Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI DIRI PELAKSANAAN PENELITIAN TIDAKAN KELAS

Oleh : SISKA HIDAYANTI,S.Pd


NIP :198708122019022005
Tanggal : 26 Oktober 2020

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Munculnya revolusi industry generasi keempat atau disebut juga revolusi
industry 4.0 merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat. Era revolusi industry generasi ke-4 atau yang disebut sebagai
revolusi industry 4.0 mengarahkan semua bidang kehidupan pada teknologi digital,
artificial intelegence, big data, dan robotic. Salah satunya di bidang pendidikan,
memasuki revolusi industry 4.0 dunia pendidikan dituntut untuk mengkonstruksi
pembelajaran yang melibatkan teknologi. Pendidikan 4.0 merupakan istilah yang
digunakan oleh para ahli pendidikan untuk menggambarkan cara
mengimplementasikan teknologi ke dalam pembelajaran.
Pendidikan 4.0 menuntut guru menguasai teknologi untuk diintegrasikan dalam
proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri pendidikan nasional no
16 tahun 2007 yang menyatakan bahwa seorang guru harus mempunyai kompetensi di
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Kompetensi di bidang teknologi informasi
dan komunikasi berfungsi untuk mengembangkan diri dan sebagai penunjang proses
pembelajaran. Pernyataan tersebut dikuatkan dengan Permendikbud no 22 tahun 2016
dalam standar proses yaitu prinsip pembelajaran yang digunakan adalah guru harus
dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Banyak penelitian tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang telah
dilakukan. Dari berbagai penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa
Pedagogical Content Knowledge (PCK) penting untuk pengembangan kemampuan
profesional guru dan calon guru (Turnuklu & Yesildere, 2007; Hill, Ball, & Schiling
2008; Anwar, Rustaman, & Widodo, 2014). Namun seiring perkembangan teknologi
yang begitu pesat dan memasuki era revolusi industry 4.0, maka kemampuan untuk
menguasai teknologi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru maupun calon
guru. Perpaduan kemampuan PCK dan teknologi disebut Koehler & Mishra (2009)
sebagai Technological Pedagogical Content Knowledge (TPaCK).
Terdapat banyak manfaat dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Nasution (2018: 14) menjabarkan manfaat teknologi dalam proses pembelajaran yaitu,
1) bagi siswa meningkatkan perhatian, konsentrasi, motivasi, dan kemandirian, 2) bagi
guru dapat mereduksi penggunaan waktu penyampaian materi, membuat pengalaman
belajar siswa lebih menyenangkan, mendesain materi lebih menarik, dan mendorong
guru untuk meningkatkan pengetahan dan kemampuan mengenai komputer. Gallupe
(2003: 116) menjelaskan beberapa tujuan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran, kepuasan siswa, penghasilan, dan kualitas
pelayanan. Penggunaan teknologi menurut Drijvers, Boon, dan Van Reeuwijk dalam
proses pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran,
terutama pada pembelajaran Tematik.
Banyaknya manfaat penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang sudah
dipaparkan tentu menjadi pertimbangan guru untuk memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran. Namun tidak semua guru mampu dalam menggunakan teknologi dalam
proses pembelajaran. Hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Sukaesih, Ridlo, & Saptono (2017) menunjukkan masih sedikit guru yang tidak
menguasai teknologi apalagi menggunakannya sebagai sumber belajar dan media
belajar untuk pencapaian kompetensi dasar. Penggunaan teknologi dalam proses
pembelajaran membutuhkan guru yang kompeten. Kompeten yang dimaksud adalah
guru yang dapat mengintegrasikan antara kemampuan professional, kemampuan
pedagogi, dan teknologi dalam pembelajaran. Ketiga kemampuan tersebut menurut
Koehler &Mishra (2009) disebut sebagai Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPaCK). Kemampuan guru dalam menguasai teknologi dalam
pembelajaran dapat dilihat melalui TPaCK (Technological Pedagogical Content
