasanya.

Beni : Bekas panas badanku barangkali

Marie : Kau rupanya berdarah panas

Beni : Memang

Marie : Jadi apa yang kau cari di sini?

Beni : Kerja

Marie : Pemuda seperti kau tak pantas cari kerja

Beni : Apa maksud nyonya pemuda seperti aku?

Marie : Pemuda yang main gitar di mana-mana dan berbicara tentang panas
tubuh mereka

Beni : Tapi itu hanya kebetulan saja. Suhu badanku memang selalu lebih
tinggi beberapa derajat dari biasa. Buatku itu biasa, betul….!

Marie : Ah…..

Beni : Nyonya tak percaya padaku?

Marie : Kenapa pula aku tak percaya padamu? Kenapa?

Beni : Ah, taka pa-apa (Marie tiba-tiba tertawa lembut. Ben tersenyum hangat
dan perlahan-lahan)

21
Marie : Kau orang yang aneh. Bagaimana kau sampai kemari?

Beni : Tadi malam aku lewat sini dengan motorku. Tiba-tiba banku pecah, jadi
aku terpaksa bermalam di pos hansip. Isteri sersan polisi yang kebetulan
singgah di pos melihatku dan mengatakan padaku bahwa mungkin
nyonya bisa memberiku pekerjaan di toko untuk membantu karena
kebetulan suami nyonya sedang sakit.

Marie : Ah….dia salah terka. Sekiranya aku harus menggaji pembantu, pembantu
itu harus orang dari dekat sini. Aku tak mungkin menggaji seorang asing
yang pakai jaket ular dan punya gitar…..dan yang sushu tubuhnya lebih
tinggi dari orang kebanyakan (Ia tertawa dan membuka jaket itu)

Beni : Pakai saja.

Marie : Tidak aku harus ke atas dank au sebaiknya segera pergi

Beni : Aku tak punya tempat.

Marie : Setiap orang punya masalah, dan masalahmu adalah itu.

Beni : Nyonya orang apa?

Marie : Kenapa kau Tanya?

Beni : Kelihatannya nyonya juga orang asing

Marie : Aku memang seorang manado yang mati terbakar dalam kebunnya yang
dijadikan taman hiburan. Ini, ambil jaketmu.

Beni : Apa kata nyonya tentang ayah nyonya?

Marie : KEnapa?

Beni : Pembuat taman hiburan?

Marie : Dia mereka bakar dalam kebunnya. Jadi kenapa? Kisah itu cukup dikenal
di sini (Jabe mengetuk di atas) Aku harus ke atas, aku sudah dipanggil
Marie mematikan lampu dan pada saat yang sama Ben mulai memainkan
lagu dan menyanyi, tiba-tiba ia berhenti)

Beni : Aku harus memperbaiki alat-alat listrik, aku bisa mengerjakan segala
macam pekerjaan. Nyonya, hari ini umurku 30 dan aku sudah bosan
dengan cara hidupku selama ini ( Diam, anjing menyalak di kejauhan)
Aku hidup di tengah-tengah kebejatan, tapi aku tidak bejat berkat ini

22
(mengangkat gitarnya). Sahabtku yang pling akrab, ia membersihkan aku
bagai air setiap kali aku disentuh sesuatu yang kotor (bermain dengan
lembut sambil tersenyum).

Marie : Tulisan-tulisan apa itu di gitarmu?

Beni : Tanda tangan pemain musik yang pernah kutemui

Marie : Boleh kulihat?

Beni : Coba hidupkan lampu itu (Marie memutar bola lampu di atas meja. Ben
memegang gitar seolah benda itu bayi. Suaranya lunak, akrab, dan
lembut). Lihat nama ini?

Marie : Eddy Karamoi?

Beni : Pemain gitar terbesar. Ia bermain begitu bagus dan memukau…..dan ini?
Gesang…….namanya sudah tertera di sini.

Marie : Ini nama siapa?

Beni : Oh, itu? Jack Lesmana…….nama itu punya kisah tersendiri. Namanya
bisa terlihat di atas sana, di bintang-bintang.

Marie : Apa betul? Kau punya pengalaman dagang?

Beni : Selama hidupku aku selalu memperdagangkan sesuatu

Marie : Punya surat penghargaan atau pujian barangkali?

Beni : Punya. (Ia mengeluarkan sepucuk surat berlipat dari dompaet dan segala
kartu dan foto-foto ikut berjatuhan. Ia menyerahkan surat tadi lalu
memungut barang-barang yang berjatuhan)

Marie : Pernah bekerja di bengkel mobil? Seorang pekerja keras…..baik dan


jujur. Tapi ia senang berbicara, karenanya ia kuberhentikan dengan
hormat…….Hmmmm aneh juga.

Beni : Apa Cuma begitu isinya?

Marie : Kau tak tahu isinya?

Beni : Tidak, amplop itu tertutup.

Marie : Surat begini tidak akan banyak menolong.

23
Beni : Ya, kukira juga tidak.

Marie : Tapi…..

Beni : Apa?

Marie : Apa kata orang tentang kau tak begitu penting. Apa kau bisa merubah
susunan toko?

Beni : Ya, kukira aku bisa melakukan perubahan dalam toko.

Marie :Supaya lebih baik atau lebih jelek? Hahahaha…kau lihat ruangan itu?
Di sebelah sana pintu lengkung. Itu toko klontong. Sekarang ini tutup,
tak lama lagi akan dibuka kembali. Aku ingin bersaing dengan kehidupan
malam, jualan sehabis pertunjukan bioskop. Aku akan mempersiapkan
mesin-mesin permainan. Semuanya sudah kurencanakan.
Ranting-ranting pohonn tiruan yang sedang berbunga di dinding dan di
loteng, seperti kebun buah-buahan. Ayahku dulu punya kebun yang
indah, kemudian dijadikannya kebun hiburan. Kami memiliki 15 meja
dan bangku-bangku putih yang beratapkan pohon-pohon. Semuanya
mereka bakar, juga ayahku…..ikut terbakar (Jabe mebgetuk lebih keras
dengan parau: “Marie….! Seseorang tampil di pintu dan berseru: Nyonya
Marie?) )oh,…pil tidurku (berjalan ke pintu) Terimakasih, Pak, maaf
aku mengganggu tidurmu. Orang itu mengucapkan sesuatu. (Marie
menutup pint) Apa kau pernah susah tidur?

Beni : Aku bisa tidur atau melek sebanyak yang kuinginkan

Marie : Betul?

Beni : Aku bisa tidur di atas lantai atau tidak tidur, bahkan tidak mengantuk
selama 48 jam dan aku bisa menahan nafasku selama 3 menit tanpa jatuh
pingsan. Aku berani bertaruh bahwa aku bisa melakukannya.

Marie : Betul?

Beni ` : Betul. Aku pernah ditangkap karena bergelandangan dan ditahan sehari
penuh tanpa boleh tidur sekejap pun. Dan aku mampu melakukannya
hanya karena aku tak mau kelihtan lemah oleh mereka.

Marie : Aku mengerti apa yang dituliskan oleh pemilik bengkel itu bahwa kau
senang berbicara. Apalagi yang bisa kau lakukan ? coba ceritakan
tentang kesanggupanmu untuk mengendalikan diri.

Beni : Kata orang, seorang perempuan dapat membakar hangus seorang laki-
laki, tapi aku dapat membakar hangus seorang perempuan.

24
Marie : Perempuan mana ?
Beni : Setiap perempuan.

Marie : Di sini banyak perempuan yang dapat menguji kebenaran kata-katamu.

Beni : Aku katakana aku bisa. Aku tak mengatakan aku mau.

Marie : Jangan khawatir buyung, aku perempuan yang tak perlu kau yakinkan
tentang dirimu yang hebat.

Beni : Ya, itu memang sudah lewat.

Marie : Kenapa, apa mereka membuatmu capek ?

Beni : Aku tidak capek, aku muak.

Marie : Oh, kau muak ya?

Beni : Ya, tahukah nyonya di dunia ini orang diperjual belikan macam tulang-
tulang di tukang daging.

Marie : Aku tahu.

Beni : Di dunia ini Cuma ada 2 macam manusia. Yang dijual dan yang membeli
Eh, tidak ada satu macam lagi.

Marie : Apa ?

Beni : Yang tidak tergolong kemana-mana, orang yang tak dapat diterima di
masyarakat.

Marie : Apa kau termasuk golongan itu ?

Beni : Mungkin begitu.

Marie : Kalau begitu, sebaiknya kau jangan hidup di daerah ini.

Beni : Apa nyonya pernah dengar…ada sejenis burung yang tak punya kaki
hingga ia tak bisa hinggap dimana-mana. Ia harus terbang selama-lama
nya di udara. Betul, aku pernah lihat ia mati. Ia harus terbang jatuh ke
bumi. Warnanya biru muda, badannya kecil sebenarnya kelingking. Dan
kalau ia diletakkan di telapak tangan, ia begitu ringan, beratnya sepaerti
sehelai bulu, tapi sayapnya kembang sebegini dan bening. Kita dapat
melihat warna langit melalui sayapnya. Ini di sebut warna perlindungan.
Kamuflase…burung itu tidak dapat dibedakan dari warna langit. itu
sebabnya elang tak dapat menangkap mereka di atas sana. Di langit biru

25
dekat matahari, mereka tak bisa dilihat.

Marie : Bagaimana kalau hari mendung ?

Beni : Kalau hari mendung, mereka terbang begitu tinggi hingga elang itu
menjadi pusing. Burung-burung kecil itu tak punya kaki sama sekali dan
seumur hidup mereka, mereka terbang. Mereka tidur di atas angin.
Begitu caranya mereka tidur di malam hari. Mereka mengembangkan
sayap dan tidur di atas angina (musik masuk) mereka tidur di atas angina
( matanya menjadi lunak dan samara. ia mengangkat gitarnya mulai
memainkan gitar dan mulai memainkannya mengiringi musik tadi)
Mereka tak pernah hinggap di bumi, kecuali satu kali…waktu mereka
mati.

Mari : Aku ingin jadi burung itu

Beni : Aku juga begitu. Banyak orang yang ingin jadi burung itu supaya tidak
Pernah jadi bejat.

Mari : Kalau kau kebetulan menemui burung itu mati dan jatuh ke bumi, tolong
Perlihatkan padaku. Barangkali burung itu hanya ada dalam khayalanmu
Belaka. Menurut hematku, tidak ada mahluk yang bisa sebebas itu,
Bahkan yang bisa mendekati kebebasan itu sekalipun. Coba perlihatkan
Padaku seekor dari burung itu, dan aku akan berkata: “Ya…Tuhan telah
menciptakan seekor mahluk yang sempurna. Aku tak akan segan
Menyerahkan toko ini seisinya untuk dapat menjadi burung yang warna-
nya seperti langit….Untuk dapat tidur barang semalam di atas angina dan
hanyut ke mana-mana di bawah bintang (JABE MENGETUK DI ATAS
MARIE MEMANDANG BENI) Karena aku tidur dengan seorang
jahanam yang telah membeliku di lelang sapi, selama 15 tahun aku tak
pernah memiliki mimpi yang baik, tak satu pun. Tai kucing! Kenapa
semua ini harus kuceritakan pada seorang asing….(MEMBUKA
TEMPAT UANG) Ini uang sepuluh ribu. Pergilah makan ke warung, lalu
Kembali ke mari besok pagi. Kau akan kuberi pekerjaan. Kau akan
memulai sebagai pembantu dan akalau toko yang baru itu sudah kubuka,
kau akan kutempatkan di sana. Pintu itu terkunci dengan sendirinya
kalau kau tutupkan. Tapi aku ingin kau mengerti satu hal……

Beni : Apa?

Marie : Aku tak berkepentingan dengan sifat-sifatmu yang sempurna, bahkan


bagiku kau tak lebih penting dari bumi yang sekarang kau injak. Kalau
kau bisa mengerti itu kita akan punya hubungan kerja yang baik,
kalau tidak….Kesulitan! Aku tahu kau gila, tapi cukup banyak orang
yang gila dan masih bebas. Bahkan sebagian dari mereka punya
kedudukan yang tinggi. Asal ingat, tak ada urusan yang tidak-tidak.

26
Sekarang kau boleh pergi. Makanlah, kalau kau lapar.
Beni : Apa boleh ini kutinggalkan di sini? Sahabat karibku?

Marie : Boleh kau tinggalkan.

Beni : Terimakasih

Marie : Kembali (IA BERJAKAN KE PINTU. DI KEJAUHAN TERDENGAR


ANJING MENYALAK. BENI BERBALIK DAN TERSENYUM PADA
MARIE)

Beni : Aku tak tahu apa-apa tentang nyonya kecuali bahwa nyonya baik.
Nyonya adalah orang paling baik hati yang pernah kutemui. Aku akan
jujur dan bekerja keras untuk menyenangkan hati nyonya. Dan setiap
kali nyonya tidak bisa tidur, aku tahu bagaimana cara mengobatinya.
Seorang Dokter wanita dari Tulangan mengajarkan padaku bagaimana
cara kekit tengkuk dan tulang punggung agar kita bisa tidur pulas.
Selamat malam.
(IA KELUAR, BEBERAPA SAAT KEMUDIAN MARIE TERTAWA
RINGAN DAN RIANG SEPERTI SEORANG GADIS MUDA. LALU,
IA BERBALIK, MENGAMBIL GITAR DAN TERUS MENGELUS
GITAR ITU. LAYAR TURUN

27
Babak II

Adegan I

TOKO. SORE HARI, BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN. MEJA DAN KURSI


TELAH DIKEMBALIKAN KE TOKO. MARIE SEDANG MELETAKKAN
GAGANG TELEPON. BENI BERDIRI DI LUAR PINTU. IA BERBALIK LALU
MASUK. DI LUAR, DI JALAN BESAR, BEBERPA ORANG SEDANG
MENDORONG TRUK YANG MOGOK. KEDENGARAN SUARA: Tu…
Dua..Tiga…Yak!

