Anda di halaman 1dari 27

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

Subjek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan pemikul
kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dan kelahiran dan pertumbuhan hukum
internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasional.

Subjek Hukum Internasional adalah semua pihak atau entitas yang dapat dibebani oleh hak dan
kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional. Hak dan kewajiban tersebut berasal dan semua
ketentuan baik yang bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional ataupun dan
kebiasaan internasional (Istanto, Ibid: 16; Mauna, 2001:12).

Ciri Subyek Hukum Internasional 


Semua entitas ada kemampuan memiliki dan melaksanakan hak dan kewajiban menurut hukum
internasional.

Menurut Starke, subyek hukum internasional terdiri dari:

1. Negara

2. Organisasi Internasional 

3. Palang Merah Internasional

4. Tahta Suci Vatikan  

5. Organisasi Internasional

6. Individu Pemberontak dan pihak yang bersengketa/Beligerensi (Belligerent)

 Negara

Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi suatu negara
untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional adalah: 
· Penduduk yang tetap 
· Wilayah tertentu 
· Pemerintahan 
· Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain 
Beberapa literatur menyebutkan bahwa negara adalah subjek hukum internasional yang utama,
bahkan ada beberapa literatur yang menyebutkan bahwa negara adalah satu-satunya subjek hukum
internasional. Alasan yang mendasari pendapat yang menyatakan bahwa negara adalah subjek hukum
internasional yang utama adalah: 

1. Hukum internasional mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara, sehingga yang harus
diatur oleh hukum internasional terutama adalah Negara.
2. Perjanjian internasional merupakan sumber hukum internasional yang utama dimana negara
yang paling berperan menciptakannya.

 Organisasi Internasional

Klasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A Couloumbis dan James 11. Wolfe: 

1. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan
yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa;

2. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan tujuan yang
bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International Monetary Fund,
International Labor Organization, dan lain-lain;

3. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global, antara
lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.

Dasar hukum yang menyatakan bahwa organisasi internasional adalah subjeh hukum internasional
adalab pasal 104 piagam PBB. 

 Palang Merah Internasional

Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis organisasi internasional.
Namun karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum
internasional menjadi sangat unik dan di samping itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal mulanya,
Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam yang lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan
oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang
kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan
simpati dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-
masing wilayahnya.  Palang Merah Nasional dan negara-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang
Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa,
Swiss. (Phartiana, 2003; 123) 
Dasar hukumya: 
· Internasionai committee of red cross (ICRC) 
· Konvensi jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang 

 Tahta Suci Vatikan

Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11
Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di
Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas
eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang
kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus
sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh
dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara
menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga
menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125) 
Dasar hukumnya: 
· Lateran Tretay (11 february 1929) 

 Kaum Pemberontak/Beligerensi (Belligerent)

Kaum beligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dan masalah dalam negeri suatu negara
berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan.
Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara
dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap
yang dapat diambil adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang
berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah
negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang
negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum
internasional.

Contoh PLO (Palestine Liberalism Organization) atau Gerakan Pembebasan Palestina.


Dasar hukumnya: 
· Hak untuk menentukan nasib sendiri 
· Hak untuk memilih sistem ekonomi, social dan budaya sendiri 
· Hak untuk menguasai sumber daya alam 

 Individu

Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang memberikan hak dan
membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung kepada individu semakin bertambah pesat,
terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa
konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan eksistensi
individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri. 
Dasar hukumnya: 
· Perjanjian Versailles 1919 pasal 297 dan 304 
· Perjanjian upersilesia 1922 
· Keputusan permanent court of justice 1928 
· Perjanjian London 1945 (lnggris, Prancis, Rusia, USA) 
· Konvensi Genocide 1948
Definisi Subyek Hukum Internasional

Banyak berbagai ahli memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud dengan subjek hukum
internasional. Secara umum Subyek hukum diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban, jadi
pengertian subyek hukum internasional adalah pendukung hak dan kewajiban dalam hukum
internasional. Pendukung hak dan kewajiban dalam hukum internasional dewasa ini ternyata tidak
terbatas pada Negara tetapi juga meliputi  subyek hukum internasional lainnya. Hal ini dikarenakan
dewasa ini sering dengan tingkat kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan ransportasi dimana
kebutuhan manusia semakin meningkat cepat sehingga menimbulkan interaksi yang semakin kompleks.

Munculnya organisasi-organisasi Internasional baik yang bersifat bilateral, regional maupun multilateral
dengan berbagai kepentingan dan latar belakang yang mendasari pada akhirnya mampu untuk dianggap
sebagai subyek hukum internasional. Begitu juga dengan keberadaan individu atau kelompok individu
(belligerent) yang pada akhirnya dapat pula diakui sebagai subyek hukum Internasional.

Dapat disimpulkan bahwa Subjek Hukum Internasional adalah semua pihak atau entitas yang dapat
dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional. Hak dan kewajiban tersebut
berasal dari semua ketentuan baik yang bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional
ataupun dari kebiasaan internasional (Istanto, Ibid: 16; Mauna, 2001:12).

Subyek Hukum Internasional dapat diartikan sebagai negara atau kesatuan-kesatuan bukan negara yang
dalam keadaan tertentu memiliki kemampuan untuk  menjadi pendukung hak dan kewajiban
berdasarkan Hukum Internasional.  Kemampuan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban ( Legal
capacity) ini antara lain meliputi :

1. Kemampuan untuk mengajukan klaim-klaim (How to make claims).

2. Kemampuan untuk mengadakan dan membuat perjanjian-perjanjian (How to make agreements)

3. Kemampuan untuk  mempertahankan hak miliknya serta memiliki kekebalan-kekebalam (To


enjoy of privileges and immunities)

Macam Subjek Hukum Internasional

Berdasarkan definisi subjek hukum internasional yang telah diuraikan di atas maka dapat kita ketahui
bahwa yang menjadi subyek hukum Internasional meliputi:

1. Negara yang Berdaulat

2. Gabungan Negara-Negara

3. Tahta Suci Vatikan

4. Organisasi Internasional (OI) baik yang Bilateral, Regional maupun Multilateral


5. Palang Merah Internasional

6. Individu yang mempunyai criteria tertentu

7. Pemberontak (Belligerent) atau Pihak Yang bersengketa

8. Penjahat Perang atau Genocide

Negara yang Berdaulat

Negara merupakan subjek hukum terpenting dibanding dengan subjek hukum internasional lainnya.
Banyak sarjana yang memberikan definisi terhadap negara, antara lain  C. Humprey Wadlock yang
memberi pengertian negara sebagai suatu lembaga (institution), atau suatu wadah di mana manusia
mencapai tujuan-tujuannya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

Sedangkan Fenwich mendefinisikan negara sebagai suatu masyarakat politik yang diorganisasikan secara
tetap, menduduki suatu daerah tertentu, dan hidup dalam batas-batas daerah tersebut, bebas dari
negara lain, sehingga dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka bumi.

I Wayan Parthiana menjelaskan negara adalah subjek hukum internasional yang memiliki kemampuan
penuh (full capacity) untuk mengadakan atau duduk sebagai pihak dalam suatu perjanjian internasional.

Menurut Henry C. Black, negara adalah sekumpulan orang yang secara permanen menempati suatu
wilayah yang tetap, diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum (binding by law), yang melalui
pemerintahannya, mampu menjalankan kedaulatannya yang merdeka dan mengawasi masyarakat dan
harta bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu menyatakan perang dan damai, serta mampu
mengadakan hubungan internasional dengan masyarakat internasional lainnya.

Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan para ahli, ada satu patokan standar atau unsur
trandisional dari suatu entitas untuk disebut sebagai negara, seperti yang tercantum dalam Pasal 1
Konvensi Montevideo  (Pan American) The Convention on Rights and Duties of State of 1933.

1. The state is a person of international law should phases the following qualifications :

1. Permanent population;

1. defined territory;

1. legal government; and

1. capacity to enter into international relations with the other states.

Hal itu dapat diterjemahkan negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat
atau unsure-unsur konstitutif sebagai berikut:

a. Penduduk yang tetap,


Penduduk merupakan kumpulan individu-individu yang terdiri dari dua kelamin tanpa memandang suku,
bahasa, agama dan kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat dan yang terikat dalam suatu
Negara melalui hubungan yuridik dan politik yang diwujudkan dalam bentuk kewarganegaraan.
Penduduk merupakan unsure pokok bagi pembentukan suatu Negara. Suatu pulau atau suatu wilayah
tanpa penduduk tidak mungkin menjadi suatu Negara. Dalam unsure kependudukan ini harus ada unsur
kediaman secara tetap. Penduduk yang tidak mendiami suatu wilayah secara tetap dan selalu berkelana
(normal) tidak dapat dinamakan penduduk sebagai unsure konstitutif pembentukan negara.
Sebagaimana telah disinggung di atas, yang mengikat seseorang dengan negaranya ialah
kewarganegaraan yang ditetapkan oleh masing-masing hukum nasional. Pada umumnya ada tiga cara
penetapan kewarganegaraan sesuai hokum nasional  yaitu :

 Jus Sanguinis

Ini adalah cara penetapan kewarganegaraan melalui keturunan. Menurut cara ini, kewarganegaraan
anak ditentukan oleh kewarganegaraan orang tua mereka.

 Jus Soli

Menurut sistem ini kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya dan bukan
kewarganegaraan orang tuanya.

 Naturalisasi

Suatu Negara memberikan kemungkinan bagi warga Negara asing untu memperoleh kewarganegaraan
setempat setelah memenuhi syarat-syarat tertentu seperti setelah mendiami Negara tersebut dalam
waktu yang cukup lama ataupun melalui perkawinan.

b. Wilayah yang tertentu,

Adanya suatu wilayah tertentu mutlak bagi pembentukan suatu Negara , tidak mungkin ada suatu
Negara tanpa wilayah tempat bermukimnya penduduk Negara tersebut.  Hukum Internasional tidak
menentukan syarat seberapa harusnya luas suatu wilayah untuk dapat dianggap sebagai unsure
konstitutuf suatu Negara. Demikian juga wilayah suatu Negara tidak selalu harus merupakan satu
kesatuan dan dapat terdiri dari bagian-bagian yang berada di kawasan yang berbeda. Keadaan ini sering
terjadi pada Negara-negara yang mempunyai wilayah-wilayah seberang lautan

c. Pemerintahan,

Negara memerlukan sejumlah organ untuk mewakili dan menyalurkan kehendaknya. Bagi hukum
internasional, suatu wilayah yang tidak memiliki pemerintahan dianggap bukan negara dalam arti kata
yang sebenarnya. Pemerintah adalah badan eksekutif dalam negara yang dibentuk melalui prosedur
konstitusional untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang ditugaskan rakyat kepadanya.
Pemerintahan adalah syarat utama dan terpenting untuk eksistensi suatu negara. Tatanan organisasi
dalam suatu negara diperlukan, yang nantinya akan mengatur dan menjaga eksistensi negara tersebut,
maka pemerintahan mutlak harus ada dalam suatu negara. Pemerintahan yang harus ada dalam suatu
negara adalah pemerintahan yang stabil, memerintah menurut hukum nasional negaranya, dan
pemerintah tersebut haruslah terorganisir dengan baik (well organized government)

d. Kemampuan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain.

Menurut hukum internasional dan hubungan internasional, kecakapan negara dalam melakukan
hubungan internasional adalah suatu keharusan bagi suatu negara untuk memperoleh keanggotaan
masyarakat internasional dan subjek hukum internasional. Hal inilah yang membedakan negara
berdaulat dengan negara-negara bagian, atau negara protektorat yang hanya mampu mengurus
masalah dalam negerinya, tetapi tidak dapat melakukan hubungan-hubungan internasional dan tidak
diakui oleh negara-negara lain sebagai subjek hukum internasional yang sepenuhnya mandiri. Negara
bukan pula harus identik dengan suatu ras, rumpun, atau bangsa tertentu, meski identitas demikian
mungkin juga ada. Hans Kelsen mengemukakan bahwa negara hanyalah pemikiran teknis yang
menyatakan bahwa sekumpulan aturan-aturan hukum tertentu yang berdiam di wilayah teritorial
tertentu. Negara sebagai subjek hukum internasional merupakan pengemban hak dan kewajiban yang
diatur oleh hukum internasional, baik ditinjau secara faktual maupun secara historis, dan hukum
internasional itu sendiri adalah sebagaian besar terdiri atas hubungan hukum antara negara dengan
negara.

Sesuai konsep hukum Internasional, kedaulatan memiliki tiga aspek utama yaitu :

i. Aspek Ekstren Kedaulatan, adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas
menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau elompok-kelompok
lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara lain

i. Aspek Intern Kedaulatan, ialah hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk
menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaga
tersebut dan hak untuk membuatundang-undang yang diinginkannya serta
tindakan-tindakan untuk mematuhi.

ii. Aspek Teritorial berart kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh negara
atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut.

Upaya masyarakat internasional mempersoalkan hak-hak dan kewajiban negara telah dimulai sejak abad
ke-17 dengan landasan teori kontrak sosial. Kemudian pada tahun 1916,American Istitute of
International Law  (AIIL) mengadakan seminar dan menghasilkan Declaration of the Rights and Duties of
Nations, yang disusul dengan sebuah kajian yang berjudulFundamental Rights and Duties of American
Republics, dan sampai diselesaikannya Konvensi Montevideo tahun 1933. Hasil Konvensi Montevideo
1933 kemudian menjadi rancangan deklarasi tentang Hak dan Kewajiban Negara-negara yang disusun
oleh Komisi Hukum Internasional (International Law Committee) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tahun 1949. Namun komisi tersebut tidak pernah menghasilkan urutan yang memuaskan negara-negara.

Pada intinya, pernyataan bahwa negara adalah subyek hukum internasional yang utama adalah:
o Hukum Internasional megatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara,
sehingga yang harus diurus oleh hukum internasional terutama adalah negara.

o  Perjanjian Internasional merupakan sumber hukum Internasional yang utama


dimana negara yang paling berperan menciptakannya sehingga secara tidak
langsung negara adalah subyek hukum internasional yang utama.

