Anda di halaman 1dari 15

ANALISA TEKS NOVEL “LAVASKET”

Luna Torashyngu

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh:

XII IPS 1
Septian (22)

YAYASAN PENDIDIKAN GEMBALA BAIK


SMA GEMBALA BAIK PONTIANAK
PONTIANAK
2022
ANALISA TEKS NOVEL Ayahku Bukan Pembohong
Karya Tere Liye

1. Identitas Buku
a. Judul : Ayahku Bukan Pembohong
b. Pengarang : Tere Liye
c. Tahun terbit : 2014
d. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
e. Jumlah Halaman : 304 halaman

2. Struktur Teks Novel


Bab 1 Zas dan Qon (hal. 5-7)
a. Orientasi
Ayah dari Zas dan Qon berhenti memercayai cerita cerita ayahnya ketika
umurnya dua puluh tahun. Ayah dengan riang menemani Zas dan Qon
menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa mudanya, ayah dari Zas dan Qon
hanya bisa menghela napas tidak suka. Ayah dari Zas dan Qon ingin sekali
menyela dan bilang kepada Zas dan Qon untuk segera tidur karna besok harus
bangun pagi, namun sayangnya ibu dari Zas dan Qon sudah dua kali
memberikan kode yang tegas bahwa biarkan dulu kakeknya bermain dengan
kedua cucunya.
b. Komplikasi
Ayah Zas dan Qon semakin marah memperhatikan ayahnya yang bercerita
bohong kepada Zas dan Qon, kepalanya mendadak kosong laptop dihadapannya
seketika mendengung pelan. Kakek Zas dan Qon menceritakan bahwa dia
menelpon dengan si Nomor Sepuluh, menurutnya itu sudah sangat terlalu
meskipun benar si Nomor Sepuluh dikenal ramah dan rendah hati, jika pun
benar kakek Zas dan Qon melakukan kontak dengan penggemarnya, kakek akan
berada diurutan terakhir jauh langit, jauh bumi. Setelah itu ayah Zas dan Qon
menutuo laptopnya dengan keras, suara itu membuat ibu Zas dan Qon menoleh,
menghentikan tawa kakek, Zas, dan Qon, ayah langsung meninggalkan ruang
keluarga karna menahan rasa jengkel.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)

Bab 2 Cedera (hal. 8-18)

a. Orientasi
Tiga puluh tahun yang lalu Dam dan Ayahnya menonton pertandingan bola,
Ayah Dam mengejek Dam dengan berkata percuma saja kau tunggu, klub
kesayangan mu akan kalah malam ini. Namun dam tetap berpegang teguh dan
percaya bahwa sang kapten dan tim kesayangannya bisa bekerja sama dengan
baik dan memenangkan pertandingan pada malam hari ini, namun pada akhrinya
apa yang dikatakan Ayah Dam ternyata benar tim kesayangan dam kalah dengan
skor 3-2 dan sang kapten kebanggaan Dam mengalami cedera sehingga tidak
bisa melanjutkan pertandingan tersebut. Setelah pertandingan selesai Dam pun
tampak sedih karna tim kesayangannya kalah dan sang kapten kebanggaannya
mengalami cedera, namun Ayah Dam menghibur Dam dengan menceritakan hal
hal tentang sang Kapten, Ayah Dam bercerita bahwa sewaktu dia kuliah dia
tinggal di apartemen yang tidak jauh dari rumah si sang Kapten, dia bercerita
tentang bagaimana latar belakang dan perjuangan sang Kapten dari dia masih
kecil hingga menjadi idola jutaan orang termasuk Dam.
b. Komplikasi
Ibu Dam berbincang kepada Ayah Dam untuk menyuruh Ayah Dam berhenti
menceritakan hal-hal itu. Namun Ayah Dam menjawab bahwa cerita-cerita itu
akan membuat Dam belajar banyak hal baik. Ibu Dam setuju dengan perkataan
tersebut namun Ibu Dam berkata bahwa suatu saat Dam akan bertanya apakah
semua cerita-cerita itu benar atau tidak.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)
Bab 3 Klub Renang (hal. 19-29)

