Anda di halaman 1dari 7

Tugas Resensi

Nama : Muammar Hanif Athoillah


Kelas : V ( Lima)
Sekolah : SDIT Bina Insani

Sinopsis
Abdul Hamid biasa dipanggil si Dul adalah seorang anak yang baik dia
sangat menghormati orang tuanya dan dia senang bermain dengan baik
laki-laki ataupun perempuan. Pada suatu hari si Dul sedang bermain
dengan Asnah, mereka bermain masak-masakan. Sapii teman Dul yang
lain ikut bermain tetapi dia sedang kesal karena ada yang menggangunya
tadi, Sapii adalah anak pemarah,dan ringan tangan, sehingga permainan
tadi  terganggu karena Sapii melampiaskan marahnya di situ. Asnah pun
menangis karena semua mainannya rusak dan akhirnya melempar Sapii
dengan cabai dan lari ke pohon sauh, mata Sapii terasa pedas dia ingin
membalas tetapi dia takut karena asnah membawa pisau. Si Dul yang
sedang menggambil barang dirumahnya itu pun dengar Asnah menangis
dan ia mendekatinya dan bertanya mengapa ia mengangis, Asnah tidak
menjawab tetapi ia melihat Sapii berada di dekat tempatnya bermain tadi
dan semua barang berantakan. Akhirnya si Dul mendekati Sapii dan
bertanya mengapa Asnah menangis, tetapi Sapii malah menantang Si Dul
berkelahi. Si Dul pun berpikir badan Sapii yang lebih besar tidak masalah
tetapi dia bersama dengan Saari. Akhirnya berkelahilah mereka Sapii
tertinju beberapa kali kemudian meminta bantuan Saari, Saari akan
menangkap Si Dul dari belakang tapi terkena tendangan si Dul, anak-anak
kampung mengerumuni sambil menyemangati si Dul dan Sapii. Ibu si Dul
yang mendengar kegaduhan di luar rumah akhirnya ke luar dan
menghentikan perkelahian, anak-anak berlari meninggalkan tempat itu
Sapii menatap si Dul dengan penuh napsu ingin berkelahi sambil berkata
"Awas lu! Kalo ketemu nanti gue hajar".Si Dul pulang kerumah bersama
ibunya. Sesampai dirumah si Dul dimandikan ibunya, setelah mandi dia
tidak boleh keluar rumah. Si Dul bermain sendirian di rumah, meski pintu
pagar terbuka dia tidak berani keluar takut durhaka kepada orang tua. Dia
duduk dan berpikir kalau ketemu Sapii lagi, dia akan memukul perutnya
dan membanting kepalanya sampai makan tanah.Akhirnya dia bermain di
halaman rumah tetapi tidak melewati pagar. Si Dul bermain dengan Asnah
dan teman perempuannya yang lain tidak terasa waktu sudah sore Si Dul
harus mengaji.Si Dul mengaji dirumah engkongnya, Uak Salim biasa ia
dipanggil,ia adalah mantan jawara di kampung sehingga orang takut
kepadanya. Matanya tinggal satu yang kiri, tetapi tiada yang tau kenapa
mata yang kanannya itu karena setiap ditanya ia pasti marah.Tetapi
setelah matanya tinggal satu ia jadi orang baik mengajar mengaji anak
anak. Meski begitu kadang-kadang sedikit keluar juga sifat bengis semasa
mudanya itu. Ia mendapat uang dari sedekah anak-anak mengaji, dari
uang sedekah itu dibelinya kambing sehingga sehabis mengaji anak-anak
mendapat giliran piket membersihkan ruangan dan memberi makan
kambing. Sekarang giliran si Dul memberi makan.Tetapi si Dul kesal
dengan kambing-kambing itu karena pernah ia dibawa lari keliling kampung
ditarik kambing. Ia bergiliran mencari makan bersama Amje karena jauh
dari hutan mereka pun berencana untuk mengambil daun di pekarangan
orang, si Dul yang memanjat. Saat si Dul mendapat beberapa ranting si
Amje teriak maling dan ranting itu jatuh kemudian dibawa kabur Amje.
Pemilik rumah mengejar si Dul sambil membawa kayu si Dul merasa takut
tetapi ia berhasil lolos dan saat sampai kandang sudah diliatnya ranting
yang ia dapat tadi. Enkongnya bertanya kepada si Dul "Mane daun lu Dul"
si Dul Menjawab "tu udah sama milik Amje", Engkonya memarahinya
karena dikirannya si Dul berbohong. Si Dul bertemu Amje di perjalanannya
pulang, si Dul marah kepada Amje karena telah membohonginya. Mereka
berkelahi dengan hebat dan si Amje terluka dan pulang kerumah
sedangkan si Dul terkena gigitan Amje di lengannya. Ibu si Dul
mengetahui dan memarahi si Dul sedangkan bapaknya malah
menyuruhnya makan dan berganti baju, akhirnya bapak si Dul bercerita
saat dia masih kecil dia sama seperti si Dul malah lebih parah lagi,dia
jawara di kampungnya.
Lebaran hampir tiba si Dul berkata ingin sekolah tetapi bapaknya bilang
si Dul anak kampung yang seharusnya mengaji saja.keesokan harinya Ibu
si Dul mendapatkan berita jika istrinya kecelakaan dan meninggal dunia.
Setelah 7 hari berlalu kesengsaraan lebih terasa semua barang telah
habis terjual dan akhirnya ibu si Dul memikirkan suatu pekerjaan berjualan
nasi ulam si Dul yang berjualan karena Enkongya melarang wanita keluar
rumah untuk bekerja.Lama waktu telah berlalu kehidupan si Dul mulai
membaik, Ibunya pun sudah mempunyai suami baru.Si Dul juga punya
saudara tiri bernama marjuki.Tetapi sesungguhnya engkonya tidak
menyetujuinya, apalagi agama dari lelaki itu tidak jelas.bapak tiri si Dul
berniat menyekolahkan si Dul tetapi tidak boleh sama engkongnya.Anak
betawi tidak perlu sekolah yang penting shalat dan mengaji.Sekolah tidak
dibawa mati tidak ada gunanya.Tetapi sifat engkonya memang seperi itu
jika ada kemauan harus dituruti.Pak lurah mengetahui hal itu kemudian
menyuruh Dul bersekolah dan dia akan bilang kepada engkonya.Keinginan
si Dul tercapai,meski tidak mendapat ijin penuh dari Uak Salim.

