Anda di halaman 1dari 4

Name : Habib Alghi Fachri

SANGI SANG PEMBURU


Pada zaman dahulu kala, di Kalimantan Tengah, hiduplah seorang pemburu tangguh bernama Sangi. Ia sangat ahli
dalam menyumpit binatang buruan. Sumpitnya selalu mengenai sasaran. Setiap kali berburu, ia selalu berhasil
membawa pulang banyak daging binatang buruan. Sangi tinggal di daerah aliran Sungai Mahoroi, anak Sungai
Kahayan. Ia tinggal bersama keluarga dan kerabatnya. Mereka hidup dari bercocok tanam di ladang dan berburu.
Ladang mereka masih sering berpindah-pindah. Selain itu, mereka juga mencari bahan pangan dari tumbuh-
tumbuhan yang terdapat di hutan-hutan pedalaman.
Pada suatu hari, seperti biasa Sangi pergi berburu. Namun hari itu, ia sangat kesal. Dari pagi hingga sore, tidak
seekor binatang buruan pun yang diperolehnya. Karena hari mulai senja, ia berniat pulang.
Dalam perjalanan pulang, Sangi melihat air tepi sungai sangat
keruh.
“Sepertinya baru saja seekor babi hutan lewat di tepi sungai itu,” kata Sangi dalam hati.
Karena penasaran, Sangi kemudian memeriksa bekas jejak kaki babi di tanah. Ternyata dugaan Sangi benar. Ia
melihat bekas jejak kaki babi hutan di tanah menuju ke arah sungai. Dengan penuh harap, Sangi mengikuti arah
jejak binatang itu. Tidak seberapa jauh dari sungai, ia menemukan babi hutan yang dicarinya. Namun sayang,
sebagian dari tubuh babi hutan itu telah berada di mulut seekor naga. Pemandangan itu sangat mengerikan dan
menakutkan Sangi. Ia tidak bisa berteriak. Dengan pelan-pelan, ia beranjak dari tempatnya berdiri lalu bersembunyi
di tempat yang tidak jauh dari naga itu.
Dari balik tempatnya bersembunyi, Sangi menyaksikan naga itu berusaha menelan seluruh tubuh babi hutan.
Meskipun naga itu telah mencobanya berulang-ulang, namun usahanya selalu gagal. Karena kesal, akhirnya naga itu
pun menyerah. Dengan murka ia palingkan wajahnya ke arah Sangi yang sejak tadi memerhatikannya. Mengetahui
hal tersebut, Sangi sangat ketakutan. Badannya gemetaran.
“Waduh gawat! Naga itu ternyata mengetahui keberadaan saya di sini. Jangan-jangan…naga itu hendak memangsa
saya,” gumam Sangi dengan cemasnya.
Baru saja ucapan itu lepas dari mulut Sangi, dalam sekejap mata bayangan naga itu menghilang dan menjelma
menjadi seorang pemuda tampan. Sangi sangat heran. Ketakutannya berubah menjadi ketakjuban. Tiba-tiba, pemuda
tampan itu menghampiri Sangi dan memegang lengannya.
“Hei, anak muda! Telan babi hutan itu! Kamu tidak seharusnya mengintip naga yang sedang menelan mangsanya!”
bentak pemuda tampan itu.
“Saa”saa”ya”tidak bisa,” kata Sangi ketakutan. “Bagaimana mungkin saya dapat menelan babi hutan sebesar itu”“
tambahnya.
“Turuti perintahku! Jangan membantah!” seru pemuda tampan itu tak mau dibantah.
Mendengar bentakan itu, Sangi tidak bisa menolak apa yang diperintahkan pemuda tampan itu. Sangi kemudian
mendekati babi yang tergeletak di tanah tak jauh darinya. Sungguh ajaib, dengan mudah Sangi menelan babi hutan
itu, seolah-olah ia seekor naga besar. Sangi pun terheran-heran pada dirinya sendiri.
“Kenapa hal ini bisa terjadi” Ini benar-benar tidak masuk akal,” kata Sangi dalam hati.
“Karena kamu telah mengintip naga yang tengah memakan mangsanya, maka sejak itu pula kamu telah menjadi
naga jadi-jadian. Kamu tidak dapat menolak apa yang sudah terjadi,” ujar pemuda tampan itu menjelaskan.
