Anda di halaman 1dari 7

Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong

Penulis : Tere Liye


Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2011
Jumlah halaman : 304

Tere Liye merupakan penulis novel kebangsaan Indonesia yang memiliki nama asli
Darwis dan lahir di Sumatera Selatan pada tanggal 21 Mei 1979. Pada setiap karyanya Ia selalu
menekankan rasa syukur untuk semua yg dimiliki. Karyanya selalu mengetengahkan
pengetahuan, agama islam, dan moral kehidupan. Dengan penyampaian yang unik dan
sederhana membuat pembaca bisa seolah-olah merasakan langsung sehingga pesan yang
diberikan bisa diterima. Banyak karya novelnya yang menjadi National Best Seller. Salah satunya
“Ayahku (Bukan) Pembohong”
Menceritakan tentang Dam, anak laki-laki tunggal dalam keluarganya. Ia tinggal bersama
Ayah dan Ibunya dalam kesederhanaan. Sejak Dam kecil Ayahnya sudah suka bercerita. Ayah
Dam pendongeng yang hebat, sampai-sampai Dam tidak tahu lagi mana batas dongeng dan
cerita nyata atas kisah-kisah itu.
Dam suka menonton pertandingan sepakbola, Sang Kapten, El Capitano El Prince adalah
kebanggaan Dam. Ayah Dam bercerita kalau ia mengenal langsung Sang Kapten. Dam tentu saja
terkejut, bagaimana mungkin Ayahnya bisa menjadi teman dekat Sang Kapten.
Dam sekarang duduk di bangku SMP. Di sekolahnya ia memiliki panggilan si Keriting dan
si Pengecut, Jarjit dan kamerad-kameradnya yang sering memanggilnya begitu. Tetapi Dam
selalu sabar menghadapi Jarijit. Dam ingat betul pesan-pesan dari semua cerita ayahnya. Di
samping itu ada Taani, teman Dam yang selalu menemani.
Pulang sekolah Dam diantar Ayahnya menuju klub renang kota untuk mengikuti seleksi
renang. Sudah ada Jarjit di sana. Awalnya Dam mengira seleksi hanya ada satu tahap ternyata
ada tahap kedua yaitu daya tahan. Dam lolos di tahap pertama tetapi di tahap daya tahan Dam
gagal. Karena gagal dalam seleksi renang, Dam diejek Jarjit. Pertengkaran pun terjadi. Ibu
mereka berdua akhirnya dipanggil kepala sekolah. Sesuai keputusan, Dam dan Jarjit dihukum
membersihkan toilet. Ayah Dam mengingatkan Dam lagi dengan cerita tentang suku Penguasa
Angin yang tetap bersabar dan mengendalikan diri dengan baik saat dijajah lima generasi.
Saat Dam menjalani hukumannya Taani datang membawa kabar gembira, Dam
diberikan kesempatan lagi untuk mengikuti seleksi renang klub kota. Kesempatan itu diberikan
pelatih karena Taani membujuk pelatih yang ternyata adalah ayahnya. Hari seleksi tiba.
Walaupun diselimuti rasa malu karena celananya lepas ditengah-tengah seleksi, Dam berhasil
menyelesaikan seleksi tersebut. Saat di ruang ganti, Dam tahu penyebab celananya lepas saat
seleksi tadi. Ternyata itu ulah jarjit. Belum sampai mereka bertengkar, pelatih sudah datang
untung melerai.
Sang Kapten menjadi inspirasi terbesar Dam. Ia bertanya pada Ayahnya apa ia bisa
mengirim surat ke Sang Kapten. Dam sangat yakin tentu saja bisa karena Ayahnya pernah
mengatakan bahwa Sang Kapten kenal dekat dengannya. Tapi Ayahnya menolak permintaan
Dam itu, beralasan kalau Sang Kapten tidak akan punya waktu untuk membalas apalagi
membaca suratnya. Dam berusaha terus membujuk Ayahnya untuk mengirim surat pada Sang
Kapten, sampai-sampai ayahnya marah besar. Ibu Dam berbicara dengan Ayah, mengingatkan
tentang cara Ayah mendidik Dam dengan cerita-ceritanya. Ibu Dam tahu, suatu saat Dam akan
mempertanyakan kebenaran semua ceritanya. Esoknya Dam minta maaf pada Ayah. Dam juga
memberikan surat pada Ayahnya yang berisi rasa bersalahnya sudah memaksa mengirim surat
ke Sang Kapten.
