Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRILAKU NORMAL DAN ABNORMAL

Anggota Kelompok:
 Ni Putu Galuh Pradnya Ningrum /2111031068
 Ni Komang Arika Dewi /2111031080
 Ni Luh Andri Antari /2111031175
 Ni Putu Ayu Bintang Pradilla Putri /2111031017
 I Made Darma Widana /2111031090
 Ni Made Ayu Hermawati /2111031089
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Membedakan Prilaku Normal Dan
Abnormal” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.

Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pengajar Psikologi yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih mengerti
dan memahami tentang gangguan perilaku abnormal, tak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril
maupun materil.

Walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa
masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilapan dalam penulisan makalah ini. Untuk
itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal

2.2 Penyebab Perilaku Abnormal

2.3 Faktor Abnormalitas

2.4 Karakteristik Perilaku Abnormal

2.5 Jenis-jenis Perilaku Abnormal

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak
merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan
perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan
kedokteran umum.

Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat
pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan
tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku
abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang.

Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan
suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut
neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif
biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang
biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang
diturunkan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal?

2. Sebutkan Penyebab Perilaku Abnormal?

3. Jelaskan Faktor Abnormalitas?

4. Bagaimanakah Karakteristik Perilaku Abnormal?

5. Sebutkan Jenis-jenis Perilaku Abnormal?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal

2. Untuk mengidentifikasi Penyebab Perilaku Abnormal

3. Mengetahui Faktor Abnormalitas

4. Mengetahui Karakteristik Perilaku Abnormal

5. Mengetahui Jenis-jenis Perilaku Abnormal


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Normal dan Abnormal

Normal adalah keadaan sehat (tidak patologis) dalam hal fungsi keseluruhan. Sedangkan
Abnormal adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa terjadi).

Perilaku Normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) yang dapat diterima oleh
masyarakat pada umumnya. Sedangkan Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap hidup yang
sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi
interpersonal dan intersosial yang memuaskan.

Perilaku Abnormal adalah suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku,
tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa.

Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan. Ada dua
pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:

1. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya
sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.

Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.

2. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor
sosial kultural setempat.

Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami
kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.
Jadi, batas antara normal dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua kutub yang berlawanan,
melainkan lebih berada dalam satu kontinum sehingga garis yang membedakan sangatlah tipis.

2.2 Penyebab Perilaku Abnormal

Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai
berikut

1. Penyebab Primer ( Primary Cause )

Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.
Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis
psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara
bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan
ini tidak mungkin menyerang seseorang.

2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )

Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu
dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang
tuanya mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan
dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.

3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )

Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan
gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami
kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang
menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.

4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptif yang
sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru
dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda
kesembuhannya.
5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab

Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal.
Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana
melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab
sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi
problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya –
foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut
versi sang suami dia jengkel kepada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman –
temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.

Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya
menjadi tiga yaitu:

1.Faktor Biologis

Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun
fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit
dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi
seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.

2. Faktor – faktor psikososial

a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak

Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga
diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma
psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa
dewasa.

b) Deprivasi Parental

Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan,
kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab
misalnya:
1. Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan.

2. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.

c) Hubungan orang tua – anak yang patogenik

Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua
dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.

d) Struktur keluarga yang patogenik

Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para
anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan
selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur
keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:

1. Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena
berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan secukupnya.

2. Keluarga yang antisosial Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan
masyarakat luas.

3. Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah.

4. Keluarga yang tidak utuh. Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah
karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.

e) Stress berat

Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :

1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri.

2) Konflik nilai.

3) Tekanan kehidupan modern.


3. Faktor – Faktor Sosiokultural

Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat
menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan
seperti :

a. Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,

b. Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi
tentara yang dalam peperangan harus membunuh.

c. Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti


berdasarkan agama, ras, suku dll.

