Anda di halaman 1dari 6

TEKS ULASAN

FILM “STIP DAN PENSIL”

Kelas: XI AP 2
Nama: Nurul Andriani (24)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 GODEAN


2017/2018
A. TEKS ULASAN

“Stip dan Pensil” Film Penggelak Tawa Penuh Pesan

Judul film : Stip & Pensil


Tahun rilis : 20 April 2017
Sutradara : Ardy Octaviand
Pemain : 1. Ernest Prakasa sebagai Toni
2. Ardit Erwandha sebagai Aghi
3. Tatjana Saphira sebagai Bubu
4. Indah Permatasari sebagai Saras

“Stip and Pensil” adalah film komedi yang di produksi oleh MD pictures.
Film yang telah di rilis pada 20 April 2017 ini, digarap oleh sutradara Ardy
Octaviand. Film tersebut diangkat dari naskah skenario milik Joko Anwar yang
telah disimpannya selama bertahun-tahun. Dalam film ini diceritakan secara garis
besar mengenai persahabatan dan masalah sosial di Indonesia dengan nada
komedi yang asik. Joko Anwar menyelipkan pesan mendalam melalui lukisan
keseharian masyarakat yang jarang terdeteksi oleh kalangan menengah.
Berkisah tentang empat anak-anak orang kaya yang dimusuhi teman-
temannya, karena dibanding yang lain mereka selalu merasa sok jago dan
sombong. Alih-alih ditakuti oleh siswa di kelas tersebut, mereka justru dijauhi
ramai-ramai. Mulai dari Toni, ia adalah kepala suku yang diperankan oleh Ernest
Prakasa. Keharusan berbagi peran dan memberi ruang bagi tiga kawannya
membuat karakter Toni jadi tidak begitu kuat. Ernest juga belum bisa sepenuhnya
lepas dari dirinya sendiri. Meskipun begitu, ia berhasil memanfaatkan ruang yang
ada secara efektif. Aktingnya luwes dan paling enak dilihat dibanding tiga
karakter lainnya. Lebih dari itu, Toni adalah tokoh paling bijaksana dan sabar
dalam film ini.
Tatjana dan Indah Permatasari berperan sebagai Bubu dan Saras. Mereka
ini terlihat seperti dua sahabat yang sangat berbeda namun bisa saling melengkapi.
Saras adalah tipe cewek tangguh dan pemberani, sedangkan Bubu menjadi versi
antitesisnya. Tokoh yang paling menarik ialah Bubu, ia cewek yang terlihat cantik
dan manis, sayangnya Bubu memiliki sifat yang lelet saat berfikir. Tatjana
berhasil dalam memerankan peran Bubu ini dengan baik, seringkali ke-tulalit-an
Bubu menjadi bahan tertawaan juga beberapa dialognya juga memperlihatkan
kalau Bubu adalah orang yang benar-benar payah.
Suatu hari, mereka ditugaskan untuk menulis essay sdengan tema
permasalahan sosial. Saat Toni, Aghi, Bubu, dan Saras sedang mencari ide untuk
essay, mereka bertemu dengan seorang anak jalanan bernama Ucok dan
mendapatkan ide darinya. Para remaja kaya raya ini menyangka semuanya akan
berjalan mudah dengan uang, tetapi cibiran, tuduhan, dan prasangka dari teman-
teman sekelas membuat mereka nekat terjun langsung ke lapangan. Karena terus
diprovokasi, Toni akhirnya terpancing emosi untuk membangun, mengajar dan
menangani sekolah darurat bernama Togiburas (Toni, Aghi, Bubu dan Saras) di
kampung kumuh tersebut dengan uang dan kerja keras mereka sendiri.
Awalnya mereka menganggap hal itu sangatlah mudah, tapi semua itu tak
seperti yang mereka bayangkan. Masalah muncul silih berganti, mulai dari ejekan
anak satu sekolahnya, tidak memiliki izin untuk membangun sekolah di kolong
jembatan, susahnya mengajak serta merayu anak-anak untuk bersekolah, si kecil
yang nakal, ucok. Mak rambe yang tidak memberikan Ucok izin untuk
bersekolah. Hingga mereka harus membayar para anak, agar mereka mau belajar.
