Anda di halaman 1dari 24

A.

GAYA GERAK LISTRIK


Pernahkah kamu memerhatikan tulisan 1,5 V pada baterai, atau 6 V dan 12 V pada akumulator? Besaran 1,5 V, 6 V atau 12 V yang tertulis pada badan baterai atau akumulator menunjukkan beda potensial listrik yang dimilikinya. Hal itu sering disebut gaya gerak listrik (GGL). Untuk membantumu memahami pengertian gaya gerak listrik, perhatikan Gambar 9.1 dan perhatikan pula penjelasannya. Jika sakelar (sk) ditutup, elektron di kutub negatif baterai akan bergerak melalui penghantar menuju kutub positif. Selama dalam perjalanannya, elektron mendapat tambahan energi dari gaya tarik kutub positif. Namun, energi itu akan habis karena adanya tumbukan antarelektron; di dalam lampu tumbukan itu mengakibatkan filamen berpijar dan mengeluarkan cahaya. Sesampainya di kutub positif, elektron tetap cenderung bergerak menuju ke kutub negatif kembali. Namun, hal itu sulit jika tidak ada bantuan energi luar. Energi luar tersebut berupa energi kimia dari baterai. Energi yang diperlukan untuk memindah elektron di dalam sumber arus itulah yang disebut gaya gerak listrik (GGL). Pada Gambar 9.1 tegangan terukur pada titik AB (misalnya menggunakan voltmeter) ketika sakelar terbuka merupakan GGL baterai. Adapun tegangan terukur ketika sakelar tertutup merupakan tegangan jepit. Nilai tegangan jepit selalu lebih kecil daripada gaya gerak listrik. Tahukah kamu mengapa demikian?

B. SUMBER ARUS LISTRIK


Kamu sudah mengetahui bagaimana terjadinya arus listrik. Selain itu kamu juga sudah mengenal komponen yang dapat membantu gerakan elektron dalam suatu rangkaian. Suatu komponen yang berfungsi sebagai tempat untuk mengubah satu jenis energi, misalnya energi kimia dan energi gerak, menjadi energi listrik disebut sumber arus listrik. Contohnya baterai, akumulator, dan generator.

Sumber arus listrik dibedakan menjadi dua, yaitu sumber arus listrik bolak-balik (AC) dan sumber arus listrik searah (DC). Sumber arus listrik AC dihasilkan oleh dinamo arus AC dan generator. Ada beberapa macam sumber arus searah, misalnya sel volta, elemen kering (baterai), akumulator, solar sel, dan dinamo arus searah. Elemen volta, batu baterai, dan akumulator merupakan sumber arus searah yang dihasilkan oleh reaksi kimia. Oleh karena itu, elemen volta, batu baterai, dan akumulator sering disebut elektrokimia. Dikatakan elektrokimia sebab alat tersebut mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Elemen dibedakan menjadi dua, yaitu elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer adalah elemen yang setelah habis muatannya tidak dapat diisi kembali. Contohnya elemen volta

dan batu baterai. Elemen sekunder adalah elemen yang setelah habis muatannya dapat diisi kembali. Contohnya akumulator (aki). Pada elemen volta, baterai, dan akumulator terdapat tiga bagian utama, yaitu 1. anode, elektrode positif yang memiliki potensial tinggi, 2. katode, elektrode negatif yang memiliki potensial rendah, 3. larutan elektrolit, cairan yang dapat menghantarkan arus listrik. Untuk lebih memahami prinsip kerja beberapa contoh elektrokimia, ikutilah uraian berikut.