Deklarasi prinsip-prinsip mengenai hak-hak dan kewajiban negara yang terkandung dalam rancangan
tersebut adalah sebagai berikut :

Hak-hak negara :

A. Hak atas kemerdekaan (Pasal 1);

A. Hak untuk melaksanakan jurisdiksi terhadap wilayah, orang, dan benda yang
berada dalam wilayahnya (Pasal 2);

A. Hak untuk mendapatkan kedudukan hukum yang sama dengan negara lain
(Pasal 5);

A. Hak untuk menjalankan pertahanan diri sendiri atau kolektif (Pasal 12).

Kewajiban-kewajiban negara :

A.  Kewajiban untuk tidak melakukan intervensi terhadap masalah-masalah yang


terjadi di negara lain (Pasal 3);

A. Kewajiban untuk tidak menggerakan pergolakan sipil di negara lain (Pasal 4);

A. Kewajiban untuk memperlakukan semua orang yang ada di  wilayahnya dengan
memperhatikan hak-hak asasi manusia (Pasal 6);

A. Kewajiban untuk menjaga wilayahnya agar tidak membahayakan perdamaian


dan keamanan internasional (Pasal 7);

A. Kewajiban untuk menyelesaikan sengketa secara damai (Pasal 8);

A. Kewajiban untuk tidak menggunakan kekuatan atau ancaman  senjata (Pasal 9);

A. Kewajiban untuk membantu terlaksananya Pasal 9 di atas;

A. Kewajiban untuk tidak mengakui wilayah-wilayah yang diperoleh  melalui cara-


cara kekerasan (9 Pasal 12);

A. Kewajiban untuk melaksanakan kewajiban internasional dengan itikad baik


(Pasal 13); dan
A. Kewajiban untuk mengadakan hubungan dengan negara-negara lain sesuai
dengan hukum internasional (Pasal 14).

Hak-hak dasar yang paling sering ditekankan adalah kemerdekaan dan persamaan kedudukan negara-
negara, jurisdiksi teritorial, dan hak untuk membela diri atau menyelamatkan diri. Kewajiban dasar yang
paling dipertahankan adalah kewajiban untuk tidak menggunakan perang sebagai alat melaksanaan
kewajiban yang digariskan dalam perjanjian dan kewajiban untuk tidak campur tangan dalam urusan
negara lain.

Gabungan Negara-Negara

Ada beberapa macam bentuk gabungan Negara-negara, antarai lain:

a. Negara Federal

Negara federal adalah gabungan sejumlah negara yang dinamakan negara-negara bagian yang datur
oleh suatu undang-undang dasar yang membagi wewenang antara pemerintah federal dan negara-
negara bagiannya. Perlu dicatat bahwa negara-negara bagian ini tidak selalu mempunyai nama yang
sama. Di kanada, negara bagian bernama provinsi  seperti juga halnya dengan afrika selatan dan
argentina. Di swiss, namnya canton  atau lander.  Di Amerika Serikat, Brasil, mexico dan Australia
namanya Negara bagian.  Walaupun Negara-negara bagian mempunyai konstitusi dan pemerintahan
masing-masing, Negara federal inilah yang merupakan subjek hokum internasional dan mempunyai
wewenang untuk melakukan kegiatan luar negeri. Wewenang luar negeri yang dimiliki oleh Negara
federal bukan ditentukan oleh hukum internasional tetapi oleh konstitusi Negara federal. Dalam setiap 
rezim federal, undang-undang dasar biasanya memberikan kepada pemerintahan federal wewenang
mengenai pelaksanaan hubungan luar negeri, pertahanan nasional, pengaturan perdagangan dengan
Negara-negara lan, antara lain berbagai Negara bagian, percetakan uang dll.

b. Gabungan Negara-Negara Merdeka

Gabungan Negara-negara merdeka mempunyai dua macam bentuk yaitu uni riil dan uni personil.

 Uni Riil. Yang dimaksud uni riil adalah penggabungan dua Negara atau lebih melalui
suatu perjanjian internasional  dan berada di bawah kepala Negara yang sama dan
melakukan kegiatan internasional sebagai satu kesatuan. Yang menjadi subjek hukum
internasional adalah uni itu sendiri, sedangkan masing-masing Negara anggotanya
hanya mempunyai kedaulatan intern saja. Sesuai perjanjian atau konstitusi yang
menggabungkan kedua Negara , mereka tidak boleh berperang satu sama lain atau
secara terpisah melakukan perang dengan Negara lain.   Perjanjian-perjanjian
internasional dibuat oleh uni atas nama masing-masing Negara anggota karena Negara-
negara tersebut tidak lagi mempunyai status personalitas internasional.

 Uni Personil. Uni Personil terbentuk bila dua Negara berdaulat menggabungkan diri
karena mempunyai raja yang sama. Dalam uni personil masing-masing Negara tetap
merupakan raja yang sama. Dalam uni personil masing-masing Negara tetap merupakan
subjek hukum internasional . Contoh-contoh dalam sejarah adalah uni antara Belanda
dan Luxembrug dari tahun 1815 sampai 1890 antara Belgia dan Negara merdeka Kongo
dari tahun 1855 sampai 1908.

c. Negara Konfederasi

Konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah Negara melalui suatu  perjanjian internasional yang
memberikan wewenang tertentu kepada kobfederasi. Dalam bentuk gabungan ini, Negara-negara
anggota konfederasi masing-masingnya tetap merupakan Negara-negara yang berdaulat dan subjek
hukum internasional. Bentuk Konfederasi hanya ada di abad XIX. Walaupun Swiss secara resmi
menemakan dirinya Negara konfederasi tetapi semenjak tahun 1848 pada hakekatnya lebih banyak
bersifat federal dimana wewenang luar negeri berada di tangan pemerintah federal.

Tahta Suci Vatikan

Tahta Suci Vatikan merupakan suatu contoh dari pada suatu subyek hukum internasional yang telah ada
di samping Negara-negara. Hal ini merupakan peninggalan  (atau kelanjutan) sejarah sejak zaman dahulu
di samping negardi akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11
Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di
Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas
eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang
kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus
sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh
dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara
menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga
menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125)

Organisasi Internasional

Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek hukum internasional
setelah Negara. Negara-negaralah sebagai subjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi
sebagi sebjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi-organisasi internasional. Walaupun
organisasi-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke -19 akan tetapi perkembangannya sangat cepat
setelah berakhirnya Perang Dunia II. Fenomena ini berkembang bukan saja pada tingkat niversal tetapi
juga pada tingkat regional.

Dasar Hukum yang menyatakan bahwa Organisasai Internasional adalah subyek Hukum Internasional
adalah pasal 104 Piagam PBB Isi pasal 104 :The Organization shall enjoy in the territory of each of its
Members such legal capacity as may be necessary for the exercise of its functions and the fulfilment of
its purposes. Terjemahan : Organisasi akan menikmati di wilayah masing-masing Anggota kapasitas
hukum seperti yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan pemenuhan tujuannya.

a. Tujuan Organisasi Internasional


Organisasi internasional bertujuan untuk memperkembangkan politik  dan keamanan  nasional di satu
pihak serta perkembangan ekonomi  dan kesejahteraan sosial di lain pihak. Pengembangan politik dan
keamanan nasional dikaitkan dengan suatu keperluan akan suatu organisasi untuk pencegahan konflik
bersenjata,  penghentiannya kalu sudah terjadi dan penyelesaian pertikaian secara damai. Kegiatan-
kegiatan di bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial walaupun secara langsung tidak bersangkutan
dengan masalah perdamaian, tetapi aktivitas-aktivitas bidang-bidang tersebut merupakan kontribusi
yang berharga bagi usaha-usaha perdamaian.

b. Struktur dan Fungsi Organisasi Internasional

Hal yang harus diperhatikan dalam pendirian organisasi internasional ialah:

 Pertama, Piagam Pendiriannya harus diadakan dan disetujui oleh negara-negara yang
ingin mengejar tujuan yang dicantumkan d dalam organisasi formal tersebut.

