Anda di halaman 1dari 15

Menjadi Lebih Baik 1 Persen

Karya: Mifta Farid Akhzami (XI MIPA 4)

Dialah Amanda gadis kecil nan lugu serta pendiam


merupakan ciri-ciri anak yang kemungkinan besar akan
tumbuh menjadi anak yang introvert. Lahir dari keluarga
sederhana membuatnya mengerti akan kesusahan ekonomi
keluarganya. Setelah bersusah payah keluarganya akhirnya
mampu memberikannya rumah walaupun hanya berdinding
bambu dan beralaskan tanah.
Setelah kepindahannya di rumah tersebut tak
menjadikan Amanda menjadi anak yang ceria. Hidup apa
adanya dan banyak hal yang menjadikannya dewasa
sebelum waktunya. Bullying pada zaman itu merupakan
suatu hal yang umum. Ibarat fenomena gunung es yang
tersembunyi di bawah lautan. Akan tiba pada saatnya nanti
sesuatu yang tersembunyi di bawah air itu muncul ke
permukaan dan membawa malapetaka untuk sekitarnya dan
Amanda adalah salah satu orang yang harus mengalaminya.
Menjadi murid baru, pindahan dari luar kota membuatnya
merasa dikucilkan oleh teman- temannya. Ingin mengadu
tapi dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa. Namun
dengan tidak bercerita itu akan membuat dirinya tertekan
dibawah tekanan orang orang di sekitarnya.
Cerita ini bermula dari tekanan teman-teman yang
menganggap Manda berbeda dengan mereka.
“Eh kamu, bukan anak sini ya?”
“Iya aku baru pindah, namamu siapa?” tanya Manda.
“Aku Kiky, kita temenan ya mulai sekarang, nanti main
bareng ya?”
“Iya, aku Manda, makasih ya mau ngajak main bareng
aku.” Jawab Manda antusias.
“Iya, eh kamu..”
“Heh anak baru aja sok kenalan sama temen kita,
kamu siapa?” sahut Mega teman akrab Kiky.
“Mega jangan gitu, Manda ini juga temen kita.”
“Berhubung dia anak baru dan kalau kamu mau jadi
temenku, aku minta alat tulismu, ga mau tau pokoknya.
Kalau aku kebetulan lagi ga bawa, kamu harus kasih alat
tulismu buatku.” Perintah Mega pada Manda.
“Iya, tapi mau jadi temenku kan? Tanya Manda dengan
takut
“Iya, mana alat tulisnya!” Pinta Mega dengan
angkuhnya.
Dan kejadian ini berulang kesekian kalinya, Mega dan
Kiky memang menjadi teman bagi Manda namun hanya
untuk dimanfaatkan oleh Mega. Bahkan dengan kejam Mega
sering memerintah Manda membeli ini itu dengan uang
jajan Manda, membawakan tas Mega saat pulang sekolah.
Alat tulis Manda setiap hari terus di minta oleh Mega.
Manda terlalu lugu dan tak berani melawan karena takut tak
punya teman.
Ini membuat Ibu Manda bingung setiap hari alat tulis
anaknya selalu hilang satu per satu. Pernah Ibu Manda
bertanya mengapa alat tulismu selalu hilang, Manda tak
berani menjawab. Lama kelamaan karena dipaksa akhirnya
Manda mengaku bahwa alat tulisnya sering diminta oleh
temannya. Karena kejadian berlanjut selama berbulan bulan
Ayah Manda sampai harus ke sekolah untuk meminta
bantuan guru terkait, namun bukan berhenti tingkah Mega
makin menjadi.
“Heh udah untung di jadiin temen, eh malah bawa
orang tua pake ngadu ke guru, ga tau diri kamu Manda!.”
Mega berkata dengan kesalnya.
“Aku ga mau temenan sama kamu lagi, anak lain juga
ga akan mau berteman sama kamu sana jauh- jauh.” Bentak
Mega sambil mendorong tubuh Manda hingga terjatuh.
“Aku ga maksud begitu.” Manda mulai meneteskan air
matanya. “Kamu selalu minta alat tulisku, aku kan juga mau
nulis Meg.” Jawab Manda masih dengan isakannya.
“Halah alasan aja, udah sana jauh-jauh malas temenan
sama anak cengeng macam kamu.” Hardik Mega.
Kiky yang berada di dekat Mega pun tidak berani
melakukan apa-apa karena takut tak punya teman,
sedangkan murid yang lain hanya mampu melihat dengan
iba. Namun ada juga yang semakin mengolok-olok Manda.
Manda pulang dengan tangisan. Sejak hari itu Manda tak
punya teman, pulang selalu terakhir karena takut di olok-
olok teman yang lain. Manda tak berani cerita pada siapapun
cukup ia pendam sendiri, Manda menjadi anak yang
tertutup.

