ASAS-ASAS HUKUM
DI SUSUN OLEH :
SUTRISNO SETIAWAN
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
SISTEM HUKUM DIINDONESIA di universitas ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
BAB II
ISI
A. Asas-Asas Hukum
G. Hukum Acara
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Penutu
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam dunia hukum , kita mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan hukum itu sendiri .
mulai dari pengertian,asas-asas, sistem dan masih banyak lagi istilah-istilah hukum yang lainnya.
Disini kami sebagai penulis akan mencoba untuk membahasnya dalam mata kuliah sistem hukum di
indonesia, adapun dalam makalah ini kami akan membahas tentang asas-asas hukum dan sistem
hukum dan hal-hal yang berhubungan dengannya, bagaimana suatu sistem hukum dapat dipatuhi
oleh masyarakat dan tetap menjaga perdamaian dan keadilan didalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Karena asas-asas dan sistem hukum pada perinsipnya adalah mengatur bagaimana didalam
masyarakat tidak selalu terjadi konflik, apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi konflik, dan
kalaupun terjadi bagaimana cara menyelesaikan konflik tersebut
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan tema yang telah saya terima sebagai materi makalah yaitu SISTEM HUKUM DI
INDONESIA , yang meliputi:
a. Pengertian Asas-Asas Hukum
3. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah Untuk mengetahui asas-asas hukum,pengertian asas-asah hukumPengertian
hukum acara,Asas – asas hukum islam,Asas – asas hukum adat,Asas-asas hukum perdata
BAB II
ISI
A. Asas-Asas Hukum
1. Pengertian Asas Hukum
Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada umumnya
melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksaan hukum.
Beberapa sarjana memberikan definisi atau pengertian dari asas hukum sebagai berikut:
a. Bellefroid, menyatakan asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang
oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum umum
merupakan pengendapan dari hukum positif.
b. Eikema Hommes, asas hukum bukanlah norma-norma hukum konkret, tetapi ia adalah landasan
yang kuat dan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum yang berlaku. Asas hukum adalah
dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
c. Satjipto Rahardjo, menyatakan bahwa asas hukum adalah unsur yang penting dan pokok dari
peraturan hukum. Asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum karena ia merupakan landasan
yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum.
Dari beberapa rumusan pengertian asas-asas hukum diatas, ternyata bahwa asas-asas hukum
adalah dasar-dasar yang terkandung dalam peraturan hukum.[1]
a. Asas ius sanguinus. Untuk menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan pertalian darah
atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
b. Asas ius soli. Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat tinggal/negara di mana
orang tersebut dilahirkan.
e. Asas desentralisasi. Asas dimana urusan pemerintah yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat
kepada daerah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pemerintah daerah yang
bersangkutan.
f. Asas dekonsentralisasi. Asas dimana urusan pemerintah pusat yang tidak dapat diserahkan kepada
pemerintahan daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah pusat didaerah yang bersangkutan.
g. Asas medebewind ( tugas bantuan ). Penentuan kebijaksanaan, perencanaan dan pembiayaan tetap
di tangan pemerintah pusat, tetapi peloaksanaannya ada pada pemerintahan daerah.
h. Asas welfare state ( negara kesahjetraan ) . pemerintah pusat bertugas menjaga keamanan dalam
arti seluas-luasnya dengan mengutamakan kesahjetraan rakyat.
i. Asas priorrestraint ( kendali dini ) . suatu asas yang mempunyai makna pencegahan untuk
mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang telah berlaku.
j. Asas non lisensi, yaitu suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau kebebesan
menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.
k. Asas naturalisasi ( pewarganegaraan ) . suatu asas dimana seseorang yang telah dewasa dapat
mengajukan permohonan menjadi warga negara ( indonesia ) melalui pengadilan negri.
Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang lain
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun
keluarga[3].
b. Hukum keluarga, memuat peraturan – peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum yang
timbul karena hubungan kekeluargaan seperti : perkawinan, perceraan, hubungan orang tua dengan
anak.
c. Hukum harta kekayaan, memuat peraturan – peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
seseorrang dalam lapangan harta kekayaan sepertian perjanjian, milikk, gadai.
d. Hukum waris, memuat peraturan – peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta
kekeayaan seseorang yang telah meninggal dunia. Dengan kata lain hukum waris adalah hukum yang
mengatur peralihan benda dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup (ahli
waris).
a. Asas hukum benda merupakan dwingendrecht. Hak-hak kebendaan tidak akan memberikan
wewenang yang lain dari pada apa yang sudah ditentukan dalam undang-undang. Dengan lain
perkataan , kehendak para pihak itu tidak dapat memengaruhi isi hak kebendaan.
b. Asas individualiteit. Objek hak benda selalu merupakan barang yang individueel bepaald, yaitu
barang yang dapat di tentukan. Artinya seseorang hanya dapat memiliki barang yang berwujud yang
merupakan kesatuan
c. Asas totaliteit. Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai hak atas
keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.
e. Asas vermenging ( asas percampuran ) . seseorang tidak akan untuk kepentingannya sendiri
memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas barang miliknya sendiri.
f. Asas publiciteit . dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak (hipotek) maka
harus didaftarkan di dalam register umum. Sekarang hak pertanggungan atas tanah.
g. Asas spesialiteit. Hipotek hanya dapat diadakan atas benda-benda yang ditunjuk secara khusus
(letaknya,luasnya,batas-batasnya).
h. Asas reciprositas. Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada mereka dan
orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya yang belum dewasa sesuai dengan
kemampuanya masing-masing (pasal 298 BW, dan seterusnya).
i. Asas kebebasan berkontrak (freedom of conctract/beginsel der contracts vrijheid). Para pihak
berhak secara bebas membuat kontrak dan mengatur sendiri isinya sepanjang memenuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
j. Asas pacta sunt sevanda (janji itu mengikat). Suatu perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya.
k. Asas konsensualitas. Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah tercapai kesepakatan
para pihak dan sudah memenuhi syarat sah kontrak.
l. Asas batal demi hukum. Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian itu batal demi hukum
apabila tidak memenuhi syarat objek
m. Asas kepribadian . suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh melakukan perjanjian
untuk dirinya sendiri.
n. Asas canselling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi syarat subjektif
dapat diminta pembatalan .
o. Asas actio pauliana. Hak kreditor untuk mengajukan pembatalan terhadap segala perbuatan yang
tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikan.
p. Asas persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat terhadap barang-
barang milik debitur.
q. Asas proferensi .para kreditor yang memegang hipotek , gadai dan privelegi diberi hak prseferensi
yaitu didahulukan dalam pemenuhan piutangnya, asas ini merupakan penyimpangan dari asas
persamaan.
r. Zakwaarnemning (345 BW) . asas dimana seseorang yang melakukan pengurusan terhadap benda
orang lain tampa diminta oleh orang yang bersangkutan , maka ia wajib mengurusnya sampai tuntas.
s. Asas droit invialablel et sarce. Hak milik tidak dapat diganggu gugat.
u. Asas monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki-laki hanya boleh memiliki seorang
perempuan sebagai istrinya dan sorang perempuan hanya boleh memiliki seorang suami.
v. Asas hakim bersifat menunggu . inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya
kepada yang berkepentingan . hakim hanya menunggu saja
w. Asas hakim pasif. Ruang linkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk
diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim
x. Asas mendengarkan kedua belah pihak . didalam hukum acara perdata, kedua belah pihak harus
diperlakukan sama , tidak memihak dan didengar bersama-sama
y. Asas beracara dikenakan biaya. Biaya ini meliputi biaya kepanitraan, biaya materi dan biaya untuk
pemberirahuan kepada pihak. Namun, bagi pihak yang tidak mampu berdasarkan keterangan yang
berwenang dapat berpekara tampa biaya (prodeo)
z. Asas actor sequitur forum rei. Gugatan harus diajukan ditempat dimana tergugat bertempat tinggal.
aa. Asas gugatan balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( pasal 132 a HIR )
bb. Unus testis nullus testis. Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan seorang saksi harus
dilengkapi dengan bukti-bukti lain.[4]
cc.