Beni : (JALAN KE JENDELA KANAN) Tadi malam ada sebuah truk besar
terguling dari jalan. Sekarang lgi beramai-ramai diangkat ke jalan lagi.
(MEMANDANG KE LUAR)

Marie : Aku baru saja menerima pengaduan besar tentang kau dari seorang
perempuan yang mengatakan, jika dia bukan seorang janda, suaminya
pasti sudah datang ke mari memukuli kau.

Beni : Ya. Seorang perempuan kecil berambut ikal, pakai rok bercak-bercak
dengan kancing mutiara sebesar ini.

Marie : Kami bicara lewat telepon. Dia tidak bercerita tentang perawakannya.
Dia Cuma berkata, kau kurang ajar. Aku bertanya, perbuatannya atau
ucapannya? Ia jawab, kedua-duanya. Aku memang sudah khawatir akan
terjadi begini waktu minggu lalu aku peringatkan kau untuk tidak berbuat
yang tidsak-tidak.

Beni : Perempuan itu membeli selembar kartu pos bergambar dariku. Aku
katakan padanya, kartu pos itu buatanku sendiri. Beberapa menit
kemudian datang seorang anak memberikan kartu pos itu kembali
kepadaku. Di atasnya tertulis sesuatu…..barangkali masih ada padaku
(IA MEMBERIKAN KARTU ITU. MARIE MAMBACANYA LALU
MEROBEK-ROBEKNYA. BENI MENYALAKAN ROKOK)

Marie : Ditandatangani dengan sebuah ciuman lipstick. Kau tak datang ke


tempat itu?

Beni : Tidak. Itu makanya dia mengadu (MEMBUANG KAYU KOREK


KE LANTAI)

Marie : Ambil korek itu.

Beni : Nyonya mau jadi mandor? (IA MELEMPARKAN KAYU KOREK KE

28
LUAR PINTU. MARIE MENGIKUTI BENI DENGAN
: …PANDANGANNYA. BENI BERBALIK DENGAN LAGAK
MALAS)

Marie : Begitu caramu berjalan di depannya?

Beni : Begitu bagaimana?

Marie : Menyeret-nyeret kaki. Apa begitu caramu berdiri di depannya? Begitu


dekat? Dengan sikap begitu?

Beni : Sikap bagaimana?

Marie : Semua yang kau lakukan sugestif.

Beni : Sugestif apa?

Marie : Sesuatu….yang menurut kau tak mau lagi kau lakukan….Oh persetan…!
Kau tahu maksudku. Kau tahu kenapa aku memberimu pakaian kerja
berwarna gelap?

Beni : (MEMBUKA JASNYA SAMBIL MENARIK NAFAS PANJANG)


Aha….

Marie : Buat apa kau buka? (BERJALAN MENUJU KAMAR KECIL DEKAT
DINDING) Hei, aku minta maaf. Kau dengar? Tadi malam aku tidak
tidur. Hei….., kataku, aku minta maaf. Kau dengar? (MARIE MASUK
KAMAR KECIL LALU KEMBALI DENGAN GITAR BENI)

Beni : Berikan gitarku. Kau Cuma bisa melihat kesalahanku, padahal aku sudah
berusaha sebaik mungkin.

Marie : Kubilang, aku minta maaf. Apa aku harus berlutut menjilat debu
sepatumu?

Beni : Tidak, kembalikan saja gitarku.

Marie : Aku bukannya tidak puas dengan kau. Aku senang…..betul….!

Beni : Aku tak melihat apa yang kau katakana senang itu.

Marie : Sarafku tegang sekali (MENGULURKAN TANGAN) Mari salaman.

Beni : Jadi aku tak dipecat? Aku tak diberhentikan? (MEREKA


BERSALAMAN, MARE MENYERAHKAN GITAR)

29
Marie : Kita belum saling mengenal betul. Kita baru sekadar berkenalan.
Beni : Betul, seperti sepasang anjing yang saling mengendus.

Marie : Ah, tidak begitu, tapi…..

Beni : Kita belum tahu sifat masing-masing . Bagaimana caranya utnuk saling
mengenal dengan baik? Barangkali dengan cara bersentuhan.

Marie : Cara apa?

Beni : Dengan bersentuhan. Kalau kita salinh bersinggungan.

Marie : (BERJALAN LALU DUDUK DI SEBUAH KURSI)


Oh….maksudmu hubungan dekat?

Beni : Nyatanya kita malah merasa asing,, ya lebih asing lagi.

Marie : Jadi bagaimana caranya untuk saling mengenal?

Beni : Untuk menjawab pertanyaanmu yang terakhir, aku katakana: Tak ada
yang bisa kenal siapa pun. Kita semua sudah ditakdirkan untuk terasing.
dalam tubuh masing-masing untuk selama-lamnya. Nyonya mengerti,
aku mengatakan hal yang sebenarnya. Kita harus menerimanya. Kita
ditakdirkan seumur hidup terasing sendiri dalam tubuh kita yang sunyi
selama kita hidup di bumi ini.

Marie : Tidak, aku bukan seorang yang optimistis, tapi aku tak setuju dengan
pernyataan sedih seperti itu.

Beni : Begini. Waktu aku masih kanak-kanak, seluruh keluargaku bertebaran


ke mana-mana bagai bulu ayam ditiup angin. Aku sendirian di sana,
diburu, terperangkap dan jauh dari peraturan yang benar. Selama itu,
selama waktu yang sunyi itu, aku merasa seolah-olah menunggu sesuatu.

Marie : Menunggu apa?


\
Beni : Ya, apa yang kita tunggu? Menunggu sesuatu terjadi agar semuanya bisa
menjadi lebih jelas. Sulit untuk mengingat perasaanku kala itu, karena
aku taklagi merasakannya. Aku menunggu seperti seseorang yang
bertanya dan mencari jawabannya. Tetapi pertanyaan yang kita ajukan
salah, atau kita menanyakannya kepada seorang yang salah, sehingga
jawabannya tak kunjung datang. Apa segalanya berhenti karena kita
belum beroleh jawaban? Tidak, semuanya berlangsung terus seolah
jawaban sudah diberikan. Hari berganti malam…dan malam berganti
siang….kita masih saja menunggu seseorang untuk memberikan
jawaban, dan hidup berlangsung terus seolah-olah Jawaban sudah

30
diberikan. Lalu….
Marie : Lalu apa?

Beni : Lalu kita beroleh jawaban palsu

Marie : Apa?

Beni : Jangan pura-pura tidak tahu

Marie : Cinta?

Beni : Itulah jawaban palsu. Jawaban itu telah menipu orang termasuk kau dan
aku. Percayalah….waktu aku masih berumur 14 tahun, aku bertemu
seorang gadis. Hari itu aku merasakan, jika aku terus mengayuhku
sepedaku lebih jauh, aku akan menemukan apa yang selama ini
kuharapkan.

Marie : Apa yang kau harapkan? Gadis yang kau temui itu?

Beni : Gadis itu membuatku yakin, bahwa dialah jawaban pertanyaanku.

Marie : Bagaimana caranya?

Beni : Dia keluar dari gubuk telanjang bulat, seperti aku yang waktu itu duduk
dalam perahu. Dia berdiri sesaat sementara cahaya matahari membakar
di sekitarnya. Terang bagai langit sejah mata kita memandang. Putih
bagai lokan, bagai mutiara….Kulitnya seperti itu. Aku ingat, seekor
burung terbang dari rawa dan sayapnya menjatuhkan bayangan di atas
tubuhnya, lalu burung itu menyajikan sebuah nada tunggal, tinggi dan
jernih……dan gadis itu…..seolah hanya menunggu istirahatku…dia
berbalik sambil tersenyum, lalu masuk ke dalam gubuk.

Marie : Kau mengikutinya?

Beni : Ya, aku mengikutinya. Aku mengikuti seperti seekor burung mengikuti
kawanannya. Aku mengira dia akan memberikan jawaban yang kutunggu
tunggu. Tapi kemudian aku tidak lagi pasti. Mulai saat itu pertanyaan itu
jadi tak lebih dari jawabannya sendiri. Lalu….

Marie : Lalu Bagaimana?

Beni : Waktu aku berumur 15, aku meninggalkan tempat itu. Waktu anjingku
mati, aku lalu menjual perahu. Aku berangkat ke medan dengan
menggunakan jaket kulit ular. Aku tak memerlukan waktu lama untuk
mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya.

31
Marie : Apa yang kau ketahui?
Beni : Aku tahu bahwa ada yang bisa kujual selain kulit ular atau kulit binatang
lain yang kutangkap di rawa-rawa. Aku bejat! Itulah jawabannya….

Marie : Bukan, bukan itu jawabannya.

Beni : Kalau begitu katakana padaku apa jawabannya

Marie : Aku tak tahu apa jawabannya. Yang aku tahu, Cuma, bejat bukan
jawabnya. Itu yang aku tahu. Kalau memang itu jawabnya, maka akan
kuambil pistol dan morphin Jabe, dan….(MASUK SEORANG
WANITA)

Wanita : Aku mau pinjam telephone

Marie : Silahkan (WANITA ITU BERJALAN KE TELEPON LALU


MEMASUKKAN KOIN. MARIE BERJALAN KE TOKO. BERKATA
PADA BENI) Tolong ambilkan minuman dingin (SELAMA
BEBERAPA MENIT TERDENGAR BUNYI KLAKSON MOBIL
DIBUNYIKAN)

Wanita : (DI TELEPHONE) Tolong hubungkan dengan salah seorang keluarga


Kualahu. David Kualahu atau isterinya, atau siapa saja….(MASUK
BABET BERLARI)

Babet : Marie….! Marie..! Mana Marie?

Wanita : Tenang, aku lagi menghubungi kakaknya. (BICARA DI TELEPONE)


Saya bicara dengan siapa? Baik, saya akan melaporkan tentang adikmu,
Karol Kualahu. Dia membunyikan klakson keras dan berkali-kali di
pom bensin karena suamiku tak mau melayani dia. Dia membunyikan
terus klakson mobilnya sampai banyak orang yang berkumpul di sana.
Pak Kualahu, kalau tidak salah, kita semua sudah setuju untuk
menjauhkan gadis itu dari daerah ini bukan? Begitu setahu kami semua
di sini (KLAKSON MOBIL)

Babet : Bagus, bagus, katakana kalau……..(DINA MASUK)

Dina : Dia turun dari mobilnya dan…..

Babet : Sssssttt

Wanita : Aku hanya ingin memberitahu bahwa dia kembali lagi ke sini dan
membuat kekacauan. Suamiku sedang berusaha menghubungi polisi,
jadi sebelum gadis itu ditangkap, sebaiknya Bapak jemput saja dia…

32
Dina : Bagus….
Babet : Di mana dia? Ke mana dia sekarang?

Wanita : Cepat sedikit….Ya, aku tahu perasaan Bapak, tapi Karol tak akan kami
layani. Kami menolak….Hallo, dia tidak….halo, halo (DIA MENEKAN
TUTS DI TELEPON)

Babet : Bagaimana? Dia akan menjemputnya?

Dina : Telpon kantor polisi! (BABET KELUAR. BENI KEMBALI


MEMBAWA SEBOTOL MINUMAN DINGIN, LALU MEMBERIKAN
NYA PADA MARIE) Lagi apa dia?

Babet : (DI LUAR) Lihat, mobilnya mereka dorong dari pompa bensin itu
(DALAM KERIBUTAN ITU MEREKA LUPA PADA MARIE.
WANITA LARI KE LUAR TOKO)

Dina : Karol ke mana?

Babet : Masuk toko obat (DINA BERLARI KE TELEPON. BABET


MENDEKATI MARIE) Marie, kau harus janji, kalau Karol datang ke
mari, kau tak akan melayani dia, jelas?

Marie : Tidak.

Babet : Apa? Kau akan menolak melayani dia?

Marie : Aku tak bisa menolak melayani siapapun di toko ini.

Babet : Kenapa tak bisa?

Dina : Ssssshh, aku lagi menelpon

Babet : Kau menelpon siapa, Dina?

Dina : Toko obat. Aku mau bilang supaya mereka tidak melayani gadis itu.
(MEMASUKKAN KOIN) Hallo….hallo…Lagi bicara….Apa dia sudah
ke luar?

Babet : Belum. Barangkali masih di dalam.

Dina : Mungkin mereka tak mau melayaninya.

Babet : Ah Pak Dobanda tak segan melayani siapapun, asal uangnya ada.

Dina : Waktu terakhir dia ke mari, dia duduk selama setengah jam menunggu

33
di kedai dekat situ, tapi tak seorang pun datang mendekati dia.
Babet : Memang, kalau kita tidak bekerjasama kita tidak mungkin bisa mengusir
dia dari sini. Marie baru saja bilang bahwa dia akan melayaninya jika dia
masuk ke mari.

Dina : Ah, dia tidak akan berbuat begitu.

Babet : Tanya dia. Dia bilang, dia akan melayaninya.

Marie : (BERDIRI DAN BERTERIAK PADA KEDUA ORANG ITU)


Tidak, aku tak akan menolak melayani dia hanya karena kalian tidak
senang padanya. Lagi pula aku senang bahwa gadis liar itu menyusahkan
abangnya.

Dina : (BICARA DI TELEPON) Pak Dobanda, di sini Dina. Aku mau


menanyakan apa Karol Kualahu ada di toko Bapak?

Babet : (MEMBERITAHU) Dina…

Karol : Tidak.

Dina : Apa?

Karol : Dia di sini (BABET MASUK TOKO. KAROL MENDEKATI BENI)

Dina : Oh, biara saka Pak Dobanda. Aku…..(MELETAKKAN TELEPON


LALU BERJALAN KE PINTU. HENING. MEREKA SEMUA
MEMANDANGI GADIS ITU. RAMBUTNYA KUSUT, MUKANYA
MERAH DAN TERLIHAT BAHWA DIA DEMAM. TINGKAH LAKU
NYA SEPERTI HEWAN LIAR YANG SEDANG TERDESAK. PUTUS
ASA TAPI TANPA RASA TAKUT)

Marie : Hai, Karol

Karol : Marie….

Marie : Kukira kau sedang berada di Bandung

Karol : Ya, tadi malam

Marie : Kau bisa kembali begitu cepat.

Karol : Aku mengendarai mobil sepanjang malam.