2.3 Faktor Abnormalitas

Penyebab yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono sebagai berikut:

- Faktor keturunan (hereditas)

1. Idiopathy (penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)


2. Psikosis (penyakit mental yang parah)
3. Neurosis (penyakit saraf)
4. Ideocy (ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)
5. Psikosis sifilitik

- Faktor sebelum lahir (pranatal)

1. Kekurangan nutrisi

2. Infeksi

3. Luka

4. Keracunan

5. Menderita penyakit

6. Menderita psikosis
7. Trauma pada kandungan

- Faktor ketika lahir (natal)

1. Kelahiran dengan tang (tangverlossing)

2. Asphixia (kekurangan O2 dalam udara pernafasan)

3. Prematurity (lahir sebelum waktunya)

4. Primogeniture (primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan anak pertama)

- Faktor setelah lahir (pascanatal)

1. Pengalaman traumatik

2. Kejang atau stuip

3. Infeksi pada otak atau selaput otak

4. Kekurangan nutrisi

5. Faktor psikologis

2.4 Karakteristik Perilaku Abnormal

1. Kejarangan statistic

Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang ditemukan. Perkataan yang
mengungkapkan bahwa seseorang dianggap normal adalah orang tersebut tidak menyimpang
jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu.

2. Pelanggaran norma

Perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang
mengamatinya.
3. Distress pribadi

Karakteristik lain dari perilaku abnormal adalah perilaku menciptakan tekanan dan siksaan besar
pada orang yang megalaminya

4. Disabilitas atau disfungsi perilaku

Disabilitas yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup (seperti
hubungan kerja atau pribadi), karena abnormalitas.

5. Yang tidak diharapkan (Unexpectedness)

Tidak semua distress atau diabilitas masuk dalam bidang psikologi abnormal. Distress seringkali
dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respons yang tidak diharapkan terhadap stressor
lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang ditemukan,
melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya, yang menyebabkan
ketidakmampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi respons yang tidak diharapkan oleh
lingkungan. Oleh karena itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai
dengan criteria diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang sesuai agar dapat digolongkan
sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang sesuai dengan satu
criteria, juga akan sesuai untuk criteria yang lainnya.

2.5 Jenis-jenis Perilaku Abnormal

1. Gangguan Kecemasan

Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang mengancam dan
menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap stress. Kecemasan dianggap
abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah.
Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala
utama (kecemasan merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami bila individu berupaya
mengendalikan perilaku maladaptif tertentunya (fobia dan obsesi kompulsif).

Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik


Kecemasan merata (generalized anxiety).

Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang berlebihan pada stress
yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan. Terus menerus mengkhawatirkan segala
macam masalah yang mungkin terjadi dan sult sekali berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
Keluhan fisik yang lazim antara lain tidak dapat tenang,tidur terganggu,kelelahan,macam-macam
sakit kepala, kepeningan, jantung berdebar-debar.

Gangguan Panik (Panic attacks)

Keadaan tiba-tiba yang penuh dengan keprihatinan atau teror akut yang meluap-luap. Pada saat
serangan panik individu merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Perasaan ini
disertai dengan gejala seperti jantung berdebar-debar,kehabisan nafas,berkeringat, otot-otot
bergetar,kepusingan, dan rasa muak. Semua ini akibat dari aktifnya bagian simpatetik sistem
saraf otonomik.

Fobia

Berbeda dengan angguan kecemasn merata,gangguan fobia mengandung ketakutan yang


spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat terhadap suatu stimulus
atau situasi yang menurut kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya,disebut orang yang fobia.
Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak rasional tapi dia tetap merasakan
kecemasan (mulai dari rasa rasa serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat
diredakan dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya
tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari individu tersebut.

Gangguan obsesi kompulsif

Orang yang mengalami gangguan obsesi kompulsi merasa terpaksa berpikir tentang hal-hal tidak
mereka inginkan.

Obsesi: gangguan terus menerus dari pikiran/bayangan yang tidak diinginkan. Kompulsif:
desakan yang tak tertahankan untuk melaksanakan tindakan/ritual rutin tertentu. Pikiran obsesi
dapat dikaitkan dengan tindakan kompulsif (misalnya,pikiran tentang kuman penyakit yang
dihubungkan dengan kompulsi untuk mencuci alat-alat makan berkali-kali sebelum dipakai).
Individu yang mengalami gangguan obsesi kompulsif,pikiran dan desakan ini sangat
mengganggu tetapi merasa tak berdaya mengendalikannya.

2. Gangguan afektif

Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood). Orang yang
terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah atau
dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah
dan dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau saat-saat panik. Perubahan suasana hati
semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu tersebut perlu dirumahsakitkan.

