Pengarang : Tere-Liye
Ia sangat kecewa dan tidak akan pernah mempercayai perkataan cerita yang terlontar
dari bibir sang ayah. Terlebih lagi ketika ayahnya menutupi kondisi ibu Dam, ayahnya hanya
mengatakan kepada Dam bahwa ibu baik–baik saja, padahal sang ibu sudah tidak dapat
diselamatkan melalui penangan dokter. Sehari setelah kematian ibunya, Dam memutuskan
untuk kembali melakukan aktiv itas di Akademik Gajah tanpa mengaharapkan sosok ayah
disisinya.
2 tahun kemudian, Dam menikah dan dikaruniai dua anak bernama Zas dan Qon. Ia
berusaha menjauhkan mereka dari cerita fiktif sang ayah. Sampai suatu ketika, Dam mengusir
ayahnya dari rumah yang ia tempati bersama istri, Zas dan Qon karena, sang ayah tidak henti
bercerita kepada ke2 anak Dam.
Keesokan harinya ia mendapat kabar dari warga bahwa sang Ayah dibawa kerumah
sakit karena pingsan di pemakaman kota. Setelah ditangani dokter, Ayah Dam sempat siuman
dan memanggilnya. Ia meminta Dam untuk mendengarkan cerita terakhir tentang Danau Para
Sufi. Danau Para Sufi adalah danau yang dibuat oleh ayahnya selama bertahun-tahun untuk
mencari tahu definisi dari kebahagiaan yang luar biasa, dan akhirnya sang ayah mendapatkan
jawaban. “Kebahagiaan itu adalah hati yang lapang, jika seseorang memiliki hati yang lapang
maka hidup dalam kesederhanaan pun akan terasa indah”. Setelah bercerita, sang Ayah pergi
meninggalkan Dam selamanya. Dan hari itu Dam tahu bahwa ibunya hidup bahagia bersama
ayahnya.
Pada hari pemakaman Ayah Dam, tempat itu dipenuhi warga kota. Mereka
menyalami Dam dan mengucapkan rasa belasungkawa. Namun saat melihat ke langit Dam
dikejutkan dengan adanya formasi layang-layang dimusim hujan seperti ini yang menurut
Qon adalah formasi layang-layang suku Penguasa Angin. Namun yang membuat Dam merasa
dikejutkan sekaligus terharu adalah ketika “Sang Kapten” dan “Si Nomor 10” datang dan
mengucapkan rasa sedihnya karena tidak sempat bertemu dengan ayahnya. Dam hanya bisa
terisak sedu ketika mendengar perkataan “Sang Kapten”. Semua dugaan negatif yang ia
pendam sejak semasa remaja terhadap cerita ayah musnahlah sudah, yang ada hanya sebuah
penyesalan teramat dalam.
Pagi itu Dam tahu, Semua cerita ayah nyata, tidak fiktif seperti dongeng lainnya dan
sang ayah bukanlah pembohong..
Waktu :
Malam Hari
Dini Hari
Pagi Hari
Tempat :
Ruang Keluarga
Ruang Kelas
Pemakaman
Kolam renang
Lobi Sekolah
Perpustakaan
Suasana :
Ramai
Sepi
Amanat :
Janganlah kita berburuk sangka pada seseorang, karena sesungguhnya apa yang kita lihat
itu belum tentu sebenarnya apa yang kita pikirkan.