Tak terasa Manda sudah menginjak kelas 3, sekarang


sudah ada yang mau berteman dengannya ia adalah Nana.
Nana adalah salah satu korban dari Mega setelah Manda.
Lama lama Nana tak betah dan memilih berteman dengan
Manda. Namun kisahnya tak berhenti di situ, Pagi itu Zea
salah satu murid mengajak main bersama sepulang sekolah.
Manda tak merasa curiga, sepulang sekolah Manda dan
Nana berganti baju dan bersama sama menuju rumah Zea
untuk bermain.
“Zea ayo, katanya mau main.” Teriak Nana di luar
rumah Zea.
“Iya Ayo, main masak-masak yukkk.” Ajak Zea.
“Ayo, aku lama ga mainan ini.” Jawab Manda dengan
semangatnya.
Mereka bertiga bermain dengan semangat, namun
lama lama gelagat Zea semakin mencurigakan, saat Nana izin
untuk ke toilet, Zea dengan tiba tiba berkata..
“Heh Manda kamu dulu dijadiin temen tapi ga tau
terimakasih, malah lapor ke guru.” Hardik Zea tiba-tiba.
“Maksudmu apa Zea?” tanya Manda dengan bingung.
“Mega itu saudaraku, musuhnya Mega juga jadi
musuhku, dan kamu musuhnya Mega, aku ga suka sama
kamu tapi demi Mega aku pura-pura mau jadi temen kamu!”
Manda kaget mendengar kata tersebut, dengan tiba
tiba Zea mengambil dedaunan yang di tumbuk untuk mainan
masak masak tersebut, mencengkram dagu Manda dan
menjejalkan daun tersebut ke mulutnya, Manda meronta
sampai terbatuk-batuk, matanya memerah, rasa daun yang
pahit menyeruak hingga ke hidung.
“Heh kamu apain temenku?” teriak Nana sambil
berlari menolong Manda.
“Uhukk,, uhukkk, huekk..” Manda memuntahkan daun
tersebut, walau belum mencapai tenggorokannya namun
tetap terasa sakit, Nana membantu menepuk punggung
Manda untuk memuntahkan dedaunan tersebut.
“Kamu kok jahat sih, salah Manda apa?” sentak Nana
dengan kesalnya.
“Salahnya kenapa ngaduin Mega ke guru, sampe bawa
orang tua lagi, Mega itu saudara aku, jadi wajar aku bela dia,
MUSUH Mega MUSUHKU juga!!”
“Udah pergi sana, setidaknya aku bisa balas dendam
sama anak sok lugu macam dia.” Tunjuk Zea dengan
angkuhnya kepada Manda.
Nana dan Manda pun pulang, sepanjang jalan Manda
menangis, salahkah dia mencoba membela diri, apa harus di
tindas terus, lelah rasanya. Pernah suatu ketika saat Manda
sendiri di rumah ia menulis di dinding kamar, “Apa salahku,
berteman salah, membela diri pun salah, aku ingin mati saja,
aku capek rasanya diperlakukan tidak adil oleh dunia.”
Sang Ibu yang tak sengaja melihat tulisan tersebut
menangis, ternyata anaknya mengalami beban yang begitu
berat, sebelum tidur sang ibu tiba-tiba memeluk Manda.
“Maafkan ibu sayang, Ibu tak tau kamu mendapat
tekanan di sekokahmu, Ibu terlalu sibuk dengan adikmu,
maafkan Ibu nak.” Tangis Ibu Manda.
“Tak apa Bu, aku sudah biasa menerima olokan dari
teman-teman, aku harus kuat Bu, aku mau belajar hingga
lulus, jangan nangis Ibu, Manda itu anak yang kuat Bu.” Ucap
Manda sambil mencium pipi Ibunya dengan penuh kasih.