Ilmu pengetahuan tentang hukum pidana (positif) dapat dikenal beberapa asas yang sangat
penting untuk diketahui , karena dengan asas-asas yang ada itu dapat membuat suatu hubungan dan
susunan agar hukum pidana yang berlaku dapat di pergunakan secara sistematis, kritis dan harmonis
. pada hakekatnya dengan mengenal, menghubungkan , dan menyusun asas didalam hukum pidana
pasif itu, berarti menjalankan hukum secara sistematis, kritis dan harmonis sesuai dengan dinamika
garis-garis yang ditetapkan dalam politik hukum pidana.[5]
ü Asas yang tidak dirumuskan dan menjadi asas hukum pidanayang tidak tertulis ,dan dianut didalam
yurisprudensi.
a. Asas legalitas suatu perbuatan merupakan suatu tindakan pidana apabila telah ditentukan
sebelumnya oleh undang-undang atau seseorang dapat dituntut atas perbuatannya apabila
perbuatan tersebut sebelumnya telah ditentukan sebagai tindakan pidana oleh hukum / undang-
undang
b. Asas culpabilitas. Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tampa kesalahan.
c. Asas opportunitas. Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan dengan
pertimbangan demi kepentingan umum.
d. Asas presumption of innocence (praduga tak bersalah). Seseorang harus dianggap tidak bersalah
sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
e. Asas in dubio pro reo. Dalam hal terjadi keragu-raguan maka yang berlaku adalah paeraturan yang
paling menguntungkan terdakwa.
f. Asas persamaan dimuka hukum. Artinya setiap orang harus siperlakukan sama didepan hukum
tampa membedakan suku, agama, pangkat, jabatan, dan sebagainya.
g. Asas perintah tertulis dari yang berwenang . artinya bahwa setiap penangkapan , penggeledahan,
penahanan dan penyitaan harus dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang diberi
wewenang oleh UU dan hanya dalam hal dan cara yang diatur oleh UU.
h. Asas peradilan cepat , sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak. Asas ini
menghendaki proses pemerisiksaan tidak berbelit-belit dan untuk melindungi hak tersangka guna
mendapat pemeriksaan dengan cepat agar segera didapat kepastian hukum. (pasal 24 dan 50 KHUAP
).
i. Asas harus dihadiri terdakwa . pengadilan dalam memeriksa perkara pidana harus dengan hadirnya
terdakwa.
j. Asas terbuka untuk umum , sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk umum, kecuali
di atur oleh UU dalam perkara tertentu seperti perkara kesusilaan , sidang tertutup untuk umum ,
tetapi pembaca putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
k. Asas bantuan hukum . seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib di beri kesempatan untuk
memperoleh bantuan hukum secara Cuma-cuma untuk kepentingan pembelaan dirinya (pasal 54,55
dan 56 KHUAP)
l. Putusan hakim harus disertai alasan-alasan . semua putusan harus memuat alasan-alasan yang
dijadikan dasar untuk mengadili . alasan ini mempunyai nilai yang objektif.
m. Asas nebis in idem. Seseorang tidak dapat di tuntut lagi karena perbuatan yang sudah pernah
diajukan kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
n. Asas kebenaran materil (kebenaran dan kenyataan) . pemeriksaan dalam perkara pidana, tujuannya
untuk mngetahui apakah faktanya / senyatanya benar-benar telah terjadi pelanggaran / kejahatan.
o. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk mendapatkan ganti
rugi / rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses penyidikan . diatur dalam pasal
95 dan 97 KHUAP.[6]
a. Asas religion magis (magisch-religieous) adalah pembulatan atau perpaduan kata yang mengandung
unsur beberapa sifat atau cara berfikir seperti prelogika, animisme, pantangan, ilmu ghoib dan lain-
lain.
ü Kepercayaan kepada mahluk-mahluk halus , rokh-rokh dan hantu-hantu yang menempati seluruh alam
semesta dan khusus gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda-
benda
ü Kepercayaan kepada kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semesta dan khusus terdapat dalam
peristiwa-peristiwa luar biasa, tumbuh-tumbuhan yang luar biasa, binatang-binatang yang luar biasa
dan suara yang luar biasa.
ü Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai “magische kracht” dalam
berbagai perbuatan ilmu ghoib untuk mencapai kemampuan manusia atau menolak bahaya ghoib
ü Anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan kerisis, menyebabkan
timbulnya berbagai macam bahaya ghoib yang hanya dapat dihindari atau dihindarkan dengan
berbagai macam pantangan.
Asas komun berarti mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan diri sendiri.
