Anda di halaman 1dari 5

Nilai-Nilai Karakter Pada Cerita Hidimbi

Mata Kuliah : Bahasa Kawi

Dosen Pengampu : I Wayan Artayasa,SS.M.Hum

Disusun Oleh :

Ni Luh Andri Antari

Nim 2111031175

No.Absen 29

Kelas C2

UNIVERSITAS HINDU NEGRI IGUSTI BAGUS SUGRIWA

DENPASAR

TAHUN AJARAN 2022

Nilai Nilai Karakter Dalam Cerita Hidimbi


1. Kerja keras dan Bertanggung Jawab

Irikã ta sang Arjuna mãjar i kakanira: “Kaka Bhimã, agöng rakwa kaçaktin ikang rãksasa
Hidimba. Haywa ta kaka pramadã ri lekasnya ring palagan. Mangkana yan anghel rahadyan
sanghulun marãryana sakareng. Nguhulun lawananyãsikep aperep!”

,,Antenku sang Arjuna! Haywa kita sangçaya. Tonton patukarninghulun lãwan rãksasa. Yaya
patyanya dengku.”

Ling sang Arjuna: “Kaka Bhima. Yan mantyekung rãksasã si Hidimba haywa sowe-sowe patyani
juga usen. Sugyana katekana rodramurti, kãla surupning ãditya muwah, byaktãgöng kaçaktin
ikang rãksasa irikã!”

Prayatna ta sang Bhima sapitutur sang anten, mogha ta sukunikang rãksasa sini kepnira kalih.
Pinuterakenira ta ya, inutitaken tinibaken ing çilãtala, linudanira ri mustipãtinya.

Tikel ta ya walakangnya dening pãdatãla-nira mangohan ta ya memakasi huripnya, kadi


çabdaning gereh; gumuruh angampuhan karengö ring ãkãçamanadala. Pejah ta ya tan pamyati
patinya menglendo, mukanya bentarr, konjem ing çilãtala.

Terjemahan :

Kakanda Bima. Besarlah kesaktian raksasa Hidimba itu. Janganlah kakanda kurang hati-hati
tentang perjuangan ini. Begitulah seandainya paduka kakanda lelah, berhentilah sebentar. Hamba
akan melawannya berdekap (bergulat) dan bertinju.”

“Adindaku sang Arjuna, jangan adinda khawatir. Lihat-lihatilah laga kakanda dengan raksasa.
Pasti ia terbunuh oleh kakanda.” Kata Sang Arjuna: “Kakanda Bima, kalau membunuh raksasa
Hidimba itu, janganlah diperlambat, bunuhlah segera, jangan-jangan nanti sampai waktu
Rodramurti, yakni saat matahari terbenam. Pada waktu itu telah nyata, kesaktian raksasa menjadi
besar.” Insyaflah sang Bima terhadap nasehat adindanya. Lekas-lekas kaki raksasa ditangkap
dua-duanya, (diangkat dan) diputar-putarkan (di angkasa), lalu ditanggalkan di atas batu datar,
diikuti hujan tinju tak berkeputusan jatuhnya. Putuslah punggungnya (diterjang) oelh telapak
kaki.

2. Cinta Kasih, Jujur dan Setia

I pejah sang Hidimba, manembah ta sang Hidimbi ri dewi Kunti. Mãjar ta ya sira, lingnya: ,,He
mahadewi. Nghulun rãksasi makaswabhãwa krurarupa. Ndan tininggal ninghulun ikã
krukaraning rãksasirupa, sasolah swabhãwangkwi nguni kabeh.

Nyag solahing manuç gawayen tuladana mangke, wetning hyun inghulun ri rãnak mahãdewi.
Kunang yan hana sanmata rahadyan sanghulun, yan yogã nghulun umiwwö ri jöng mahãdewi,
mawwata patik mahãdewi, apan swakarming kadi kam mangkana.”Nãhan ling sang Hadimbi.
Mojar ta sang Kunti, lingnira: “Anaku kita sang Bhimã. Tan apa kita makestri rãksasi, apan
dharma ngranya. Haywãgigu ring ulah. Ikã kewala çarananta i sedengning haneng alas. Haywa
wikalpa wekangku.” Mangkana ling sang Kunti.

Terjemahan

Pada waktu matinya Hidimba, bersembahlah Hidimbi kepada Dewi Kunti. Menguraikanlah ia
kepadanya, apa yang dimaksudkannya.