Marie : Dalam hujan besar?

34
Karol : Ya (IA MEMPERHATIKAN BENI. BENI MENGELAKKAN
PANDANG, LALU MELETAKKAN BOTOL MINUMAN DINGIN
DI ATAS MEJA)

Marie : Ada apa di rumah? Apa ada yang sakit?

Karol : Tidak, setahuku tidak. Lagipula bagaimana aku tahu? Boleh aku duduk?

Marie : Silahkan

Karol : Mereka mengusirku dari sini (DIAM. BENI BERJALAN MELEWATI


KAROL, MASUK KE KAMAR KECIL) Rasanya aku demam. Mungkin
kena bronchitis. Semua orang begitu jauh….

Marie : Apa kau memerlukan sesuatu?

Karol : Semua terasa begitu jauh…

Marie : Karol, apa kau memerlukan sesuatu?

Karol : Oh, maaf. Ya.

Marie : Ya, apa?

Karol : Tak usah bersusah payah. Aku bisa menunggu (BENI KELUAR DARI
KAMAR KECIL MENGENAKAN JAS BIRU)

Marie : Menunggu apa? Apa yang kau tunggu? Kau tak perlu menunggu. Kata-
kan saja apa yang kau perlukan. Kalau aku punya, akan kuberikan.
(TELPON BERBUNYI)

Karol : Terimakasih. Tidak

Marie : (PADA BENI) Terima telponn itu, Ben


(DINA MELINTAS LALU MEMBISIKKAN SESUATU PADA
BABET)

Babet : Aku akan menunggu, akan dia lakukan atau tidak

Dina : Katanya akan dia lakukan.

Babet : Biarpun begitu, aku akan menunggu

Beni : (DI TELEPON) Betul, Pak. Dia ada di sini, nanti kusampaikan.
(MELETAKKAN TELPON LALU BICARA PADA MARIE) Kakaknya

35
akan menjemputnya ke mari.
Marie : Dia tak boleh masuk ke sini.

Dina : Oh….oh….

Babet : Kakaknya itu bekas kekasihnya.

Dina : Ya, kau pernah menceritakannya.

Marie : Kalian selalu berkoar macam angsa. Kenapa kalian tidak mam….
kenapa kalian tidak masuk warung saja, minum kopi dan bergosip di sana

Babet : Kita diusir…

Dina : Aku tak mau tinggal di tempat di mana aku tak disukai. Aku tak akan
pernah lagi ke mari. (MEREKA KELUAR SAMBIL MENGGERUTU)

Marie : Mengapa kau ke mari?

Karol : Untuk menyampaikan pesan.

Marie : Untukku?

Karol : Bukan.

Marie : Lalu untuk siapa? (KAROL MEMANDANG MARIE SEJENAK LALU


BERBALIK KE ARAH BENI) Dia? Untuk dia? (KAROL MENGANG-
GUK) Baik, sampaikan pesan itu kepadanya. Sampaikan.

Karol : Ini pesan pribadi. Apa aku bisa berbicara berdua saja? (MARIE
MENGAMBIL SEHELAI SELENDANG DARI GANTUNGAN)

Marie : Demi Tuhan. Kakakmu saat ini sedang menuju ke mari, hanya perlu
waktu 10 menit untuk sampai ke mari. Tapi aku tak akan membiarkan dia
masuk, aku bahkan tak sudi membiarkan tangannya menyentuh kunci
pintu. Aku tahu pesanmu, juga dia tahu—tak ada yang bersifat pribadi.
Tapi sebaiknya kau tahu bahwa dia tak termasuk barang dagangan dalam
tokoku. Sekarang aku akan ke luar menunggu kakakmu. Kalau dia datang
aku akan membuka pintu dan berteriak padamu. Dan kau harus ke luar
pintu secepat peluru. Mengerti?
(MARI KE LUAR BERGEGAS. BENI MEMEGANG GITARNYA
DENGAN PEMUSATAN PIKIRAN YANG LEMBUT. KAROL
MEMANDANG BENI. BENI SAMA SEKALI TAK BERSIKAP
KASAR PADA KAROL. HARUS TIMBUL KESAN BAHWA KEDUA
ORANG ITU ADALAH DUA ANAK YANG SUNYI)

36
Beni : Kau bilang kau membawa pesan untukku. Betul? Kau membawa pesan
untukku?

Karol : Jas barumu kena abu rokok.

Beni : Apa itu pesan yang kau bawa?

Karol : Bukan, itu hanya sekadar alasan untuk menyentuhmu. Pesan itu…

Beni : Apa? (MUSIK MASUK….GITAR)

Karol : Aku ingin memeluk sesuatu seperti kau memeluk gitarmu—begitu


caranya—dengan perlindungan yang lembut. Aku ingin memangkumu
seperti itu—dengan perlindungan lembut yang sama. (TANGANNYA
DI ATAS LUTUTNYA YANG DIA ANGKAT KE SEBUAH
BANGKU TINGGI) Kau bagiku seperti sebuah bulan.

Beni : (MELETAKKAN GITARNYA) Siapa yang mau kau tipu selain dirimu
sendiri? Kau tak akan tahan memikul berat badan seorang laki-laki (IA
MEMEGANG PERGELANGAN TANGAN KAROL) Apa ini?
Pergelangan tangan atau tulang? Rasanya seperti ranting yang dapat
kupatahkan hanya dengan dua jari (DENGAN LEMBUT MENGUAK-
KAN KRAH BAJU KAROL, LALU MENGURUT LEHERNYA
MENGIKUTI NADI) Gadis kecil….begitu bening….aku dapat melihat
urat nadimu. Berat badan seorang laki-laki akan mematahkan tulangmu
seperti seikat kayu (MUSIK HILANG)

Karol : Lucu kan? Kau tahu betul tentang apa yang benar pada diriku. Ditiduri
seorang laki-laki bagiku adalah hal yang sangat menyakitkan, tapi
kutahankan. Supaya tidak sendiri, biarpun hanya beberapa saat. Aku
bersedia menderita keperihan juga bahaya. Bagiku sebenarnya berbahaya
karena tubuhku tak akan kuat mengandung anak.

Beni : Kalau begitu terbanglah burung kecil, terbanglah sebelum kau….


sebelum kau hancur.

Karol : Mengapa kau begitu benci padaku?

Beni : Aku tak membenci siapa pun kecuali kalau mereka mencampuri
urusanku.

Karol : Apa aku mencampuri urusanmu?

Beni : Kau tak percaya padaku. Umurku sudah 30 tahun, dan aku tak mau lagi
berhubungan dengan kawan-kawanmu. Aku tak mau lagi mengunjungi

37
klab malam itu. Ini….(IA MENYODORKAN ARLOJINYA)—ambillah
Beni : ……ini. Ini bisa menunjukkan waktu bagimu. Aku belum pernah
mencuri sebelumnya. Waktu benda ini kucuri, aku tahu bahwa sudah
tiba waktunya bagiku untuk berhenti. Jadi, ambillah….(IA MERAIH
TANGAN KAROL DAN MEMAKSAKAN ARLOJI ITU DALAM
GENGGAMANNYA. TERJADI PERGULATAN SEDIKIT. IA TAK
DAPAT MEMBUKA GENGGAMANNYA DAN IA MULAI
MENANGIS. IA MENARIK NAFAS DAN MELEMPARKAN ARLOJI
ITU KE LANTAI) Itu pesanku untukmu dan kawan-kawanmu.

Karol : Aku tak punya kawan. Aku berharap dapat berkawan denganmu
(MUSIK BERHENTI) Di sini keadaanmu berbahaya, Kulit Ular…..
Kau telah menanggalkan jaketmu dan kau mengenakan baju seragam
biru seorang tahanan yang baru. Tadi malam aku terbangun, lalu teringat
padamu. Aku berjalan sepanjang malam untuk memperingatkan bahwa
kau berada dalam bahaya. Aku berharap kau mau mendengarkan aku dan
bersedia kuajak pergi, sebelum terlambat. (PINTU TERBUKA, MARIE
MASUK SAMBIL BERTERIAK)

Marie : Kakakmu datang. Cepat keluar. Dia tidak boleh masuk. (KAROL
MENGAMBIL BAJUNYA LALU PERGI KE TOKO SAMBIL
MENANGIS. BENI BERJALAN KE PINTU) Kunci pintu! Jangan
biarkan dia masuk ke tokoku (KAROL MENANGIS DI MEJA. MARIE
LARI NAIK TANGGA WAKTU DAVID KUALAHU MASUK. IA
TAMPAN DAN BERPAKAIAN DRILL)

David : Karol….?

Beni : Dia di sana (IA MENUNJUK DENGAN KEPALANYA KE TOKO


TEMPAT KAROL MENANGIS)

David : Karol….? (IA MASUK KE PANGGUNG YANG TERANG) Kau


melanggar perjanjian (KAROL MENGANGGUK LALU
MEMANDANG BENI) Baik, kau akan……(BENI MEMUNGUT
ARLOJI YANG DIJATUHKAN KAROL KE LANTAI. LALU MEM-
BERIKANNYA PADA DAVID. DAVID MENYAMPIRKAN
MANTELNYA KE BAHU KAROL LALU MENDORONGNYA
DENGAN KASAR KE LUAR TOKO)

Marie : (TIBA-TIBA) Tunggu! (DAVID MELIHAT KE TANGGA. IA


MEMBEKU WAKTU MARIE BERLARI TURUN)

David : Apa kabar, Marie?

Marie : Kau ke luar dulu, Ben.

38
David : (PADA KAROL) Karol, tunggu aku di mobil. (IA MEMBUKA PINTU
UNTUK KAROL. BEN BERJALAN KE ARAH TOKO. KAROL
MENGANGGUK LALU KE LUAR. DIAM)

Marie : Kau sudah kularang datang ke mari.

David : Aku menjemput adikku (IA BERBALIK SEAKAN MAU PERGI)

Marie : Tunggu!

David : Aku takut meninggalkan adikku sendiri di jalan.

Marie : Aku ingin mengatakan sesuatu yang belum pernah kukatakan padamu.
Aku mengandung anakmu—Dulu….waktu kau meninggalkan aku.
(DIAM)

David : Aku…..aku tak tahu.

Marie : Sekarang kau tahu. Kau tahu aku mengandung anakmu dalam tubuhku
waktu kau meninggalkan aku. Tapi anak itu telah kubuang….dan
bersamanya hatiku pun ikut terbuang.

David : Aku….aku tak tahu.

Marie : Aku ingin mati sesudah itu. Tapi maut tidak mau datang kalau kita ingin-
kan. Waktu itu aku ingin mati, tapi aku masih memilih jalan yang tidak
seburuk itu. Kau sudah menjual dirimu, aku pun menjual diriku. Kau
sudah dibeli oleh isterimu yang kaya raya itu, dan aku pun sudah dibeli
seorang laki-laki. Kau telah membuat kita berdua jadi pelacur.

David : Aku tidak tahu (TERDENGAR SUARA MANDOLIN SAYUP)

Marie : Tapi semua itu sudah lama lewat. Beberapa malam yang lalu aku
melewati pinggir danau dimana kebun ayahku dulu berada (DAVID
BERPALING PADA MARIE) Kau tak ingat? Bahkan itu pun kau tak
ingat?

David : Marie, lain daripada itu tak ada yang kuingat di dunia ini.

Marie : Mandolin ayahku. Lagu yang kunyanyikan di kebun bersama ayahku.

David : Ya, satu-satunya yang selalu ada dalam ingatanku adalah itu…

Marie : Lagu itu…..dan kita menghilang. Lalu ayahku memanggil….Marie…


Marie…!(BERBALIK PADANYA) Bagaimana aku bisa menjawab jika

39
di mulutku ada dua lidah? (MUSIK BERHENTI. JABE MENGETUK
Marie :….NGETUK DI ATAS. MARIE BERJALAN KE TANGGA,
BERHENTI. LALU BERBALIK) Hatiku sakit. Jangan datang lagi
ke mari. Kalau adikmu yang liar itu ke sini lagi, suruh orang lain
menjemputnya. Jangan kau yang datang lagi. Aku tak ingin merasakan
tusukan pisau itu lagi dalam hatiku. (TANGANNYA DI DADA. DIA
BERNAFAS DENGAN BERAT. DAVID MENJAUH, BERJALAN KE
PINTU. MARIE MENDEKATINYA) Jangan sekali-kali menaruh
kasihan kepadaku. Aku belum lagi jatuh begitu dalam di dunia ini. Aku
punya toko yang berjalan baik. Dan itu toko lain yang akan segera dibuka
juga. Saat ini sedang diperbaiki, agar menjadi tempat hiburan bagi orang
muda, seperti…..(MENYENTUH PINTU, BERHENTI SEBENTAR
SAMBIL MEMUNGGUNG) Seperti kebun ayahku. Malam malam
minum minuman yang hangat sambil menikmati sesuatu yang belum
pernah kita nikmati sebelumnya.

David : Marie….itu…

Marie : Apa?

David : Itu benar (MEMBUKA PINTU)

Marie : Pergilah. Aku Cuma mengatakan hidupku belum lagi berakhir. (DAVID
KE LUAR. JABE MENGETUK-NGETUK. MARIE BERDIRI DIAM
SAMPAI BENI MASUK KEMBALI) Aku sudah melakukan sesuatu
yang memalukan.

Beni : Apa? (MARI BERJALAN KE TANGGA)

Marie : Aku sudah melakukan sesuatu yang memalukan (IA BERJALAN KE


TANGGA DENGAN SUSAH PAYAH. CAHAYA BERGANTI
MENUNJUKKAN PERGANTIAN ADEGAN.

Adegan 2

MATAHARI TENGGELAM PADA HARI YANG SAMA. BENI SEORNG DIRI DI


TOKO SEOLAH BERSIAP UNTUK PERGI.CAHAYA MATAHARI GARANG.
SEORANG WANITA BERBADAN BESAR MEMBUKA PINTU, LALU BERDIRI DI
SANA SEOLAH-OLAH MATANYA SIALAU. WANITA ITU ADALAH NYONYA
WENI.

Beni : Silahkan masuk Bu Weni

Weni : Wah mataku rusak. Aku tak bisa melihat apa-apa.