a. Orientasi
Dam terlambat bangun karna menonton pertandingan tadi malam, Ibu mengomel
sambil menyiapkan barang-barang keperluan Dam, Ibu sudah mengingatkan
Dam untuk tidak usah menonton pertandingan semalam namun Dam masih saja
menonton sehingga waktu tidurnya tidak cukup. Dam bergegas memakai
seragam sekolah, mengambil topi, dasi, dan mengambil tas yang sudah
disiapkan ibu, setelah itu Dam dengan cepat mengeluarkan sepedanya dan
berteriak pamit, namun Ibu Dam berteriak bahwa Dam belum menyisir rambut,
tetapi Dam sudah keburu meluncur dengan cepat dengan sepedanya,
diperjalanan Dam kesekolah wajahnya diterpa oleh angin pagi, rasa ngantuk
Dam seketika hilang karna angin pagi itu, rambutnya yang basah pelan-pelan
pun mengering, dan disepanjang perjalanan Dam kesekolah dia sambil
membayangkan kembali cerita-cerita yang Ayah Dam beri tau pada malam tadi.
Setelah sampai disekolah, Dam rupanya terlambat setengah jam, Ibu Guru
menyuruh Dam berdiri dipojok dikelas, Dam ditertawakan oleh anak kelasnya,
namun ada satu anak perempuan yang sangat baik yaitu Taani, Taani ada satu-
satunya anak kelas Dam yang memangil Dam dengan namanya.
b. Komplikasi
Disekolah Dam terdapat siswa yang bernama Jarjit yang memiliki sifat sangat
sombong dan suka mengejek dan membuat Dam kesal. Jarjit sering kali
meremehkan dan merendahkan Dam pada saat disekolah. Jarjit sering sekali
memangil Dam dengan sebutan pengecut dan mengejek rambut Dam yang ikal.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)

Bab 4 Kesempatan Kedua (hal. 30-39)

a. Orientasi
Ayah Dam bercerita dengan Zas dan Qon diruang keluarga Dam, mereka
bercerita tentang bola Ayah Dam tertawa melihat cucunya karena mirip sekali
dengan Ayahnya yaitu Dam. Zas dan Qon pun bertanya apakah Ayahnya juga
menggemari sepak bola, Ayah Dam bercerita bagaimana Dam sangat tergila-gila
dengan sepak bola dan penggemar dengan julukan sang Kapten, Ayah Dam juga
memberi tahu Zas dan Qon bahwa sang Kapten itu adalah paman si nomor
sepuluh yang di idolakan oleh Zas dan Qon juga.
b. Komplikasi
Dihalaman sekolah Dam berkelahi dengan Jarjit, Jarjit mengatakan bahwa
rambut jelek Dam yang membuat dia tenggelam pada saat Dam mengikuti
seleksi berenang untuk bisa masuk ke klub renang. Jarjit juga mengatakan
bahwa pengecut keriting seperti Dam itu tidak pantas bergabung dengan klub
renang itu, namun Dam dengan tenang menjawab ejekan Jarjit dan tidak
terpancing sedikit pun. Setelah Dam menjawan ejekan Jarjit, Dam pun bergegas
pergi meninggalkan Jarjit namun Jarjit tidak terima dengan perkataan Dam
sehingga Jarjit dari belakang menerkam dan memiting Dam, Dam tidak diam
saja dia membalas Jarjit namun teman-teman Jarjit juga membantu Jarjit
memukul Dam.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)

