ULASAN
Oleh :
Alexander Kent 8F/2
Andro Trifandri Armanda Putra 8F/4
Aulia Putri Saraswati 8F/6
Hyasintus Satrya Ranggadewa 8F/16
Keisha Nala Tania Diaz 8F/19
Yovita Rahma Nurzelanti 8F/37
Kembali Ke Desa
Ditengah dinginnya tetesan embun pagi, sekelompok anak desa
sedang berlarian melewati kebun singkong. Sesekali, mereka
melompati parit-parit kecil dengan lincah. Tangan-tanagn ,ereka
bergerak kesana kemari menyibak dedaunan berembun yang lebat
dan menghijau.
“Rojab, hati-hati, annti kena marah Kakek Yusuf kalau ada yang
rusak!” seru seorang anak yang bertubuh paling gemuk.
“Wal… wil… wal… wil…! Namaku Umar, bukan Kriwil!” gerutu anak
itu yang tidak mau disebut Kriwil.
“Wa’alaikum salam!”
“Eh, kalian. Mari masuk!” ajak wanita berumur lanjut yang muncul
setelah daun pintu terbuka.
“Terima kasih, Nek!” Anak-anak menjawab serempak. “Kami mau
mengajak Hamid main bola di lapangan,” terang mereka sopan.
Hamid yangs edangd ipanggil adalah kawan baru bagi Umar dan
kawan-kawan laun di Desa Majasem. Walaupun sebenarnya ia juga
lahir di desa itu, tetapi ketika berumur setengah tahun, Hamid dibawa
keluarganya yang pindah tugas ke Jakarta. Dan atas permintaan
Kakek Yusuf, kini dia tinggal di Desa Majasem kembali. Tentu saja
tanpa kehadiran orang tuanya karena keduanya tetap bekerja di
Jakarta.
“Di sini tidak ada begituan. Adanya Cuma di kota!” ujar Kakek
Yusuf waktu Hamid merengek minta bermain seperti saat di Jakarta.
“Ah, kamu bisa saja.” Hamid tak bisa menahan senyum. “Basiran
kok tidak ada? Di mana dia?” Hamid menanyakan teman lainnya.
“Pasti doping!”
“Wah… enak, dong. Habis main bola, kita makan doping!” Rojab
kelihatan gembira sekali.
“Sudahlah, ini bukan doping! Kita juga tidak akan main curang,”
sela Hamid melihat Rojab kian bingung. “Di tas ini hanya ada buah
jeruk, pemberian kakekku waktu ke pasar.”