“Ibu beruntung memilikimu, kamu sudah dewasa
sebelum waktunya sayang.”
Manda hanya tersenyum dan memeluk ibunya dengan
sayang. Hari berlanjut setiap hari dilaluinya dengan olokan,
cacian dan hinaan dari Mega, Zea dan Kiky. Bahkan Ibu Kiky
saat tak sengaja Manda dan Nana melalui jalan depan rumah
tersebut, Ibu Kiky berkata.
“Huh dasar anak miskin, baju lusuh jelek gitu, kok
berani main sama anakku, jauh jauh sana, gak pernah dapat
ranking aja, nanti nilai Kiky jelek kalo bergaul sama anak
macam kamu.” Ucap Ibu Kiky dengan keras, Nana dan
Manda yang sedang di depan rumah Kiky hanya mampu
menunduk, mereka sakit hari atas pernyataan Ibu Kiky
tersebut.
“Ga usah di pikir lah omongan Ibunya Kiky, kita sabar
aja ya.” Ucap Nana membesarkan hati Manda walaupun
dirinya juga merasa sakit hati.
“Iya Naa, lihat nanti waktu ujian kelulusan, kita harus
buktiin kalau kita lebih baik dari mereka.” Tekad Manda.
Mereka berdua semakin hari sering bermain bersama,
belajar bersama, saat kenaikan kelas mereka bertambah
sahabat Nazira dan Zafira yang sama sama memahami watak
dari Mega dan kawan-kawannya dan pernah menjadi korban
kejahilan Mega. Mereka berempat sering belajar bersama,
saling menguatkan walau harus di caci maki oleh Mega dan
kawannya, karena sudah tak bisa melakukan tindakan pada
Manda, mereka menyudutkan Manda dengan ucapan. Nana,
Nazira, dan Zafira mencoba membesarkan hati Manda,
karena takut tekanan dari Mega dan kawan kawannya akan
membuat Manda semakin stress.
Hari itu menjelang ujian kelulusan Manda sakit parah,
hampir sebulan ia tak masuk sekolah namun tak
menyurutkan semangatnya untuk belajar, saat ujian tiba
walaupun flu menyerang ia mengerjakan soal dengan lancar,
saat hari pengumuman tiba dia deg-degan, khawatir nilainya
tak memuaskan. Namun Allah mengabulkan doa gadis lugu
ini, dengan nilai rata rata 8 hampir sembilan ia masuk dalam
besar peraih nilai tertinggi di sekolahnya, Manda sujud
syukur menahan tangis saat mengetahui nilai tersebut.
“Manda nilaimu berapa?” tanya Kiky tiba-tiba.
“Alhamdulillah rata rataku hampir 9.” Jawab Manda.
“Ih kok bagus, tukar nilai donk!”
“Ya gak bisa lah, ini hasil usahaku selama ini, kok main
tukar tukar aja.” Jawab Manda dengan kesal.
Amanda mendapat selamat dari teman temannya,
Nana, Nazira, dan Zafira bersyukur Manda mendapat nilai
yang memuaskan, dengan gembira ia menunjukkan nilai
tersebut pada orang tuanya pelukan sayang dan bangga dia
dapatkan dari orang tuanya. Sejak saat itu Mega, Zea, Kiky
maupun Ibu Kiky merasa sungkan dan hingga kini mereka tak
lagi mencaci maki Manda dan teman-temannya lagi.
Pengalaman bullying ini menjadi bekal Manda untuk menjadi
gadis yang tegar dan dewasa di masa depan, walaupun rasa
sakit saat mengalami perilaku tersebut dari kawan kawannya
masih membekas dalam ingatan. Tuhan tidak pernah tidur,