Knowledge) yang dimiliki guru. TPaCK merupakan kerangka teoritis untuk
mengintegrasikan teknologi, pedagogik, dan materi pelajaran dalam pembelajaran.
Kemampuan guru dalam menguasai teknologi dalam pembelajaran pada era
industri 4.0 ini masih rendah. Hal ini juga terjadi dalam pembelajaran Tematik Kelas
V di SD Negeri 2 Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran
2020/2021. Guru masih menggunakan cara konvensional dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran Tematik yang dilakukan guru selama ini kurang inovatif
sehingga pembelajaran berlangsung monoton dan lebih didominasi guru.
Akibat selanjutnya dapat diduga, yaitu keterlibatan aktif siswa dalam
pembelajaran kurang optimal dan pembelajaran cenderung menjadi berpusat kepada
guru. Kondisi semacam itu berdampak lanjutan kepada kurang optimalnya
kemampuan siswa dalam penguasan materi. Kurang optimalnya penguasaan materi
oleh siswa tersebut ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa
dalam pembelajaran Tematik.
Sekolah Dasar Negeri 2 Tambi beralamat di Desa Tambi, berjarak sekitar 15
km dari kota kabupaten dan 4 km dari kota kecamatan. Jika dilihat dari letaknya,
sekolah ini terletak di daerah yang relatif jauh dari kebisingan lalu lintas. Sarana dan
prasarana sekolah ini relatif cukup memadai jika dibanding dengan sekolah pedesaan
pada umumnya.
Dilihat dari gurunya, sekolah ini sudah terpenuhi kebutuhan guru, guru yang
ada sudah cukup mengampu kelas I sampai kelas VI dengan semuanya sudah berijazah
S1, dan semuanya berstatus PNS. Siswa sekolah ini berjumlah 165 siswa. Latar
belakang pendidikan orang tua dari siswa angat bervariasi tetapi sebagian besar adalah
petani.
Ditinjau dari penguasaan klasikal belajar Tematik, tingkat ketuntasan belajar di
kelas V SD Negeri 2 Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo semester ganjil
tahun pelajaran 2020/2021 masih sangat rendah. Dilihat dari Penilaian Harian Tema 1
pada muatan pelajaran PPKn baru mencapai 54% atau 15 siswa dari 28 siswa yang ada
sudah mencapai KKM. Pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia sudah mencapai 71%
atau 20 siswa yang ada sudah mencapai KKM. Pada muatan pelajaran IPA baru
mencapai 61% atau 17 siswa dari 28 siswa sudah mencapai KKM. Pada muatan
pelajaran IPS baru mencapai 21% atau 6 siswa dari 28 siswa sudah mencapai KKM.
Dan pada muatan pelajaran SBdP baru mencapai 25% atau 7 siswa dari 28 siswa sudah
mencapai KKM. Dilihat dari perolehan rata-rata kelas untuk muatan pelajaran PPKn
adalah 65,72, muatan pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 80,16, muatan pelajaran IPA
yaitu 70,8, muatan pelajaran IPS yaitu 40,8 dan muatan pelajaran SBdP yaitu 52,4.
Secara keseluruhan perolehan rata-rata kelas baru mencapai 61,98 yang artinya
sebagian besar siswa masih belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM>65.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka guru berusaha mengubah kegiatan
pembelajaran yang konvensional beralih dalam kegiatan pembelajaran dengan
pengintegrasian teknologi (TPACK) yang sesuai dengan era industri 4.0, sehingga
siswa lebih aktif dan pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. Kegiatan
pembelajaran menyenangkan dapat tercipta apabila menggunakan metode bervariasi,
media pembelajaran yang relevan dengan keadaan saat ini serta melalui pendekatan
pembelajaran yang tepat yaitu pendekatan Saintifik dan TPACK. Siswa akan merasa
tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, mencoba dan membuktikan sendiri
dalam kegiatan pembelajaran, sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya
dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Upaya perbaikan yang dilakukan guru agar pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan adalah dengan pendekatan TPACK dalam pembelajaran. Melalui
pendekatan TPACK ini siswa diharapkan akan lebih aktif dalam pembelajaran
sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin optimal.

