Anda di halaman 1dari 6

Pagi itu Dira terbangun dari tidurnya, melihat sekitar, bingung ntah apa yang harus

dilakukan, dadanya masih sesak, mengingat kemarin adalah hari terakhirnya bersama Karin. Mereka
sudah bertahan selama 4 tahun ini, sejak kelas 2 sma, keduanya bertemu di satu kelas yang sama,
kelas 11 mia 7, tempat duduk Karin didepannya persis, setiap harinya dira selalu semangat untuk
sekolah, selalu datang pertama dikelasnya, hanya untuk memastikan tempat duduk Karin bersih dari
debu, dan menyiapkan dua roti yang dia bawanya dari rumah untuk dibagi kepada Karin satu.

Setelah lulus SMA keduanya tidak lagi satu tempat kuliah, dira melanjutkan di Universitas
Padjajaran di Bandung dan Karin di Universitas Jendral ahmad yani di Cimahi. Walaupun cimahi dan
bandung jaraknya tidak terlalu jauh hanya berjarak 3 pintu tol, namun intensitas mereka bertemu
sangat berkurang, apalagi melihat keduanya yang sama – sama sibuk dengan kesibukannya masing,
memang waktu tahun pertama mereka kuliah, masih rutin bertemu tiap dua minggu sekali, jalan-
jalan dengan mobil CRV tua tahun 2002 mengelilingi Bandung. Namun sayangnya hubungan mereka
makin renggang di tahun ke-4, sampai pada akhirnya tanggal 1 Agustus 2020, tepat di hari ulang
tahun Karin, akhirnya mereka bertemu, setelah 6 bulan tidak bertemu, dibawanya Karin ke café
favorit mereka, dibawah payung-payungan hijau tempat mereka duduk, dira memancing Karin
untuk membicarakan mengenai hubungan mereka “rin, kalau semisalnya aku membuka pintu keluar
dari hubungan ini, kamu bakal ngelewatin pintu itu atau nggak?”. Saat dira menanyakan itu, terjadi
keheningan yang cukup panjang, walaupun sebenarnya hanya 5 menit, tapi bagi mereka waktu
berhenti seketika, mereka tau perasaan mereka masih sama seperti dulu, namun keadaannya yang
tidak lagi sama, waktu pun tidak mendukung mereka. “kan lazimnya kalau orang ulang tahun, dia
yang ngasih traktiran ke orang lain dir, jadi lu mau gua traktir apa nihh?” sahut Karin memecahkan
waktu yang serentak berhenti itu. “gua cuma mau lu ngelakuin hal karena lu inginkan rin, bukan
terpaksa” jawab dira. “yaudah ya dir, kita istirahat dulu aja kali ya?”. Terjadi sengatan yang luar biasa
sakitnya di dada mereka berdua, yang mau tidak mau harus mereka tahan. Dira menjawab hanya
dengan senyuman, senyuman palsu yang mau tidak mau harus dikeluarkan dari mulutnya.

Kenangan itu masih menempel diingatan dira, “istirahat? Apa itu? Kita selesai atau
bagaimana?”. Semalam dira tidak bisa tidur karna mempertanyakan itu, sampai2 pagi ini pun dia
masih bingung memproses kata-kata Karin kemarin. Kemudian dia merogoh-rogoh bawah bantalnya
mencari hp nya. Membuka aplikasi line melihat chat dari Karin lalu memejamkan mata dan berharap
setelah dia membuka matanya akan ada chat “pagi dir!” dari Karin, namun setelah membuka
matanya dira hanya berfikir tindakannya hanyalah hal bodoh.

Diturunkannya kakinya ke lantai, walau badannya masih merekat di kasur, malas sekali
rasanya untuk keluar dari kamar, pikirnya. Lalu seketika terdengar suara langkah menuju ke
kamarnya, ntah kenapa mendengar suara itu, bulu kuduknya berdiri, perasaan tegang datang
seketika, dia tahu kalau pintunya sudah terbuka akan terjadi hal yang sangat tidak diinginkannya,
benar saja saat pintu terbuka dira langsung lompat ke lantai. Memang aura bunda tidak pernah
mengalahkan suara bom sekalipun di dunia yang dapat membangunkan dirinya dari kasur.