40
Beni : Mari kubantu. Mungkin Ibu baru menatap matahari (MEMBAWA WENI
KE BANGKU) Nah, duduklah

Weni : Terimakasih banyak.

Beni : Aku tak pernah melihat Ibu lagi sejak Ibu membawaku kemari.

Weni : Apa Bapak Pendeta sudah menemuimu? Dia berjanji akan kemari. Aku
katakana padanya kau orang baru di sini dan belum masuk Gereja mana
pun. Aku ingin kau menjadi anggota gereja kami.

Beni : Ibu baik sekali.

Weni : Tolong buka bungkus gambar itu.

Beni : Baik

Weni : Ini gambar gereja kebangkitan. Aku melukiskannya dengan cara imaji-
natif. Kau tahu, Jabe dan Marie bahkan belum pernah melewati pintu
gereja. Gambar ini harus digantungkan di tempat yang dapat dilihat
Jabe. Mungkin dapat mendekatkan dirinya pada Tuhan….(BENI
MENYANDARKAN GAMBAR ITU KE SEBUAH KURSI, LALU
BERJONGKOK DI DEPANNYA DAN MEMPERHATIKAN
GAMBAR ITU. WENI BATUK-BATUK DAN BENI TERSENYUM)

Beni : ini apa?

Weni : Menara

Beni : Oh, menara gereja itu merah?

Weni : Tidak, tapi….

Beni : Kalau begitu mengapa Ibu lukis merah?

Weni : Ya, aku merasakannya begitu. Aku melukis sesuatu menurut perasaan,
bukan menurut penglihatan. Penglihatan selalu menipu. Kita harus
punya…..kita harus arif untuk melihat.

Beni : Ya, kearfian. Visiun…….untuk melihat.

Weni : Aku melukis menurut vision. Itu makanya aku disebut pelukis visiun.

Beni : Oh.

41
Weni : Itu yang dikagumi orang dalam lukisanku. Mereka menyebutnya gaya
Weni : ……primitive, karya seorang arif yang melihat visiun. Salah sebuah
lukisanku bahkan digantung di ruang pameran di balai kota. Mereka
bahkan masih meminta lukisanku yang lain. Tapi aku tak bisa melukis
secepat itu. Aku harus menunggu sampai ada visiun. Aku tak bisa
melukis kalau tak ada visiun. Aku tak bisa hidup tanpa visiun.

Beni : Apa dari dulu Ibu sudah begitu?

Weni : Tidak, baru setelah aku lahir, aku…..(IA BERHENTI, SADAR AKAN
KEEDANAN JAWABANNYA) Aku dilahirkan dalam bungkusan,
semacam cadar yang tipis sekali. Itu dinamakan lahir dalam bungkus.
Semacam jaringan menutup mataku, itu pertanda aku akan bisa melihat
jauh, melihat visiun. Kemudian ternyata benar. Waktu aku kecil, adikku
yang masih bayi meninggal. Umurnya baru satu hari. Mereka terpaksa
membaptisnya tengah malam untuk menyelamatkan ruhnya. Pendeta
datang dan setelah upacara itu selesai, Ia menyerahkan cawan berisi air
suci kepadaku, lalu menyuruhku menuangkannya ke tanah. Karena ada
orang mati di dalam rumah,, aku takut ke luar rumah. Karena itu aku
pergi ke dapur dan menuangkan air itu ke dalam bak dapur. Apa lacur,
bak itu berubah menjadi hitam, hitam sama sekali (SEORANG POLISI,
TURANG MASUK)

Polisi : Mama kok di sini, lagi apa?

Weni : omong-omong

Polisi : Aku mau ketemu Jabe sebentar. Tunggu aku di mobil (POLISI BERLA-
LU, WENI MENGANGKAT KANVASNYA DAN BERJALAN KE
MEJA)

Weni : Percayalah, sejak aku melukis, pandangan hidupku berubah sama sekali.
Aku tak dapat menjelaskannya bagaimana, begitu berbeda.

Beni : Tak usah dijelaskan. Aku mengerti maksud Ibu. Sebelum Ibu melukis,
tak ada yang berarti.

Weni : Apa? Apa yang tidak ada artinya?

Beni : Hidup.

Weni : Ya, ya, hidup ini tak berarti (IA MELETAKKAN KANVAS DI ATAS
GITAR LALU DUDUK DI KURSI)

Beni : Ibu tinggal di daerah ini. Seorang isteri polisi di daerah. Ibu pasti telah
menyaksikan segala peristiwa yang mengerikan.

42
Weni : Mengerikan. Ya.

Beni : Penganiayaan.

Weni : Ya.

Beni : Pembunuhan.

Weni : Ya.

Beni : Buronan yang disergap anjing.

Weni : Ya.

Beni : Mengoyak-ngoyak buronan itu sampai habis.

Weni : Ya, ya…..sampai habis….(IA SETENGAH BERDIRI LALU DUDUK


KEMBALI. BEN MEMANDANG KE ARAH TOKO YANG AGAK
GELAP. MATANYA BERKESAN AGAK GELAP JUGA)

Beni : (MENJAUH) Tapi kekerasan tidak selalu datang dengan cepat. Kadang-
kadang ia berjalan lamban. Bahkan topan pun kadang-kadang datang
dengan lambat. Kebejatan….membuat hati masnusia busuk….dan
kebejatan pun jalannya lambat.

Weni : Bagaimana kau….

Beni : Tahu? Aku sudah menyaksikan sendiri. Aku tahu.

Weni : Aku pun menyaksikan sendiri.

Beni : Aku melihat segala yang terjadi di hadapan kita. (BENI MEM-
BUNGKUK, MEMEGANG TANGAN WENI YANG TERLETAK
DI PANGKUANNYA. NAFASNYA GEMETAR) Lalu Ibu mulai
melukis seolah Tuhan membimbing jari Ibu (IA MENGANGKAT
TANGAN WENI PERLAHAN-LAHAN) Dengan kedua tangan Ibu
yang lembut ini, Ibu telah menciptakan keindahan dari daerah yang hitam
ini (POLISI MUNCUL DI KEPALA TANGGA, MELIHAT KE
BAWAH DENGAN DIAM) Ya, Ibu telah menciptakan keindahan
(DENGAN HALUS MENCIUM TANGAN WENI. WENI SEOLAH
BERHENTI BERNAFAS. LALU TERDENGAR POLISI
MEMANGGIL)

Polisi : Heiiii! (WENI BERDIRI) Hentikan permainan ini (BENI BERDIRI.


POLISI BERBICARA PADA BENI) Keluar, tunggu di mobil (IA

43
MEMANDANG BENI, WENI SEDANG KE LUAR, SEOLAH
Polisi :…TERPUKAU. SETELAH BEBERAPA SAAT….) Jabe berkata padaku
supaya memandangimu baik-baik. Kini sudah kulakukan (IA MENG-
ANGGUK, KE LUAR. TOKO ITU SEKARANG SURAM. SETELAH
PINTU DITUTUP, BENI MENGAMBIL LUKISAN. IA MENYAN-
DARKANNYA DI ATAS SEBUAH RAK, IA MENGAMBIL GITAR-
NYA DAN DUDUK. LAMPU MAKIN GELAP, SEMENTARA BENI
MEMAINKAN GITARNYA).

Adegan 3

WAKTU BEN SELESAI BERNYANYI, MARIE TURUN TANGGA. IA BERDIRI


DAN MEMUTAR BOLA LAMPU BERWARNA HIJAU.

Beni : Kau lama sekali di atas.

Marie : Aku memberinya morphin. Barangkali ia sudah gila. Ia mengatakan hal-


hal yang menyakitkan hatiku. Katanya aku menginginkan dia mati.

Beni : Apa betul kau tak menginginkannya?

Marie : Siapapun tak kuinginkan mati. Mati adalah hal mengerikan. Ben….
(DIAM. MARIE BERJALAN KE JENDELA DEPAN. BEN
MENGAMBIL GITAR DAN BERJALAN KE PINTU) Kau mau pergi?

Beni : Aku sudah terlambat.

Marie : Terlambat untuk apa? Ada janji dengan seseorang?

Beni : Tidak.

Marie : Kalau begitu di sini saja dulu. Mainlah sebentar. Aku tegang sekali.
(BEN KEMBALI. BUNYI GITARNYA HAMPIR-HAMPIR TAK
TERDENGAR)

Beni : Kakak gadis itu?

Marie : Ya, aku sudah membuang semua harga diri….

Beni : Karol bilang dia kemari untuk memperingatkan aku. Aku tak mengerti
tentang apa?

Marie : (DUDUK) Aku mengatakan padanya hal yang tak mungkin akan kukata-
kan (KEDUANYA MENGIKUTI JALAN PIKIRAN MASING-
MASING. GITAR BERBUNYI TERUS)

44
Beni : Akhir-akhir ini, sekali dua kali aku terbangun dengan jantung berdebar
sambil berteriak tak tentu. Aku terpaksa bermain gitar untuk menenang-
kan hatiku kembali. Entah mengapa, tapi aku merasa tak betah di sini.
Aku merasa taka man di tempat ini. Tapi aku….ingin tinggal….
(BERHENTI. SUARA SALAKAN LIAR)

Marie : Anjing pelacak….mengejar orang hukuman yang lari…

Beni : Lari….! Lari….Cepat kawan….! Kalau mereka berhasil menangkapmu,


kau tak akan mungkin bisa lari lagi (IA MENGAPIT GITARNYA LALU
MENUJU PINTU) itu….pasti…(SALAK ANJING BERUBAH MEN-
JADI NADA KEJAM) anjing itu berhasil menangkapnya (DIAM) pasti
dia dirobek-robeknya. (DIAM. TERDENGAR LAGI SALAK, LALU
TERDENGAR SUARA TEMBAKAN. BUNYI SALAK BERHENTI.
BENI BERDIRI, BERBALIK MEMANDANG MARIE, MENGANG-
GUK, MEMBUKA PINTU. TERDENGAR SUARA ANGIN)

Marie : Tunggu.

Beni : Uh….?

Marie : Kau tidur di mana?

Beni : Kapan?

Marie : Kalau malam.

Beni : Aku sewa kamar di pinggir jalan sana.

Marie : Kau senang di sana?

Beni : Di sana aku punya ranjang yang enak

Marie : Kau mau berhemat?

Beni : Aku tak pernah bisa

Marie : Kau bisa, kalau kau tinggal di sini.

Beni : Di sini di mana?

Marie : Di tempat ini.

Beni : Tempat ini mana?

45
Marie : (MENUNJUK KAMAR KECIL) Di belakang tirai ini.
Beni : Tempat pas pakaian?

Marie : Di sana ada tempat tidur. Waktu Jabe pertamakali dioperasi, Perawat
Tidur di sana. Aku akan menyuruh orang membuat kamar mandi nanti.
Nanti kusiapkan sampai beres (IA DIAM LALU BERJALAN KE KAKI
TANGGA. DIAM)

Beni : Aku tak mau menyusahkan orang.

Marie : Kau tak menyusahkan aku. Kau malah membantu aku. Aku merasa
lebih aman kalau ada orang di sini. Betul. Kau tak usah membayar apa-
apa. Dan kau dapat menghemat uang yang harus kau bayarkan untuk
kamar di pinggir jalan itu. Mulai bulan ini kau dapat menyimpan uang
cukup banyak. Ayolah, pergi lihat sana. Siapa tahu kau merasa cocok
(BEN DIAM TAK BERGERAK. KELIHATAN DIA BERPIKIR)

Marie : Wah, dinginnya…

Beni : Udara memang sedang dingin.

Marie : Kau tentu tak kedinginan. Aku hampir membeku karena udara dingin ini.
Apa kau tak mau lihat ruangan itu? Mungkin kau menyukainya.

Beni : Ya, akan kulihat. (IA BERJALAN KE KAMAR LALU MENGHILANG


LAMPU DI BALIK TIRAI DINYALAKAN HINGGA TERLIHAT
POLA HIASAN YANG ANEH. MARIE MENGAMBIL SEBUAH
GELAS LALU MENUANGKAN MINUMAN DARI TERMOS, LALU
DUDUK. LAMPU DI BELAKANG TIRAI MATI, LALU MUNCUL
BENI. GERAK GERIKNYA MENUNJUKKAN BAHWA IA
KECEWA . IA MENUANGKAN MINUMAN JUGA DARI TERMOS,
TERDENGAR SUARA MARIE AGAK MEMAKSA)

Marie : Bagaimana? Cukup baik?

Beni : Aku tak mempunyai kesempatan untuk menolak sesuatu yang kuperoleh
tanpa bayar. Aku menyukai lukisan yang ada di sana. Hahaha, mungkin
aku tak bisa tidur di kamar itu karena gambar itu. Mungkin aku sebentar-
sebentar bangun, menyalakan lampu untuk melihat gambar itu.

Marie : Ah, gambar itu tak mungkin membuatmu tak bisa tidur.

Beni : Aku Cuma main-main

Marie : Oh….

46
Beni : Tapi kau tahu bagaimana kebiasaan laki-laki bujangan…
Marie : Kau sering bawa perempuan ke kamar sewamu?

Beni : Sampai sekarang belum pernah. Tapi aku ingin merasa bebas. Aku sudah
terbiasa dengan cara hidupku dulu. Aku selalu bekerja di malam hari.

Marie : Aku tahu. Aku bisa bayangkan.

Beni : Aku sudah berumur 30 tahun…tapi tak banyak perubahan yang bisa
kucapai. Diperlukan….

Marie : Waktu, memang.

Beni : Kau baik sekali padaku. Mengapa kau ingin agar aku tidur di sini?

Marie : Kan sudah kukatakan.

Beni : Sebagai teman malam hari?

Marie : Ya, untuk….untuk menjaga toko malam hari.

Beni : Untuk jadi tukang jaga?

Marie : Ya, untuk jadi tukang jaga.

Beni : Kau takut sendirian di sini?