 Kedua, haruslah ada suatu lembaga tetap yang memungkinkan semua anggotanya
berpartisipasi dalam hubungan hubungan bebas satu sama lain serta siap untuk
mempersoalkan masalah suatu negara, besar atau kecil dan setiap waktu dapat
membawa persoalan yang penting mengenai perdamaian dan keamanan serta
kesejahteraan bersama.

 Organisasi Internasional tidak mempunyai badan legislatif walaupun suatu pertemuan


diplomatik mempunyai persamaan dengan itu.

 Cara-cara yang biasa dipergunakan badan-badan internasional untuk menyelesaikan


pertikaian secara damai, mengikuti prosedur yang berlainan dengan peradilan nasional.
Semua anggota dari organisasi diharuskan menyelesaikan pertikaiannya secara damai.
Tetapi badan-badan internasional hanya dapat memberikan rekomendasi dan tidak
dapat memaksa negara-negara mengikuti penyelesaian damai.

c. Klasifikasi Organisasi Internasional

Klasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A Couloumbis dan James H. Wolfe :

A. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan


maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa
Bangsa ;

A. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan


tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank,
UNESCO, International Monetary Fund, International Labor Organization, dan
lain-lain;
A. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan
tujuan global, antara lain: Association of South East Asian
Nation (ASEAN), Europe Union.

i. LBB (Liga Bangsa-Bangsa)

Liga Bangsa-Bangsa (LON) adalah sebuah organisasi antar-pemerintah yang didirikan sebagai hasil dari
Perjanjian Versailes di 1919-1920, dan para pendahulu kepada PBB. Pada tingkat terbesar dari 28
September 1934 untuk 23 Februari 1935, itu 58 anggota. Liga tujuan utama seperti yang tercantum
dalam Kovenan termasuk mencegah perang melalui keamanan kolektif, perlucutan senjata dan
penyelesaian sengketa internasional melalui  negosiasi dan arbitrase. Kovenan dari Liga Bangsa-Bangsa
Tujuan-tujuan lain dalam hal ini dan perjanjian-perjanjian terkait termasuk kondisi perburuhan,
perlakuan yang adil terhadap penduduk asli, perdagangan orang dan narkoba, perdagangan senjata,
kesehatan global, tawanan perang, dan perlindungan terhadap kaum minoritas di Eropa. 2 Pasal 23,
“Perjanjian dari Liga Bangsa-Bangsa, “Perjanjian Versailes” dan Perjanjian Hak Minoritas.

Filsafat diplomatik di belakang Liga mewakili suatu perubahan mendasar dalam pemikiran dari seratus
tahun sebelumnya.. Liga tidak memiliki kekuatan bersenjata sendiri dan begitu tergantung pada Ke
kuatan Besar  untuk menegakkan resolusi, terus sanksi ekonomi yang memerintahkan Liga, atau
menyediakan tentara, bila diperlukan, untuk Liga digunakanNamun, mereka sering enggan untuk
melakukannya.

Sanksi juga bisa menyakiti Liga anggota, sehingga mereka enggan untuk mematuhi mereka. Ketika,
selama Italia-Ethiopia Kedua Perang, Liga terdakwa Benito Mussolini ‘s prajurit penargetan tenda medis
Palang Merah, Mussolini Etiopia itu menjawab bahwa tidak sepenuhnya manusia, sehingga undang-
undang hak asasi manusia tidak berlaku. Benito Mussolini stated that  Benito Mussolini menyatakan
bahwa “Liga sangat baik ketika burung gereja berteriak, tetapi tidak ada gunanya sama sekali ketika
elang jatuh keluar3  Jahanpour, Farhang. “The Elusiveness dari Trust: pengalaman Dewan Keamanan dan
Iran”(PDF). . Transnasional Yayasan Perdamaian dan Masa Depan Penelitian. Diperoleh 2008/06/27

Setelah sejumlah tokoh keberhasilan dan kegagalan dalam beberapa awal tahun 1920-an, Liga akhirnya
terbukti tidak mampu mencegah agresi oleh kekuatan Axis di tahun 1930-anPada bulan Mei 1933, Liga
tidak berdaya untuk meyakinkanAdolf Hitler bahwa Franz Bernheim, [4] seorang Yahudi, terlindung di
bawah klausa-klausa minoritas yang didirikan oleh Liga pada tahun 1919 (bahwa semua minoritas
sepenuhnya manusia dan memegang hak yang sama di antara semua laki-laki).

Jerman menarik diri dari Liga, akan segera diikuti oleh banyak negara totaliter dan militeristik.
Permulaan Perang Dunia IImenunjukkan bahwa Liga telah gagal tujuan utamanya, yaitu untuk
menghindari perang dunia masa depan. The United Nations diganti itu setelah berakhirnya perang dan
mewarisi sejumlah lembaga dan organisasi yang didirikan oleh Liga.

PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa)


Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNO) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah
sebuah organisasi internasional yang menyatakan bertujuan memfasilitasi kerjasama dalam hukum
internasional, keamanan internasional,pembangunan ekonomi, kemajuan sosial, hak asasi manusia,dan
tercapainya perdamaian dunia.. PBB didirikan pada tahun 1945 setelah Perang Dunia II untuk
menggantikan Liga Bangsa-Bangsa, untuk menghentikan perang antara negara-negara, dan untuk
menyediakan platform untuk dialog. Ini berisi beberapa organisasi anak perusahaan untuk
melaksanakan misi.

Saat ini ada 192 negara anggota, termasuk hampir semuanegara berdaulat di dunia. Dari kantornya di
seluruh dunia, PBB dan badan-badan khusus memutuskan masalah substantif dan administratif dalam
pertemuan rutin yang diselenggarakan sepanjang tahun. Organisasi administratif dibagi ke dalam tubuh,
terutama: di Majelis Umum (utama perakitan deliberatif); diDewan Keamanan (untuk memutuskan
resolusi tertentu bagi perdamaian dan keamanan); di Dewan Ekonomi dan Sosial(untuk membantu
dalam mempromosikan ekonomi internasional dan kerja sama sosial dan pembangunan);
di Sekretariat (untuk menyediakan penelitian, informasi, dan fasilitas yang dibutuhkan oleh PBB);
di International Court of Justice (yudisial utama organ).

Badan tambahan berurusan dengan pemerintahan lainnyaSistem PBB badan, seperti Organisasi


Kesehatan Dunia (WHO), the World Food Programme (WFP) dan United Nations Children’s
Fund (UNICEF). PBB tokoh masyarakat paling terlihat adalahSekretaris-Jenderal, saat ini Ban Ki-
moon dari Korea Selatan,yang mencapai pos pada tahun 2007 Organisasi ini dinilai dan dibiayai dari
sumbangan sukarela dari negara-negara anggotanya, dan memiliki enam bahasa
resmi: Arab, Cina,Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol. 4  b “FAQ: Apa bahasa resmi Perserikatan Bangsa-
Bangsa?”. UN Department for General Assembly and Content Management . Retrieved 2008-09-21 .

Palang Merah Internasional

Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis organisasi internasional.
Namun karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum
internasional menjadi sangat unik dan di samping itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal mulanya,
Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan
oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang
kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan
simpati dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-
masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang
Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa,
Swiss. (Phartiana, 2003; 123)

Individu yang Mempunyai Kriteria Tertentu

Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang memberikan hak dan
membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung kepada individu semakin bertambah pesat,
terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa
konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan eksistensi
individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.