Unsur Instrinsik

Tema :Kehidupan seorang anak pedesaan, di mana anak-anak


perkampungan tersebut tidak diharuskan untuk sekolah.
Mereka diwajibkan belajar ngaji dari pagi sampai malam

Tokoh : Si Dul
Mpok Amne
Uak Salim
Marzuki
Bapak si Dul
Asnah
Amje
Sapii
Bang tong
Pak lurah

Penokohan :
1.   Si Dul : seorang bocah yang periang, senang bermain, tetapi selalu
membantu dan sayang kepada orang tuanya
Pembuktian: “memang si Dul sangat takut kepada ibu bapaknya, jangan
kan melawan, membantah pun ia tidak mau.”hal 21 paragraf 2
2.   Mpok Amne ; Ibunya Dul , sangat mencintai keluarganya, Penurut
Pembuktian:”gimane yang baik pikiran abang, aye nurut”. Hal 80 paragraf 2
3.   Uak Salim : Ayahnya Mpok Am, dia suka memaksakan kehendak orang
lain
Pembuktian:”Memang dari dahulu mereka marah kepadanya karena ibu si
Dul tak suka menurut kemauannya”.hal 53 Paragraf 3
4.   Marzuki : Ayah tiri si Dul ,baik hati dan pengertian
Pembuktian: “Bagaimana pikiran engkau Am,kalo si Dul kita masukin ke
sekolah sama-sama dengan marjuki”.Hal 79 paragraf 3
5.   Bapak si Dul : Pengertian dan Perhatian
Pembuktian:”sebenarnya memang senang hatinya melihat anaknya selalu
berkelahi itu”. hal 46 paragraf 2
6.   Asnah : periang, baik hati ,suka menolong
Pembuktian: “Kasihan, dong dul!”. Hal 25 paragraf 4
7.   Amje : penentang, badung dan tidak setia kawan
Pembuktian: “kenapa lo bodoh, mau aja di perdayain orang”. Hal44
parafraf 3
8.   Sapii : cepat marah dan ringan tangan
Pembuktian: “gue gasak kepalanye, nungging makan tanah”. Hal 18
paragraf 2
9.   Bang tong : pemarah dan suka menuduh
Pembuktian: “ini lagi! Tukang maling, tukang nyolong! Anak haram jadah!
Awas lu”. Hal 43 paragraf 1
10.       Pak lurah : adil dan bijaksana
Pembuktian:”Nanti aye dating pada bapak lu kasi tau, supaya die jangan
bikin begitu lagi”.Hal 82 paragraf 4