1. Elemen Volta
Elemen Volta dikembangkan pertama kali oleh Fisikawan Italia bernama Allesandro Volta (1790 - 1800) dengan menggunakan sebuah bejana yang diisi larutan asam sulfat (H2SO4) dan dua logam tembaga (Cu) dan seng (Zn). Bagian utama elemen Volta, yaitu 1. kutub positif (anode) terbuat dari tembaga (Cu), 2. kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn), 3. larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4). Lempeng tembaga memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah. Jika kedua lempeng logam itu dihubungkan melalui lampu, lampu akan menyala. Hal ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan logam tembaga maupun seng sehingga menghasilkan sejumlah elektron yang mengalir dari seng menuju tembaga. Adapun, reaksi kimia pada elemen Volta adalah sebagai berikut. 1. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi H2SO4 2H+ + SO24 2. Pada kutub positif terjadi reaksi Cu + 2H+ polarisasi H2 3. Pada kutub negatif terjadi reaksi Zn + SO4 ZnSO4+ 2e Reaksi kimia pada elemen Volta akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen tidak dapat bereaksi dengan tembaga, sehingga gas hidrogen hanya menempel dan menutupi lempeng tembaga yang bersifat isolator listrik. Hal ini menyebabkan terhalangnya aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun arus listrik dari tembaga menuju seng. Peristiwa tertutupnya lempeng tembaga oleh gelembung-gelembung gas hidrogen disebut polarisasi. Adanya polarisasi gas hidrogen pada lempeng tembaga menyebabkan elemen Volta mampu mengalirkan arus listrik hanya sebentar. Tegangan yang dihasilkan setiap elemen Volta sekitar 1,1 volt. Penggunaan larutan elektrolit yang berupa cairan merupakan kelemahan elemen Volta karena dapat membasahi peralatan lainnya.

2. Elemen Kering
Elemen kering disebut juga baterai. Elemen kering pertama kali dibuat oleh Leclance. Bagian utama elemen kering adalah

1. 2. 3. 4.

kutub positif (anode) terbuat dari batang karbon (C), kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn), larutan elektrolit terbuat dari amonium klorida (NH4Cl), dispolarisator terbuat dari mangan dioksida (MnO2).

Baterai disebut elemen kering, karena elektrolitnya merupakan

campuran antara serbuk karbon, batu kawi, dan salmiak yang berwujud pasta (kering). Batang karbon (batang arang) memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah. Jika kedua elektrode itu dihubungkan dengan lampu maka lampu akan menyala. Hal ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan seng. Adapun, reaksi kimia pada batu baterai adalah sebagai berikut. 1. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi Zn + 2NH4Cl Zn2+ + 2Cl + 2NH3 + H2 (ditangkap dispolarisasi) 2. Pada dispolarisator terjadi reaksi H2 + 2MnO2 Mn2O3 + H2O Reaksi kimia pada batu baterai akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen akan ditangkap dan bereaksi dengan dispolarisator yang berupa mangan dioksida (MnO2) menghasilkan air (H2O), sehingga pada batu baterai tidak terjadi polarisasi gas hidrogen yang mengganggu jalannya arus listrik. Bahan yang dapat menghilangkan polarisasi gas hidrogen disebut dispolarisator. Adanya bahan dispolarisator pada batu baterai, menyebabkan arus listrik yang mengalir lebih lama. Setiap batu baterai menghasilkan tegangan 1,5 volt. Elemen kering (batu baterai) banyak dijual di toko karena memiliki keunggulan antara lain tahan lama (awet), praktis karena bentuk sesuai kebutuhan, dan tidak membasahi peralatan karena elektrolitnya berupa pasta (kering).

3. Akumulator
Akumulator sering disebut aki. Elektrode akumulator baik anode dan katode terbuat dari timbal (Cu) berpori. Bagian utama akumulator, yaitu 1. kutup positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2), 2. kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb),

3. larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%. Lempeng timbal dioksida dan timbal murni disusun saling bersisipan akan membentuk satu pasang sel akumulator yang saling berdekatan dan dipisahkan oleh bahan penyekat berupa isolator. Beda potensial yang dihasilkan setiap satu sel akumulator 2 volt. Dalam kehidupan sehari-hari, ada akumulator 12 volt yang digunakan untuk menghidupkan starter mobil atau untuk menghidupkan lampu sein depan dan belakang mobil. Akumulator 12 volt tersusun dari 6 pasang sel akumulator yang disusun seri. Kemampuan akumulator dalam mengalirkan arus listrik disebut kapasitas akumulator yang dinyatakan dengan satuan Ampere Hour (AH). Kapasitas akumulator 50 AH artinya akumulator mampu mengalirkan arus listrik 1 ampere yang dapat bertahan selama 50 jam tanpa pengisian kembali. a. Proses Pengosongan Akumulator Pada saat akumulator digunakan, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik dan terjadi perubahan anode, katode dan elektrolitnya. Pada anode terjadi perubahan yaitu timbal dioksida (PbO2) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Perubahan yang terjadi pada katode adalah timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Adapun pada larutan elektrolit terjadi perubahan, yaitu asam sulfat pekat menjadi encer, karena pada pengosongan akumulator terbentuk air (H2O). Susunan akumulator adalah sebagai berikut. 1. Kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2). 2. Kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb). 3. Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%. Ketika akumulator digunakan, terjadi reaksi antara larutan elektrolit dengan timbal dioksida dan timbal murni sehingga menghasilkan elektron dan air. Reaksi kimia pada akumulator yang dikosongkan adalah sebagai berikut. 1. Pada elektrolit : H2SO4 2H+ + SO4 2 2. Pada anode: PbO2 + 2H+ + 2e + H2SO4 PbSO4+2H2O 3. Pada katode : Pb + SO 42 PbSO4 Pada saat akumulator digunakan, baik anode maupun katode perlahan - lahan akan berubah menjadi timbal sulfat (PbSO4). Jika hal itu terjadi, maka kedua kutubnya memiliki potensial sama dan arus listrik berhenti mengalir. Terbentuknya air pada reaksi kimia menyebabkan kepekatan asam sulfat berkurang, sehingga mengurangi massa jenisnya. Keadaan ini dikatakan akumulator kosong (habis). b. Proses Pengisian Akumulator Akumulator termasuk elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat diisi kembali. Pengisian akumulator sering disebut penyetruman akumulator. Pada saat penyetruman akumulator terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Perubahan yang terjadi pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal dioksida (PbO2). Perubahan pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal murni (Pb). Kepekatan asam sulfat akan berubah dari

encer menjadi pekat, karena ketika akumulator disetrum terjadi penguapan air. Bagaimanakah cara menyetrum akumulator? Untuk menyetrum akumulator diperlukan sumber tegangan DC lain yang memiliki beda potensial yang lebih besar. Misalnya akumulator 6 volt kosong harus disetrum dengan sumber arus yang tegangannya lebih dari 6 volt. Kutub - kutub akumulator dihubungkan dengan kutub sumber tegangan. Kutub positif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub positif akumulator. Adapun, kutub negatif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub negatif akumulator. Rangkaian ini menyebabkan aliran elektron sumber tegangan DC berlawanan dengan arah aliran elektron akumulator. Elektron - elektron pada akumulator dipaksa kembali ke elektrode akumulator semula, sehingga dapat membalik reaksi kimia pada kedua elektrodenya. Agar hasil penyetruman akumulator lebih baik, maka arus yang digunakan untuk mengisi kecil dan waktu pengisian lama. Besarnya arus listrik diatur dengan reostat. Pada saat pengisian terjadi penguapan asam sulfat, sehingga menambah kepekatan asam sulfat dan permukaan asam sulfat turun. Oleh sebab itu, perlu ditambah air akumulator kembali. Susunan akumulator yang akan disetrum (diisi) dalam keadaan masih kosong, yaitu 1. kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbSO4), 2. kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (PbSO4), 3. larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) encer. Reaksi kimia saat akumulator diisi, yaitu 1. pada elektrolit : H2SO4 2H+ + SO4 2 2. pada anode : PbSO4 + SO4 2 + 2H2O PbO2 + 2H2SO4 3. pada katode: PbSO4 + 2H+ Pb + H2SO4 Jadi, saat penyetruman akumulator pada prinsipnya mengubah anode dan katode yang berupa timbal sulfat (PbSO4) menjadi timbal dioksida (PbO2) dan timbal murni (Pb).

C. PENGUKURAN TEGANGAN LISTRIK


Kamu sudah mengetahui bahwa alat ukur lsitrik yang cukup penitng, selain amperemeter, adalah voltmeter. Amperemeter digunakan untuk mengetahui kuat arus listrik dalam suatu rangkaian tertutup. Adapun, voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial. Misalnya beda potensial antara kutub - kutub baterai atau beda potensial di dua titik suatu rangkaian listrik. Dalam suatu rangkaian, penggunaan voltmeter secara paralel. Maksudnya, terminal positif voltmeter (berwarna merah) dihubungkan dengan kutub positif batu baterai. Adapun kutub negatif voltmeter dihubungkan dengan kutub negatif batu baterai.

