Anda di halaman 1dari 5

Nama:Herdrian cahya bintang adi kuncoro

Kelas:9I
Absen:20
MAPEL.B.INDONESIA MEMBUAT CERPEN

SMP NEGERI 4 KEDIRI

Berandal
Akmal, itulah namaku. Anak dari keluarga yang dikenal miskin. Ayahku meninggal dunia
beberapa tahun lalu. Kini keseharianku bersama tiga sahabatku, Zildan, Arya, dan Dhio. Dan
rencanaya pagi ini kami akan bermain di tempat biasa kami bermain. Julukan kami di kampung
cukup seram. Kami di juluki dengan “Berandal Kampung”. Kami memiliki musuh bebuyutan
bernama Adam. Dia adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang kaya raya.

Cukup kesal ketika Adam mengacak-acak markas kami. Saat itu aku sangat marah pada Adam.
Aku langsung berlari ke markas Adam untuk memberinya hukuman yang harus dia tanggung.
Ternyata dia tak ada di markas, kata tetangganya, dia berada di pasar malam yang cukup jauh
dari tempatnya yang kutemui saat ini.Tanpa berpikir panjang. Aku bergegas ke pasar malam.
Aku marah, marah sekali, ketika melihat dia sedang senang-senang bersama teman-temannya
di sana. Aku berlari sekencang mungkin menuju tempat berdirinya Adam. Aku melawan Adam
dan menendangnya hingga terjatuh. Di keramaian umum itu aku bertengkar dengannya.

Akupun pulang dengan lebam di muka usai berantem. Tapi sewaktu perjalanan pulang, masih
dalam komplek pasar malam, aku melihat tulisan “Festival Rakit Ciliwung” sebagai peringatan
ulang tahun desa kami, dan ada petugas membagikan brosur.

“Wah,, brosur apa ini om?”

“Brosur semarak gemilang Ciliwung merayakan ulang tahun desa.”

“Boleh diikuti oleh berapa orang dalam satu kelompok?”

“4 sampai 6 orang dek, dan ada yang boleh sendiri tidak berkelompok, tapi rakitnya harus
menepati ukuran, yaitu 50 cm pada setiap sisi.”

“Kalau berkelompok ada batasan gak?”

“Ada, semua itu agar tidak memakan banyak waktu, jika sangat besar berjalannya cukup lama,
jadi yang berkelompok ukuran rakitnya 100cm.”

Aku berfikir bagaimana jika Berandal Kampung mengikuti festival tersebut. Tapi hari ini adalah
hari terakhir mendaftar, untung saja aku masih mendapatkan nomor, yaitu nomor urut 10, ya,
itu nomor terakhir tapi tak apa-apa. Ternyata Adam juga ikut lomba rakit ini. Aku tak mau
bersaing dengan anak sombong itu. Tapi aku yakin kami akan menang.Rakit tengah kami buat.
Rakit ini harus dapat mengalahkan Adam dan gengnya. Sampai akhirnya persiapan yang
dimaksud tiba, dan kami pun hadir di festival rakit Ciliwung. Satu per satu peserta mulai
bergiliran dengan tema-temanya masing-masing.
Sampai akhirnya, giliran tim kami dengan tema Perbedaan Budaya Indonesia. Sampai akhirnya,
kita pun disebut sebagai salah satu pemenangnya. Namun ternyata tidak hanya kami saja. Kami
hanya pemenang tim beregu. Untuk individu dimenangkan Adam.

Panitia festival, dan juga tokoh masyarakat setempat, memanggil aku dan sahabat-sahabatku,
juga memanggil Adam. Ada banyak yang ingin ia sampaikan juga. Ia termasuk juri pada festival
kali ini.

“Kalian Berandal Kampung itu ya?” kata seorang tokoh masyarakat tersebut.

“Iya, kami,” jawab kami kompak dan singkat.

“Ah tak cocok kalian menyandang nama itu,” ujarnya.

“Bagaimana kalian menjadi Pasukan Ciliwung saja,” idenya kepada kami.

“Menjadi Pasukan Ciliwung?” Kami masih terkejut terheran-heran.

“Boleeehh,” jawab kami lagi serempak.

Sementara Adam sedari awal mengangguk-angguk saja. Sampai akhirnya, mulai detik itu
panggilan kami tidak menyeramkan lagi melainkan lebih baik dari sebelumnya. Dan
permusuhan dengan Adam berakhir. Adam menjadi bagian kami, menjadi bagian Pasukan
Ciliwung yang ditugaskan untuk menjaga kelestarian sungai dan alam sekitar Ciliwung

Keterangan:
Orientasi
Rangkaian peristiwa
Komplikasi
Resolusi
Tema:Remaja berandal
Tokoh/Penokohan:
Akmal:Berani, baik.
Adam:Sombong.
Zildan:Baik.
Arya:Baik.
Dhio:Baik.
Latar waktu:Setelah Adam mengacak-acak
markas kami.
Latar tempat:Kampung Akmal
Latar suasana:Tegang,Bahagia.
Sudut pandang:Orang pertama
Alur:maju.
Amanat:Kita harus bisa hidup rukun.

Anda mungkin juga menyukai