Marie : Wajar, bukan? Jabe tidur dengan pistol di sisinya. Tapi kalau ada orang
masuk toko, dia tak bisa bangun, dan aku hanya bisa berteriak. Kenapa
kau begitu curiga? Percayalah, masih ada orang baik, bahkan aku juga
(IA DUDUK KAKU DI KURSI, DENGAN MATA DAN BIBIR TER-
KATUP, SAMBIL MENARIK NAFAS DALAM-DALAM YANG
LAHIR DARI KETEGANGAN DIRI)

Beni : Aku mengerti. Tapi kenapa kau duduk dengan begitu kaku?

Marie : Ha…! (IA TERTAWA LALU BERSANDAR)

Beni : Kau masih tegang.

Marie : Aku tahu.

Beni : Tenang…(MENDEKATI MARIE) Aku mau memperlihatkan sebuah


kepandaian yang diajarkan seorang dokter tulang wanita yang dulu
mencintai aku.

47
Marie : Kepandaian apa?
Beni : Bagaimana caranya mengurut sendi dan tulang hingga kita merasa
seperti sebuah tali yang terjulai (DIA BERJALAN KE BELAKANG
MARIE DAN MARIE MEMPERHATIKAN BENI) Kau percaya
padaku atau tidak?

Marie : Aku percaya padamu, tapi….

Beni : Kalau begitu membungkuk sedikit, angkat tangan lalu duduk berputar.
(MARIE MENURUTI PERINTAH BENI) Tundukkan kepala (IA
MENGURUT KEPALA DAN TENGKUK MARIE) Sekarang tulang
punggung (IA MENEKANKAN LUTUT KE TULANG PUNGGUNG
MARIE DAN MARIE MENGELUARKAN TERTAWA KAGET
SEWAKTU BENI MENARIK TULANG PUNGGUNGNYA KE
LUTUT BENI)

Marie : Haha…kedengarannya seperti….seperti papan rumah yang kena angin...


hahaha…gemeretak…

Beni : Lebih enak sekarang?

Marie : Ya, ya, terimakasih.

Beni : (SAMBIL MEMBARUT TENGKUKNYA) Kulitmu bagai sutera.


Jarang orang yang mempunyai kulit sehalus kau.

Marie : Ah…Kau berlebihan. Hahaha..(TERTAWA KOSONG DAN TERSE-


NYUM PENUH PENGERTIAN, SEMENTARA MARIE TERUS
BERBICARA UNTUK MENGHILANGKAN RASA BINGUNGNYA)
Ya, orang mengira orang Manado punya kulit yang halus dan putih.
Memang ada, tapi tidak semua. Ada yang putih, putih sekali…Keluarga
ayahku agak hitam, tapi keluarga ibuku putih. Hahaha…saudara Ibuku
datang ke mari dengan maksud ingin mati di antara keluarga. Tapi
menurut pendapatku orang selalu mati sendiri, biapun ada anak dan
keluarga. Waktu itu aku masih kecil. Aku ingat, dia begitu lama baru
mati hingga kami lupa kepadanya. Dan dia begitu pendiam…duduk di
sudut….Aku ingat, suatu saat aku pernah bertanya kepadanya: Siska
bagaimana rasanya kalau kita mati? Oh…oh…Cuma gadis kecil yang
bisa bertanya begitu. Oh, aku ingat jawabannya, katanya : rasanya sunyi!
Mungkin dia menyesal datang ke mari dan meninggalkan tempat dia
dilahirkan dan dikenal orang (MEMANDANG PADA BEN SECARA
LANGSUNG) Aku mau ke atas mengambil alas tempat tidur yang
bersih dan membenahi tempat tidur yang ada di sana. (DIA BERJALAN
KE TANGGA DENGAN CEPAT. BENI TERMENUNG, TAPI
BEGITU MARIE MENGHILANG, BENDEKATI KOTAK UANG. IA
BATUK-BATUK KERAS UNTUK MENUTUPI BUNYI MUSIK

48
SETIAP KALI KOTAK ITU DIBUKA. IA MENGAMBIL UANG DAN
SEGERA KOTAK ITU DITUTUP KEMBALI. IA MENGAMBIL
GITAR, LALU KE LUAR. MARIE TURUN TANGGA MEMBAWA
SPREI. KEGELAPAN MENGANGA LEWAT PINTU YANG
DIBIARKAN TERBUKA. IA BERJALAN KE PINTU MENENGOK
KE KANAN DAN KE KIRI, BERBALIK KEMBALI SAMBIL ME-
NYUMPAH DALAM BAHASA IBU. MARIE MELETAKKAN SPREI
BERJALAN MENUJU KOTAK UANG LALU MEMBUKA KOTAK
TERSEBUT. IA MENUTUP KEMBALI KOTAK ITU DENGAN
KERAS) Pencuri….! Pencuri….! (IA BERJALAN KE TELEPON,
MENGANGKAT GAGANGNYA. IA PEGANG SEBENTAR LALU
IA LETAKKAN KEMBALI. KEMUDIAN BERJALAN KE PINTU,
MEMANDANG NANAP DALAM KEGELAPAN. LAMPU MAKIN
PUDAR. MUSIK..GITAR)

Marie : Aku kasihan padamu, karena tidak ada orang yang bisa menolongmu.
Aku terharu karena keanehanmu, karena pembicaraanmu yang ganjil…
Tentang burung tanpa kaki, sehingga mereka terpaksa tidur di atas
angin. Ini telah melembutkan hatiku, aku jadi ingin menolongmu.
Memang sudah sepantasnya kau mengalami hal seperti ini. Kau meram-
pok uangku sementara aku naik mengambil alas tidurmu. Aku memang
bodoh….Mengapa aku harus kecewa? (BENI BERJALAN KE ARAH
PINTU)

Beni : (MELETAKKAN SPREI DI ATAS MEJA) Aku kecewa terhadapmu,


kau kecewa terhadap aku.

Marie : Bagaimana aku mengecewakanmu?

Beni : Di belakang tirai itu tak ada tempat tidur sebelumnya. Kau meletakkan-
nya di sana dengan sengaja.

Marie : Sudah ada di situ, dilipat di balik kaca.

Beni : Tak ada kaca seperti yang kau sebutkan itu, ketika kau mengusirku dulu
dampai tiga kali.

Marie : Aku sengaja meninggalkan uang itu di kotak. Aku mau tahu apa kau bisa
dipercaya? Aku tidak suka orang yang tidak bisa dipercaya.

Beni : Baiklah, aku memang tak mengharapkan surat pujian (sertifikat ?)


darimu.

Marie : Aku akan berikan surat itu. Aku pun akan mengatakan: anak ini pandai
sekali bicara. Tapi aku tidak akan mengatakan bahwa kau orang yang
baik atau orang jujur. Aku akan mengatakan bahawa kau adalah orang

49
yang berjalan menyeret-nyeret kaki dan berbicara manis kepada kita
Marie : ………..sementara ia mengeruk peti uang kita.

Beni : Yang kuambil lebih sedikit dari yang kukembalikan.

Marie : Jangan mengalihkan persoalan. Aku kenal kau.

Beni : Aku juga kenal kau, Nyonya

Marie : Apa yang kau tahu?

Beni : Kau betul-betul ingin dengar?

Marie : Ingin sekali.

Beni : Seorang wanita yang tidak lagi muda, yang tidak puas, menggaji seorang
pemuda yang ia pungut dari pinggir jalan untuk melakukan tugas ganda
tanpa memberi uang lembur. Di waktu siang sebagai penjaga toko,
di waktu malam sebagai kuda pemacak dan…

Marie : Tidak…tidak…Kau…(IA MENGANGKAT KEPALA SEOLAH MAU


MEMUKUL) Tidak, kau busuk, busuk…! (IA MEMPERGUNAKAN
TINJUNYA UNTUK MEMUKUL BENI, BENI MEMEGANG PER-
GELANGANNYA. IA MELAWAN BEBERAPA SAAT, TERDUDUK
DI KURSI DAN MENANGIS. BENI MELEPASKAN TANGAN
MARIE)

Beni : Bisa dimengerti. Kau merasa sunyi….

Marie : Kenapa kau kembali ke sini…?

Beni : Untuk mengembalikan uang yang kuambil, agar aku tak dikenang
sebagai orang yang tak jujur dan tak tahu berterimakasih. (IA MENG-
AMBIL GITAR LALU BERJALAN KE PINTU. MARIE MENARIK
NAFAS, BERLARI KE PINTU MENAHAN DIA SAMBIL MEREN-
TANG KAN KEDUA TANGANNYA)

Marie : Jangan, jangan pergi…! Aku perlu kau ….! (BENI MENATAPNYA,
LALU BERBAIK KE KAMAR KECIL SAMBIL MEMBUKA TIRAI
IA BERPUTAR MEMANDANG MARIE) Untuk hidup, agar dapat
terus hidup…! (SUARA GITAR. TIRAI DITUTUP BENI LALU
LAMPU DI DALAM MENYALA. LEWAT KUAKAN TIRAI,
TERLIHAT BENI DUDUK BERSAMA GITARNYA. MARIE
MENGAMBIL SPREI LALU MASUK KE KAMAR ITU SEPERTI
KENA PUKAU. DI DEPAN PINTU IA RAGU, BERHENTI
SEBENTAR, TAPI BENI MEMBISIKKAN LAGU DENGAN

50
LEMBUT . LALAU MARIE MENCAUKKAN TIRAI DAN MASUK.
-----BENI MEMANDANG. MARIE MENUTUP TIRAI. SUARA
GITAR ,MASIH BERBUNYI SEBENTAR LALU BERHENTI.
PANGGUNG GELAP, YANG TERLIHAT HANYA TIRAI KAMAR
KECIL ITU.

BABAK III

Adegan I

PAGI SEKALI. HARI SABTU SEBELUM PASKAH. KAMAR BENI SUDAH


TERANG. BENI SEDANG MEROKOK, BELUM LENGKAP BERPAKAIAN DI
PINGGIR TEMPAT TIDUR. MARIE DATANG BERLARI, RAMBUT AGAK KUSUT,
BERBAJU TIDUR.

Marie : Ben, Ben! Dia turun!

Beni : Apa? Siapa?

Marie : Jabe.

Beni : Jabe?

Marie : Ia mau turun.

Beni : Jadi kenapa?

Marie : Bangun! Pakai baju! Juru jarawat jahanam itu mengatakan padanya
bahwa ia bisa turun untuk mengecek barang-barang di toko. Apa kau
mau dia melihatmu setengah telanjang di situ?

Beni : Apa dia tak tahu aku tidur di sini?

Marie : Tak ada yang tahu kecuali kau dan aku (SUARA-SUARA DI ATAS)
ya Tuhan….mereka mulai turun.

Eva : Jangan buru-buru Ooom…saatu-satu langkah (KEDENGARAN SUARA


TAPAK KAKI DI TANGGA)

Marie : (BINGUNG) Pakai bajumu….hayo….!

Eva : Satu-satu langkah….bersandar di bahuku. Satu-satu langkah….(BENI


BERDIRI. IA BELUM BANGUN SEPENUHNYA. MARIE MEM-
BUKA TIRAI ITU SESAAT SEBELUM JABE MUNCUL DI KEPALA
TANGGA. MATAHARI BERSINAR CERAH) Lihat, matahari bersinar

51
terang…….
Marie : Eva, di sini dingin.

Jabe : Apa katanya?

Eva : Katanya, di bawah dingin.

Marie : Hawa belum lagi hangat.

Eva : Ia ingin turun tante Marie

Marie : Aku tahu, tapi……

Eva : Tak seorang pun dapat menahannya.

Jabe : Istirahat…….istirahat dulu sebentar di sini.

Marie : Ya, istirahat dulu sebentar di sana.

Eva : Baik, kita istirahat dulu sebentar di sini (MEREKA DUDUK BERDAM-
PINGAN DI BAWAH POHON PALM BUATAN. TERDENGAR
SUARA-SUARA DI KAMAR KECIL. UNTUK MENUTUP SUARA
ITU, MARIE TERBATUK-BATUK, TERTAWA-TAWA DI ATAS,
DAN LAIN SEBAGAINYA)

Jabe : Ada apa Marie? Kau begitu gugup?

Marie : Rasanya seperti suatu keajaiban.

Jabe : Apa yang ajaib?

Marie : Kau bisa turun lagi.

Jabe : Kau tak mengira aku bisa turun lagi?

Maie : Tidak secepat ini. Tidak secepat ini, Jabe. Apa benar-benar dia sudah
pulih kembali, Eva ? (JABE BERDIRI)

Eva : Siapa?

Jabe : Siapa?

Eva : Keadaanya baik sekali. Tak lihat tante Marie?

Marie : Ya….kulihat (BENI KELUAR DARI KAMR KECIL SEMENTARA


JABE DAN EVA BERJALAN MENURUNI TANGGA) Kita hsrus

52
hati-hati, jangan dipaksa, nanti kambuh lagi. Betul kan Eva?
Eva : Saya kira orang yang sakit sekalipun harus tetap digerakkan.

Marie : (PADA BENI) Kopu sudah mendidik, pergi dan angkat (IA MEMBERI
ISYARAT PADA BENI UNTUK MASUK KE KAMAR KECIL)

Jabe : Kau bicara dengan siapa Marie?

Marie : Ben, pembatnu toko. Kau kenal Beni bukan?

Jabe : Belum. Aku ingin ketemu dia. Mana dia?

Marie : Ada di sini. Ini Beni (BENI KELUAR DARI KAMAR)

Jabe : Dia datang pagi sekai

Marie : Hanya burung pagi yang sempat menangkap cacing.

Jabe : Betul.. Cacingnya mana?

Marie : (LANTANG) Hahaha……

Eva : Hati-hati. Satu-satu langkah, Oom……

Marie : Hari-hari terakhir ini toko sedang ramai. Jadi kusuruh Beni datang
setengah jam lebih pagi dari biasa. (JABE SALAH LANGKAH, IA
TERJATUH KE KAKI KURSI. MARIE MEMEKIK. EVA MEMBURU
BENI DATANG MENOLONG DIA BERDIRI)

Beni : Hati-hati…

Marie : Ya, Tuhan…

Eva : Oh…oh…

Jabe : Taka pa-apa…

Eva : Betul?

Marie : Betul?