Salah satu contoh penggunaan voltmeter yaitu pada pengukuran gaya gerak listrik dan tegangan jepit suatu rangkaian. Untuk lebih jelasnya, lakukan Kegiatan 9.1 secara berkelompok. Sebelumnya, bentuklah satu kelompok yang terdiri 4 siswa; 2 lakilaki dan 2 perempuan. Perbedaan antara besarnya GGL dengan tegangan jepit menimbulkan adanya kerugian tegangan. Baterai atau sumber arus listrik lainnya memiliki hambatan dalam. Dalam suatu rangkaian, hambatan dalam (r) selalu tersusun seri dengan hambatan luar (R). Perhatikan Gambar 9.8. Berdasarkan gambar, rumus Hukum Ohm dapat ditulis sebagai berikut.

Untuk beberapa elemen yang dipasang secara seri berlaku

Keberadaan hambatan dalam itulah yang menyebabkan menyebabkan kerugian tegangan. Kerugian tegangan dilambangkan dengan U satuannya volt. Hubungan antara GGL, tegangan jepit, dan kerugian tegangan dirumuskan. E = V + U dengan: E = gaya gerak listrik satuannya volt (V)

V = tegangan jepit satuannya volt (V) U = kerugian tegangan satuannya volt (V

LISTRIK AC dan DC
Apakah beda dari Listrik AC dan DC ??? Perbedaan Listrik AC dan DC adalah : 1. sinyal tegangan DC lebih konstan. Sedangkan sinyal tegabgab AC berbentuk sinustodial. 2. Tegangan AC lebih mudah dinaikkan dan diturunkan dibandingkan tegangan DC. 3. Listrik Ac memiliki nilai maximum, puncak ke puncak, sesaat rata-rata dan efektif. Hal-hal tersebut tidak ada di listrik DC. 4. Pembangkit listrik DC lebih bervariasi dan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan. A. Listrik DC

Listrik arus searah (DC=Direct Current) adalah model listrik yang pertama kali ditemukan bersamaan dengan ditemukannya sel volta, sebagai cikal bakal battery. Arus Searah juga digunakan untuk menyalakan lampu yang diciptakan oleh Thomas Alfa Edison. Ciri khas sumber tegangan lisrtik DC yaitu kemampuannya menghasilkan llistrik dengan pola kontinu. Aliran elektronnya berjalan terus-menerus. Aliran ini akan berhenti jika memenuhi dua syarat: a. dihentikan secara sengaja: misalkan dengan memutus penghantarnya. b. Tidak ada tegangan yang mampu mengalirkan elektron. Dengan dua syarat tersebut sunber pengjhasil listrik DC digolongkan menjadi sumber penghasil lirstrik (elemen) primer dan elemen sekunder. Elemen primer yaitu sumber penghasil listrik sekali pakal. Ketika tegangan listrik elemen tersebut habis, elemen tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi. Sebaliknya, elemen sekunder meruakan alat penghasil tegangan lisrtik yang mampu diisi ulang tegangannya. Hal inilah yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir kembali. Contoh Sumber penghasil DC sebagai berikut. 1. Batrai

Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Peralatan ini dengan mudah kita temukan di zaman ssekarang. Istilah lain dari baterai yaitu elemen kering. Batrai di zaman sekarang dapat berupa elemen primer maupun ssekundder. Batrai berjenis primer akan dibuang ketika arusnya sudah habis, sedangkan yang berjenis sekunder dapat di isi ulang. Contoh batrai jenis ini antara lain pada hanpone, laptop, PDA, GPS, dan peralatan-peralatan sejenis. Bahan yang menyusun sebuah batrai dapat diurakan sebagai berikut. Rincian bagian-bagian batrai. 1). Elektroda positif (anoda) berupa batang karbon. 2). Elektroda negatif (ketoda) berupa bejana seng yang menjadi penbungkusnya. 3). Elektrolit berupa amonium klorida (NH4Cl) dalam bentuk passta. 4). Depolarisasi berupa campuran serbuk karbon (C) dengan batu kawi (MnO2). Tegangan listrik yang ada di dalam baterai bervariasi dari 1, 5 volt hingga 9 volt. Sebuah baterai dikatakan habis jika amonium dalam NH4Cl teklah terurai habis menjadi NH3 atau depolarisator MnO2 telah jenuh. 2. Aki