Dasar hukum yang menyatakan individu sebagai subjek hukum internasional ialah :

1. Perjanjian Versailles 1919 pasdal 297 dan 304

2. Perjanjian Uppersilesia 1922

3. Keputusan Permanent Court of Justice 1928

4. Perjanjian London 1945 (inggris, Perancis, Rusia, dan USA)

5.  Konvensi Genocide 1948.

Kaum Pemberontak (Belligerensi)

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara
berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan.
Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara
dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap
yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi
yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh
pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari
sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau
subyek hukum internasional

Dasar hukum yang menyatakan Pemberontak / Pihak yang bersengketa sebagai Subjek Hukum
Internasional ialah :

1. Hak Untuk Menentukan nasib sendiri

2. Hak untuk memilih sistem ekonomi, sosial dan budaya sendiri.

3. Hak untuk menguasai sumber daya alam.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Subjek Hukum Internasional adalah semua pihak atau entitas yang dapat
dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional. Hak dan kewajiban tersebut
berasal dari semua ketentuan baik yang bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional
ataupun dari kebiasaan internasional (Istanto, Ibid: 16; Mauna, 2001:12).

Berdasarkan definisi subjek hukum internasional yang telah diuraikan di atas maka dapat kita ketahui
bahwa yang menjadi subyek hukum Internasional meliputi:

1. Negara yang Berdaulat

2. Gabungan Negara-Negara

3. Tahta Suci Vatikan

4. Organisasi Internasional (OI) baik yang Bilateral, Regional maupun Multilateral

5. Palang Merah Internasional

6. Individu yang mempunyai criteria tertentu

7. Pemberontak (Belligerent) atau Pihak Yang bersengketa

8. Penjahat Perang atau Genocide

Negara merupakan subjek hukum terpenting dibanding dengan subjek hukum internasional lainnya.
Banyak sarjana yang memberikan definisi terhadap negara, antara lain  C. Humprey Wadlock yang
memberi pengertian negara sebagai suatu lembaga (institution), atau suatu wadah di mana manusia
mencapai tujuan-tujuannya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Negara sebagai pribadi
hukum internasional harus memiliki syarat-syarat atau unsure-unsur konstitutif sebagai berikut:

1. Penduduk yang tetap

2. Wilayah tertentu

3. Pemerintahan

4. Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain

Subjek hukum yang kedua ialah Gabungan Negara-negara, yang termasuk dengan gabungan negara-
negara ialah Negara Federal, Gabungan Negara-Negara Merdeka yang mempunyai dua macam bentuk
yaitu uni riil dan uni personil. Yang dimaksud uni riil adalah penggabungan dua Negara atau lebih melalui
suatu perjanjian internasional  dan berada di bawah kepala Negara yang sama dan melakukan kegiatan
internasional sebagai satu kesatuan. Uni Personil terbentuk bila dua Negara berdaulat menggabungkan
diri karena mempunyai raja yang sama. Dalam uni personil masing-masing Negara tetap merupakan raja
yang sama. Yang terakhir adalah Negara Konfederasi.

Tahta Suci Vatikan merupakan suatu contoh dari pada suatu subyek hukum inteenasional yang telah ada
di samping Negara-negara. Hal ini merupakan peninggalan  (atau kelanjutan) sejarah sejak zaman dahulu
di samping negardi akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11
Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di
Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas
eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang
kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus
sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh
dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara
menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga
menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125)

Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek hukum internasional
setelah Negara. Negara-negaralah sebagai subjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi
sebagi sebjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi-organisasi internasional. Walaupun
organisasi-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke -19 akan tetapi perkembangannya sangat cepat
setelah berakhirnya Perang Dunia II. Fenomena ini berkembang bukan saja pada tingkat niversal tetapi
juga pada tingkat regional.

Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis organisasi internasional.
Namun karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum
internasional menjadi sangat unik dan di samping itu juga menjadi sangat strategis.

Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada
tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di
berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan eksistensi individu sebagai subyek hukum
internasional yang mandiri.

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara
berdaulat. Salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum
pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan
tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut,
berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status
sebagai pribadi atau subyek hukum internasional.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridhonya saya dapat menyelesaikan Tugas Semester Genap ini. Makalah
ini saya beri judul “subyek-subyek hukum internasional”.Dalam kehidupan sosial di masyarakat internasional sering kali kita
mendapati berbagai konflik.
Selain untuk memenuhi tugas akhir semester genap , penulisan makalah berguna untuk menambah wawasan penulis dalam
memahami materi yang diberikan oleh dosen pembimbing dalam kuliah Hukum Internasional buk Sefriani,S.H.,M.hum.Dengan
pembuatan makalah ini penulis dapat melihat realita yang terjadi di lingkungan internasional.
Informasi dalam makalah ini penulis dapatkan dari dosen pembimbing di dalam kelas dan media internet .Terimakasih penulis
ucapkan kepada dosen pembimbing mata Hukum Internasional buk Sefriani,S.H.,M.hum atas materi yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini . Ketidaksempurnaan makalah ini karena penulis hanya manusia yang tak luput dari
kesalahan , untuk itu mohon maaf dan mohon bimbingannya untuk terus memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis sehingga
apa yang menjadi harapan dan cita – cita dapat tercapai dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca .

Yogyakarta , Desember 2011

Penulis
(Rendi Panalosa)

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang:
Dengan perkembangan zaman yang begitu maju dan banyaknya negara-negara yang melakukan hubungan internasional dengan
negara lain,maka untuk menghindari terjadinya suatu konflik atau suatu permasalahan maka dibuatlah suatu aturan yang harus
dipatuhi oleh negara lain.
J.G Starke memberikan devinisi hukum internasional. Menurutnya hukum internasional adalah sekumpulan hukum (body of law)
yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan antar Negara.
Dalam masalah ini saya akan lebih detail menjelaskan subyek-subyek hukum internasional yang sudah diakui oleh negara-negara
lain.Dimana macam-macam subyek hukum dalam hukum internasional khususnya negara sebagai subyek utama.

B.Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil dan ditarik permasalahan yang terkandung dalam subyek-subyek hukum,yakni:
1.Pengertian subyek hukum internasional?
2.Macam-macam subyek hukum internasioal?
a. Negara?
b.Organisasi Internasional?
c.Palang Merah Internasional?
d. Tahta Suci Vatikan? 
e. Kaum Pemberontak / Beligerensi (belligerent)?

f. Individu?

g. Perusahaan Multinasional ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian subyek hukum internasional? 
Subjek Hukum Internasional dapat diartikan sebagai: 
1. Pemegang segala hak dan kewajiban dalam hukum internasional.
2. Pemegang hak istimewa procedural untuk mengadakan tuntutan di depan Mahkamah Internasional.
3. Pemilik kepentingan yang diatur oleh Hukum Internasional. 
Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, subjek hukum internasional dapat diartikan sebagai pemegang segala hak dan kewajiban
menurut hukum internasional. Dengan kata lain dapat disebut sebagai subjek hukum internasional secara penuh. Mengenai siapa
yang menjadi subjek hukum internasional, dapat dilihat melalui dua pendekatan:
1. Pendekatan dari Segi Teoritis:
a. Hanya negaralah yang menjadi subjek hukum internasional,pendapat ini didasarkan pada pemikiran, bahwa peraturan-peraturan
hukum internasional adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan traktat-traktat meletakkan kewajiban
yang hanya mengikat negara-negara yang menandatanganinya
b. Individulah yang menjadi subjek hukum internasional,bahwa yang dinamakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara
sebenarnya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban manusia-manusia yang merupakan anggota masyarakat yang mengorganisir
dirinya dalam negara itu. Negara tidak lain merupakan konstruksi yuridis yang tidak akan mungkin ada jika tanpa manusia sebagai
anggota masyarakat suatu negara.