Dam dan Jarjit berkelahi lagi, kali ini cukup serius. Jarjit dan kameradnya mengeroyok
Dam di belakang sekolah. Setelah menyelesaikan masalah di ruang kepala sekolah, Papa Jarjit
membentak Jarjit, memarahi Jarjit karena menghina keluarga Dam miskin. Malamnya Ibu Jarjit
datang ke rumah Dam mengantarkan kue juga meluruskan perkelahian anaknya. Esok paginya
sekolah libur, latihan renang dimulai sejak pagi. Jarjit memulai masalah lagi dengan Dam. Dam
hanya diam karena semalam Taani menelepon dan bercerita mengapa Jarjit sangat
membencinya. Ternyata setiap hari papa membanding-bandingkan Jarjit dengan Dam. belum
lagi Papa Jarjit selalu bilang keluarga Dam keluarga terhormat, keluarga yang baik, menyuruh
Jarjit menghargai Dam, Ayah, dan Ibunya seperti menghargai keluarga sendiri.
Dam mendapat ide bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan Jarjit tanpa
berkelahi lagi. Ide itu datang setelah Dam mengingat cerita Ayah tentang suku Penguasa Angin
yang mengalahkan penjajah. Siapa yang lebih dulu menyelesaikan jarak 4x100 meter, dialah
yang menang. Lima puluh meter terakhir Dam berusaha mengejar ketertinggalan. Jarjit
mengalami masalah, kepalanya mulai tenggelam. Dam segera menolong dan bergegas lari
keluar kolam mencari bantuan untuk mengantar ke rumah sakit. Saat di perjalanan, Jarjit dan
Dam bersitatap sejenak. Saat itulah masalah mereka sudah selesai. Dam menyadari Jarjit tidak
pernah membencinya. Jarjit hanya benci hidupnya selalu dibandingkan dengan Dam dari
keluarga sederhana, apa adanya.
Ayah ternyata mengambil surat-surat Dam untuk Sang Kapten yang dulu dibuang ke
kotak sampah. Hasilnya, sekarang Dam mendapat balasan surat dari Sang Kapten dengan
simbol dua ekor singa berdiri berhadapan di depan suratnya. Tentu saja Dam sangat gembira
mendapat itu. Jarjit sekarang juga sudah bersikap baik kepadanya. Mereka berdua lolos
menjadi wakil klub untuk lomba renang.
Selama ini Taani adalah satu-satunya yang tahu semua cerita Ayah dari Dam. Dam
menunjukkan surat balasan dari Sang Kapten pada Taani juga menceritakan sang Kapten yang
ternyata sahabat baik Ayahnya. Dam menceritakan hampir semua cerita Ayah.
Kabar sang Kapten akan datang ke kota Dam bersama klub nya dan akan melakukan
pertandingan persahatan dengan tim nasional segera menyebar ke mana-mana. Dam
menggunakan uang hasil mengatar koran setahun terakhirnya untuk membeli tiket dengan
harga termurah. Sayangnya tiket itu habis saat Dam datang ke loket. Ibu Dam yang mengetahui
itu segera meminta Ayah untuk membelikan tiket VIP karena hanya itu yang tersisa. Malam itu
Ayahnya menelepon call center pemesanan, membeli tiga tiket VIP sekaligus. Tentu saja Dam
sangat senang
Di sekolah, cerita Ayah Dam adalah sahabat baik Sang Kapten sudah tersebar. Taani
membuat kesalahan fatal. Buku hariannya yang berisi semua cerita-cerita Ayah Dam tertinggal
di laci meja, dan anak-anak yang piket membersihkan kelas tidak sengaja menemukannya, iseng
membaca buku itu. Dam mengancam Taani harus menyelesaikan masalah ini atau Dam tidak
akan menyapa Taani lagi. Akhirnya, Taani menulis di buku hariannya bahwa papa Jarjit juga
teman dekat sang Kapten dan sengaja meninggalkannya di laci meja. Rencana itu berhasil,
tetapi masih ada beberapa orang yang percaya Ayah Dam adalah sahabat baik sang Kapten
walaupun Dam sudah beralasan itu hanya karangan Taani saja.