“Apa” Aku tidak mau jadi seekor naga jadi-jadian. Aku mau jadi manusia biasa!” seru Sangi tidak terima.
“Tuan, jadikan aku menusia biasa saja!” serunya memohon.
Mendengar permohonan Sangi, pemuda tampan itu tertawa terbahak-bahak,
“Haa…haa…haa…, kamu tak perlu cemas anak muda. Selama kamu dapat merahasiakan kejadian ini, kamu dapat
terus menjadi manusia,” jelas si pemuda tampan.
“Benarkah itu tuan?“ tanya Sangi tak percaya.
Karena masih dihantui rasa penasaran, Sangi kemudian bertanya lagi kepada pemuda tampan itu,
“Apa keistimewaan menjadi seekor naga jadi-jadian itu ?“
Sambil tersenyum, pemuda tampan itu menjawab,
“Sebenarnya kamu orang yang sangat beruntung. Dengan demikian, kamu akan terus awet muda. Banyak orang
ingin awet muda, akan tetapi tidak bisa. Sedangkan kamu, dengan mudah mendapatkannya”. Sangi sangat senang
mendengar jawaban itu,
“Wah, menyenangkan sekali kalau begitu, Saya bisa hidup selama beratus-ratus tahun.” Lalu, Sangi bertanya
kembali,
“Apa larangannya ?“
Pemuda tampan itu menjawab,
“Kamu tidak boleh menceritakan hal ini kepada siapa pun. Jika kamu melanggarnya, wujudmu akan menjelma
menjadi seekor naga. Kamu paham” tanya pemuda tampan itu.
“Wah…mudah sekali larangannya tuan. Kalau begitu saya bersedia untuk mematuhi larangan itu,” jawab Sangi
dengan mantap.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba pemuda tampan di hadapannya itu menghilang entah ke mana. Sangi pun bergegas
pulang ke rumahnya.
Sejak itu, Sangi terus menjaga agar rahasianya agar tidak diketahui orang lain, termasuk kerabat dan keluarga
terdekatnya. Dengan begitu, ia tetap awet muda sampai usia 150 tahun. Hal ini membuat para kerabat, anak cucu,
dan cicitnya ingin mengetahui rahasianya hingga tetap awet muda. Mereka juga ingin seperti Sangi. Panjang umur,
sehat, dan awet muda. Setiap hari, mereka terus bertanya kepada Sangi mengenai rahasianya. Karena didesak terus-
menerus, akhirnya Sangi membeberkan rahasia yang telah lama ditutupinya. Dengan demikian, Sangi telah
melanggar larangan yang dikiranya mudah itu. Akibatnya, tubuhnya mulai berganti rupa menjadi seekor naga.
Kedua kulit kakinya pelan-pelan berganti menjadi sisik tebal, dan akhirnya berubah menjadi seekor naga yang besar
dan panjang. Menyadari hal itu, Sangi kemudian menyalahkan seluruh keturunannya yang terus mendesaknya
hingga ia membeberkan rahasianya. Hal inilah yang membuat Sangi sangat marah dan geram.
“Kalian memang jahat! Kalian semua akan mati!” seru Sangi dengan geram.
Setelah itu, Sangi lari ke sana ke mari dengan marah. Seluruh badannya terasa panas Akhirnya, tubuhnya menjelma
menjadi seekor naga. Sebelum menceburkan diri ke dalam sungai, ia sempat mengambil harta pusaka yang lama
disimpannya dalam sebuah guci Cina. Guci itu berisi perhiasan dan kepingan-kepingan emas. Sangi terus berlari ke
sungai. Setibanya di Sungai Kahayan, ia segera menyebarkan perhiasan dan kepingan-kepingan emas itu sambil
berseru, “Siapa saja yang berani mendulang emas di daerah aliran sungai ini, maka ia akan mati. Emas-emas itu
akan menjadi tumbal kematiannya!”
Setelah itu, Sangi yang telah menjelma menjadi seekor naga, menceburkan diri ke dalam hulu sungai.
Sejak itu, ia menjadi penjaga Sungai Kahayan. Anak Sungai Kahayan itu kemudian disebut pula sebagai Sungai
Sangi. Anak keturunan Sangi yang mempertanyakan rahasianya banyak yang meninggal setelah itu.
Name : Habib Alghi Fachri