2. Pendekatan dari Segi Praktis:

a. Pendekatan ini berpangkal tolak dari kenyataan yang ada, baik kenyataan mengenai keadaan masyarakat internasional masa
sekarang maupun hukum yang mengaturnya. Kenyataan yang ada tersebut timbul karena sejarah, desakan kebutuhan
perkembangan masyarakat hukum internasional, maupun memang diadakan oleh hukum itu sendiri.
2.Macam-macam subyek hukum internasioal?
a)Negara

*.Pengertian Negara
Dalam Konvensi Montevideo, disebutkan unsur-unsur apa saja yang harus ada pada sesuatu yang dapat disebut sebagai negara
untuk dapat dijadikan sebagi subjek hukum internasional. Unsur-unsur tersebut adalah:
aPenduduk yang tetap (a permanent population)
b.Wilayah yang pasti (a defined territory)
c.Pemerintah (goverment)
d.Kemempuan untuk mengadakan hubungan dengan negara-negara lain (capacity to enter into relations with the other state)
Negara juga bisa disebut sebagi organisasi kekuasaan yang berdaulat, menguasai wilayah tertentu, dan yang kehidupannya
didasarkan pada system hukum tertentu.

*.Terbentuknya Negara.
Terbentuknya negara terjadi melalui beberapa jalan:
a.Proklamasi.Merupakan pernyataan sepihak dari suatu bangsa bahwa dirinya melepaskan diri dari kekuasaan negara lain dan
mengambil penentuan nasibnya di tangannya sendiri.
b.Perjanjian Internasional. Dengan perjanjian itu disepakati terbentuknya suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat dari suatu
bangsa tertentu.
c.Plebesit. Plebesit adalah pemungutan suara rakyat dari dua negara yang bersengketa untuk memilih dan bergabung pada salah
satu negara agar dapat berdiri sebagai suatu negara yang merdeka. 
*.Pengakuan Negara:
a.Pengertian Pengakuan;
Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah perbuatan bebas suatu negara yang membenarkan terbentuknya suatu organisasi
kekuasaan yang menerima organisasi kekuasaan itu sebagai anggota masyarakat internasional. Pengakuan merupakan perbuatan
politik karena pengakuan merupakan perbuatan pilihan yang didasarkan pada perimbangan kepentingan negara yang mengakui.
Pengakuan bukan merupakan perbuatan hukum karena bukan keharusan sebagai akibat telah dipenuhinya persyaratan yang telah
ditetapkan oleh hukum. Sebagai perbuatan hukum, pengakuan menimbulkan hak, kewajiban, dan privilege yang diatur hukum
internasional dan hukum nasional negara yang mengakui. Pengakuan bisa diberikan kepada negara, pemerintah negara taupun
kesatuan bukan negara seperti belligerent.
b.Fungsi pengakuan;
Teori Konstitutif. Teori ini menyatakan bahwa pengakuan itu menciptakan negara, dengan kata lain pengakuan itulah yang memberi
status negara pada organisasi kekuasaan yang diakui.
Teori Deklaratur. Teori ini menyatakan bahwa pengakuan tidak menciptakan negara, pengakuan merupakan pembuktian resmi
mengenai sesuatu yang telah ada. Negara baru berlaku surut sejak saat kenyataan terjadinya kemerdekaam negara tersebut.
c.Macam-macam Pengakuan;
1.De Jure.Pengakuan yang diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa menurut negara yang mengakui organisasi kekuasaan
yang diakui dianggap telah memenuhi persyaratan hukum untuk ikut serta melakukan hubungan interbasional. 
2.De Facto. Pengakuan yang diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa menurut negara yang mengakui organisasi kekuasaan
yang diakui, untuk sementara dan dengan reservasi di kemudian hari, menurut kenyataannya dianggap telah memenuhi
persyaratah hukum untuk ikut serta melakukan hubungan internasional.
d.Cara Pemberian Pengakuan;
1.Secara Terang-terangan. Pengakuan ini diberikan secara resmi dalam bentuk nota diplomatic, pesan pribadi dari Kepala Negara
atau Menteri Luar Negeri, pernyataan Parlemen, atau perjanjian internasional.

2.Pengakuan Secara Diam-diam. Terjadi karena ada hubungan antara negara yang mengakui dengan organisasi kekuasaan yang
diakui yang menunjukkan kemauan negara yang mengakui untuk mengadakan hubungan resmi dengan organisasi kekuasaan
yangdiakui. Pengkuan diam-diam ini dibenarkan oleh hukum internasional karena pengakuan dianggap masalah kemauan, yang
dapat dinyatakan secara terang-terangan maupun diam-diam.
e.Penarikan Kembali Pengakuan; 
Terdapat ketentuan umum dalam hal pengakuan bahwa pengakuan de jure sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali. Penarikan
pengakuan dapat dilakukan denagn penghentian diadakannya hubungan antar negara yang dilakukan dengan pemutusan
hubungan diplomatis. Berbeda dengan pengakuan de jure, pengakuan de facto dihentikan sesuai dengan keadaan organisasi
kekuasaan yang diberi pengakuan de jure kepa organisasi kekuasaan de facto.

*.Macam-Macam Negara;
1.Negara Menurut Bentuknya;
a.Negara Kesatuan. Negara yang kekuasaan pemerintah pusatnya berkedudukan lebih tinggi daripada kekuasaan pemeritah
daerahnya. Hal ini terjadi karena pemerintah pusat memegang kedaulatan negara.
b.Negara federasi. Negara yang kekuasaan pemerintah pusatnya dimana dengan kekuasaan pemerintah daerah. Hal itu terjadi
karena adanya pembagian bidang kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah, dimana pemerintah pusat dan daerah
memegang kedaulatan negara.
c.Konfederasi Negara. Merupakan gabungan dari negara-negara yang kekuasaan pemerintah pusatnya berkedudukan lebih rendah
daripada pemerintah negara yang bergabung padanya. Hal itu terjadi karena negara- negara yang tergabung merupakan negara
yang berdaulat. 
2.Negara Menurut Luas Wilayahnya;
Disamping negara-negara yang dianggap norma, ada negara mikro atau negara mini/liliput. Hal itu disebabkan karena wilayahnya,
penduduknya,dan kemampuan ekonominya kecil. Menurut hukum internasional, negara mikro berhak ada, dimana keberadaannya
didasarkan hak menentukan nasib sendiri dari tiap bangsa.namun berbeda dengan negara normal, negara mikro tidak dapat
menikmati hak-hak internasional tertentu, misalnya menjadi anggota PBB. Karena dianggap terlalu berat bagi negara mikro dan
dapat melemahkan kedudukan PBB.
3. Negara Menurut Wilayah Lautnya;
a.Negara Pantai,negara yang wilayah daratannya, atau sebagaian garatannya berbatasan dengan laut. Contohnya Belanda, Mesir,
dan India.

b.Negara tidak Berpantai,negara yang wilayah negaranya habis dikelilingi daratan negara lain. Contohnya Swiss, Austria, dan
Nepal.
c.Negara Pantai yang tidak Beruntung,negara pantai yang wilayah lautnya terjepit oleh laut negara lain. Contohnya Soingapura.

d.Negara Kepulauan,negara yang seluruhnya terdiri dari satu kepulauan atau lebih dan dapat mencakup pulau lain. Yang dimaksud
ialah sekelompok pulau, termasuk bagian pulau-pulau, perairan yang menghubungkannya dengan benda alami lain yang
membentuk suatu kesatuan.