Bab 5 Celana Renang (hal. 40-47)

a. Orientasi
Dipagi hari sekolah belum terlalu ramai, Taani datang dengan tergopoh-gopoh.
Taani mencari Dam karna ingin memberi kabar baik bahwa Dam diberikan
kesempatan lagi untuk mengikuti seleksi agar bisa menjadi anggota klub renang.
Dam baru tahu bahwa pelatih yang tegas, keras, dan berwibawa itu adalah papa
Taani, Dam bingung entah karena bujukan Taani atau memang dia berhak
mengulang dan diberikan kesempatan kedua untuk mengikuti tes seleksi renang
itu.
b. Komplikasi
Dam menahan malu pada saat detik-detik terakhir dalam tes seleksi renang
tersebut, celananya tiba-tiba melorot Dam bergegas mencari cara bagaimana
celananya agar tetap dipinggang. Pada saat Dam diruang ganti Jarjit datang dan
mulai mengolok-olok Dam karena celananya melorot, Jarjit tanpa ada rasa
bersalah dan dengan santai menunjukkan gerakan menggunting udara. Seketika
Dam tidak bisa menahan amarahnya tanpa basa basi Dam melompat dan
langsung memiting Jarjit, Jarjit juga membalas Dam dengan mendorong Dam.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)

Bab 6 Surat-Surat Itu (hal. 48-59)

a. Orientasi
Hujan yang semakin deras, obrolan Ayah Dam bersama Zas dan Qon semakin
panjang dan asik, Zas dan Qon tidak berhenti bertanya-tanya tentang si Nomor
Sepuluh atau pun tentang Sang Kapten. Tiga puluh tahun yang lalu pertandingan
putaran kedua semifinal Liga Champions Eropa berlangsung, Ayah Dam
membangunkan Dam yang sedang asik tidur, Dam sebelumnya sudah menitip
pesan kepada Ayahnya agar membangunkannya jika dia ketiduran. Dam sangat
susah dibangunkan sehingga Ayahnya sengaja membesarkan volume televisi,
Dam langsung terbangun setelah mendengar "EL CAPITANO! EL PRINCE!".
b. Komplikasi
Dam sangat ingin mengirim surat untuk Sang Kapten karna Dam berpikir bahwa
Ayahnya kenal dekat dengan Sang Kapten. Dam berpikir bahwa Ayahnya pasti
mengetahui alamat tempat tinggal Sang Kapten, Dam ingin sekali berkenalan
dengan Sang Kapten dengan mengirimkan surat itu, Dam memaksa agar
Ayahnya mau membantunya untuk mengirimkan surat yang sudah dia tulis
untuk Sang Kapten. Namun Ayah Dam selalu menolak dan mencari alasan agar
Dam berubah pikiran dan tidak jadi untuk mengirimkan surat itu, namun Dam
tidak menyerah dia tetap ingin mengirimkan surat itu dan tetap membujuk
Ayahnya sampai mau membantunya mengirimkan surat kepada Sang Kapten,
karna Ayahnya selalu menolak permintaan Dam untuk membantunya
mengirimkan surat itu Dam menjadi anak yang malas, Dam melupakan dan tidak
melakukan semua pekerjaan rumahnya dan tidak mengantar koran, hal ini sangat
membuat ibu marah besar, Dam pun ribut dengan Ayahnya sehingga Ayah
marah besar dan menyuruh Dam masuk kedalam kamar, Dam boleh keluar jika
dia sudah meminta maaf.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)

Bab 7 Berdamai (hal. 60-72)

a. Orientasi
Hujan membungkus kota, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Dam
menyuruh Zas dan Qon untuk bergegas tidur, namun Zas dan Qon memohon
kepada Dam agar boleh agak larut malam tidurnya karena cerita dari Ayah Dam
masih sangat seru dan asik. Zas dan Qon bertanya kepada Ayah Dam bagaimana
kalau mereka menelpon si Nomor Sepuluh, Ayah Dam sedikit kaget, Zas dan
Qon berkata bahwa Kakek (Ayah Dam) sendiri pernah ditelpon si Nomor
Sepuluh artinya Kakek (Ayah Dam) pasti punya nomor teleponnya. Tanpa perlu
disuruh dua kali Qon langsung bergegas mengambil telepon, Qon salah menekan
kode negaranya sehingga telepon itu diambil alih oleh Zas dan dengan cepat dia
menekan nomor yang ditulis Ayah Dam dikertas, setelah menunggu lima belas
detik, yang menjawab rupanya mesin telepon dan berkata bahwa si Nomor
Sepuluh tidak ada ditempat, namun Kakek meninggalkan pesan dengan bahasa
si Nomor Sepuluh menceritakan tentang kedua cucu-cucunya.
b. Komplikasi
Tiga puluh tahun yang lalu tepat diruang kepala sekolah Dam dan Jarjit
dipanggil karena ketahuan berkelahi dibelakang gedung sekolah, Jarjit dan
kameradnya mengeroyok Dam, lima lawan satu. Malamnya Ibu Jarjit dan Jarjit
datang kerumah Dam menemui Ibu Dam dan Dam untuk mengantar kue dan
menyuruh Jarjit meminta maaf kepada Dam. Ibu Jarjit bertanya kepada Dam
bagaimana kondisi pelipisnya yang berdarah karna dipukuli tadi siang, Ibu Dam
menjawab dengan tersenyum bahwa ini hanyalah kenakalan anak-anak saja,
seperti kata kepala sekolah bahwa besok lusa Dam dan Jarjit juga akan
berdamai.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)