“Aduhai Mahadewi. Hamba seorang raksasi bersifat berupa buas. Nah ditinggalkan oleh hamba
bentuk kebuasan rupa raksasi itu, segala tingkah laku dan tabiat hamba tadi. Sekarang tingkah
laku manusia hamba kerjakan, itu akan jadi teladan hamba. Itulah semua, disebabkan oleh hasrat
hamba terhadap putera Mahadewi. Maka kalau ada izin tuanhamba, biarkanlah hamba
memelihara paduka Mahadewi, akan mempersembahkan serba santapan, keluar dari hati (djiwa)
yang diperhamba Mahadewi, sebab memang demikian cara hamba, biasanya.”

Begitulah perkataan sang Hidimbi. Berkatalah sang Kunti, sabdanya: “Anakku Sang Bima. Tak
mengapa engkau memperistri raksasi, sebab ini memang dharma namanya. Jangan engkau
bersikap canggung-canggung. Kepadanya saja engkau dapat berlindung semasa engkau ada di
hutan ini. Jangan engkau ragu-ragu, hai anakku.” Demikian perkataan sang Kunti.

3. Peduli

Mangkanangen-angen sang Hidimbi, pinaha-yunya ta rupanya, salwiring manusarupa pinahayu,


pinaka solahnya tekeng pahyas-nya; sopacãra bhuçananing manuçyãkrti konangunang
tininghaln. Mojar ta sarã-gasemu guyu, nihan lingya ,,Swãmi sang malinggih ring çilãtala!
Mahãbhaya tan sinipi iking alas pinaranta. Syapa bhayang-kwa, liganta? Hana rãkçasa si
`Hidimba ngaranya, tamolah ring çalmaliwrkça, randö magöng tengah ning alas. Ya ta
makãsana-nya; hetuning wwang tan hãna sabhã mara ngke, asing wwang mara ngke pinanganya.

Kunang kami si Hidimbi ngaran i nghulun, arinikang Hadimba rãkçaça, kinon ikãmãtya-ne kita.
Katekan pwa nghulun rãga tumon kalituhaywan rahadyan sanghulun matang- yan
huripanangkwa kita, wawangku mareng çunyadeça, tan hana kalahalanta dengku; ilu ta ndak
wöraken kita, sugyan tar wruha wwang sãnakwi kita.”

Terjemahan

Tuan hamba sang terduduk-duduk di atas batu rata! Sangat berbahaya hutan yang tuan hamba
datangi ini. “Siapa yang menjadi bahaya bagiku?” Demikian (barangkali) akan dijawab tuan
hamba?

Ada seorang raksasa, Hidimba namanya, berdiam dalam pohon Salmali, yakni batang randu di
rimba. Itulah yang jadi tempat tinggalnya. Oleh sebab itu, tiada seorang berani berkunjung
kemari? Hamba ini adik raksasa Hidimba. Disuruhkan membunuh kepada tuan hamba.
Tertambatlah hamba oleh dendam birahi, serta hamba melihat keelokan paras tuan hamba, oleh
karena itu tuanhamba tidak akan hamba bunuh (malahan) akan hamba bawa ke daerah yang
legang, tak ada kejahatan bagi tuan hamba oleh hamba. Ikutlah tuanhamba akan hamba bawa
terbang. Tentu tidak akan diketahui oleh saudara hamba!”
4. Cinta tanah air ( adi parwa)

Sang Ᾱruṇika kinon ira yasawaha rumuhun, kamena nira wehana ri sang HyangDharmaśāstra.
Yatna ta sang Ᾱruṇikagulaha, sakramaning Masawah ginawayaken ira
Terjemahan:

Sang Ᾱruṇika disuruh untuk mengolah sawah sang guru sebelum Dianugrahi ilmu Dharma.
Dengan bermacam cara dan sangat berhati-hati Dalam melaksanakan tugas mengolah sawah
yang diberikan oleh gurunya Tersebut

5. Nilai Kedisiplinan (cerita jaratyu)


“Mangkana brata ning kawitan ira, kumawaҫaken apriy, tan kenengstri, kewala tapa ginong nira,
inajar nira kalaran magawe tapa.”

Terjemahan:
“Begitulah tapa orang tuanya, tahan akan penderitaan, tidak bergaul dengan perempuan, hanya
tapa yang dibesarkannya, diajarinya, menderita membuat tapa”.

Anda mungkin juga menyukai