4.Negara Menurut Kedudukannya dalam Pertikaian Bersenjata;


a.Negara yang Dinetralkan. Negara yang kemerdekaan dan integritas politik serta teritorialnya dijamin secara permanent oleh
perjanjian kolektif negara-negara besar denagn negara yang dinetralkan itu yang merupakan subjek hukum internasional. Negara
yang dinetralkan hak untuk melakukan pertikaian senjata dibatasi serta adanya larangan untuk mengikuti perjanjian persekutuan
atau perjanjian internasional.
b.Negara Netral. Negara yang secara sukarela menetapkan kebijakan untuk tidak ikut serta dalam suatu pertikaian bersenjata yang
terjadi. Kedudukan negara netral tidak mempengaruhi kedudukan negara terseut sebagai subjek hukum internasional.

Hak dan Kewajiban dasar negara:


a.Hak-hak negara: 
-hak atas kemerdekaan
-hak untuk melakasanakan yuridiksi terhadap wilayah orang dan benda yang berada didalam wilayahnya.
-hak untuk mendapatkan kedudukan hukum yang sama dengan negara-negara lain.
-hak untuk menjalankan pertahanan diri sendiri atau self defance

b.kewajiban negara:
-kewajiban untuk tidak melakukan intervensi terhadap masalah-masalah yang terjadi dinegara lain.
-kewajiban untuk tidak menggerakan pergolakan sipil dinegara lain
-kewajiban untuk memperlakukan semua orang yang berada diwilayahnya dengan memperhatikan HAM.

*Analisis Masalah:
Masalah yang dapat kita analisis dalam macam-macam subyek hukum terutama mengenai masalah negara adalah:

1.masalah hak atas kemerdekaan atau self determination rigth ?


Gagasan adanya self determination right mula-mula dikemukakan oleh Presiden Wilson dalam pidatonya didepan kongres Amerika
Serikat pada 8 Januari 1918 dan ditegaskan lagi dalam naskah Konvensi Liga Bangsa-Bangsa.Maksud dari gagasan tersebut
sebernarnya adalah agar diberikannya kesempatan pasca perang dunia 1 berdasarkan asas demokrasi kepada golongan-golongan
minoritas di Eropa untuk menetukan nasibnya sendiri dengan membentuk negara-negara merdeka yang tidak dimasukan dalam
wilayah negara-negara yang menang perang.tetapi pendapat itu banyak ditentang,karena yang sifatnya dapat berubah-
rubah.Sebetulnya self determination right itu sendiri dimaksudkan untuk dekolonisasi,dapat digunakan oleh bangsa-bangsa yang
terjajah atau dibawah kolonial bangsa lain.Dalam perkembangan zaman dimana sudah tidak ada lagi penjajahan dimana self
determination right masih berlaku dan tidak hanya negara buat negara,tetapi juga bisa negara buat rakyatnya dengan catatan
negara melakukan perbuatan yang benar-benar keji,kejam,dan melanggar HAM berat.

b)Organisasi Internasional

Klasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A Couloumbis dan James H. Wolfe :

a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya
adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ;

b.bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International Monetary Fund, International Labor Organization, dan
lain-lain;

c.Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global, antara lain: Association of South East
Asian Nation (ASEAN), Europe Union. 

*Analisi Masalah:
Masalah yang dapat dianalisis dalam masalah macam-macam subyek hukum yaitu organisasi internasional adalah apa saja syarat
menjadi organisasi internasionla???

Syarat buat menjadi organisasi internasional:


a.Basic instrument pendiri organisasi internasional,
-PI lebih dari 3 negara
-Ada tujuan dan kewenangan organisasi internasional
-struktur organisasi
b.Sekretariat yang tetap.

c)Palang Merah Internasional

Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis organisasi internasional. Namun karena faktor
sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum internasional menjadi sangat unik dan di samping
itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup
nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di
bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di
banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari
negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) dan
berkedudukan di Jenewa, Swiss. (Phartiana, 2003; 123)

d)Tahta Suci Vatikan

Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara
pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain
dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri,
walaupun tugas dan kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian
dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan
umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik
dengan Tahta Suci, dengan cara menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga
menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125) 

e)Kaum Pemberontak / Beligerensi (belligerent)

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu,
penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan
terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka
salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang
berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat
pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum
pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional
*Analisis Masalah:
Masalah yang dapat timbul dan dianalisis dari masalah kaum pemberontak atau belligerent adalah bagaiman pertanggung jawaban
negara terhadap pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh kaum pemberontak terhadap negara lain??
Dalam masalah ini negara tidak dapat dimintai pertanggung jawaban dan tidak dapat dimintai ganti rugi yang dilakukan oleh kaum
pemberontak terhadap pelanggaran hukum internasional terhadap negara-negara lain.

f)Individu

Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang memberikan hak dan membebani kewajiban serta
tanggungjawab secara langsung kepada individu semakin bertambah pesat, terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi
Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan
lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan eksistensi
individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.

g)Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru dalam hukum dan hubungan internasional. Eksistensinya dewasa
ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional
mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian melahirkan hak-hak dan kewajiban
internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu
sendiri.
*Analisis Masalah:
Masalah yang dapat dilihat dan dapat dianalisis dalam masalah perusahaan multinasional adalah bagaimana pertanggung jawaban
sebuah perusahaan multinasional yang mana sudah jelas-jelas melanggar HAM ,dimana mereka tidak dapat diadili dan dimintai
pertanggung jawaban?
Seperti dalam kasus perusahaan multinasional yaitu perusahaan EXXON Mobile diAceh tidak dapat dimintai pertanggung jawaban
atas pelanggaran-pelanggaran yang telah mereka lakukan di Aceh ? karena perusahaan multinasional tersebut telah memberikan
dana yang cukup besar kepada aparatur keamanan negara Indonesia untuk meniadakan keselahan yang telah mereka perbuat dan
menjaga fasilitas produk mereka dan mereka selalu senantiasa berlindung kepada petinggi-petinggi negara yang bersangkutan. 