Asas korum merupakan segi atau corak yang khas dari suatu masyarakat yang masih hidup sangat
terpencil atau dalam hidupnya sehari-hari masih sangat tergantung kepada tanah atau alam pada
umumnya. Dalam masyarakat semacam itu selalu terdapat sifat yang lebih mementingkan
keseluruhan, lebih diutamakan kepentingan umum daripada kepentingan individual. Dalam
masyarakat semacam itu individual itu terdesak kebelakang. Masyarakat, desa, dusun yang
senantiasa memegang peranan yang menentukan , yang pertimbangan dan putusannya tidak
boleh dan tidak dapat disia-siakan. Keputusan desa adalah berat , berlaku terus dan dalam keadaan
apapun juga harus di patuhi dengan hormat dengan khidmat.
Asas contant atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan suatu perbuatan nyata, suatu
perbuatan simbolis atau suatu pengucapan, tindakan hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu
juga, dengan serentak bersamaan waktunya takkala berbuat atau mengucapkan yang diharuskan
oleh adat. Dengan demikian dalam hukum adat segala sesuatu yang terjadi sebelu dan sesudah
timbang terima secara contan itu adalah diluar akibat-akibat hukum dan memang tidak tersangkut
paut atau tidak bersebab akibat menurut hukum . perbuatan hukum yang dimaksud yang telah
selesai seketika itu juga adalah suatu perbuatan hukum yang dalam arti yuridis berdiri sendiri . dalam
arti urutan kenyataan kenyataan, tindaka-tindakan sebelum dan sesudah perbuatan yang bersifat
contan itu mempunyai arti logis satu sama lain . contoh yang tepat dalam hukum adat tentang suatu
perbuatan yang contan adalah: jual-beli lepas, perkawinan jujur , melepas hak atas tanah, adopsi
dan lain-lain.
Pada umumnya dalam masyarakat indonesia kalau melakukan perbuatan hukum itu selalu
konkrit (nyata) misalnya dalam erjanjian jual-beli , si pembeli menyerahkan uang atau uang panjer.
Didalam alam berfikir yang tertentu senantiasa dicoba dan di usahakan supaya hal-hal yang
dimaksudkan, diinginkan, dikehendaki atau akan dikerjakan ditransformasikan atau di beri ujud
suatu benda , diberi tanda yang kelihatan , baik langsung maupun hanya menyerupai obyek yang di
kehendaki (simbol, benda yang magis)
Asas hukum islam adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan hukum
islam. Bagi negara indonesia walaupun mayoritas warga negaranya beragama islam, pengaruh
agama itu tidak besar dalam negara.[9]
Menurut tim pengkaji hukum islam badan pembinaan hukum nasioanal departemen
kehakiman bahwa asas hukum islam terdiri dari Bersifat umum,Lapangan hukum pidanan,Lapangan
hukum perdata.Mengenai asas-asas hukum yang lain seperti lapangan tata negara internasional dan
lain-lain tidak di sebutkan dalam laporan mereka.[10]
a. Asas keadilan
Dalam al-quran kata ini disebutkan 1000 kali. Term keadilan pada umumnya berkonotasi
dalam penetapan hukum atau kebijakan pemerintah. Konsep keadilan meliputi berbagai hubungan ,
misalnya, hubungan individual dengan dirinya sendiri, hubungan antara individu dan yang berpekara
serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak yang terkait . keadilan dalam hukum islam berarti
keseimbangan antara kewajiban dan harus dipenuhi oleh manusia dengan kemampuan manusia
untuk menunaikan kewajiban itu.
Etika keadilan , berlaku adil dalam menjatuhi hukuman , menjauhi suap dan hadiah,
keburukan tergesa-gesa dalam menjatuhi hukuman , keputusan hukum bersandar pada apa yang
nampak , kewajiban menggunakan hukum agama.
Dalam syariat islam asas ini di sebut yang artinya “sebelum ada nas, tidak ada hukum bagi
perbuatan orang orang yang berakal sehat”. Bahwa pada dasarnya semua perbuatan dan perkara
diperbolehkan . jadi selama belum ada nas yang melarang , maka tidak ada tuntutan apapun
hukuman atas pelakunya. Dasar hukumnya asas ini ialah QS al isro’ 15 “ dan kami tidak akan
menyiksa sebelum kami mengutus rosul”.
c. Asas kemanfaatan
Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiring keadilan dan kepastian hukum tersebut diatas .
dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian hukum hendaknya memperhatikan manfaat bagi
terpidana atau masyarakat umum . contoh hukuman mati, ketika dalam pertimbangan hukuman
mati lebih bermanfaat bagi masyarakat , misal efek jera , maka hukaman mati itu dijatuhkan, jika
hukuman itu itu bermanfaat bagi terpidana maka hukuman itu bisa di ganti dengan denda.