Keempatnya kemudian mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan
dengan menjadi guru dadakan yang dihargai oleh murid-murid dari kalangan tidak
mampu itu.
Film ini menyelipkan sedikit unsur politik yang diadaptasi dari kisah
nyata, yaitu ketika adegan penggusuran kawasan kumuh tersebut (kolong
jembatan). Penggusuran diperlihatkan dengan sangat menghibur, pada saat warga
yang mempertahankan tempat tinggal mereka bentrok dengan petugas Satpol PP
yang menjalankan tugas. Ada banyak hikmah yang didapatkan dari penggusuran
tempat tinggal mereka, anak-anak kecil itu pun mulai sadar betapa pentingnya
pendidikan. Hal ini terjadi ketika mereka dikejar-kejar oleh Satpol PP saat sedang
mengamen, lalu mereka menemukan banyak sekali tulisan-tulisan di tembok
seperti jalan ditutup, jalan rusak, jalan buntu, dll. Akan tetapi, hanya seorang dari
sembilan anak yang bisa membaca dengan tersendat-sendat. Dari sanalah mereka
menyadari bahwa semua ini bukan hanya tentang uang, tapi juga perlu ilmu untuk
bekal masa depan.
Toni, Aghi, Bubu, dan Saras akhirnya bisa mengajar anak-anak jalanan itu
tanpa perlu mengeluarkan lembaran uang yang mereka berikan agar anak-anak itu
mau belajar di sekolah yang mereka bangun. Penggusuran tersebut juga
menjanjikan tempat yang lebih layak, semua warga yang tempat tinggalnya di
gusur kini telah tinggal di rumah susun. Hal ini yang berhasil membuktikan
bahwa Toni, Aghi, Bubu, dan Saras bukan sekedar anak orang kaya yang manja
dan sombong saja.
Premis film ini memang terdengar sederhana, namun di dalamnya terdapat
potret urban yang begitu realistis. Contohnya adalah para orang tua anak jalanan
yang menganggap pendidikan hanyalah sebuah cara untuk membuang-buang
waktu. Mereka juga tidak malu untuk mengambil barang-barang yang disediakan
Toni di dalam sekolah kecil yang mereka bangun untuk dijual kembali.
Kemudian ada juga potret realistis yang di ambil dari sudut pandang anak
remaja masa kini yang sangat peduli dengan reputasi dan tekanan teman-teman
sebayanya sehingga mereka lupa diri.
Meskipun film “Stip dan Pensil” ini bertemakan komedi, namun
kebanyakan lelucon yang ditampilkan terkesan sangat biasa. Banyak lelucon
mengandung unsur ejekan, baik mengenai fisik seseorang atau stereotip etnis
tertentu. Sangat disayangkan film yang bernilai moral tinggi harus dibayang-
bayangi lelucon yang sangat standar. Sisi komedi film ini justru datang dari
tokoh-tokoh pendukungnya seperti tokoh yang diperankan Arie Kriting, Iqbal
Sinchan (Ucok) dan Mak Rambe. Aksi dan lelucon jenaka yang mereka
sampaikan lewat film ini justru terkesan lebih natural dibanding keempat pemeran
utamanya.
Durasi hampir dua jam terasa begitu bertele-tele untuk film komedi ini.
Separuh bagian pertama film penuh oleh adegan-adegan lucu menampilkan
seputar pendirian sekolah darurat dan tantangan kegiatan belajar mengajar di sana,
tetapi masalah utama datang dengan sedikit terlambat. Kadang kala film garapan
Ardy Octaviand ini terlihat seperti kehilangan arah dalam menyusun adegan
secara kronologis. Belum lagi, ditambah penyelipan unsur percintaan remaja yang
sebetulnya tidak penting dan tidak ditemukan penyelesaian dengan jelas. Hal yang
nampak banyak dipotong justru adegan yang seharusnya dapat menyentuh hati
penonton, seperti saat seorang anak jalanan yang sangat berniat untuk belajar
meski tidak dibayar. Pada separuh akhir film “Stip dan Pensil” ini malah