Sarapan sudah tersedia di meja makan, ada roti dan cereal yang siap disantap, layaknya
seorang bunda yang sudah mengenal anaknya lebih dari 20 tahun, langsung bertanya kepada dira,
“ada apa dir kok mukanya pucat?” dira hanya menggelengkan kepalanya dan memilih tidak
menjawab, makanan hari itu terasa hambar di mulutnya. Memang benar kata quotes-quotes di
facebook kalau patah hati membuat hari yang merasakannya menjadi abu, ntah disatu sisi dia sedih
tapi disatu sisi juga hatinya tenang karna merasa pilihannya sangat tepat.

Biasanya hari sabtu merupakan hari favorit dira, selain libur, dira bisa melakukan pertemuan
rutin bersama dua teman baiknya, dira selalu merasa pertemanan itu berbanding terbalik dengan
usia, semakin bertambahnya usia akan semakin berkurangnya teman yang dimilikinya, bukan karena
dira tidak bisa mencari teman melainkan, dira makin merasa hanya beberapa orang saja yang bisa
menerima dirinya apa adanya, karena bagi dira pertemanan adalah suatu hubungan saling menerima
antara satu dan lainnya, tanpa pengecualian, mau dia suka atau tidak atau pun mau baik atau tidak.
Dan sekarang bagi dira hanya tersisa 12 teman yang dia punya, dan itu pun tersebar diseluruh
Indonesia, ada yang di Cirebon, Bandung, Tangerang, Jakarta, Palu, dan padang. Karna kebetulan
sekarang lagi gencar2nya virus corona ini, dan memaksa mahasiswa – mahasiswa diseluruh
Indonesia untuk belajar secara online, terpaksa dira harus kembali ke kampung halamannya di
Cirebon. Walau begitu dira tetap senang karna disana dia bisa bertemu dengan 2 teman SMP nya,
yang juga melakukan pembelajaran secara online. Mereka bertiga selalu bertemu setiap sabtu sore
pukul 4 atau setengah 5, pertemuan ini sudah dilakukan selama 3 bulan ini sejak psbb sudah
dihilangkan dan korona pun makin menurun angkanya. Kadang bunda dan ayah suka bertanya-tanya
mengenai apa saja si yang dibicarakan sampai2 setiap minggu ada pertemuan rutin bersama mereka,
dira menjawab “apa saja nda, buat dira mereka sudah kaya rumah, begitu juga mereka, kita bisa
bicara yang jelas dan penting seperti isu2 negara, politik, masalah di kehidupan sampai ke hal yang
ga penting seperti paus yang bisa terbang, atau kura-kura yang melahirkan”. Tapi hari ini dira tidak
begitu semangat seperti minggu2 kemarin saat bertemu 2 teman kesayangannya itu.

Tidak terasa hari semakin sore dan jam menunjukan pukul 3, sebagian waktunya hanya diisi
dengan duduk bengong dan mendengarkan lagu-lagu don mclean. Adzan ashar menyadarkan dira
untuk segera mandi dan pergi untuk menemui teman2nya di café terra tempat biasa mereka
kumpul. Selesai mandi dira segera memanaskan motornya untuk segera berangkat. Tidak lupa dira
selalu mampir ke indomaret untuk membeli rokok sampoerna untuk dirinya agar makin fasih dalam
mengobrol, memang sudah kebiasaan untuk dira membeli rokok disetiap pertemuan mereka,
diantara mereka bertiga dira dan made lah yang merokok, hanya joko seorang yang tidak.

Setelah perjalanan kurang lebih 30 menit dari rumah menggunakan motor merah
kesayangannya, dira sampai. Dira memang orang yg sangat on time, sampai-sampai setiap dia masuk
kuliah, ntah itu masuk jam 10 atau jam 1 siang dira selalu memilih berangkat dari set 6 pagi dan
sampai di jatinangor pukul set 7. Begitu juga ditiap pertemuan mereka, dira lah yang selalu datang
pertama diantara keduanya.