Bab 8 Seleksi Lomba (hal. 73-81)

a. Orientasi
Hari-hari berjalan menyenangkan bagi Dam, karna tidak ada lagi yang
memanggilnya pengecut, Dam bisa menikmati waktu istirahat dengan tenang
tanpa ada gerombolan yang suka mengolok-olok Dam. Ayah Dam bertanya
kepada Dam apakah dia sudah siap untuk mengikuti seleksi renang. Ayah Dam
memberikan kejutan kepada Dam yaitu sebuah amplop biru, amplop biru itu
besar-besar mencantumkan nama Dam, alamat rumah Dam, tetapi perangko
yang ada diamplop itu tidak dikenali oleh Dam, dan Dam mendapat gambaran
dari mana asal amplop biru ini karena Dam mengenali simbol didepannya yaitu
dua ekor singa berdiri berhadapan.
b. Komplikasi
Dam hanya menujukkan surat ini kepada Taani dan bangga melihatkan surat
hebat bersampul biru itu dengan rasa wanti-wanti agar Taani tidak bilang ke
siapa-siapa. Karena Taani ragu ia bertanya kepada Dam apakah surat ini
sungguh asli dan bukan surat bohongan, Dam sedikit tersinggung dan menjawab
Taani dengan lantang dan yakin bahwa surat itu asli dan tidak bohongan. Dam
menjelaskan kepada Taani dan meyakinkan Taani bahwa surat bersampul biru
itu asli berasal dari Sang Kapten yang Dam idolakan.
c. Evaluasi (-)
d. Resolusi (-)
e. Koda (-)
3. Kaidah Kebahasaan Novel
a. Keterangan Waktu
1) “Maka malam ini, ketika Ayah dengan riang menemani anak-anaku, Zas
dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa mudanya, aku
hanya bisa menghela nafas tidak suka.” (H5, P1K2)
2) “Maka malam ini, ketika Ayah dengan riang menemani anak-anaku, Zas
dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa mudanya, aku
hanya bisa menghela nafas tidak suka.” (H5, P1K2)
3) “Ingin sekali menyela, bilang bahwa Zas dan Qon harus segera tidur, besok
mereka harus bangun pagi-pagi, serta bertumpuk alasan lainnya, mulai dari
yang masuk akal hingga yang dibuat-buat.” (H5, P1K3)
4) “Yang mencetak gol tadi malam, Kek? Mata Zas membulat.” (H6, P2K3)
5) “Kepalaku mendadak kosong, laptop dihadapanku mendengung pelan, tidak
tersentuh satu jam terakhir.” (H7, P2K2)