Sumber listrik DC lainnya yaitu aki. Aki termasuk sumber listrik DC yang banyak digunakan. Pemanfaatannya ada di berbagai bidang, misalnya pada sepeda motor dan mobil. Pada sepeda motor dan mobil, aki digunakan sebagai sumber utama listrik bagi kendaraan tersebut. Apa saja komponen dalam sebuah aki ? 1. Elektroda positif (anoda) berupa timbal peroksida. 2. Elektroda negatif (ketoda) berupa berupa timbal murni (Pb). 3. Elektrolit berupa asam sulfat (H2SO4). Reaksi yang terjadi ketika aki digunakan yaitu :

Pada kutub positif PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42- + 2e- PbSO4(s) + 2H2O(l) Pada kutub negatif Pb(s) + SO4-2 PbSO4(s) + 2ePerhatikan hasil dari kedua kutub reaksi aki. Semuanya berubah menjadi PbSO4. Hal ini lah menjadikan aki tidak bisa digunakan lagi. Oleh karena itu, aki harus disetrum ulang. Reaksi yang terjadi dalam proses pengisian ulang tersebut sebagai berikut. Pada kutub positif (anoda) PbSO4(s) + SO42-(aq) + 2H2O(l) PbO2(s) + 2H2 SO4(l) + 2ePada kutub negatif (ketoda) PbSO4(s) + 2H+(aq) + 2e- Pb(s) + H2 SO4(l) Sebuah aki mempunyai sel-sel yang menjadi penghasil tegangan total aki tersebut. Setiap sel menghasilkan 2 volt. Untuk aki dengan voltage 12 volt terdapat 6 sel. B. Listrik AC

Tahun 1885, George Westinghouse, membuat paten untuk listrik arus bolak-balik (AC= Alternating Current). Listrik AC dibuat dari generator AC, dan dapat di salurkan ke tempat yang jauh dengan lebih murah dan mudah untuk di sesuaikan. Karena kemudahan ini lah selanjutnya orang lebih suka menggunakan listrik AC. Listrik yang berada dalam rumah kita adalah termasuk listrik AC. Listrik AC dihasilkan oleh pembangkit energi listrik PLN. Energi ini disalurkan ke rumah penduduk melalui terminal yang berurutan yaitu MCB ( Main Circuit Breaker), kWh meter, kontak sekring, stop kontak, dan peralatan listrik. MCB merupakan rangkaian utama yang berfungsi untuk mengendalikan arus listrik ke dalam rumah. Dari MCB akan di alir kan ke kWh meter. kWh meter adalah alat untuk mengukur energi listrik yang digunakan dalam rumah. Dari kWh meter di alirkan ke sekring yang digunakan untuk membatasi kuat arus listrik yang mengalir. Jika kuat arus listrik yang mengalir terlalu bessar mmaka sekring akan putus. Sekring berfungsi untuk menccegah kebakaran apabila terjadi hubungan singkat. Dari sekring, listrik dihubungkan dengan stop kontak agar dapat di alirkan keperalatan listrik. Rangkaian listrik dalam rumah disusun secara paralel. Tujuannya, jika ssalah satu komponen listrik rusak maka komponen yang lain masih berfungsi. Sumber listrik AC yang lain yaitu dinamo sepeda dan generator.

Untuk pengubahan arus AC ke DC, teman-teman pasti sudah familiar dengan nama alatnya, yaitu: ADAPTER. Sebaliknya, untuk pengubahan arus DC ke arus AC, digunakan alat yang bernama INVERTER. Jadi pada prinsipnya Generator AC/DC alat listrik yang bergerak atau berputar yang dapat mengubah Energi Mekanik menjadi Energi Listrik AC/DC, melalui Medium Medan Magnet atas dasar prinsip elektro magnetis. Generator AC/DC ini termasuk mesin listrik. Generator mempunyai cara kerja berkebalikan dengan motor listrik

kesimpulan materi dari bapak cipto ngajar

Pengertian loop
Suatu rangkaian tertutup ialah rangkaian yang tiada berujung dan tiada berpangkal. Arus listrik akan mengalir terus menerus dalam siklus tertutup. Di luar baterai arah arus listrik ini dari kutub positif ke kutub negatif. Sedangkan di dalam baterai arah arus listrik dari kutub negatif ke kutub positif baterei. Perhatikan gambar di bawah ini.