di setiap kesulitan ada kemudahan, seperti halnya pepatah
adanya pelangi setelah hujan reda.
Pada saat wisuda kelulusan, Mega dan Zea tidak dapat
menghadirinya karena tiba-tiba mobil yang mereka kendarai
mengalami kecelakaan. Keadaan nya cukup parah, namun
mereka berdua serta ibu Zea dan Mega masih bisa di
selamatkan.
“Mega sama Zea gabisa ikut wisuda nih” Ucap Zafira
kepada Nana
“Loh emangnya kenapa fir?” Tanya Nana penasaran
“Mobil yang mereka tumpangi tadi kecelakaan, ini aku
baru dapat kabar dari kelas sebelah”
“Innalilahi wainnailaihi rojiun, terus gimana keadaan
mereka baik-baik aja kan?” Sahut Manda dengan cemas
“Iya, mereka semua alhamdulilah bisa selamat”
“Yaudah, gimana kalau sepulang wisuda kita jengukin
Zea sama Mega ke rumah sakit?” Ajak Manda
“Dihh ngapain? Ogah aku mah, selama ini dia udah
jahat sama kita!” Jawab Nazira
“Jangan ngomong gitu zir, kalau kita balas kejahatan
juga ke mereka nanti apa bedanya kita sama mereka? Mau
gimanapun juga mereka berdua tetap teman sekelas kita
kan?” Sahut Nana.
“Bener kata Nana Zir, kita gaboleh egois” Tambah
Manda kepada Nazira.
“Yaudah deh aku ngikut kalian aja”
Akhirnya mereka memutuskan untuk menjenguk Zea
dan Mega ke rumah sakit, saat tiba disana Mega dan Zea
meminta maaf kepada mereka berempat. Mereka
menyadari bahwa apa yang selama ini mereka lakukan itu
salah besar. Mereka merasa bahwa musibah yang terjadi
kepada mereka saat ini adalah sebuah teguran atas apa yang
sudah mereka perbuat kepada Nana, Manda, Zafira, dan
Nazira.
“Naa, Man, Fir, Zir, maafin aku sama Mega ya karena
udah berlaku buruk ke kalian selama ini, aku nyesel banget
udah ngelakuin hal itu, aku tau kalau permintaan maaf aku
gaakan cukup atas penderitaan yang selama ini kalian rasain,
tapi aku dengan tulus minta maaf sama kalian” Ucap Zea
membuka obrolan
“Iya, kalian mungkin gabisa maafin aku dengan secepat
itu, tapi aku benar-benar nyesel atas perbuatan ku” Sahut
Mega.
Mereka berempat hanya diam mendengarkan ucapan
Mega dan Zea sedari tadi. Perasaan campur aduk yang di
rasakan mereka berempat, antara kasihan melihat keadaan
Zea dan Mega sat ini dengan perasaan yang masih sakit
kalau diingat bahwa mereka berdua yang telah menyakiti
hati mereka selama ini.
“Iya gapapa Meg, Zee, kita udah maafin kalian berdua
kok. Iyakan temen-temen?” Tanya Manda
“Iya, kita udah maafin kalian jauh sebelum kalian minta
maaf ke kita. Buat pelajaran aja Meg, Ze, jangan sampai
kalian ngebully seseorang lagi cuman karena mereka gak se
level sama kalian dalam hal ekonomi. Karena semuanya
cuman titipan, gaada yang abadi di dunia ini” Sahut Nana
dengan lembut.
Lalu mereka ber enam saling berjabat tangan dan
diakhiri dengan pelukan satu sama lain. Pada saat keluar dari
ruangan Zea dan Mega, Nazira bertanya kepada Nana
mengapa dia dengan mudah bisa memaafkan perlakuan
buruk mereka berdua, padahal dia tau betul kalau Nana