b. Kata Tindakan
1) “Sayangnya, istriku sudah dua kali memberikan kode di balik buku tebal
yang sedang dibacanya.” (H5, P1K4)
2) “Zas dan Qon, seperti yang kuduga, bergegas berebut mengambilkan gelas
air minum, sama seperti waktu aku dulu masih terbilang anak-anak, yang
juga semangat memijat Ayah, mencabuti uban Ayah (yang baru satu dua,
jadi susah dicari), atau mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu,
mengepel, melakukan apa saja yang disuruhnya, harga atas kisah-kisah
hebat itu.” (H5, P2K2)
3) “Zas dan Qon, seperti yang kuduga, bergegas berebut mengambilkan gelas
air minum, sama seperti waktu aku dulu masih terbilang anak-anak, yang
juga semangat memijat Ayah, mencabuti uban Ayah (yang baru satu dua,
jadi susah dicari), atau mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu,
mengepel, melakukan apa saja yang disuruhnya, harga atas kisah-kisah
hebat itu.” (H5, P2K2)
4) “Zas dan Qon, seperti yang kuduga, bergegas berebut mengambilkan gelas
air minum, sama seperti waktu aku dulu masih terbilang anak-anak, yang
juga semangat memijat Ayah, mencabuti uban Ayah (yang baru satu dua,
jadi susah dicari), atau mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu,
mengepel, melakukan apa saja yang disuruhnya, harga atas kisah-kisah
hebat itu.” (H5, P2K2)
5) “Zas dan Qon, seperti yang kuduga, bergegas berebut mengambilkan gelas
air minum, sama seperti waktu aku dulu masih terbilang anak-anak, yang
juga semangat memijat Ayah, mencabuti uban Ayah (yang baru satu dua,
jadi susah dicari), atau mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu,
mengepel, melakukan apa saja yang disuruhnya, harga atas kisah-kisah
hebat itu.” (H5, P2K2)

c. Penggambaran Pikiran Monolog


1) “Aku tidak mengacuhkan Ayah.” (H11, P5K2)
2) “Rasa sedih ini menyelungkup hatiku, menghilangkan banyak selera,
termasuk soal “rahasia besar ayah.” (H12, P7K2)
3) “Aku menoleh, terdiam oleh suara Ayah yang begitu meyakinkan.”
(H12, P2K1)
4) “Ayah-lah orang yang paling mengenal sang Kapten diseluruh dunia.”
(H12, P3K1)
5) “Mataku langsung membulat.” (H12, P4K1)

d. Dialog Berseling Monolog


1) “Tetapi jangan bilang ke siapa-siapa.” (H6, P6)
2) “Dam, Ayah menjawil bahuku.” (H11, P5)
3) “Karena malam ini, jika kau orang yang paling sedih di seluruh dunia
atas kekalahan ini, Ayah-lah orang yang paling mengenal sang Kapten
di seluruh dunia. Inilah rahasia terbesar Ayah.” (H12, P3K1)
4) “Sepertinya kau tidak akan lolos lagi, Pengecut.” (H24, P1K1)
5) “Atau kau perlu disiapkan tim penyelamat. Aku khawatir rambut kau
ini terlalu berat dan membuat kau tenggelam.” (H24, P5K1-K2)
4. Inti Cerita
Novel ini mengisahkan tentang seorang ayah yang memiliki pengalaman dan
perjalanan yang sangat luar biasa pada masa mudanya. Namun, anaknya yang
bernama Dam menganggapnya terlalu luar biasa bahkan mustahil. Cerita
yang dia bagikan kepada anaknya tentang perjalanan tersebut tidak bisa dibuktikan
benar atau tidak. Berbagai kisah luar biasa telah diceritakan kepada Dam oleh
ayahnya. Mulai dari adanya suku Penguasa Angin, apel emas dari Lembah
Bukhara, si Raja Tidur yang menjadi hakim sangat adil, dan danau para sufi.
Ayahnya Dam juga bercerita kalau dahulu dia berteman akrab dengan si Nomor
Sepuluh dan Sang Kapten, dua pemain sepak bola hebat di Eropa.