Arah aliran elektron berlawanan dengan arah arus listrik. Sebuah lampu (L) dihubungkan pada kutubkutub sebuah sumber tegangan/baterei () seperti pada gambar 25. Di luar baterei elektron mengalir dari kutub negatif ke kutub positif, sedangkan di dalam baterei elektron mengalir dari kutub positif ke kutub negatif baterei. Rangkaian seperti pada gambar diatas tersebut sering juga disebut rangkaian tetutup tak bercabang. Kuat arus di dalam suatu rangkaian tak bercabang di mana-mana sama besarnya. Sedangkan untuk suatu rangkaian yang bercabang, berlaku hukum-hukum Kirchhoff.

Arus Listrik pada Rangkaian Tertutup Sumber Tegangan


Suatu rangkaian arus yang sederhana, terdiri sebuah sumber tegangan, misalnya baterai dan sebuah penghantar yang hambatannya R yang menghubungkan kutub-kutub baterai tersebut. a. Rangkaian Tertutup dengan Satu Sumber Tegangan

Di luar sumber tegangan, arus mengalir dari P ke Q melalui hambatan yang besarnya R ohm. Di dalam sumber tegangan, arus mengalir dari Q ke P melalui hambatan yang besarnya r ohm. Hambatan r ini disebut hambatan dalam. Kutub-kutub sumber tegangan sebelum mengalirkan arus disebut gayagerak listrik (GGL) atau emf = electromotiveforce, sedangkan kutub-kutub sumber tegangan selama megalirkan arus disebut beda potensial atau tegangan jepit. Bila arus I mengalir melalui rangkaian di atas, maka hambatan seluruhnya yang dilewati arus listrik adalah R + r. Kuat arus I yang mengalir dapat dituliskan sebagai berikut : I = / (R + r) Tegangan jepit ialah beda potensial antara kutub-kutub sumber tegangan pada waktu sumber tegangan tersebut mengalirkan arus. Tegangan jepit pada gambar di atas ialah VPQ , dimana VPQ = I R b. Rangkaian Tertutup dengan Beberapa Sumber Tegangan Disusun Seri Beberapa sumber tegangan dapat dihubungkan secara seri, yaitu kutub positif sumber yang pertama dihubungkan dengan kutub negatif sumber yang berikutnya.

Contoh terlihat pada gambar berikut. Bila ada n buah sumber tegangan yang tiap-tiap ggl nya adalah : volt dihubungkan secara seri, maka ggl seluruhnya adalah n x volt. Dan bila hambatan dalam masing-masing sumber adalah r, maka hambatan dalam seluruhnya sama dengan n x r ohm. Kalau n buah sumber tersebut dihubungkan oleh hambatan luar sebesar R, maka kuat arus yang mengalir sama dengan : I = (n) / (R+r) c. Rangkaian Tertutup dengan Beberapa Sumber Tegangan Disusun Paralel Apabila n buah sumber tegangan tersebut dihubungkan secara paralel, maka ggl susunannya juga volt. (lihat gambar di bawah ini dan apabila hambatan dalam tiap sumber = r ohm, maka hambatan dalam n sumber sama dengan : x r ohm

Sekarang bila kutub-kutub susunan tersebut dihubungkan oleh sebuah hambatan yang besarnya R, maka kuat arus yang mengalir adalah :

I = *+ / *R + (r/n)+

Pada gambar di atas R1, R2 dan R3 tersusun secara seri. Didapat pengganti ketiga hambatan ini menjadi sebuah hambatan saja, misalnya disebut saja Rs, sedemikian rupa sehingga kuat arus I dan beda potensial VAB tidak berubah besarnya. Dari gambar di atas dapat dituliskan bahwa : VAB = VA VB = VA VC + VC VD + VD VB = VAC + VCD + VDB VAB = VA VB = VAC + VCD + VDB = I R1 + I R2 + I R3 Padahal : VAB = I RS Dengan demikian : I RS = I R1 + I R2 + I R3 , sehingga : RS = R1 + R2 + R3 RS adalah hambatan pengganti dari hambatan-hambatan yang tersusun secara seri tersebut. Jadi kesimpulannya bahwa : Besar hambatan pengganti dari hambatan-hambatan yang tersusun secara seri sama dengan jumlah dari hambatan-hambatan seri itu sendiri.

b. Hambatan Paralel Yang dimaksud dengan hambatan paralel ialah hambatan-hambatan yang disusun secara berdampingan atau sejajar. Contoh hambatan paralel :

R1, R2 dan R3 pada gambar di atas tersusun secara paralel. Ketiga hambatan ini dapat diganti menjadi satu hambatan saja, misalnya disebut Rp, sedemikian rupa sehingga kuat arus I dan beda potensial VAB tidak berubah besarnya. Berdasarkan hukum pertama dari Kirchhoff, maka dari gambar di atas dapat dituliskan bahwa : I= I1 + I2 + I3

Jadi kesimpulannya bahwa, hambatan-hambatan yang disusun secara paralel dapat diganti dengan sebuah hambatan yang kebalikan harganya sama dengan jumlah kebalikan harga hambatan-hambatan hambatan yang tersusun secara paralel itu.