G. Hukum Acara
1. Pengertian Hukum Acara
Hukum acara atau hukum formal adalah peraturan hukum yang mengatur tentang cara
bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum materil. Hukum acara merupakan
kaidah hukum yang mengatur cara – cara bagaimana mengajukan suatu perkara ke muka suatu
badan peradilan serta cara – cara hakim memberikan keputusan. Fungsinya menyelesaikan masalah
yang memenuhi norma – norma larangan hukum materil melalui suatu proses yang berpedoman
kepada peraturan yang dicantumkan dalam hukum acara. Tugas hukum acara menjamin di taatinya
norma – norma hukum materil oleh setiap individu dan dapat di katakan bahwa hukum acara itu
sebagai alat penegak dari aturan hukum meteril yang tidak membebankan kewajiban sosial dalam
kehidupan manusia.[11]
ü Asas praduga rechtmatig ( benar menurut hukum, presumptio iustea causa) , asas ini menganggap
bahwa setiap tindakan penguasa harus selalu dianggap berdasarkan hukum ( benar ) sampai ada
pembatalan. Dalam asas ini gugatan tidak menunda pelaksanaan KTUN yang di gugat (pasal 67 ayat
(1) UU no.5 tahun 1986.
ü Asas pembuktian bebas . hakimlah yang menetapkan beban pembuktian . hal ini berbeda dengan
ketentuan 1865 BW (lihat pasal 101 , dibatasi ketentuan pasal 100.
ü Asas keaktifan hakim dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak berimbang
(lihat pasal 58, 63, ayat (1) dan (2) , pasal 80 dan pasal 85)
ü Asas putusan penagdilan mempunyai kekuatan mengingat ( erga omnes) . sengketa TUNA adalah
sengketa hukum publik . dengan demikian putusan pengadilan berlaku bagi siapa saja , tidak hanya
bagi para pihak bersengketa.
ü Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang bebas” ( pasal 24 UUD 1945 pasal 1 UU no. 4 2004).
ü Asas sidang terbuka umum. Putusan mempunyai kekuatan hukum jika di ucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum (pasl 70 UU PTUN).
ü Asas pengadilan berjenjang (tingkat pertama (PTUN), banding (PI TUN) dan kasasi (MA) , dimungkinkan
pula PK (MA).
ü Asas pengadilan sebagai upaya terahir (ultimum remedium), sengketa sedapat mungkin diselsaikan
melalui upaya administrasi ( musyawarah mufakat) , jika belum puas maka di tempuh upaya
peradilan (psal 48 UU PTUN).
ü Presumption of innocent
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Asas hukum itu adalah dasar-dasar umum yang terkandung dalam peraturan hukum , dasar-
dasar umum tersebut adalah sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis.sedangkan sistem hukum
adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang
satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat . untuk mencapai suatu tujuan
kesatuan tersebut perlu kerja sama antara bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut menurut
rencana dan pola tertentu.
2. Penutu
Demikian lah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih ada kekurangan dan kelemahan, karena terbatas pengetahuan . kami
selaku penulis makalah ini banyak berharap para pembaca yang budiman sekiranya memberikan
saran dan keritik yang membangun kepada kami selaku penulis makalah ini demi kesempurnaannya
makalah ini . semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembacayang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
F R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Rajagrapindo persada, jakarta, 1993
F Drs. C.S.T. Kansil, pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,jakarta, 1976
F Artikelfakta.Blogspot.Com, Asas Asas Hukum,Pekanbaru,3 Oktober 2015,Jam 08;54
[1] H . Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum,PT. Rajagrapindo persada, jakarta,2013,hal 135
[2] Drs. C.S.T. Kansil, pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,jakarta, 1976,hal 181
[3] Drs. C.S.T. Kansil, pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,jakarta, 1976,hal 209
[4] H . Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum,PT. Rajagrapindo persada, jakarta,2013,hal 139
[6] H . Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum,PT. Rajagrapindo persada, jakarta,hal 173