Hari ini lomba renang Dam dan Jarjit dimulai. Mereka lolos masuk tiga tim terbaik untuk
final besok. Di perjalanan pulang, Ayah menawari Dam hadiah jika ia menang dibabak final.
Dam menyebutkan hadiah yang diinginkannya yaitu bersalaman dan berfoto dengan sang
Kapten minggu depan saat tur sepak bola. Ayah menolak permintaan itu, bilang bahwa itu tidak
mudah, ada ratusan bahkan ribuan orang yang ingin menyapanya.
Pertandingan final datang, wajah pelatih tegang walaupun sekarang klubnya memimpin
klasemen sementara kejuaraan nasional. Sebenarnya hadiah yang diinginkan Dam hanya Ibu
lekas sembuh. Dengan kondisi sehat Ibu bisa melihat langsung sang Kapten bersamanya. Final
renang estafet gaya bebas 4x100 meter akhirnya dimenangkan Dam dan Jarjit.
Seminggu kemudian, tur sepak bola tiba. Setelah selesai bersiap-siap, Ayah, Ibu, dan
Dam berangkat ke stadion. Beruntung Dam menemukan tiga kursi kosong yang tepat, persis di
sebelah lorong keluar-masuk pemain, baris kesepuluh. Tapi setelah pertandaingan usai, Ayah
segera menyeret Dam pulang karena ibu kelelahan. Hancur sudah mimpi Dam. Sampai di
rumah, Dam bertanya pada Ibu, apa cerita-cerita Ayahnya itu bohong. Ibu diam sejenak lalu
menjelaskan suatu saat Dam akan tahu.
Tiga tahun melesat cepat. Dam lulus SMP. Ayah memutuskan Dam untuk melanjutkan
sekolah di Akademi Gajah. Sekolah berasrama antah berantah di luar kota. Tapi ternyata
sekolah berasrama itu jauh dari bayangan buruk Dam selama ini. Karena tinggal di asrama, Dam
kehilangan klub renang, kehilangan malam-malam bersama Ibu, kehilangan kesibukan menjadi
loper koran, mengerjakan tugas-tugas rumah, kehilangan teman-teman lama, poster-poster
sang Kapten di kamar, dan di atas segalanya, Dam kehilangan cerita-cerita Ayah yang
menyenangkan.
Libur panjang tahun pertama Dam di Akademi gajah tiba. Dam pulang ke kota nya
menaiki kereta. Dengan cara inilah Dam menghabiskan libur selama sebulan. Malam bercerita
pada Ibu, siang harinya dengan sepeda tua, Dam berkeliling kota, melihat kembali tempat-
tempat lama, menyapa dan bertemu banyak orang. Dua orang yang hilang dari catatan. Jarjit, ia
melanjutkan sekolah di luar negeri bersama pangeran Inggris, dan Taani, Dam tidak berselera
bertemu dengannya.
Libur panjang selesai, Dam kembali menyongsong tahun keduanya di Akademi Gajah.
Pagi ketita kegiatan memanah Retro, teman Dam di Akademi Gajah berbagi ceritanya selama
liburan, begitu sebaliknya. Malam kesekian di asrama, Dam berulah lagi. Ia merayakan ulang
tahun Retro padahal hari itu bukan hari ulang tahunnya. Alhasil malam itu juga Dam dan Retro
dibawa ke ruang kepala sekolah dan diberi hukuman. Sebenarnya itu hukuman yang diharapkan
Dam.
Pukul lima mereka datang ke perpustakaan. Dua jam berlalu, mereka memasukkan
kembali tumpukan buku ke rak, menatanya sesuai instruksi petugas perpustakaan. Sore ini
sudah selesai, saatnya Dam menyelesaikan sketsa gedung perpustakaan. Retro tahu Dam
sengaja ingin sengaja dihukum dengan memanfaatkannya.