Sesampainya disana dira membuka bungkus rokok yang baru dibelinya, lalu diambil untuk
segera dibakar sambil diisap, ntah kenapa bagi dira setiap hisapannya itu membuat dira berpikir
lebih luwes, walaupun pada kenyataannya pemikiran seperti ini hanyalah doktrin untuk para
pemakainya, sambil menggunakan earphone yang dibawanya, dan menyetel lagu berjudul “And I
Love You So” dari Don Mclean. Bagi dira lagu itu yang bisa mewakili perasaannya saat ini. Belum
habis sebatang rokok, terdengar suara knalpot khas motor bebek yang sudah tidak asing lagi bagi
dira, suara motor dari made seketika mencerahkan sore yang abu bagi dira.

“dir gua ga bawa rokok nih” kata made sambil nyengir yang bahkan belum duduk sekalipun,
dira biasanya menjawab “masih ae lu basa basi” atau kalimat cacian lainnya, tapi kali ini dira hanya
diam lalu memberikan bungkus rokoknya, made tau kalau temannya ini sedang ada apa-apa, dan
made pun tau kalau dira sedang ada masalah, diam adalah solusi yang paling tepat yang harus dia
lakukan. Bisa dibilang dira ini cukup unik, dia bukan tipikal orang yang suka ditanya2 atau diberi
saran tiap ada masalah yang datang menghampirinya, dia lebih suka diam, menikmati suasana,
sambil berpikir konsekuensi apa yang harus diambil olehnya. Setelah merokok satu batang made
memutuskan masuk kedalam untuk memesan minuman, tidak lupa menawarkan dira untuk
memesan sesuatu, tapi dira menggelengkan kepala, dia sudah memesan segelas Americano hangat
sebelumnya tp blm juga sampai “tolong kabarkan ke pelayannya kalau td gua mesen americano tapi
blm dikirim juga sampai sekarang” made mengiyakan dan segera masuk kedalam.

Terlihat di pintu masuk ada mobil xenia hitam yang datang, dira tau sekali itu mobil
temannya joko, biasanya dira melambaikan tangannya bila mobil itu datang, atau kadang juga
mengeluarkan jari telunjuknya untuk sekedar bercandaan. Tapi kali ini dira hanya diam melihatnya,
membuka hp dan mengirim chat kepada joko untuk menginfokan kalau mereka duduk di meja C33
disebelah pintu masuk café.

Pas sekali saat joko datang made pun baru selesai memesan minumannya. “gua udh blm
de?” sahut joko, “udah lah, caramel machiato, less ice, less sugar kan?”. Joko mengangguk, mereka
bertiga memang saling tahu apa minuman favorit satu dan lainnya, untuk Dira : Americano hangat,
made : espresso, dan joko : caramel macchiato less ice dan less sugar. Joko duduk disebelah made,
kaki kirinya menyenggol kaki made yang berada disebelahnya, menandakan mengenai keadaan dira,
made hanya mengangguk membalas tanda yang diberi joko.

Setelah lebih dari 15 menit mereka hanya terdiam sambil ditemani dengan rokok dan
minuman masing-masing, dira membuka pembicaraan,

“gua bingung deh, istirahat di dalam sebuah hubungan tuh apa si maksudnya?”

“putus cuma masih 90%”. Sahut joko

“bukan ngaco, istirahat tuh dimana masing2 harus saling mikir mengenai hubungan mereka,
sebelum mutusin bakal kemana selanjutnya” bela made

Selepas dira bertanya, akhirnya mereka mulai membicarakan masalah tersebut, dira bercerita
padahal dari a sampai z, yang pada akhirnya walaupun tidak membuahkan saran yang bisa diterima
dira, dia cukup plong menceritakan keluh kesahnya, memang pertemuan mereka menjadi salah satu
obat untuk dira, obat yang terbaik yang didapatnya saat ini, itu lah kenapa dira selalu lupa waktu bila
bertemu mereka berdua, hanya bermodalkan minuman dan satu bungkus rokok sampoerna, sudah
bisa membuat dira sedikit bangkit dari keterpurukannya.