Cerita-cerita itu pada awalnya dipercayai oleh Dam. Namun, ketika


Dam semakin bertambah usianya, dia menganggap cerita itu bohong. Dam
meragukan kebenaran cerita-cerita ayahnya. Ketika berusia delapan tahun, Dam
turut berkontribusi dalam pemerolehan juara klub renang kota pada kejuaraan
nasional. Cabang yang dimenangi klubnya adalah renang estafet 4 x 100 meter gaya
bebas. Ketika berusia lima belas tahun, dia disekolahkan di Akademi Gajah.
Akademi Gajah merupakan sekolah yang namanya tidak dikenal orang. Akan
tetapi, Dam justru menemukan buku unik di perpustakaan sekolah tersebut. Buku
itu sangatlah usang, tetapi isinya sesuai dengan cerita-cerita ayahnya, membuat
Dam makin penasaran tentang kebenaran kisah bernuansa dongeng itu.

Pada tahun terakhir menempuh pendidikan di Akademi Gajah, ibunya


meninggal karena sakit. Setelah lulus, Dam melanjutkan kuliah. Jurusan yang
dipilihnya adalah arsitektur. Dia terlambat mendaftar dan tidak mengikuti tes
masuk. Ajaibnya, dia dibolehkan berkuliah di universitas itu dengan hanya
menunjukkan surat sakti dari Akademi Gajah. Ketika Dam dewasa, dia menikah
dengan Taani, temannya semasa sd. Mereka memiliki anak yang bernama Zas dan
Qon. Ayahnya Dam juga menceritakan cerita-cerita sangat luar biasa itu ke dua
cucunya. Sama dengan Dam, awalnya Zas dan Qon percaya. Namun, pada akhirnya
Zas dan Qon juga mulai meragukan kebenaran dan kelogisan cerita itu. Ayah Dam
dikenal baik sebagai pegawai yang jujur dan sederhana oleh seluruh kota.
Pada akhir novel ini dikisahkan bahwa ayahnya Dam meninggal dunia.
Pemakamannya dihadiri oleh wali kota, teman-teman sekolah Dam, teman-teman
klub renang, kerabat, dan sahabat-sahabat Ayahnya Dam. Ketika proses
pemakaman, terjadi dua peristiwa unik dan mengejutkan. Pertama, ada sembilan
formasi layang-layang besar di langit milik suku Penguasa Angin. Kedua, si Nomor
Sepuluh dan Sang Kapten datang pada acara pemakaman. Mereka jauh-jauh dari
negaranya datang untuk melayat sahabat masa kecilnya, ayahnya Dam. Pagi itu
juga Dam menyadari, ayahnya bukan pembohong.

5. Jenis Konflik
a. Diri Sendiri (-)
b. Orang Lain
Waktu Dam masih kecil dia sering kali berkelahi dengan Jarjit karena Jarjit yang
memiliki sifat yang sombong, suka mengejek-ejek Dam, suka pamer, dan suka
membully Dam waktu disekolah maupun pada waktu Dam mengikuti seleksi
renang. Dam juga kecewa dan marah dengan Ayahnya karena Dam menganggap
bahwa semua cerita Ayahnya lama kelamaan semakin tidak logis dan seperti
tidak nyata.
c. Budaya (-)
d. Alam (-)

6. Unsur Intrinsik
a. Tema
Novel berjudul “Ayahku Bukan Pembohong” memiliki tema tentang kasih
sayang ayahnya terhadap sang anak yang tiada batas. Anak yang dibesarkan
dengan dongeng-dongeng, tentang definisi kebahagiaan dan tentang bagaimana
membesarkan anak-anak dengan sederhana. Seorang ayah yang memutuskan
untuk hidup sederhana meskipun dia lulusan magister luar negeri. Karena
hakikat kebahagiaan yang sejati bukan berasal dari gelar hebat, pangkat
tinggi,kekuasaan, harta benda, namun kebahagiaan yang sejati itu berasal dari
kita sendiri.
b. Tokoh/Penokohan
1) Dam, adalah tokoh utama dalam novel tersebut yang memiliki sifat baik,
penurut, serba ingin tahu, tidak mudah percaya dan cerdas.
2) Ayah, disini ayah merupakan tokoh tambahan yang memiliki sifat jujur,
sederhana, penyayang, bijaksana dan baik.
3) Ibu Dam, ialah sosok yang penyayang, peduli dan perhatian.
4) Taani, adalah teman Dam yang selalu menceritakan kisah-kisah dari
ayahnya kepada Taani. Ia digambarkan memiliki karakter anak yang pintar,
baik, tidak sombong, suka menolong, sangat suka membantu Dam, dan
sangat suka mendengarkan cerita dari Dam.
5) Sang Kapten, ia adalah inspirasi dari tokoh utama yaitu Dam agar menjadi
anak yang lebih baik lagi dalam segala hal.
6) Jarjit, digambarkan sebagai karakter yang sombong, suka pamer,
pendendam dan iri dengki.
7) Zas, merupakan anak dari Dam dan Taani. Zas adalah penerus tokoh utama
yang menanyakan kembali cerita-cerita ayah.
8) Qon, merupakan anak dari Dam dan Taani. Qon adalah penerus tokoh utama
yang juga suka mendengarkan cerita-cerita kakeknya.