Gaya bahasa: menggunakan konflik batin

N Tempat Waktu Suasana


O
1 Di bawah pohon sauh pagi Ribut, marah
2 Di rumah pagi gaduh, ceria
3 Di rumah bang salim sore khusyuk
4 Di rumah malam Sedih,haru
5 Di rumah bang salim petang Mencekam
6 Di sekolah pagi Riang

Sudut pandang :Orang ketiga


Amanat : 1. Saling tolong menolong
2. Pantang menyerah dan tabah dalam menjalani cobaan
3. Berjuanglah dalam menggapai cita-cita
4. Patuhilah perintah orang tua
5. menuntut ilmu dan bersembahyang itu sama-sama penting
Unsur Ekstrinsik
Sosial : Kehidupan sehari-hari seorang anak di sebuah kampung
yang memiliki adat betawi yang kental

Kebudayaan : kebudayaan masyarakat betawi yang masih sangat kental

Agama : Ranjin mengaji,sholat dan mematuhi perkataan orang tua

Ekonomi : Saling tolong menolong terhadap orang yang kesusahan

Resensi
Perjuangan Si Dul
Indetitas Buku
Judul Buku : Si Dul Anak Jakarta
Karya : Aman DT.Madjoindo
Penerbit :Balai Pustaka
Tahun Terbit :14 April 2000
Cetakan Ke :26
Tebal Buku : 86 Halaman

Dalam menumbuhkan daya khayal anak-anak, diperlukan beragam tema dari


buku-buku cerita, misalnya, cerita yang sedih dan mengharukan, cerita yang
heroic penuh semangat kepahlawanan, Namun buku yang ini mengandung tema
yang agak lain yakni cerita yang penuh kejenakaan.
Buku ini menceritakan masa kanak-kanak sampai dengan saat masuk sekolah.
Kisah dibuka dengan adegan Si Dul dan kawan-kawannya anak-anak
perempuan bermain rujakan, yang betul-betul  bisa dimakan  dan dibayar pakai
pecahan genteng. Si Dul adalah anak tunggal.  Ketika ayahnya mengalami
kecelakaan dan meninggal dunia mulailah ia mengalami kesusahan. Ia
membantu ibunya menjual kue berkeliling kampung. Memang masih ada
engkongnya Uak Salim, tapi perlakuannya untuk Dul tidak seperti kepada
seorang cucu yang disayangi, Dul kerap dimarahi. Saat lebaran ia memakai 
kemeja baru dan celana pendek datang ke rumah engkong, tetapi engkong tidak
mau menyalaminya karena. Akhirnya ibu si Dul menikah lagi. Saat memasuki
usia sekolah, ayah tiri Dul menyuruhnya bersekolah. Tentu saja Dul ingin sekali 
ke sekolah tetapi ketika ibunya mpok Am minta ijin kepada engkongnya,  tapi
engkongnya menolaknya sambil marah.Akhirnya Dul pun tetap masuk sekolah.

Buku ini menarik karena sang penulis menuliskan buku ini dengan bahasa yang
santai dan juga banyak kalimat yang lucu sehingga pembaca bisa merasa
terhibur dengan ketika membaca buku ini, tidak hanya itu buku ini pun juga
memiliki cerita yang layak di terima karena buku ini sangat menghibur, menarik
dan banyak sekali hikmah yang bisa diambil dalam buku ini untuk di terapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan dari buku ini adalah pengarang terlalu banyak menggunakan


bahasa tradisional sehingga tidak semua pembaca dapat mengerti maksut
penulis tersebut dan banyak menggunakan kata kasar yang kurang baik untuk di
contoh.

Disamping menarik dan menghibur buku ini sangat banyak mengandung amanat
yang dapat di ambil dari kehidupan masyarakat betawi pada zaman dahulu, jadi
buku ini sangat bagus di baca untuk semua kalangan terutama kalangan remaja
untuk membentuk kepribadian diri yang baik.

Anda mungkin juga menyukai