Mereka berdua merupakan teman smp dira, satu geng memang yang mereka namai JOLIA
atau singkatan dari “Jomblo Mulia” yaitu kumpulan dari 8 orang jomblo pada masanya yang
menganggap diri mereka mulia, geng tersebut terdiri dari 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan,
walau tidak seintens mereka bertiga, mereka bertujuh adalah orang yang berharga bagi dira,
walaupun mungkin 5 orang yang lainnya tidak seberharga mereka berdua, dira mengkategorikan 5
orang tersebut sebagai teman yang terbaik yg bisa dira miliki.

Biasanya dira lah yang menjadi penengah diantara masalah-masalah mereka, bisa dibilang
kehidupan dira lebih beruntung dari mereka, tapi walau begitu dira tetap merasa mereka orang-
orang yang keren yang bisa survive disetiap struggle yang mereka hadapi, kadang kala, kalau mereka
bertiga belum puas bertukar pikiran di café terra, rumah dira adalah tempat yang mereka kunjungi,
tanpa bermodal baju atau celana ganti, mereka nekat untuk menginap dan melanjurkan
perbincangan mereka dikamar dira.

Tidak terasa jam menunjukan 9 malam, dan tiap jam segitu biasanya ada dua pilihan yaitu
menginap untuk melanjutkan obrolan mereka dirumah dira atau pulang, made dan joko inisiatif
menawarkan diri mereka untuk menginap, karena melihat kondisi temannya yang sedang tidak baik
baik saja, tapi dira menolak. Dia ingin menenangkan pikirannya dengan lagu2 jadul yang dia putar
sambil merenung.
Akhirnya mereka bertiga berpisah disana, menaiki kendaraannya masing-masing dan
kembali ke rumahnya masing-masing. Sesampainya dira dirumah dia langsung memasuki kamarnya,
menyalakan speaker dan mengkonekan bluetoothnya. Lagu lagu nya diawali dengan lagu berjudul
“if” dari bread, sebenarnya dira ingin menghadiahkan video dia bermain lagu itu menggunakan gitar
kepada Karin saat ulang tahunnya, dira belajar dari pagi sampai pagi lagi, demi hadiah itu, hadiah
pertama yang ingin diberikan dira karena Karin menginjak umur 20 tahun, dira memang orang yang
tidak suka dengan ulang tahun, baginya ulang tahun bukan lah hari yang special, karena menurut dia
setiap orang ulang tahun, membuat dirinya tau kalau dia sudah hidup selama itu, sehingga selama 3
tahun dira tidak pernah mengucapkan apalagi memberi hadiah, mungkin terkesan pelit, namun dira
pikir hadiah bisa diberikan kapan saja kok, besok juga bisa kalau dira mau. Tapi ntah ada angin apa
yang membuat dira berbicara mengenai hubungan mereka, padahal dalam hati dira tau kalau
semisalnya dira membicarakan itu akan mengarah kemana. Tapi anehnya dira tidak menyesal atas
pembicaraan tersebut, walau dadanya terasa sakit kalau mengingat kejadian itu, tidak pernah ada
kata yang pas untuk menggambarkan perasaan dira kepada Karin sekarang seperti yang dikatakan
oleh band bread didalam lagu if, “If a picture paints a thousand words, Then why can't I paint
you?”

Malam itu dira hanya bermain hpnya dan mendengarkan lagu, menonton youtube dan
melihat-lihat ig story yang membawa dira melihat story laras, salah satu teman dira, yang tidak
terlalu dekat, namun dira diam-diam mengaguminya, teringat dulu dira pernah mengajak laras
secara random untuk menonton konser reality club, yang dengan pasti laras menolaknya mentah-
mentah. Dan ntah kerasukan apa dira membalas ig storynya “nonton reality club yuk?”. Melihat
tindakannya dira hanya menutup mukanya dengan bantal, sambil berfikir betapa bodoh dan
senonoh tindakannya itu, sebenarnya dalam hatinya dia tidak menyesali hal itu, karna jujur dia
hanya butuh teman bicara, rasanya sepi sekali hpnya yang biasanya selalu ada pesan yang masuk
dari Karin namun sekarang tidak ada. Tidak lebih dari 10 menit, ada balasan yang masuk “ngga!
Wkwk”. Perasaan dira terombang ambing, antara senang dan menyesal atas tindakannya itu.
akhirnya mereka berdua melanjutkan chat itu menjadi cukup panjang, yg sampai akhirnya laras
bertanya apakah dira sedang di bandung atau tidak, yang membuat dira bercerita cukup panjang
mengenai pekerjaan ayahnya yang sebenarnya di Cirebon yang membawa semua keluarganya ke
Cirebon karena hal itu. “oalah gitu yaa, yaudah baik baik di Cirebon, jangan kangen sama bandung”
sahut laras. Melihat jawaban itu dira tidak menjawab lagi malam itu, tapi karena chat itu juga dira
bisa tidur malam ini tanpa memikirkan Karin sama sekali.