Jabe : Lepaskan (IA BERDIRI BERTELEKAN PADA MEJA)

Marie : Ya, Tuhan…

53
Jabe : Ini anak yang bekerja di sini?
Marie : Ya, ia kugaji untuk membantu toko.

Jabe : Bagaimana pekerjaannya?

Marie : Baik-baik.

Jabe : Dia tampan sekali. Apa ia diganggu wanita?

Marie : Kalau sekolah usai, gadis-gadis seperti lebah saja di toko ini.

Jabe : Wanita-wanita tua bagaimana? Apa ia menarik buat perempuan


perempuan yang sudah berumur? Mereka pembeli penting, mereka punya
uang, mereka peras dari suami mereka, lalu mereka hambur-hamburkan.
Berapa gajimu, nak. Berapa kau dibayar?

Marie : Dua puluh ribu.

Jabe : Murah sekali.

Beni : Tapi saya dapat komisi.

Jabe : Heh, komisi?

Beni : Ya, satu persen dari penjualan.

Jabe : Oh, aku tak tahu.

Marie : Aku yakin bahwa dia bisa menarik pembeli. kenyataannya memang
begitu.

Jabe : Aku juga yakin.

Marie : Ben, ambilkan kursi untuk Jabe. Ia harus duduk.

Jabe :Tidak, aku tak mau duduk. Aku mau melihat toko yang baru itu.

Marie : ya…ya… lihatlah, Ben, nyalakan lampu di toko-toko itu, aku ingin Jabe
melihat hasil karyaku, aku bangga sekali (JABE BERJALAN
BERINGSUT-INGSUT KE TOKO. PADA SAAT YANG SAMA
TERDENGAR MOBIL YANG MENGIKLANKAN. EVA
MENUNTUN JABE PADA SIKUNYA)

Beni : (MENDEKATI MARIE) I kelihatan seperti maut.

Marie : (MENJAUH) Huss…!

54
Eva : Bagus sekali ya, Oom.

Jabe : Ya, artistic.

Eva : Aku belum pernah melihat yang seperti ini.

Jabe : Siapa pun belum.

Eva : Siapa yang mengerjakan hiasan-hiasan ini?

Marie : Aku sendiri.

Eva : Bukan main ini betul-betul indah (BUNYI IKLAN MOBIL DI JALAN
MAKIN KERAS)

Jabe : Apa ada sirkus atau karnaval di sini?

Marie : Apa?

Jabe : Kedengarannya seperti ada iklan sirkus di jalan.

Marie : Bukan. Itu iklan pembukaan toko kitra nanti, nanti malam.

Jabe : Apa katanya?

Marie : Mobil itu mengumumkan iklan pembukaan toko ini. Coba cepat ke sini.
Kau bisa lihat mobil itu melalui jendela toko (IA BURU-BURU MEM-
BUKA JENDELA, SUARA IKLAN MAKIN KERAS DAN DEKAT)

Jabe : Wah…wah… aku kawin dengan seorang perempuan yang cekatan dan
lincah. Kau lihat, kan? (MEMATIKAN LAMPU DI TOKO) ayahnya ju-
ga seorang yang lincah sebelum ia mati terbakar (NAFAS MARIE SE-
OLAH-OLAH TERHENTI) dia punya sebuah kebun, taman hiburan di
pinggir danau bulan. Toko ini mengingatkan aku pada kebun itu, tapi ia
membuat satu kesalahan, lalu dia kami bakar. kami bakar semuanya,
rumah, kebun, pondok dengan bangku-bangku putih. ayahnya terbakar
waktu berusaha memadamkan api. Barangkali aku lebih baik kembali ke
atas sekarang.

Marie : Kau mengatakan kami?

Jabe : Rasanya aku mulas.

Eva : Mari kita naik, Oom.

55
Jabe : Ya, aku lebih baik naik (MEREKA BERJALAN KE TANGGA. IKLAN
MOBIL TERDENGAR LAGI)

Marie : Jabe, kau berkata kami, kan?

Jabe : (DI ANAK TANGGA) Ya, aku mengatakan kami yang melakukannya.
Kau dengar, Marie?

Eva : Satu-satu langkah. Pelan-pelan (MEREKA NAIK TANGGA. IKLAN


TERDENGAR DENGAN SUARA BADUT YANG BERTERIAK)

Badut : Jangan lupa saudara-saudara, pembukaan toko Tombaya nanti malam.


Minum Cuma-Cuma… tanpa bayar. Jangan lupa, pembukaan toko baru!
(SUARA IKLAN MENGHILANG. JABE DAN EVA HILANG DI
ATAS TANGGA. KEDENGARAN ERANGAN PARAU EVA. EVA
BERLARI KE BAWAH)

Eva : Ia mengeluarkan darah. Ada pendarahan (BERLARI KE TELEPON)


(PADA MARIE) Oom Jabe mengeluarkan darah…(MARIE TAK MEN-
DENGAR)

Marie : (PADA BENI) Kau dengar apa katanya? Ia berkata: Kami yang melaku-
kannya. Kami yang membakar rumah, kebun, pondok dengan bangku pu-
tih… orang itu mati waktu berusaha memadamkan api… (LAMPU
MENGGELAP)

Adegan 2

HARI YANG SAYA, SAAT MATAHARI TENGGELAM,BEN


SENDIRI,BERDIRI DI TENGAH PANGGUNG.KEPALANYA IA
MIRINGKAN SEOLAH MENDENGAR BAHAYA YANG
MENGANCAM.IA MENGELUARKAN SEBATANG ROKOK,LALU
BERJALAN KE PINTU TOKO.MATAHARI BERSINAR DENGAN
TERANG.TERDENGAR TERIAKKAN SEORANG WANITA
MENDEKAT.WENI MUNCUL.IA SEAKAN-AKAN
BUTA,KAKU.TANGANNYA MERABA-RABA MENCARI PINTU
MASUK,TANGAN YANG SATU MELINDUNGI MATANYA.BEN
MENDEKAT DAN MENUNTUNNYA KE DALAM SELAMA
BEBERAPA SAAT IA BERSANDAR KE PINTU LALU MEMEKIK.

Weni : Aku….aku buta!

Beni : Ibu tak bisa melihat?

Weni : Tidak,tidak sama sekali.

56
Beni : (MENDUDUKKANNYA DI BANGKU)duduklah disini, bu turang.
Weni : Di mana ?

Beni : Disini .kenapa mata ibu?

Weni : Pandangan yang kutunggu-tunggu dan kupohonkan seumur hidupku.

Beni : Ibu melihat sesuatu?

Weni : Aku melihat mata juru selamatku. Aku jadi buta. Oh,mataku terbakar.

Beni : Bersandarlah.

Weni : Bola mata menyala bagai api.

Beni : Sebentar, kuambilkan kompres untuk mata Ibu.

Weni : Aku tahu visiun itu akan datang. Aku sudah merasakan.

Beni : Rupanya menakutkan sekali kalau kita diberi daya lihat (IA MENGE-
LUARKAN GELAS PENGOMPRES MATA)

Weni : Kukira aku akan melihatnya kemarin, tapi aku keliru. Aku kecewa.
(BENI MEMBUNGKUKKAN MATA WENI KE GELAS
PENGOMPRES) Tadi sore aku berjalan ke gereka untuk berdoa
menjelang Paskah. Aku berjalan sepanjang rel kereta api sambil
memikirkan misteri Paskah, tirai…..(IA MENGUCAPKAN KATA
TIRAI DENGAN GEMETAR) seolah-olah tirai jatuh dari mataku.
Cahaya…cahaya….Aku belum pernah melihat cahaya begitu terang.
Aku merasa biji mataku ditusuk-tusuk peniti.

Beni : Cahaya?

Weni : Ya, ya Cahaya…..Kau tahu hidup kita ini dalam cahaya dan kegelapan.
Dalam inilah kita hidup..dalam cahaya dan kegelapan.

Beni : (MENGANGGUK-ANGGUK) Dalam cahaya dan kegelapan.

Weni : Ya, di situ kita hidup. Dan dunia itu begitu membingungkan
(SEORANG LAKI-LAKI MENGINTIP DI JENDELA)

Beni : Ya, keduanya kadang-kadang campur aduk.

Weni : Lalu aku mendengar suara guntur. Lali terkuak, aku melihat dua mata
besar menyala, naik…..(IA MEMBUAT GERAKAN YANG GALAU
DI UDARA) Aku tak melihat badannya, aku tak melihat tangannya,

57
tapi disentuhnya aku di sini….(IA MEMEGANG TANGAN BENI
Weni :…..DAN MENEKANKANNYA KE PAYUDARANYA)

Polisi : (MUNCUL DI KANAN TOKO) Wen….(WENI BERDIRI,


MELEMPARKAN GELAS KOMPRESNYA. IA BERTERIAK.
MUNDUR. KETAKUTAN. WAJAHNYA KALUT)

Weni : Kau…

Polisi : Wen….

Wen : Kau….

Polisi : Wen…(MAJU)

Weni : Ma…ta…(IA REBAH KE DEPAN, BERLUTUT, MEMELUK BENI.


BENI MENYAMBUT DAN MENCOBA MENGANGKATNYA.
DUA-TIGA LAKI-LAKI MENGINTIP DI JENDELA KACA).

Polisi : (MENDORONG BENI) Lepaskan dia, jangan sentuh isteriku! (WENI


DIPEGANG DENGAN KASAR DAN DISERETNYA KE PINTU.
BENI BERGERAK UNTUK MENOLONG WENI) Jangan bergerak!
(DI PINTU PADA BENI) Aku akan kembali

Beni : Aku tak akan ke mana-mana.

Polisi : (PADA ASU) Coba temani anak ini (KE LUAR MEMBAWA WENI)

Suara-Suara : (DI LUAR) Dia tertangkap basah dengan isteri pak Polisi. (ASU
MASUK LALU BERDIRI DIAM DEKAT PINTU)

Beni : Mau apa kau? (ASU TIDAK BERKATA APA-APA, TAPI DIA
MENGELUARKAN SEBUAH PISAU)

Suara-Suara : Anak jahanam itu ada main dengan……


Betul, dia harus…….
…….bunuh anak itu…….

Beni : Kau mau…..(PERCA MENUTUP PINTU LALU BERDIRI DIAM


DI DEKATNYA. BENI MEMANDANG MEREKA BERDUA
BERGANTI-GANTI) Sudah sore, toko sudah tutup (BENI BERJALN
KE PINTU IA DIHADANG POLISI)

Polisi : Kataku jangan pergi.

Beni : Aku tak akan ke mana-mana.

58
Polisi : Berdiri sana, di bawah lampu.

Beni : Lampu mana?

Polisi : Lampu itu(MENUNJUK. BENI BERDIRI DI BELAKANG MEJA


BARANG-BARANG) Aku ingin memperhatikanmu sambil memeriksa
foto orang-orang yang sedang dicari.

Beni : Aku bukan orang yang dicari.

Polisi : Anak tampan seperti kau selalu dicari (BENI BERDIRI DI BAWAH
LAMPU HIJAU. POLISI MEMERIKSA FOTO-FOTO YANG IA
KELUARKAN DARI KANTUNGNYA) Tinggimu berapa?

Beni : Belum pernah kuukur

Polisi : Berat badan?

Beni : Belum pernah kutimbang

Polisi : Ada parut atau tanda di muka, atau di badanmu?

Beni : Tidak.

Polisi : Buka bajumu

Beni : Buat apa?

Polisi : Tolong buka bajunya, As…..(ASU BERJALAN KE DEPAN


DENGAN CEPAT, LALU MEMBUKA BAJU BENI SAMPAI
KE PINGGANG DENGAN KASAR. BENI MAJU KE DEPAN,
MEREKA MENGACUNGKAN PISAU. BENI MUNDUR)
Bagus, jangan bergerak dari situ. Apa kerjamu sebelum ini? (PERCA
DUDUK DI TANGGA)

Beni : Sebelum apa?

Polisi : Sebelum kau ke mari .

Beni : Berjalan dan main.

Polisi : Main?

Asu : (MAJU KE TENGAH ) Main apa?

59
Perca : Main perempuan? (ASU TERTAWA)
Beni : Tidak, main gitar……nyanyi (BENI MENYENTUH GITAR DI
MEJA)

Polisi : Coba lihat gitar itu.

Beni : Lihat boleh, tapi jangan disentuh. yang boleh menyentuhnya hanya
pemain musik (POLISI MENDEKAT)

Asu : Kenapa kau tersenyum?

Perca : Dia bukan tersenyum. Bibirnya bergerak seperti kaki ayam yang mati
(MEREKA TERATAWA)

Polisi : Tulisan apa itu di gitar?

Beni : Nama-nama…

Polisi : Nama-nama apa?

Beni : Tanda tangan pemain musik yang sudah mati dan yang masih hidup
(MEREKA MENCOBA MEMBACA NAMA-NAMA ITU DENGAN
SUARA LANTANG, PISAU MEREKA MASIH DIACUNGKAN
KE TUBUH BENI . TIBA-TIBA BENI MELOMPAT KE ATAS
MEJA. WAKTU MEREKA MENCOBA MEMEGANG KAKINYA
BENI MENENDANG TANGAN MEREKA. EVA TURUN)

Eva : Apa ini?

Polisi : Hentikan! (TERDENGAR JABE MEMANGGIL)

Eva : Mana tante Marie? Di atas ada laki-laki yang sakit payah, tetapi isteri-
nya menghilang (JABE MEMANGGIL LAGI) Baru kali ini aku
melihat seorang isteri yang tidak perduli sama sekali…(JABE
MEMANGGIL LAGI)

Polisi : (MEMOTONG UCAPAN EVA) Asu, Perca, kalian pergi dari meja itu
Coba kalian naik untuk melihat Jabe. Anak ini biar aku yang urus.