selama ini yang paling parah dapat bully an dari Mega dan
Zea waktu dulu.
“Naa, kamu kenapa sih mudah banget maafin mereka
berdua? Aku tau dulu mereka lebih parah ngebully kamu
sampe kamu mimisan karena dipukul pake sepatu
hidungmu, dan pernah juga tas kamu di masukin sampah
sama mereka!!” Tanya Nazira
“Dulu ayahku pernah bilang ke aku buat jadi orang
yang pemaaf, and do not repay evil with the same evil in the
sense of revenge. Intinya kalau pengen tenang dalam
menjalani hidup, kamu cukup jadi baik, memaafkan, dan
tidak membenci.
Awalnya aku ga ngerti dan pada akhirnya aku nemuin
sesuatu yang menurut aku gak sesuai, saat aku gak salah tapi
di salahin, saat aku ga ngelakuin apapun tapi aku di benci.
Tapi setiap aku ngerasa “ini gaadil banget sih bagi aku, ini
jahat banget sih”
Aku pengen marah dan pengen benci serta aku pengen
ngebales juga, tapi aku selalu inget kata ayah “Kalau kamu
pengen selamat, kamu harus memaafkan dan ga membenci”
jadi setiap ada perasaan yang emang natural setiap manusia
itu punya, perasaan marah, benci, kecewa, pengen bales,
ngerasa kaya “Kamu gabisa rendahin dan seenaknya ke aku”
tapi karena tujuan aku emang pengen tenang, yaudah aku
milih kaya “yaudahlah maafin aja, yaudahlah ngapain harus
benci” toh setiap aku benci seseorang, perasaan aku bakal
ga enak, aku gabisa tidur tenang, aku ngerasa hidupku ga
nyaman. Terus aku jadi mikir lagian di akhirat nanti aku
gaakan di hakimin sama pendapat orang lain, aku bakal di
hakimin sama Allah berdasarkan hal-hal apa yang aku udah
lakuin. Jadi aku gaperlu capek-capek buat membenci,
membalas, atau bahkan memvalidasi kalo aku tuh
sebenernya orang bener. Ga jarang juga kok aku pengen baik
dan tulus ke orang. Apapun yang aku lakuin selalu pyur dari
hatiku. Aku tulus pengen peduli sama temen-temenku, ke
orang-orang yang aku sayang, ke orang-orang yang
membutuhkan bantuan. Dan aku ga butuh balesan
sedikitpun. Tapi ga jarang juga aku nemuin hal-hal yg mereka
lakuin ke aku tuh berbanding terbalik. “Kok mereka suka
ngomongin aku?? Kok mereka nilai aku tuh begini begitu??”
Sebenernya yang kaya gitu keliatan ga adil kan?? Tpi aku
selalu inget kata ayah “Do good to everyone, jangan pernah
membenci dan harus memaafkan” Kadang aku mikir kalo aku
bakal jadi manusia sejahat apa yaa hari ini kalo dari dulu
gapernah nerapin ilmu memaafkan. Faham kan Zir sama
yang gue jelasin?” Jawab Nana kepada Nazira
“Buset, aku sampe speechless sama penjelasan kamu,
makasih ya naa karena udah share nasihat ayahmu ke aku,
dan mulai sekarang aku bakal jadi orang yang mudah
memaafkan juga!”
“Iya sama-sama Nazira!”
Lalu mereka berempat pulang dan melupakan segala
hal buruk yang sudah terjadi di masa lalu.

MIFTA FARID AKHZAMI, lahir di


Mojokerto, 31 Mei 2006 mempunyai
hobi menonton film dan bermain
bulu tangkis.

Anda mungkin juga menyukai