Episode manik

Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias dan percaya diri. Terus
berbicara, berpindah-pindah kegiatan tanpa memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat
rencana-rencana besar tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat
mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian daripada kegembiraan.

Episode manik yang parah ( mania) berperilaku seperti konsep yang terkenal tentang “raving
maniak” . Mereka sangat bersemangat dan harus selalu aktif. Mereka dapat bolak-
balik,menyanyi,berteriak, atau memukul-mukul dinding selama berjam-jam. Akan marah dan
menjadi ganas bila ada orang yang mengganggu kegiatan mereka.

Gangguan manik depresi

Individu yang mengalami manik dan mengalami depresi secara berganti-ganti dalam suatu
episode yang bersamaan. Kondisi ini disebut sebagai gangguan bipolar; individu beralih dari satu
kutub perasaan ke kutub perasaan yang lain. Gangguan bipolar atau gangguan manik depresif
jarang terjadi. Gangguan manik depresif berbeda dengan gangguan afeksi lainnya karena
gangguan ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda,lebih mungkin terjadi dalam
keluarga,memberi respons pada beberapa pengobatan terapis yang berbeda, dan mudah terjadi
lagi bila tidak diobati.

Skisofrenia
Gangguan yang ditandai dengan parahnya,

a. Kekacauan kepribadian.

b. Distorsi realita.

c. Ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Biasanya muncul pada umur sangat muda; puncaknya antara umur 25 th-35 th. Kadang-kadang
berkembang secara lamban sebagai proses yang sedikit demi sedikit. Meningkat pada perilaku
mengasingkan diri dan perilaku yang tidak wajar. Gangguan skisofrenia dapat juga terjadi secara
tiba-tiba, ditandai dengan kerancuan yang intens dan kekacauan emosi.

Kasus ini timbul dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang
memiliki gaya hidup :

− Cenderung menyendiri.

− Suka bekerja sendiri.

− Merasa tidak aman.

Ciri-ciri Skisofrenia :

a. Kekacauan Pikiran dan Perhatian.

Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan. Individu tersebut menanggapi
begitu banyak stimulus yang bersamaan dan sulit mengambil makna.Pembicaraan para penderita
ini tidak relevan, tidak ada ujung pangkalnya.

b. Kekacauan Persepsi.

Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia tampak lain bagi penderita tersebut.
Ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan.

c. Kekacauan Afektif.

d. Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal. Namun ekspresi
emosi yang datar ini/tumpul ini dapat menyembunyikan kekacauan dalam hatinya dan dapat
tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan perasan yang tidak relevan
dengan situasi/pikiran yang diungkapkan.

e. Delusi dan Halusinasi.

Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang menyimpang disertai pula
dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum adalah keyakinan bahwa kekuatan eksternal
mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut.

Delusi penganiayaan : Paranoid.

Delusi kehebatan : Orang tersebut kuat dan penting.

Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan.

Halusinasi Auditorik : Suara-suara.

Halusinasi Visual : Melihat mahluk-mahluk aneh,malaikat.

Halusinasi Sensorik : Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.

3. Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi
stress atau memecahkan masalah. Sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada masa remaja dan
dapat berlangsung sepanjang hidup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kita perlu memahami perilaku abnormal seseorang, sebab “Orang Berperilaku Abnormal”
biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam
keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.

Manusia merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap permasalahan individu


memerlukan penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu mahasiswa berperilaku
abnormal memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah.

Jadi sebagai sesama manusia, kita harus mengetahui mengapa itu bisa terjadi dan seorang
mahasiswa yang baik harus bisa mengerti apa yang dialami oleh teman sekitarnya dengan baik
dan solusi yang tepat agar orang yang berprilaku abnormal dapat keluar dari masalah yang
dihadapi.

3.2 Saran

Perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna
dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut
berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan
sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh
budaya serta waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,A.Aziz Alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Surabaya: Salemba


Medika.

Sarwono, Sarlito Wirawan.1983.Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suyati, Sri. dkk. 1995. Psikologi Industri dan Sosial, Semarang : Pustaka Jaya.

King, Laura A., 2010. Psikologi Dasar, Jakarta : Salemba Humanika

Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia

Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama

Jaini Loen

Author : Jaini Loen

Anda mungkin juga menyukai