BAB III
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Subjek Hukum Internasional adalah semua pihak atau entitas yang dapat dibebani oleh hak dan
kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional. Hak dan kewajiban tersebut berasal dari semua ketentuan baik yang bersifat
formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional ataupun dari kebiasaan internasional .
Berdasarkan definisi subjek hukum internasional yang telah diuraikan di atas maka dapat kita ketahui bahwa yang menjadi subyek
hukum Internasional meliputi:
1.Negara
2.Organisasi Internasional
3.Palang Merah Internasional
4. Tahta Suci Vatikan

5. Kaum Pemberontak / Beligerensi (belligerent)

6. Individu

7. Perusahaan Multinasional
Negara merupakan subjek hukum terpenting dibanding dengan subjek hukum internasional lainnya. Banyak sarjana yang
memberikan definisi terhadap negara, antara lain C. Humprey Wadlock yang memberi pengertian negara sebagai suatu lembaga
(institution), atau suatu wadah di mana manusia mencapai tujuan-tujuannya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat atau unsur-unsur konstitutif sebagai berikut:
1. Penduduk yang tetap
2. Wilayah tertentu
3. Pemerintahan
4. Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain
Subjek hukum yang kedua ialah Gabungan Negara-negara, yang termasuk dengan gabungan negara-negara ialah Negara Federal,
Gabungan Negara-Negara Merdeka yang mempunyai dua macam bentuk yaitu uni riil dan uni personil. Yang dimaksud uni riil
adalah penggabungan dua Negara atau lebih melalui suatu perjanjian internasional dan berada di bawah kepala Negara yang sama
dan melakukan kegiatan internasional sebagai satu kesatuan. Uni Personil terbentuk bila dua Negara berdaulat menggabungkan
diri karena mempunyai raja yang sama. Dalam uni personil masing-masing Negara tetap merupakan raja yang sama. Yang terakhir
adalah Negara Konfederasi.
Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek hukum internasional setelah Negara. Negara-
negaralah sebagai subjek asli hukum internasional yang mendirikan organisasi sebagi sebjek asli hukum internasional yang
mendirikan organisasi-organisasi internasional. Walaupun organisasi-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke -19 akan tetapi
perkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Fenomena ini berkembang bukan saja pada tingkat niversal
tetapi juga pada tingkat regional.
Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis organisasi internasional. Namun karena faktor
sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan hukum internasional menjadi sangat unik dan di samping
itu juga menjadi sangat strategis.
Tahta Suci Vatikan merupakan suatu contoh dari pada suatu subyek hukum inteenasional yang telah ada di samping Negara-
negara. Hal ini merupakan peninggalan (atau kelanjutan) sejarah sejak zaman dahulu di samping negardi akui sebagai subyek
hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan
mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan
Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya,
tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya
memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui
secara luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara
menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga menempatkan kedutaan besarnya di
berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125)
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara berdaulat. Salah satu sikap yang
dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun
sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan
pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai
pribadi atau subyek hukum internasional.

Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948
diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan
eksistensi individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.
.
1.      Mengapa Tahta suci bisa dikategorikan sebagai subjek hukum internasional, padahal tahta suci
hanyalah tahta dibidang kerohanian dan keagamaan khususnya agama katolik?

2.    Mengapa Palang Merah Internasional juga bisa dikategorikan sebagai subyek hukum internasional,
padalah telah ada organisasi internasional, bukankah Palang Merah Internasional juga termasuk
Organisasi internasional?

3.    Mengapa Pemberontakan dan pihak dalam sengketa juga termasuk subjek hukum internasional?

Jawabannya adalah sebagai berikut:

1.     Mengapa Tahta suci bisa dikategorikan sebagai subjek hukum internasional, padahal tahta suci
hanyalah tahta dibidang kerohanian dan keagamaan khususnya agama katolik?

Tahta Suci diakui sebagai subjek hukum internasional didasarkan pada alasan sejarahnya. Tahta Suci
telah ada sejak jaman dahulu dan mempunyai kewenangan di bidang keagamaan dan kerohanian.
Kewibawaan tahta suci telah diakui juga oleh negara-negara didunia juga dalam hubungan-hubungan
internasional dianggap sejajar dengan negara-negara. Hal ini diperkuat oleh traktat pada tanggal 11
Februari 1929 yang dikenal dengan nama “Lateran Treaty” dan berisi tentang sebidang tanah yaitu
vatikan yang diserahkan pemerintah Italy yang sekarang merupakan tempat kedudukan tahta suci.
Dengan traktat ini tentunya sekaligus merupakan bentuk pengakuan Pemerintah Italy bahwa Tahta Suci
merupakan subjek hukum Internasional. Tahta Suci juga telah menempatkan perwakilan diplomatiknya
di negara lain yang dikepalai oleh Nucious( setingkat dengan duta besar)

2.    Mengapa Palang Merah Internasional juga bisa dikategorikan sebagai subyek hukum
internasional, padalah telah ada organisasi internasional, bukankah Palang Merah Internasional juga
termasuk Organisasi internasional?

Alasan mengapa Palang merah Internasional bisa dikategorikan sebagai subjek hukum internasional
adalah karena faktor sejarahnya. Namun selain dikarenakan palang merah internasional merupakan
organisasi non pemerintah yang bergerak dibidang kemanusiaan dan memiliki anggota yang berupa
palang merah nasional yang ada di negara-negara bahkan sebagian besar negara di dunia. Walaupun
beda dengan organisasi internasional pada umumya namun keberadaan palang merah internasional
telah diakui sebagai subjek hukum internasional yang mandiri. Peranan langsung P.M Internasional
adalah dalam bidang hukum humaniter internasional seperti; yang dihasilkan dalam konfrensi Jenewa
1949 tentang perlindungan korban perang.

Palang Merah Internasional juga merupakan Organisasi Internasional namun non pemerintah. Yang
menguatkan mengapa P.M Internasional bisa dikategorikan sebagai subjek hukum internasional adalah
“international court of justice” yang menyatakan bahwa: “ Tentu saja tidak sama halnya dengan suatu
negara, atau bahwa personalitas dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban hukum sama sebagaimana
yang dimiliki suatu negara. Artinya bahwa organisasi internasional merupakan subjek hukum
internasional dan mampu mendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban internasional, dan bahwa
organisasi internasional mempunyai kapasitas untuk mempertahankan hak-haknya dan melakukan
tuntutan internasional” (Starke.2008:85)

  

3.    Mengapa Pemberontak dan pihak dalam sengketa juga termasuk subjek hukum internasional?

Empat unsur yang harus dipenuhi agar kaum pemberontak dapat dikatakan sebagai kaum belligerensi:

a) Kaum pemberontak itu harus terorganisasi secara rapi dan teratur dibawah pemimpinnya yang
jelas.
b) Kaum pemberontak itu harus menggunakan tanda pengenal yang jelas yang menunjukkan
identitasnya
c) Kaum pemberontak itu harus sudah menguasai sebagian wilayah secara efektif sehingga bener-
benar wilayah itu berada dalam kekuasaannya.
d) Kaum pemberontak itu harus didukung oleh rakyat yang ada di wilayah yang didudukinya itu.

Mengapa harus dengan syarat seperti diatas? Hal ini dikarenakan bahwa hukum internasional hanya
mengakui pemberontak dan pihak dalam sengketa bisa dikategorikan sebagai subjek hukum intrnasional
apabila telah memenuhi 4 unsur tadi. Seperti yang dikemukakan (Starke. 2008:85-87) “bahwa praktek
internasional dalam tahun-tahun terakhir ini telah memperluas jangkauan atas masalah-masalah yang
jauh melampaui negara semata seperti misalnya adalah para pemberontak sebagai kelompok dapat
diberi hak-hak sebagai pihak yang sedang berperang(belligerent) dalam perselisihannya dengan
pemerintah yang sah, meskipun tidak dalam artian organisasi seperti negara”. Namun dalam prakteknya
hal ini sangat sulit diterapkan karena faktor politik negara lebih dominan.

Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/subjek-hukum-
internasional.html#ixzz2PJuAyKOq
Daftar pustaka

http://ninyasmine.wordpress.com/2011/08/24/subjek_hukum_internasional/

http://pkndisma.blogspot.com/2013/01/subyek-hukum-internasional.html

http://rendiepanalosa.blogspot.com/2011_12_01_archive.html

http://statushukum.com/subjek-hukum-internasional.html

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/subjek-hukum-internasional.html#ixzz2PJuAyKOq

Anda mungkin juga menyukai