memberikan penyelesaian yang terburu-buru dan semuanya terasa dipermudah
dengan cepat.
Terlepas dari segala kekurangannya, film ini tetap menjadi film yang
menghibur dan menginspirasi. Disajikan dengan lelucon yang ringan, film ini
tetap berhasil menyampaikan potret kesenjangan sosial di ibukota dan dapat
membuka mata untuk lebih peduli terhadap sekitar. Film ini juga mengambil
adegan dari sudut pandang remaja masa kini yang sangat peduli dengan reputasi
serta tekanan-tekanan dari teman sebayanya, sehingga menyebabkan mereka lupa
diri. Film “Stip dan Pensil” tak hanya menghibur, namun juga sarat akan nilai
moral dan sosial.
B. KALIMAT SIMPLEKS DAN KOMPLEKS
1. Berikut ini kalimat simpleks yang ada dalam teks ulasan film “Stip dan Pensil,
antara lain:
a. “Stip and Pensil” adalah film komedi yang di produksi oleh MD pictures.
b. Dalam film ini diceritakan secara garis besar mengenai persahabatan dan
masalah sosial di Indonesia dengan nada komedi yang asik.
c. Suatu hari, mereka ditugaskan untuk menulis essay sdengan tema
permasalahan sosial.
d. Akan tetapi, hanya seorang dari sembilan anak yang bisa membaca dengan
tersendat-sendat.
e. Sisi komedi film ini justru datang dari tokoh-tokoh pendukungnya seperti
tokoh yang diperankan Arie Kriting, Iqbal Sinchan (Ucok) dan Mak
Rambe.
f. Terlepas dari segala kekurangannya, film ini tetap menjadi film yang
menghibur dan menginspirasi.
2. Berikut ini adalah kalimat kompleks yang ada dalam teks ulasan film “Stip dan
Pensil, antara lain:
a. Film yang telah di rilis pada 20 April 2017 ini, digarap oleh sutradara
Ardy Octaviand.
b. Film tersebut diangkat dari naskah skenario milik Joko Anwar yang telah
disimpannya selama bertahun-tahun.
c. Saat Toni, Aghi, Bubu, dan Saras sedang mencari ide untuk essay, mereka
bertemu dengan seorang anak jalanan bernama Ucok dan mendapatkan ide
darinya.
d. Para remaja kaya raya ini menyangka semuanya akan berjalan mudah
dengan uang, tetapi cibiran, tuduhan, dan prasangka dari teman-teman
sekelas membuat mereka nekat terjun langsung ke lapangan.
e. Film ini menyelipkan sedikit unsur politik yang diadaptasi dari kisah
nyata, yaitu ketika adegan penggusuran kawasan kumuh tersebut (kolong
jembatan).
f. Hal ini terjadi ketika mereka dikejar-kejar oleh Satpol PP saat sedang
mengamen, lalu mereka menemukan banyak sekali tulisan-tulisan di
tembok seperti jalan ditutup, jalan rusak, jalan buntu, dll.
g. Separuh bagian pertama film penuh oleh adegan-adegan lucu
menampilkan seputar pendirian sekolah darurat dan tantangan kegiatan
belajar mengajar di sana, tetapi masalah utama datang dengan sedikit
terlambat.
h. Film ini juga mengambil adegan dari sudut pandang remaja masa kini
yang sangat peduli dengan reputasi serta tekanan-tekanan dari teman
sebayanya, sehingga menyebabkan mereka lupa diri.
C. MENGONVERSI TEKS ULASAN MENJADI PUISI

TOGIBURAS

Berawal dari ucapan yang penuh emosi


Cibiran, iri hati, caci maki tak terhindari
Masalah pun silih berganti
Semua kita lalui

Bersama…
Berderap melangkah maju
Luruskan niat, bukan sekedar reputasi diri
Tutup cibiran dengan pembuktian

Lihatlah…
Anak jalanan yang menunggu datangnya lampu merah
Berbaju lusuh melantunkan nada
Tak kenal lelah, tak kenal sekolah
Generasi muda, buta aksara

Togiburas seakan embun baginya


Menimba ilmu penuh asa
Dimana senyum ceria tercipta
Menanti kedatangan kita

Anda mungkin juga menyukai