Perca : Ayo Asu (MEREKA NAIK. BENI MASIH DI ATAS MEJA)

Polisi : (DUDUK DI KURSI DEKAT JENDELA KANAN. IA BERSIKAP


LEMBUT, SEOLAH MELIHAT ANAK YANG TAK BERDOSA)
Bik Buyung, turunlah dari situ. Aku tak akan menyentuh gitarmu (BEN
TURUN) tapi aku akan mengatakan sesuatu. Ada daerah-daerah
tertentu yang memegang peraturan khusus, misalnya : jangan masuk

60
bila masih ingin melihat pagi datang. Cuma begitu, tak lebih dari itu.
Daerah ini. bukanlah daerah yang kusebutkan tadi, tapi aku ingin kau
melihat peraturan itu seolah terpampang. Nak, jaga dirimu supaya
masih bisa melihat pagi datang. Tapi kalau kau saying pada musik
yang ada, dan aku melihat kalau kau saying sekali, maka usahakanlah
untuk tidak melihat matahari esok pagi di sini, di daerah ini. kau akan
mempermudah pekerjaanku kalau kau berusaha memenuhi anjuranku.
Nah, berkemaslah nak. Jelas ? (BEN MEMANDANG KEPADANYA
POLISI BERJALAN KE PINTU)
kuharap kau mengerti perintahku, aku tak menyukai kekerasan.
(IA MENGANGGUK PADA BEN, LALU KELUAR. DI KEJAUH-
AN ANJING MENYALAK. MUSIK MASUK. GITAR. DIAM. BEN
TAK BERGERAK SAMBIL MEMELUK GITARNYA. IA BERJA-
LAN KE KAMAR KECIL, SAMBIL MENUTUP TIRAI. LAMPU
PUDAR)

Adegan 3

SETENGAH JAM KAEMUDIAN. TATA CAHAYA LEBIH


KURANG REALISTIK DARI ADEGAN SEBELUMNYA.
INTERIOR TOKO BEGITU GELAP HINGGA YANG TERLIHAT
HANYA PILAR. PALM TIRUAN DAN INTERIOR TOKO YANG
MULAI TERBUKA. PEMANDANGAN DI LUAR SEBENTAR
TENANG, SEBENTAR GELAP KARENA AWAN YANG
MENUTUP BULAN. TERDENGAR SALAK ANJING SEKALI
KALI. PANGGUNG KOSONG, DARI TINGKAT ATAS TERDENG
AR SUARA KAKI. DINA DAN BABET TERBURU-BURU
MASUK TOKO.

Dina : Bang Asu…….!

Babet : Bang Perca….!

Eva : (MUNCUL DI KEPALA TANGGA) Jangan berteriak. Suami kalian


ada di atas menemani oom Jabe (EVA TURUN SAMBIL MENANGS)
Tolong, aku remuk sudah…..

Babet : Apa pendarahannya belum berhenti ?

Eva : Sudah.

Dina : Apa dia pingsan ?

Eva : Tidak, dia sadar. Nadinya berdenyut cepat, padahal ia sudah banyak
kehilangan darah. Dia sudah diberi glukosa. Kekuatannya kembali
seperti sebuah keajaiban.

61
Babet : Dia di atas ?

Eva : Siapa ?

Babet : Marie.

Eva : Tidak, katanya ia sedang ke Salon kecantikan.

Babet : Tak mungkin.

Eva : Dia bermaksud meneruskan pembukaan toko itu (EVA MENYALA-


KAN LAMPU BERJALAN KE KANAN. TOKO TERANG)
Tentu saja tindakannya itu tidak biasa, malah boleh dianggap perbuatan
orang gila. Tapi itu bukan alasan. Waktu dia menilponku sejam yang
lalu, dia tak menanyakan oom Jabe, bahkan sama sekali tak menanya-
kan namanya. Ia hanya menanyakan apakah minuman untuk nanti
malam apakah sudah diantar. Ya, ia maeneriakkan pertanyaan itu, lalu
segera meletakkan telepon sebelum aku sempat menjawabnya.
(IA BERJALAN KE KANAN)

Babet : (MASUK TOKO) Oh, aku mengerti kini. Aku tahu apa rencananya.
Bulan listrik, bintang-bintang dari kertas. Dia mau mengubah ruangan
itu mirip kebun kepunyaan ayahnya di pinggir danau bulan.

Dina : (SAMBIL DUDUK) Itu, dia datang. Dia datang (EVA


MENGHILANG DALAM TOKO WAKTU MARIE MASUK, IA
MENGENAKAN KERUDUNG, MEMBAWA SEBUAH KANTUNG
DAN SEBUAH KOTAK KARTON)

Marire : Silahkan nyonya-nyonya, tak usah berhenti. Aku mendengar ocehan


kalian.

Babet : Dengar Marie, ….oh…

Marie : Kenapa kau mengucapkan namaku dengan nada begitu sedih ? Ben,
Ben ! Mana anak yang kerja di situ itu ? (DINA MENGGELENG)
Barangkali dia sedang jajan di luar (SUARA DI TOKO) Siapa berada
di toko ? Kau, Ben ? (EVA KE LUAR) Mau pergi ? Ya, pergi sana…
(DIA TERTAWA, MELEMPARKAN MANTELNYA DAN
TERLIHAT GAUNNYA YANG BAGUS, BERKALUNG DAN
PAKAI BROS KORSASE)

Babet : Sudahberapa lama aku kenal kau, Marie?

Marie : (PERGI KE BELAKANG MEJA MEMBUKA BUNGKUSAN

62
BERISI TOPI-TOPI KERTAS DAN PELUIT)
Marie : ………Cukup lama …..barangkali kau masih ingat ketika orang tuaku
datang ke mari dengan sebuah organ tangan dan seekor monyet yang
dibeli ayahku di pedalaman. Aku tak lebih besar dari monyet itu..haha..
tapi monyet itu diberi pakaian bagus. Bajunya hijau beludru topinya
merah. Dan sebuah tamborin untuk memungut uang. Organ berbunyi
dan monyet itu menari di bawah cahaya matahari (DUDUK DI
KURSI) Suatu hari monyet itu terlalu banyak menari di bawah cahaya
matahari, lalu dia mati….Ayahku membungkuk kea rah orang banyak
dan berkata: “Pertunjukan sudah berakhir, monyet sudah mati..hahaha..

Dina : Untunglah kau orang yang berani.

Babet : Ya, untung sekali.

Marie : Tapi bagiku pertunjukan belum lagi berakhir. Monyet belum lagi mati.
(TIBA-TIBA) Ben, Ben…kaukah itu? (ADA ORANG MEMBUKA
PINTU TOKO. MARIE BERLARI. TAPI DIA BERHENTI WAKTU
MELIHAT KAROL YANG MUNCUL. IA MENGENAKAN TOPI
DAN JAKET PELAUT PUTIH DENGAN TEPI DIBALIKKAN KE
BAWAH. DI SANA TERTULIS NAMA SEBUAH KAPAL.)

Dina : Ini langgananmu yang pertama, Marie

Marie : Karol, toko itu belum lagi dibuka.

Karol : Di luar tertulis: Akan dibuka malam ini.

Marie : Tapi tidak buat kau.

Karol : Aku terpaksa tinggal di sini, soalnya mobilku ditahan, SIM-ku dicabut
Aku mencari orang yang dapat mengemudikan mobilku ke rumah.

Marie : Kau bisa cari taxi.

Karol : Kabarnya anak muda yang kerja di sini akan berangakat malam ini dan
aku….

Marie : Kata siapa dia berangkat?

Karol : Kata polisi. Dia menyarankan aku mencari pemuda itu untuk menjalan-
kan mobilku ke seberang. Dia juga harus menyebarang.

Marie : Barangkali kau mendapat informasi yang salah.

Karol : Mana dia? Aku tak melihatnya.

63
Marie : Kenapa kau masih juga ke mari mengganggu anak itu? Dia tak ada
perhatian padamu. Kenapa dia mesti berangkat malam ini? (PINTU
TERBUKA) Ben, kau Beni? (DUKUN MASUK LEWAT TOKO
MENGELUARKAN SESUATU. BABET DAN DINA LARI KE
LUAR) Pergi, tidak perlu jimat…(DUKUN MAU MENGUNDUR-
KAN DIRI)

Karol : Paman, pekik siamang, nanti kuberi uang. (MARIE BERBALIK,


DUKUN MENGANGGUK. MENENGADAH DAN MENGELUAR-
KAN TERIAKAN YANG LIAR. BABET DAN DINA KE LUAR
DARI TOKO, MARIE TAK BERGERAK. ASU DAN PERCA
TURUN DARI TANGGA DAN MENGUSIR DUKUN ITU. ISTERI
MEREKA MEMANGGIL) Bang Asu….Bang Perca…!(BENI
MENGUAKKAN TIRAI KAMAR. DI ATAS TERDENGAR
TERIAKKAN GARAU YANG BERAKHIR DENGAN KELESUAN.
KAROL MAJU KE DEPAN DAN BERBICARA)

Karol : Ada yang masih liar di daerah ini. Dulu daerah ini liar, laki-laki dan
perempuan pun liar. Tapi kini mereka sudah sakit karena cahaya
listrik, neon, seperti juga tempat-tempat lain. Aku akan menunggu di
mobilku (IA KE LUAR. MARIE MEMANDANG BENI)

Marie : Apa yang kau tunggu? Tak mau ikut dia?

Beni : Aku tak ikut siapa pun. Aku datang ke mari tanpa siapa-siapa.

Marie : Kalau begitu pakailah jas putihmu. Aku perlu bantuanmu malam ini.
Ayolah, bioskop akan bubar setengah jam lagi, dan mereka semua akan
ke mari. Kau harus mengetam es.

Beni : Mengetam es?

Marie : Ya. Lalu telpon toko minuman. Katakan aku masih memerlukan
beberapa kerat lagi. Taka apa-apa, aku sudah membayar untuk
keamanan. Ayo, jalan….jangan bingung.

Beni : (MELETAKKAN GITAR DI ATAS MEJA) Kau yang bingung,


nyonya, bukan aku.

Marie : Kerja, kataku, kerja!

Beni : Kau begitu bersemangat, nyonya. Apa kau sudah minum obat kuat agar
bisa bekerja sampai jam tiga pagi? (OLOK-OLOKNYA LEMBUT
DAN RAMAH. WAKTU MARIE BERJALAN ITU BENI MEME-
GANG TANGANNYA)

64
Marie : Hei!

Beni : Kau menggelepar bagai ikan kena kail.

Marie : Pakai jas putihmu.

Beni : Duduk, aku mau bicara.

Marie : Aku tak ada waktu.

Beni : Aku harus bicara.

Marie : Tidak bisa.

Beni : Nyonya tak mungkin membuka toko malam ini.

Marie : Aku akan membukanya. Kau boleh mempertaruhkan hidupmu yang


manis itu.

Beni : Tidak, aku tak mau mempertaruhkan hidupku yang manis.

Marie : Aku pertaruhkan hidupku. Manis atau tidak, aku….

Beni : Hidupmu adalah hidupmu, hidupku adalah hidupku…(MELEPASKAN


TANGANNYA)

Marie : Kau tak mengerti rupanya. Di atas sana ada seorang laki-laki yang telah
membakar kebunn ayahku. Dan aku telah kehilangan nyawaku di sana.
Tiga nyawa sudah hilang, dua nyawa yang sudah dilahirkan, dan Satu
belum. Aku dipaksa oleh orang yang ada di atas sana itu untuk
membunuh. Aku ingin dia melihat toko yang kubuat seperti kebun itu
dibuka. Aku mau toko kebun itu dibuka malam ini.Ini harus, sementara
dia sekarat. Tak ada kekuatan di dunia ini yang bisa menundanya.
Bukan karena aku ingin, tapi karena perlu. Ini harus dikerjakan untuk
\ menyelesaikan sesuatu, supaya….supaya aku tak merasa kalah. Kau
mengerti? Supaya tidak kalah. Aku tidak mau kalah. Tidak lagi
(MEMELUK BENI) Terimakasih untuk kesediaanmu tinggal di sini.
Semoga kau diberkati Tuhan untuk itu. Sekarang pakailah jas putihmu
(BENI MEMANDANG MARIE UNTUK MEMUTUSKAN
SESUATU. PERASAAN HATINYA ATAU KEINGINAN MARIE.
IA MENARIK NAFAS, MASUK KE KAMAR KECIL UNTUK
MENGENAKAN JAS DAN MENGELUARKAN BARANG2-NYA.
MARIE MENGELUARKAN TOPI KERTAS DAN HIASAN PESTA
DARI MEJA, LALU BERJALAN KE TOKO. IA KEMBALI LALU
BERHENTI SETELAH MELIHAT BENI KE LUAR DARI KAMAR

65
MENGENAKAN JAKET KULIT ULAR DAN BARANG2NYA.
Marie : …..Itu bukan jasmu. Itu jaket kulit ular yang kau pakai waktu kau
datang ke mari.

Beni : Aku datang dan aku pergi memakai jaket ini.

Marie : Pergi katamu?

Beni : Betul, Nyonya, pergi kataku. Aku hanya punya urusan sedikit dengan
nyonya, yaitu mengenai gajiku.

Marie : Jadi, kau mau pergi?

Beni : Semua barangku sudah kukemasi. Aku mau naik bus ke selatan.

Marie : Dalam sekejap mata? Kau tak perlu membohongi aku. Dia sedang
menunggumu di luar,, di mobil…dank au…(BUNYI LANGKAH DI
TANGGA, BENI MELETAKKAN BARANGNYA DAN
MENGUNDURKAN DIRI KE TEMPAT GELAP. EVA MUNCUL
DI KEPALA TANGGA)

Eva : Tante Marie, tante di sana?

Marie : (MENDEKATI TANGGA) Ya, aku di sini, aku sudah kembali.

Eva : Apa aku bisa bicara sebentar mengenai Oom Jabe?

Marie : Sebentar, aku ke atas (PINTU TERTUTUP. PADA BENI) Baik Tuan,
kau ketakutan.

Beni : Aku sudah diancam kalau aku tetap tinggal di sini.

Marie : Aku sudah bayar banyak untuk keamanan. Ini juga berlaku untukmu.

Beni : Tidak Nyonya. Waktuku di sini sudah habis.

Marie : Kau berkata, seoalah kau baru menjalani hukuman penjara.

Beni : Lebih dari itu kukira.

Marie : Dan aku, bagaimana kau kira?