SANGI THE HUNTER


Long ago, in Central Kalimantan, there lived a tough hunter named Sangi. He is very skilled at picking up game
animals. His chopsticks always hit the target. Every time he hunted, he always managed to bring home a lot of game
meat. Sangi lives in the Mahoroi River, a tributary of the Kahayan River. He lives with his family and relatives.
They lived from farming in the fields and hunting. Their fields still move frequently. Apart from that, they also look
for food from plants found in inland forests.
One day, as usual, Sangi went hunting. But that day, he was very upset. From morning to evening, he did not catch a
single game. Because it was starting to get dusk, he intended to go home. On the way home, Sangi saw the water on
the river bank
cloudy.
"It looks like a wild boar just passed by the river bank," said Sangi to himself.
Out of curiosity, Sangi then examined the pig's footprints on the ground. It turns out Sangi's guess was right. He saw
wild boar footprints on the ground leading towards the river. Full of hope, Sangi followed the animal's footsteps. Not
far from the river, he found the wild boar he was looking for. But unfortunately, part of the boar's body was in the
mouth of a dragon. The sight was very terrible and scared Sangi. He couldn't scream. Slowly, he got up from where
he was standing and hid in a place not far from the dragon.
From behind his hiding place, Sangi witnessed the dragon trying to swallow the whole body of the wild boar. Even
though the dragon had tried over and over again, his efforts always failed. Annoyed, the dragon finally gave up.
Angrily, he turned his face towards Sangi, who had been watching him. Knowing this, Sangi was very afraid. His
body was shaking.
"Wow, that's terrible! The dragon apparently knows where I am here. "Could it be... the dragon is going to eat me,"
muttered Sangi worriedly.
Just as these words left Sangi's mouth, in the blink of an eye the dragon's shadow disappeared and transformed into a
handsome young man. Sangi was very surprised. His fear turned to amazement. Suddenly, the handsome young man
approached Sangi and grabbed his arm.
Hey, young man! Swallow that wild boar! You shouldn’t peek at a dragon swallowing its prey!” snapped the
handsome young man.
"Saa"saa"ya"can't," said Sangi scared. “How could I possibly swallow a wild boar that big?” he added.
“Obey my orders! Don't argue!” exclaimed the handsome young man, not wanting to be denied.
Hearing the shouting, Sangi couldn't refuse what the handsome young man ordered. Sangi then approached the pig
lying on the ground not far from him. It was truly miraculous, Sangi easily swallowed the wild boar, as if it were a
big dragon. Sangi was amazed at himself.
"Why could this happen? This really doesn't make sense," said Sangi to himself.
“Because you peeked at the dragon eating its prey, you have since become an imitation dragon. "You can't deny
what has happened," explained the handsome young man.
“What” I don't want to be an imitation dragon. I want to be an ordinary human!” Sangi exclaimed, not accepting it.
"Master, make me just an ordinary person!" he cried pleadingly.
Hearing Sangi's plea, the handsome young man laughed out loud,
“Haa…haa…haa…, you don't need to worry young man. "As long as you can keep this incident a secret, you can
continue to be human," explained the handsome young man.
"Is that true, sir?" asked Sangi in disbelief.
Because he was still haunted by curiosity, Sangi then asked the handsome young man again,
"What's so special about being an imitation dragon?"
Smiling, the handsome young man answered,

“Actually you are a very lucky person. That way, you will stay young forever. Many people want to stay young, but
they can't. Meanwhile, you can easily get it." Sangi was very happy to hear that answer,
"Wow, that would be great then, I could live for hundreds of years." Then, Sangi asked again,
"What's the prohibition?"
The handsome young man answered,
“You must not tell this to anyone. If you violate it, your form will transform into a dragon. Do you understand?"
asked the handsome young man.
“Wow...it's very easy to ban, sir. "Then I am willing to comply with the prohibition," replied Sangi firmly.
At the same time, suddenly the handsome young man in front of him disappeared somewhere. Sangi rushed back to
his house.
Since then, Sangi has continued to keep his secret from being known by other people, including his closest relatives
and family. That way, he remained youthful until he was 150 years old. This makes his relatives, grandchildren and
great-grandchildren want to know his secret to staying young. They also want to be like Sangi. Live long, healthy
and youthful. Every day, they kept asking Sangi about his secret. Due to constant pressure, Sangi finally revealed the
secret he had been hiding for a long time. In this way, Sangi had violated the prohibition which he thought was easy.
As a result, his body began to change into that of a dragon. The skin on his legs slowly turned into thick scales, and
finally turned into a large and long dragon. Realizing this, Sangi then blamed all his descendants who kept
pressuring him until he revealed his secret. This is what made Sangi very angry and furious.
“You guys are evil! You will all die!” Sangi exclaimed angrily.
After that, Sangi ran here and there angrily. His whole body felt hot. Finally, his body transformed into a dragon.
Before throwing himself into the river, he took out an heirloom that he had kept in a Chinese urn for a long time.
The jar contained jewelry and gold pieces. Sangi continued running to the river. Arriving at the Kahayan River, he
immediately scattered the jewelry and gold pieces while exclaiming,
“Anyone who dares to pan for gold in this river basin will die. The gold will be the sacrifice of his death!”
After that, Sangi, who had transformed into a dragon, threw himself into the river.
Since then, he has been the guardian of the Kahayan River. The tributary of the Kahayan River was later also called
the Sangi River. Many of Sangi's descendants who questioned his secret died after that.

Anda mungkin juga menyukai