Kamis, 20 Oktober 2011


Kesimpulan materi yang kami tangkap waktu bapak cipto ngajar

resistor pada rangkaian paralel Suatu Rangkaian resistor paralel beberapa tahanan terbentuk, jika arus yang ditimbulkannya terbagi dalam arus-arus cabang dan serentak mengalir menuju tahanan-tahanan tersebut. Rangkaian parallel

karakteristik

arus,

tegangan

dan

tahanannya,

diperlihatkan

melalui pemikiran dan percobaan berikut : Diantara kedua titik percabangan arus yaitu titik A dan B terletak tegangan total U. Disini semua tahanan bagian bergantung pada klem-klemnya, semua tahanan terhubung pada tegangan yang sama U. Dengan demikian sebagai ciri utama rangkaian parallel berlaku :

Pada suatu rangkaian parallel semua tahanan terletak pada tegangan yang sama.

Percobaan : Pengukuran arus I, I1, I2 dan I3 pada rangkaian yang diberikan Pembagian arus pada Rangkaian Listrik paralel

Hasil pengukuran: I = 1,1 A; I1 = 0,6 A; I2 = 0,3 A; I3 = 0,2 A

Suatu pemikiran yang lebih terperinci tentang nilai hasil pengukuran arus diperlihatkan oleh hubungan berikut: Arus total adalah sama dengan jumlah arus-arus bagian (cabang). I = I1 + I2 + I3 + . . . melalui tiga lintasan arus, tetapi nilai seluruhnya tetap konstan. Penjelasan untuk hal tersebut dalam hal ini, bahwasanya arus total hanya dibagi Kita perbandingkan kuat arus dengan nilai tahanan yang ada, maka diketahui: Pada tahanan terbesar mengalir arus terkecil dan pada tahanan terkecil mengalir arus terbesar. Pada tegangan yang sama maka cabang dengan tahanan besar harus mengalir arus yang kecil.

Perbandingan arus

Pengertian ini dapat dibuktikan dengan hukum Ohm. dalam Rangkaian Listrik paralel ini berlaku rumus:

Pada

tegangan

yang

sama

maka

cabang

dengan

tahana

n besar harus mengalir arus yang kecil.

Perbandingan arus

diperlihatkan, bahwa perbandingan-perbandingan tersebut berkebalikan.

Dengan demikian berlaku: Arus bagian (cabang) satu sama lain berbanding terbalik sebagai-mana tahanan bagian (cabang) yang ada.

Jadi arus total terbagi dalam suatu perbandingan tertentu atas arus cabang, yang tergantung pada masing-masing tahanan.

Tahanan total, yang juga dikenal sebagai tahanan pengganti, dapat ditentukan dengan hukum ohm (lihat gambar 2.15).

Kita bandingkan nilai tahanan-tahanan Rangkaian Rangkaian Listrik bagian(cabang) dengan tahanan total, maka menarik perhatian, bahwa semua tahanan bagian (cabang) lebih besar dari pada tahanan total. Tahanan ng yang terkecil. Hal tersebut dapat diterangkan bahwa setiap merangkai tahanan secara parallel menghasilkan arus tersendiri dari nilai tahanannya, sehingga arus total untuk tahanan parallel menjadi meningkat, berarti tahanan totalnya berkurang dan menjadi lebih kecil dari tahanan bagian (cabang) yang terkecil. Misal kita kombinasikan tahanan 1 dengan tahanan 1000 , maka tahanan 1000 memang hanya menghasilkan arus yang sangat kecil dibanding arus pada tahanan 1, tetapi arus totalnya meningkat, artinya tahanan total menjadi lebih kecil dari 1. Setiap menghubungkan cabang parallel (tahanan Rangkaian Listrik paralel ) menghantarkan rangkaian arus yang lebih baik. Daya hantarnya meningkat. Maka daya hantar total suatu Rangkaian Listrik paralel menjadi Gtot = G1 + G2 + G3 + . . . total lebih kecil dari tahanan bagian/caba