Beni : (MENDEKAT) Sebenarnya aku mau pergi sebelum nyonya kembali


tadi. Tapi aku mau mengatakan sesuatu yang belum pernah aku katakan
pada orang lain (MELETAKKAN TANGAN DI ATAS BAHU MARI)
Marie, akan kutunggu kau di perbatasan kota ini. Sebutkan saja, kapan.

66
Marie : (MUNDUR) Jangan, jangan bicara tentang cinta padaku. Enak
memang mengatakan: cinta…cinta, sementara di depan rumah sudah
menunggu mobil yang akan membawamu dengan cepat.

Beni : Kau ingat apa yang aku katakan padamu di malam pertama kita
bertemu?

Marie : Ya, tentang bagaimana kau bisa menghanguskan perempuan. Aku


bilang, tai kucing! Aku tarik kembali ucapanku. Kau memang bisa.
membuat seorang perempuan hangus. Sesudah itu pantatnya kau injak-
injak supaya apinya betul-betul padam.

Beni : Maksudku tentang pergi dari……

Marie : Berapa lama kau bekerja di sini?

Beni : Sudah terlalu lama. Terlalu lama….

Marie : 4 bulan 5 hari. Baik, berapa gaji yang sudah kau terima?

Beni : Aku sudah ktaakan supaya jangan….

Marie : Biaya hidupmu. Aku bisa menyebutkan jumlahnya. Tak berarti apa2.
Aku tak perlu menghitungnya, aku sudah hafal. Bukan sedikit. Tapi
kalau kau meninggalkan aku malam ini, kau tak akan mendapat apa2.
Nol besar….(TERDENGAR ORANG BERTERIAK DI LUAR) Toko
buka? (DIA BERLARI SAMBIL BERKATA: Tutup…tutup..pergi)
(BEN BERJALAN KE KOTAK UANG) Kau hati-hati, aku juga akan
hati-hati. Kalau kotak itu kau buka, aku bersumpah pintu itu akan
kubuka dan aku akan berteriak: Pembantu merampok toko!

Beni : Marie….

Marie : Huh?

Beni : Tidak apa-apa kau…

Marie : Huh?

Beni : Kau gelap mata. Aku akan pergi tanpa bayaran.

Marie : Kalau begitu kau tidak mengerti. Dengan atau tanpa bayaran kau tak
boleh pergi

Beni : Barang-barangku sudah siap (MENGAMBIL KOPOR. MARIE BER-

67
LARI MEREBUT GITARNYA)
Marie : Kalau begitu aku akan ke atas mengemasi barang-barangku. Dan ini
akan kubawa supaya kau menunggu aku sampai….(BENI MELETAK-
KAN KOPOR)

Beni : Marie, kau..

Marie : Jangan.

Beni : Marie, kau apakan

Marie : Jangan…

Beni : Gitarku

Marie : Mau kupegang sebagai jaminan

Beni : Kelakuanmu dari tadi seperti orang gila

Marie : Lama, lama sebelum tadi pagi. Teman akrabmu akan kupegang semen-
tara aku berkemas. Aku akan berkemas dan ikut ke mana kau pergi
(BENI MENDEKATI MARIE. MARIE BERJALAN MENGITARI
MEJA) Kau tak mengira akan begitu, ya….Kau tak mengerti. Menurut
kau apa yang akan kulakukan? Tinggal terus di sini? Dalam toko penuh
botol danpeti-peti? Dan kau pergi jauh, jauh sekali. Dan kau tak tahu
ke mana akan menuju?

Beni : Aku akan berikan alamat yang kutuju.

Marie : Terimakasih. Oh, terimakasih. Apa aku akan mendapat alamatmu di


balik tirai itu? Oh…alamat….sayang….peluk atau….setia padaku…
(MENGELUARKAN TERIAKKAN TERTAHAN SAMBIL
MENEKANKAN KEPALAN KE MULUTNYA. BENI MENDEKAT
PERLAHAN DAN MENGULURKAN TANGAN KE GITAR. DI
ATAS JABE MENGETUK-NGETUK) Jangan dekat. Apa kau ingin
gitar ini kupecahkan?

Beni : Dia mengetuk-ngetuk memanggilmu.

Marie : Aku tahu. Mengetuk-ngetuk memanggil aku. Kau kira aku tak dengar?
Ketuk tuk tuk tuk…Suaranya cocok sekali. Tulang mengetuk tulang.
Coba Tanya padaku bagaimana rasanya dijodohkan dengan maut di
atas sana. Aku bisa cerita. Kulitku bergidik kalau dia sentuh. Tapi
kutahankan. Barangkali hatiku tahu bahwa suatu hari akan ada yang
membebaskan aku dari neraka ini. Dan kau datang. Lihat aku. Aku
hidup kembali (TANGIS YANG DITAHAN) Aku tidak lenyap dalam

68
gelap. Jelas bagimu? Nah, begini. Semua dalam toko terkutuk ini
Marie : …….milikmu, bukan saja gajimu, tapi semuanya. Tapi maut harus
mati dulu sebelum kita pergi. Bisa kau ingat itu? Sekarang pakai
jasmu. Malam ini malam pembukaan. (BERLARI KE TOKO) Toko
kebun hiburan……(BENI MEMEGANG TANGAN MARIE YANG
MEMEGANG GITARNYA. IA BERHASIL MELEPASKAN DIRI)
Kau mau membantingku? Gitar ini akan kuhancurkan. Akan kuhancur-
kan kalau kau…….(SUARA TELAPAK KAKI DI ATAS) Oh..Eva…
(IA MEMBERI ISYARAT PADA BENI UNTUK MUNDUR. BENI
MASUK KAMAR KECIL. MARIE MELETAKKAN GITAR DI
DEKAT TEMPAT TELEPON. EVA TURUN)

Eva : Tante lama sekali.

Marie : Ya, aku banyak…..

Eva : Banyak apa?

Marie : Banyak urusan…kau saja melakukannya untukku. Jadi aku tak usah
mengeluarkan uang. Siarkan ke mana-mana(EVA KE LUAR, BENI
KE PINTU LALU MENGUNCI PINTU. IA BERJALAN MEN-
DEKATI MARIE)

Beni : Apa yang dia katakana benar? Benar atau tidak? Yang dikatakan
perempuan itu?

Marie : Kedengarannya kau seperti seorang anak yang sedang ketakutan.

Beni : Dia akan siarkan ke mana-mana.

Marie : Sekarang kau mesti pergi, kau berbahaya kalau tetap tinggal di sini.
Ambil gajimu dari kotak, pergilah! Ambil kunci mobilku, sebrangi
sungai, pergilah ke daerah lain. Kau telah melakukan tugasmu di sini.

Beni : Jadi benar……

Marie : Benar. Dalam tubuhku ada yang hidup. Pohon mati ini, tubuhku, kini
telah berbunga. Kau telah memberiku hidup, kini kau boleh pergi (BEN
MEMEGANG TANGANNYA DAN DENGAN LEMBUT
MENCIUM TANGAN ITU, MARIE DUDUK DENGAN LURUS
DI KURSI)

Beni : Mengapa tak kau ceritakan sebelumnya?

Marie : Kalau perempuan begitu lama tak dapat anak seperti aku, sulit untuk
meyakinkan diri bahwa kita masih bisa mengandung. Dulu, kami punya

69
sebatang pohon kecil di kebun. Pohon itu tak pernah berbuah, kata
Marie : ………orang mandul. Waktu berlalu, dari tahun ke tahun dengan sia2.
Dia sudah mulai mati. Lalu tiba-tiba kutemui pohon itu berbuah, kecil
tetapi segar. Aku berlari ke kebun, aku berlari mengitari pohon itu
sambil berteriak, ayah ia akan dapat anak, pohon itu akan dapat anak.
rasanya begitu luar biasa. Setelah bertahun-tahun lewat, pohon itu akan
berbuah. Ini perlu dirayakan. Aku berlari ke lemari, aku buka kotak
yang berisi hiasan pohon natal. Kukeluarkan semua, lonceng kaca, salju
perak, bintang-bintang….karena ia telah menang berjuang dan mengan-
dung. Buka kotak itu, gantungkan di tubuhku (SEPERTI MABUK IA
MENEKANKAN SEBUAH TOPI KERUCUT DI KEPALANYA
LALU BERLARI KE TANGGA DENGAN TEROMPET KERTAS.
IA MENIUP TEROMPET ITU BERKALI-KALI LALU NAIK
TANGGA SAMBIL BERTERIAK) Aku menang…..aku menang…
Tuan maut…..aku akan melahirkan! (TIBA-TIBA IA TERDIAM,
LALU MUNDUR KE BAWAH. DIA MUNDUR LAGI BAGAI
ORANG BUTA, MENGULURKAN TANGAN PADA BENI) Ya..
Tuhan….ya Tuhan…..(JABE MUNCUL DI KEPALA TANGGA
MENGENAKAN KIMONO MERAH YANG TERGANTUNG
LONGGAR DI TUBUHNYA)

Jabe : Jahanam! Jahanam! (SAMBIL BERPEGANG PADA POHON PALM


BUATAN, IA MENGANGKAT TANGANNYA YANG MEME-
GANG PISTOL LALU MENEMBAK KE ARAH TOKO. MARIE
BERTERIAK LALU BERLARI UNTUK MELINDUNGI TUBUH
BEN YANG TERPAKU DENGAN TUBUHNYA. JABE TURUN
BEBERAPA ANAK TANGGA LAGI DAN MENEMBAK LAGI.
PELURU MENGENAI MARIEDAN TERDENGAR IA MENG-
ADUH. IA MENEMBAK LAGI, DAN SUARA ADUH TER-
DENGAR LAGI. MARIE BERBALIK SAMBIL TETAP MENUTUP
TUBUH BEN DENGAN TUBUHNYA, MENGHADAPI JABE.
PISTOL SUDAH KOSONG. JABE MELEMPAR PISTOL KE ARAH
MARIE, IA TURUN DAN BERTERIAK) Perampok…! Perampok!
Ia menembak isteriku! Pembantu itu perampok toko! Ia membunuh
isteriku!

Beni : Apa?

Marie : Ya…..(MARIE BERBALIK MENGHADAP BENI, MEMANDANG


PADANYA DAN MENGANGKAT SATU TANGAN. MARIE
BERJALAN DENGAN GOYAH MENUJU TOKO, MEMANDANG
TOKO ITU SEPERTI MEMANDANG TEMPAT YANG
DISAYANGI UNTUK TERAKHIR KALI) Pertunjukan selesai….
monyet itu sudah mati….(MUSIK MASUK UNTUK MENYATAKAN
MAUT DALAM TOKO. TIBA-TIBA MUSIK BERHENTI DAN
SOSOK-SOSOK BERMUNCULAN DI JENDELA. SENTER

70
:…DISOROTKAN LEWAT JENDELA. ORANG MULAI
:…. MENDOBRAK PINTU. BEN BERTERIAK)

Beni : Ke mana? (IA BERBALIK LALU LARI LEWAT TOKO. ORANG2


MASUK TOKO. SUASANA HIRUK PIKUK)

Suara-suara :- Rapat ke dinding….dia bersenjata


- Ke atas, As
- Ke toko (TERIAKAN LIAR DI BELAKANG TOKO)
- Dia dapat ! dia dapat !
- Mereka menangkapnya.
- Tali, cari tali !
- Ambil tali di belakang toko
- Ada yang lebih baik dari tali.
- Apa ?
- Di bakar !
- Ya….Tuhan (DIAM)
- Ayah, apalagi yang kita tunggu ?
- Sebentar, aku mau lihat…
- Tunggu…tunggu !
- Lihat ! (NYALA BARU MENERANGI MALAM GELAP. NYALA
ITU BERMAIN DI DEPAN TUBUH KAROL. ORANG-
ORANG MENDEKATI WARNA BIRU HINGGA WAJAH
ORANG ITU SEPERTI IBLIS)
- Ya, Tuhan…..
- Cukup baik…(MEREKA BERLARI KE LUAR, TERDENGAR
SUARA MOTOR. TIBA-TIBA SEGALANYA DIAM. ANJING
MENYALAK DI KAEJAUHAN. LALU DUKUN MUNCUL
DENGAN SEIKAT HIASAN. SEMUA IA JATUHKAN KECUA-
LI SEBUAH JAKET YANG IA PEGANG TERUS)

Karol : Apa itu, paman ? coba kemari, aku mau lihat (DUKUN MENDEKATI
KAROL) Oh, ya jaket kulit ular. Mau kutukar dengan cincin emas ?
(PELAN-PELAN IA MEMBUKA CINCINNYA. KEDENGARAN
SUARA KETAKUTAN. KAROL MENDENGARKAN SUARA ITU
SAMPAI MENGHILANG, LALU IA MENGANGGUK PENUH
PENGERTIAN)
Semua yang liar meninggalkan kulit. Mereka meninggalkan kulit yang
bersih dan tulang yang putih. Semua ini jadi tanda yang disampaikan
dari seorang kepada yang lainnya agar semua yang melarikan diri dapat
mengikuti jenisnya. (TERIAKAN DIULANG DENGAN LEBIH
MENYERAMKAN LALU MENGHILANG. KAROL MENGENA-
KAN JAKET ITU DITUBUHNYA SEOLAH KEDINGINAN,
MENGANGGUK PADA DUKUN LALU MEMBERIKAN CINCIN-
NYA. KAROL BERJALAN KE PINTU. DAN POLISI MASUK
MEMBAWA SENTER)

71
Polisi : Jangan ada yang bergerak, jangan bergerak ! semua tinggal di sini !
(TERTAWA KAROL TERDENGAR DI LUAR. POLISI MENGEJAR
GADIS ITU SAMBIL BERTERIAK) Stop ! stop ! (DIAM. DUKUN
MEMANDANG DENGAN SENYUM RAHASIA)

TAMAT

72
JANGANKAN BIARKAN PAGI
DATANG
(MORNING BECOMES ELECTRA)

Karya : Tennese Williams


Terjemahan : Asrul Sani
Saduran : Suyatna Anirun

KUMPULAN NASKAH
DIVISI TEATER UPTD TAMAN BUDAYA PROPINSI LAMPUNG

73
2007

74

Anda mungkin juga menyukai