Dira kenal laras di salah satu yang diadakan oleh kampus bernama forsi, forsi merupakan
event olaraga antar jurusan yang diadakan oleh Unpad, event ini berlangsung kurang lebih 1 bulan,
dan di hari puncak forsi ini biasanya panitia mengadakan konser yang bisa dibilang cukup besar
untuk ukuran anak kuliahan, karena mengundang artis-artis papan atas seperti pamungkas, nadin
amizah, reality club, Sheila on 7 dll.

Dira datang ke acara puncak forsi sendirian, padahal banyak orang biasanya mengajak
pasangannya untuk menikmati hari puncak forsi, Dira sempat mengajak Karin untuk ikut menemani
dirinya di konser tersebut, tapi Karin menolak, sebab ada ujian osce yang akan dilaksanakan besok
sehingga Karin harus mempersiapkan dari hari ini, mendengar alasan Karin, dira sempat berpikir
untuk tidak datang ke hari puncak forsi, saat dira sedang galau2nya untuk memutuskan datang atau
tidak, kebetulan salah satu temannya yang bernama mamat mengirim pesan, mengajaknya untuk
mengikuti acara puncak saat itu,

“dut, ayo lah ikut, bandnya rame2 ni buat gegalauan”, ajak mamat.
“ duh mati gaya gua gaada temen kalau disana sendirian, lu kan panitia mat, tar lu lagi kumpul sama
anak-anak panit lainnya gua sendirian”.

“ye elu, orang banyak kali, anak jurusan kita juga banyak yang dateng kok”. Balas mamat

“yaudah dah, tar gua ikut”

Ajakan mamat ini berhasil membujuk dira ikut walau tanpa Karin, memang sulit bagi dira menolak
ajakan dari temannya yang satu itu.

Mamat merupakan salah satu dari 12 teman yang dira sudah anggap sebagai saudara
sendiri, mamat ini teman satu jurusannya di unpad, yang kosannya selalu menjadi tempat singgah
bagi dira, dani, dan raya. Di kosan mamet lah mereka berempat biasanya saling bertukar pikiran
sembari merokok, atau sekedar tidur siang.

Sesampainya disana dira menelfon mamat beberapa kali, namun tidak ada jawaban,
akhirnya dira memutuskan untuk duduk sambil memesan kopi hangat di salah satu stand disana,
sambil ditemani rokok yang selalu setia ada di saku celananya. Saat mengopi dan menikmati suasana
sore itu, pandangannya teralihkan karna ada suara wanita teriak marah-marah, yang suaranya
berasal tepat di serong kanan dari kursi tempat dira duduk, terlihat perempuan menggunakan baju
panitia sedang marah-marah kepada salah satu laki-laki di dekat stand sosis bakar, dan satu wanita
lainnya yang sedari tadi menyadarkan temannya yang sedang marah-marah itu.