c. Sudut pandang
Sudut pandang dalam novel “Ayahku Bukan Pembohong” adalah menggunakan
sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama yaitu aku “Dam”.

d. Alur
Alur yang digunakan dalam novel berjudul "Ayahku Bukan Pembohong" adalah
alur mundur, yaitu meliputi tahap awal dalam cerita ini pembaca langsung
ditampilkan tentang kehidupan tokoh utama Dam bersama anak-anaknya.
Setelah itu dimulailah tokoh utama menceritakan tentang masa lalunya.
e. Latar
1) Tempat
a) "Lima belas detik ruang keluarga lengang." (H16, P3K1)
b) “Ibu guru menyuruhku berdiri di pojok kelas.” (H20, P3K2)
c) “Kolam renang kota ramai oleh anak-anak.” (H23, P3K1)

2) Suasana
a) "Lima belas detik ruang keluarga lengang." (H16, P3K1)
b) “Lapangan sekolah ramai oleh anak-anak yang bermain bola kasti.”
(H21, P7K2)
c) “Kolam renang kota ramai oleh anak-anak.” (H23, P3K1)

3) Waktu
a) “Ini sudah pukul tiga dini hari.” (H16, P6K2)
b) “Aku terlambat setengah jam.” (H20, P3K1)
c) “Masih pagi, sekolah belum ramai saat Taani tergopoh-gopoh
datang.” (H40, P1K1)

f. Amanat :
Amanat yang terkandung dalam novel "Ayahku Bukan Pembohong" adalah
tidak perlu membalas perlakuan buruk seseorang dengan perlakuan yang sama.
Karena manusia yang baik dan berhati sabar tidak akan pernah membalas
perlakuan jahat yang di berikan kepadanya. Amanat yang dapat diambil juga
agar kita tidak mudah putus asa dan tetap semangat dengan apa yang dicita-
citakan.
7. Unsur Ekstrinsik
a. Moral
(1) “Setelah dua kali gagal berturut-turut, ini tes ketiga bagiku dan menjadi
kesempatan terakhir sebelum seleksi tahun ini ditutup.” (H23, P2K5)
(2) “Suku itu paham, terkadang cara membalas terbaik justru dengan tidak
membalas.” (H24, P4K5)
(3) “Aku sudah berteriak kencang, memeluk Ayah, bilang terimakasih tidak
terkira, memeluk ibu, bilang aku cinta padanya.” (H74, P8K2)

b. Budaya (-)

c. Pendidikan
(1) “Seperti yang kau tahu, Dam, Ayah pernah mendapat beasiswa untuk
sekolah di luar negeri.” (H13, P3K1)
(2) “Ia menjelaskan nama besar dan prestasi gemilang klub renang sepuluh
tahun terakhir, dan kamilah yang akan meneruskan catatan emas itu-
tentunya jika kami terlebih dulu berhasil lolos tes sore ini.” (H23, P4K2)
(3) “Hanya anak-anak yang tidak kenal menyerah, terus berjuang hingga titik
akhirlah yang berhak menggunakan jaket kebanggaan klub.” (H26, P2K7)

d. Estetika (-)

Anda mungkin juga menyukai