2. Tujuan Dilakukan Refleksi


a. Melihat kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran menggunakan TPACK yang
telah diterapkan oleh guru.
b. Mencari alternatif solusi untuk meningkatkan kinerja guru yang diharapkan akan
meningkatkan kemampuan anak baik dalam hal pengetahuan atau sikap.
c. Untuk mengidentifikasi atas solusi dari masalah yang ditemukan.

3. Manfaat Dilakukan Refleksi


a. Mengembangkan potensi guru dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran dengan pendekatan TPACK di kelas 5.
b. Memungkinkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan penerapan
pendekatan TPACK dengan memanfaatkan platform pendidikan yang sesuai
dengan era industri 4.0 seperti Zoom, Google Clasroom, dan Google Form.
c. Menciptakan pembelajaran daring yang lebih menarik dan interaktif.
B. Pembahasan
Dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan didapat hasil sebagai berikut.
a. Hasil Siklus I
Dari hasil penelitian siklus I, penulis dan pendamping/observer melakukan
analisa dan refleksi hasil pembelajaran. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
KKM : 65
Nilai Jumlah Siswa Prosentase
Tuntas > 65 19 68%
Belum Tuntas < 65 9 32%

Dari hasil analisa siklus I ini, penulis mengulas secara cermat bahwa ada
beberapa siswa yang belum menunjukkan kemampuan belajar tematik secara
maksimal. Hal ini dibuktikan dengan capaian nilai mereka yang masih di bawah
KKM. Berdasar hasil siklus I tersebut peneliti melanjutkan tindakan ke siklus II.
b. Hasil Siklus II
Dari hasil penelitian siklus II, penulis dan pendamping / observer
melakukan analisa dan refleksi hasil pembelajaran. Adapun data nilai yang
diperoleh siswa selama siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
KKM : 65
Nilai Jumlah Siswa Prosentase
Tuntas > 65 24 86 %
Belum Tuntas < 65 4 14%
Dari hasil analisa siklus II ini, penulis mengulas secara cermat bahwa siswa
sudah menunjukkan kemampuan belajar tematik secara maksimal. Hal ini dibuktikan
dengan capaian nilai mereka yang masih sudah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu
mencapai 86%. Berdasar hasil siklus II penulis menghentikan penelitian tindakan
sampai siklus II ini.
C. Kelebihan dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kelebihan
a) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
b) Siswa tidak malu bertanya bila mengalami kesulitan
c) Siswa lebih fokus dalam mengikuti pelajaran
d) Guru tidak mengalami kesulitan membangkitkan keaktifan siswa
e) Guru tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan TPACK dalam
pembelajaran materi daur hidup hewan.
f) Guru lebih mudah dalam menyampai materi
2. Hambatan
Terdapat kendala yang ditemui saat proses belajar mengajar diataranya yaitu:
a. Pada siklus I hambatan yang ditemui antara lain yaitu :
a) Pengkondisian peserta didik untuk mengikuti pembelajaran melalui zoom
meeting masih terkendala jaringan peserta didik sehingga belum seluruhnya
mengikuti pembelajaran daring melalui Zoom Meeting secara synchronous
b) Beberapa peserta didik masih kurang memperhatikan saat zoom
c) Belum semua peserta didik mengikuti pembelajaran daring via zoom karena
sinyal lemah sehingga keluar masuk zoom, meskipun sudah berusaha
bergabung (klaster). Ada juga yang tidak mengikuti zoom karena acara
keluarga dan sakit.
d) Beberapa siswa terlihat kurang konsentrasi selama zoom.
b. Usaha untuk mengatasi hambatan pada siklus I dilaksanakan pada siklus II antara
lain yaitu :
a) Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik saat zoom, guru perlu
melakukan pembiasaan, motivasi dan teknik untuk mengarahkan peserta
didik lebih aktif dalam pembelajaran
b) Untuk siswa yang susah sinyal. Selanjutnya diminta bergabung dengan
teman lainnya yang memiliki sinyal kuat
c) Saya harus lebih mempersiapkan sinyal yang kuat
D. Kesimpulan
Dengan melihat data prasiklus, data hasil penilaian siklus I, data hasil penilaian
siklus II maka peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada kenaikan ketuntasan di setiap
siklusnya, nilai rata-rata kelas siswa yang hanya 62 pada kondisi awal, meningkat
menjadi 89 pada siklus I dan menjadi 90 pada siklus II. Persentase ketuntasan siswa
juga mengalami peningkatan yang hanya 54% pada kondisi awal meningkat menjadi
68% pada siklus I dan mencapai 86% pada siklus II. Dari peningkatan nilai siswa
tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar tematik siswa mengalami peningkatan.
Maka penulis dapat menrik kesimpulan bahwa melalui penerapan pendekatan TPACK
dapat meningkatkan hasil belajar tematik bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Tambi
Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo pada semester I tahun pelajaran 2020/2021.
Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran selanjutnya,
guru perlu melakukan pembiasaan, motivasi dan teknik untuk mengarahkan peserta
didik lebih aktif dalam pembelajaran, Untuk siswa yang susah sinyal. Selanjutnya
diminta bergabung dengan teman lainnya yang memiliki sinyal kuat pada saat
mengikuti zoom .

E. Daftar Pustaka
Permendiknas. No. 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi Guru, BSNP. 2007.
Maulida, Noviani. 2019. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Technological Pedagogical
Pedagogical And Conten Knowledge (TPACK) Dengan Blended Learning
Terhadap Peningkatan Berkomunikasi Pada Materi Sistem Gerak.
http://digilib.uinsgd.ac.id/29556/
Rahman, Bujang. 2015. Mempersiapkan guru professional (suatu pendekatan
komprehensif). Bandar Lampung: FKIP Universitas Lampung.
Rosyid, Abdul. 2016. Technological Pedagogical Content Knowledge sebuah
kerangka pengetahuan bagi guru Indonesia di era MEA.
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snip/article/view/8962
Sukaesih, S., Ridlo, S., & Saptono, S.. 2017. “Analisis kemampuan technological
pedagogical and content knowledge (TPACK) calon guru pada mata kuliah PP
Bio”. SNPS. https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/article/view/11392
Handayani, Veny.2019. Metode E-Learning Sebagai Komponen TPACK Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Jaringan Hewan.
http://repository.unpas.ac.id/46077/
Sintawati, Mukti & Fitri Indriani. 2019. Pentingnya Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) Guru Di Era Revolusi Industri 4.0.
http://digilib.uinsgd.ac.id/29556/
Maulida, Noviani. 2019. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Technological Pedagogical
Pedagogical And Conten Knowledge (TPACK) Dengan Blended Learning

Anda mungkin juga menyukai