Pada hari keempat Retro justru asyik membaca buku saat Dam menggambar. Hingga
hari kedua puluh enam, Dam telah menyelesaikan sketsa ruangan perpustakaan. Retro masih
membaca buku tua itu sampai terbawa emosi. Dam yang akhirnya penasaran buku apa yang
dibaca Retro bertanya. Dam sungguh terkejut dengan buku itu. Ayah pernah bercerita pernah
ke lembah itu, bahkan pernah ditawari Ali Khan, emir lembah untuk memakan sebutir apel
emas langka milik mereka. Semua detail cerita yang ada di dalam buku tua itu cocok dengan
cerita Ayah. Itu adalah cerita Ayah: Apel Emas Lembah Bukhara.
Retro bertanya apakah Dam yakin Ayahnya pernah ke lembah itu. Dam tidak terima itu,
menurutnya Ayah bukan pembohong. Buku itu sepertinya tidak bisa ditemukan di tempat lain.
Retro lantas bertanya apa Ayah Dam pernah bersekolah di Akademi Gajah. Itu akan menjadi
pertanyaan penting Dam pada Ayah saat liburan tahun ajaran baru tiba.
Esok harinya saat melanjutkan hukuman membersihkan perpustakaan sekolah, Dam
mengeduk seluruh buku dalam rak kecil, memeriksanya satu persatu. Di bawah kak-kaki rak
kecil, Dam menemukan buku lain. Ia sudah menduga pasti menemukan buku itu. Jika Lembah
Bukhara itu ada, maka padang penggembalaan itu juga ada. Judul buku itu tercetak besar-
besar: Suku Penguasa Angin.
Retro berpikir kali ini Ayah Dam sedikit berlebihan, menaiki layang-layang legendaris
yang ada dalam buku cerita. Dam tetap menyergah, Ayah nya bukan pembohong. Hukuman
membersihkan perpustakaan sudah selesai, tetapi Dam selalu menyempatkan datang ke
perpustakaan setiap hari, berharap menemukan buku cerita yang sama dengan cerita-cerita
Ayah.
Libur panjang kembali datang. Ketika Dam bersiap naik kereta menuju kotanya, petugas
perpustakaan yang galak datang menghardiknya. Ternyata Dam sengaja mengambil dua buku
tua itu untuk diperlihatkan pada Ayah, bertanya langsung padanya, apakah Ayah pernah
membaca buku-buku itu lantas mengarang sisa cerita. Dam kehilangan jawaban. Beruntung
setelah memeriksa buku-buku itu, petugas perpustakaan membiarkannya menaiki gerbong
kereta.
Sampai di stasiun, Dam hanya dijemput Ayah, Ibu sakit di rumah. Ibu punya kelainan
bawaan. Selama ini jika Ibu jatuh sakit, Ayah jarang membawanya ke dokter. Bukan karena
Ayah enggan, lebih karena Ibu tidak mau karena diagnosis dokter selalu sama, lelah. Tetapi itu
bohong. Sebenarnya dokter bilang, kondisi Ibu memburuk, kelainan sel darah merah Ibu sudah
merangsek kemana-mana, menimbulkan komplikasi. Dam ingin membujuk Ibu untuk
melakukan terapi. Ia akan bekerja dan menabung untuk membiayai terapi.
Kabar Ibu sakit membuat misi penting liburan Dam sedikit terlupakan. Ayah tidak pernah
sekolah di Akademi Gajah, jadi tidak mungkin Ayah pernah membaca buku-buku tua itu. Ayah
tahu Akademi Gajah dari si Raja Tidur. Menurut cerita Ayah, dia orang hebat. Dari dialah Ayah
memulai banyak petualangan, termasuk menemukan Lembah Bukhara dan padang
penggembalaan suku Penguasa Angin.
Dam mulai bertanya pada Ayah apa si Raja tidur, apel emas, dan cerita-cerita lainnya itu
sungguhan. Ayah marah mendengar pertanyaan itu, anak satu-satunya meragukan ucapannya
sendiri. Dam heran, kenapa Ayah harus berbohong bersahabat dengan sang Kapten, pernah
mengunyah apel emas, menunggang layang-layang raksasa, atau menjadi anak angkat si Raja
Tidur.