“heh lu gaada minta maap2nya ya, tau etika gak sih, tenang aja, gua ga bakal minta lu gantiin sosis
bakar yang lu jatuhin tadi kok, gua cuma mau lu minta maaf ke gua sekarang”. kata cewe panitia itu

“eh maap nih mbaknya, saya lagi jalan biasa aja, cuma mbaknya aja yang senggol saya, itu salah
mbak, jangan ngebuat saya jadi penjahatnya deh disini”. Balas sang laki-laki

“udah udah lah ti malu diliatin banyak orang ah, tar gua beliin lagi yang baru”. Ujar temannya

“ngga ngga, ni orang harus gua kasih pelajaran dulu biar ngerti etika”

Perdebatan sengit itu cukup membuat banyak perhatian bagi orang sekita situ, walau ada beberapa
orang yang tidak peduli, tapi ada juga yang menontonnya layaknya sinetron yang ada di tv, dira
sendiri walaupun perhatiannya sempat teralihkan lebih memilih tidak peduli dan melanjutkan
urusan dengan kopi dan rokok yang sedang dihisapnya, belum habis sebatang, dua perempuan
tersebut datang dan duduk di kursi depan dira, perempuan yang marah-marah tadi masi belum puas
nampaknya, sampai ditempat duduk pun masih sempat-sempatnya bergumam sendiri, dan begitu
juga temannya yang tidak bosan-bosannya mendengarkan ceritanya, perhatian dira jadi sedikit
teralih yang membuatnya memperhatikan dua perempuan tersebut. Perempuan yang dari tadi
marah-marah tiba2 berceletuk “apaan lu ngeliatin gua? gasuka?” dira sontak kaget dengan
perkataan perempuan tersebut, dan merasa bersalah karena memang dia jadi memperhatikan walau
tidak sengaja.

“maaf ya kang, temen saya memang kalau lagi marah suka tempramen kesekitarnya,” Temannya
membela.

“oh iya teh gapapa, saya ngerti kok, saya jg gamau ikut campur, saya yang salah teh karna teteh
duduk didepan saya, jadi perhatian saya malah ke teteh,” Timpal dira

“hehe iya kang gapapa, wajar, btw kenalin nama ku laras dan ini santi,”

“oh iya, saya dira, anak unpad juga?”


“iyaa kita dari jurusan psikologi, kalau akangnya?” Tanya laras

“manajemen,” jawab dira

“ohh, salam kenal kalau begitu,” ungkap laras

Begitulah mereka berdua bertemu, sekedar kenal karena suatu insiden yang tidak sengaja, lucu
memang kadang orang menemukan sesuatu tanpa sadar apa yang sedang ditemuinya. Mereka
bertiga berkenalan dan saling bertukaran Instagram, dan line. Lalu laras dan santi pergi, karena ada
janji bertemu dengan temannya yang lain.

Paginya dira terbangun, dadanya tidak sesesak kemarin, menunjukan dia sedikit demi sedikit
pulih dari keterpurukannya, kakinya kali ini langsung menyentuh lantai, badannya sudah tegak sudah
siap untuk bangun dari kasurnya, dan dengan sigap, tanpa takut mendengar suara langkah kaki
bunda untuk membangunkan, karena sudah bangun, hari itu dira sudah bisa beraktifitas seperti
biasa, cahaya yang tadinya sudah redup kembali menyala sedikit demi sedikit, pagi itu juga dira bisa
melarikan diri dari kesedihannya, dengan benar-benar berlari, rasanya memang sangat lega setelah
lari selama satu jam penuh mengelilingi komplek rumahnya, benar kata teman-teman kalau lari
dapat membangkitkan hormon endorphin, hormone yang membuatnya merasa senang. Walau
sebenarnya dalam hati dira bukan lari yang membangkitkan hormone tersebut melaikan balasan dari
laras semalam.

Handphonenya dia ambil dari saku, membuka aplikasi Instagram, dan berharap akan ada
snapgram dari laras yang bisa dia balas. Jempolnya menarik layar Instagram terus menurus, namun
tidak berhasil, dira fikir dia tidak bisa hanya terus menunggu, dia harus memulai chat ntah itu di
whatsup atau line, kemudian dira memutuskan untuk memulai chatnya lewat aplikasi line, tapi dira
tidak mau laras berpikir kalau dira ingin mendekatinya, yang dira butuhkan sekarang hanya teman
chat untuk berbagi keluh kesahnya, ntah perasaannya akan bermetamorfosis seperti apa, biar waktu
yang menjawab, pikirnya.

Walau dengan perasaan tidak enak karena pernah secara random mengajaknya menonton
reality club,

Anda mungkin juga menyukai