Disini

daya

hantar

kebalikan

dari

tahanan diperoleh rumus

Seper tahanan total adalah sama dengan jumlah dari seper tahanan bagian (cabang). Untuk dua tahanan parallel berlaku:

Dari sini penyebut disamakan menjadi R1 R2

atau

HUKUM KIRCHOFF 1 Di pertengahan abad 19 Gustav Robert Kirchoff (1824 1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian di kenal dengan Hukum Kirchoff. Hukum ini berbunyi Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari

titik percabangan. Yang kemudian di kenal sebagai hukum Kirchoff I. Secara matematis dinyatakan

Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut::

Latihan Soal Perhatikan gambar berikut! Hitunglah besar I3!

Hukum Kirchoff 2 (source : wahab.blog.dada.net) Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada 2, setelah yang diatas dijelaskan tentang hukum beliau yang ke 1. Hukum Kirchoff 2 dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan tertutup). Perhatikan gambar berikut!

Hukum Kirchoff 2 berbunyi : " Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol". Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap.

Dari gambar diatas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa aturan sebagai berikut :

Tentukan arah putaran arusnya untuk masing-masing loop. Arus yang searah dengan arah perumpamaan dianggap positif. Arus yang mengalir dari kutub negatif ke kutup positif di dalam elemen dianggap positif. Pada loop dari satu titik cabang ke titik cabang berikutnya kuat arusnya sama. Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila negatif berarti arah arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.

Diposkan oleh Rionaldo_prastyo di 05:02 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Rabu, 19 Oktober 2011


Kesimpulan dari penjelasan bapak Cipto Prabowo

HAMBATAN

Hambatan terjadi karna tumbukan electron yang bergerak secara acak dan tumbukan ini yang mengubah energy listrik menjadi panas. 3 Fktor yang mempengaruhi hambatan : (pada suhu normal ) 1. Panjang (l) 2. Luas (A) 3. Tahanan jenis () R=l/A

Luas penanmpang bermacam-macam tergantung dari beban hambatannya semakin besar beban beda maka semakin besar luas penampang hambatan tsb. Resistor => komponen listrik yang sengaja di buat untuk menghasilkan hambatan-hambatan tertentu Resistor terbagi dua : 1. Resistor tetap (tidak dapat diubah) 2. Resistor variable (tidak dapat diset) D Contohnya : Potensiometer LDR ( Cahaya ) Suhu Warna Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau Biru Ungu Abu-abu Putih Emas Perak Pita I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pita II 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.1 0.01 5% 10% Pita III 1 101 102 103 104 105 106 107 Pita IV Pita V 1% 0.1% 0.01% Daya kecil s/d 2 watt

Tnpa Warna

20%

N = I >II * III T = N * IV T = (I > II * III) * IV

N => Nilai Resistansi T => Toleransi

Pengukuran Menggunakan Voltmeter dan amperemeter 1. voltmeter a. voltmeter dipasang secara paralel terhadap rangkaian b. tanda positif dan negatif tidak boleh terbalik c. gunakan skala yang lebih besar dahulu agar lebih amannya 2. amperemeter a. amperemeter dipasang secara seri terhadap rangkaian b. tanda positif dan negatif tidak boleh terbalik c. gunakan skala yang lebih besar dahulu agar lebih amannya 3. ohm meter a. tanda positif dan negatif tidak boleh terbalik b. gunakan skala yang lebih besar dahulu agar lebih amannya c. putuskan dari sumber rangkaian (powersuplay) d. putuskan hubungan salah satu terminal dari rangkaian

Gambar Rangkaian 1. Rangkaian Seri

Vtot = V1 + V2 + V3 Rtot = R1 + R2 + R3 Itot = I1+I2+I3

Tegangan sumber = Tegangan R1 + Tegangan R2 + Tegangan R3 Rtot = R1 + R2 + R3 Vtot = V1 + V2 + V3 Vtot V1 + V2 + V3 = 0 (hukum kirchoff II)

2. Rangkaian Paralel

V = V1 = V2

I = I1 + I2 Rp = R1 . R2 R1+R2

Anda mungkin juga menyukai