Tahun ketiga di Akademi Gajah. Dam sudah mendapat hukuman karena ketahuan
membawa buku perpustakaan saat libur panjang kemarin. Ia dihukum membayar denda untuk
dua buku tua. Nominal denda yang besar membuat Dam harus bekerja di asrama dan digaji
sesuai standar untuk membayarnya. Butuh dua belas bulan untuk melunasinya. Tapi Dam
memiliki ide cemerlang. Ia akan bekerja di perkampungan sekitar Akademi Gajah karena di
perkampungan itu kekurangan laki-laki. Kepala sekolah setuju dengan beberapa ketentuan yang
harus dipenuhi Dam saat bekerja. Ide itu berkembang, Dam berdiskusi lagi dengan kepala
sekolah untuk mencari pekerja lain dari siswa Akademi Gajah. Setelah disetujui dengan
beberapa ketentuan, Dam mulai mendata teman-temannya yang ikut bekerja. Penduduk
senang, bonus yang diperolah Dam pun semakin besar. Denda dengan cepat dibayar, sekarang
Dam bisa menabung untuk biaya pengobatan ibunya.
Menjelang ujian kelulusan tiba, klub elite memanah akan pergi malam ini untuk
berburu. Tentu saja itu menarik bagi Dam dan Retro yang bukan tim elite. Malam ini mereka
berdua berhasil menyelinap ikut dalam perburuan. Pulang dari perburuan itu, Dam dan Retro
senang. Sejauh ini semua rencananya berjalan sesuai rencana Dam. Di ruang makan Akademi
Gajah setelah berburu, Dam dipanggil petugas senior, menyuruhnya bergegas ke ruang kepala
sekolah. Dam mengira panggilan ini akan menjadi hukuman karena menyelinap ikut berburu
semalam, tetapi ada hal lain. Ada telegram dari kota Dam. Ibunya sakit keras, tadi malam
dibawa ke rumah sakit.
Diantar petugas asrama, Dam segera pergi ke stasiun kecil dekat Akademi Gajah dan
pulang ke kotanya. Sampai di rumah sakit, Dam melihat ibunya terbaring lemah di ranjang.
Ayah membesarkan hati Dam, bilang Ibu akan sembuh. Tapi tak lama tubuh Ibu tiba-tiba
berontak dan langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Selama menunggu di depan ruang
gawat darurat, Dam berbicara dengan Ayah, mengapa Ayah tidak pernah cerita kondisi Ibu
memburuk. Lagi-lagi ayah membesarkan hati Dam. Ayah bercerita bahwa si Raja Tidur bilang
satu-satunya yang dapat membuat Ibu bertahan lama adalah perasaan bahagia. Tentu saja Dam
emosi, menurutnya Ibu tidak pernah bahagia. Dam menyuruh Ayah berhenti cerita, berhenti
membohongi Ibu tentang kesimpulan si Raja Tidur. Ayah tersinggung, sakit hati.
Pemakaman Ibu banyak dihadiri pelayat, paling banyak kenalan Ayah. Dam yang sudah
membenci cerita-cerita Ayah pulang saat Ayah menawarkan cerita terakhir, tentang Kolam Para
Sufi.
Dam tidak sempat mengikuti ujian kelulusan di Akademi Gajah. Tapi Akademi Gajah
adalah sekolah luar biasa. Dam lulus dengan nilai baik dan dua penghargaan. Ia masuk
unversitas ternama kota jurusan arsitektur. Uang yang ditabungnya selama ini digunakan untuk
biaya kuliah dan menyewa flat kecil di dekat kampus. Dam pindah, Ayahnya tinggal sendiri
sekarang. Dam bertemu Taani di kantin gedung jurusan ilmu pasti. Taani kuliah di jurusan
biologi. Mulai saat itu mereka berbaikan lagi.
Hari presentasi tugas akhir kelulusan Dam tiba. Tapi hari itu juga Dam dan Taani
bertengkar serius. Dam emosi, mengapa Taani percaya dengan Ayahnya. Taani akhirnya pergi
karena marah pada Dam yang jahat pada Ayah karena kebencian saat Ibu meninggal. Berhari-
hari Taani menolak bicara dengan Dam. Di kunjungan kesekian, Taani bersedia menemui Dam.
Setelah berdebat beberapa saat mereka selesai bersepakat.
Enam bulan kemudian Dam dan Taani menikah. Usai pernikahan Dam membeli rumah di
pinggiran kota. Taani memaksa Ayah agar tinggal bersama. Tapi Dam menolak mentah-mentah.
Zas lahir dua tahun kemudian. Toko bunga Taani berkembang pesat. Karier Dam sebagai
arsitek juga maju pesat. Taani masih sering meributkan soal Ayah, meminta Dam agar
mengizinkan Ayah tinggal di rumah mereka. Sesuai perhitungan Dam, Ayah menolak mentah-
mentah ide Taani. Ayah tetap tinggal sendirian. Dua tahun berselang, Qon lahir.
Mengajak Ayah tinggal bersama seperti menjadi obsesi Taani. Ia berkali-kali sengaja
membawa Zas dan Qon mengunjungi Ayah. Akhirnya Ayah bersedia pindah ke rumah mereka.
Pertengkaran besar, berhari-hari. Dam tidak akan membiarkan Ayahnya meracuni Zas dan Qon
dengan cerita-cerita bohongnya. Tapi Taani yang memenangkan pertengkaran ini.
Enam bulan Ayah tinggal bersama Dam dan Taani. Malam ini, Dam mendapati anak-
anaknya sedang mencari tahu kata “Akademi Gajah”di dunia maya, Dam akhirnya membuat
keputusan tegas. Ayah tetap menjawab ia tidak berbohong. Sesuai keputusan Dam maka Ayah
harus pergi dari rumahnya. Taani menahan Ayah pergi, Zas dan Qon juga turun menahan
kakeknya pergi. Ayah pergi dari rumah malam itu.
Esok paginya Ayah ditemukan pingsan di pemakaman kota, pusara Ibu. Saat Ayah
siuman, orang pertama yang dicarinya adalah Dam. Di atas ranjang operasi, kondisi Ayah
menyedihkan. Ayah meminta maaf pada Dam, membuat kebencian Dam berguguran. Ini cerita
terakhir Ayah, tentang Ibu sesungguhnya bahagia atau tidak selama ini.
Apakah Ibu bahagia? Setelah dokter bilang usianya tidak akan lebih dari dua tahun, Ibu
kehilangan gairah hidup. Ayah menceritakan kisah danau sufi pada Ibu. Enam bulan kemudian
mereka menikah dan Dam lahir, energi kebahagiaan Ibu bertahan selama enam tahun, meski
hidup sederhana. Sekarang Dam tahu jawabannya.
Pagi ini Ayah dimakamkan. Antrean pelayat mengular panjang. Saat Dam mendongak
sejenak, ada sembilan formasi layang-layang besar diatas sana. Zas mengira itu formasi layang-
layang sembilan klan suku Penguasa Angin yang datang untuk melayat Kakeknya. Di tepi
pemakaman terdengar teriakan-teriakan. Kerumunan mencair. Itulah si Nomor Sepuluh dan
sang Kapten. Mereka datang menemui Ayah untuk terakhir kali. Pagi itu Dam tahu, Ayah bukan
pembohong.
Kelebihan novel ini adalah banyak memiliki pesan moral di dalamnya. Bahasa yang digunakan
mudah dipahami pembaca. Isinya membuat pembaca perlu memperbanyak rasa cinta pada keluarga
terutama ayah. Tere Liye benar-benar membuat pembaca menyatu dengan cerita, membuat pembaca
seakan-akan berada disana dan menyaksikan apa yang dialami Dam.

Selain kelebihan, novel ini memiliki kelemahan yaitu ada beberapa kesalahan penulisan
dibeberapa tempat. Latar-latar yang dipaparkan tidak bisa diterima akal manusia. Contohnya Negeri
Penguasa Angin. Pembaca akan sulit menggunakan logika untuk hal-hal diluar nalar manusia. Karena
latar tersebut tidak pernah ada di dunia nyata. Alur ceritanya maju-mundur, sehingga membutuhkan
konsentrasi lebih untuk memahaminya.

Secara keseluruhan, Ayahku (bukan) Pembohong merupakan Novel yang sangat mengagumkan.
Novel ini cocok untuk dibaca semua kalangan. Karena selain tahuu betapa pentingnya rasa percaya,
pembaca juga secara tidak langsung diingatkan pada sosok Ayah. Setelah membaca ini, pembaca
mengerti apa hakikat kebahagiaan yang sebanarnya.

Anda mungkin juga menyukai