KELOMPOK 1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PANCABUDI
MEDAN
2021
Definisi Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran
pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan peralatan produksi
dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa
depan. Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan
modal, menurut Sukirno (2002) adalah merupakan komponen kedua yang menentukan
tingkat pengeluaran agregat. Selanjutnya, Boediono (2001) mendefenisikan investasi
sebagai pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa
untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik.
Menurut Gitman dan Joehnk (2017), investasi dapat didefiniskan sarana dimana dana
dapat ditempatkan dengan pengharapan akan menghasilkan pendapatan positif atau terjadi
peningkatan nilainya. Ada dua bentuk penerimaan dari investasi yaitu:
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Contoh:
Investasi pada saham mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham atau
pembagian dividen.
Tujuan Investasi
Dan lain-lain
Contoh persoalan:
Untuk melihat apakah kesejahteraan Sdr. Rudi meningkat di masa datang, dengan
menabung Rp 3 juta per tahun pada usia 25 tahun, dapat dianalisis dengan menghitung
FVIFA (future value interest factor annuity).
Konsep FVIFA ini berlaku untuk menghitung nilai mendatang dari suatu seri aliran kas
yang sama secara periodik (Lihat Tabel ET4).
Pada tingkat bunga 8 persen per tahun, nilai mendatang 40 = Rp3.000.000 x FVIFA8%,
40 = Rp3.000.000 x 259,06 = Rp777.180.000.
a. Investasi Langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau
pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan
membeli aktiva keuangan yang tidak diperjual-belikan yaitu misalnya tabungan atau
sertifikat deposito yang diperjual-belikan di bank komersial.
Aktiva yang dapat diperjual-belikan dipasar uang (money market), berupa aktiva
yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh tempo pendek dengan tingkat cair yang
tinggi. Contoh Treasury-bill (T-bill) dan sertifikat deposito yang dapat dinegosiasi
(dapat dijual kembali). Sifat pasar modal adalah untuk investasi jangka panjang.
Aktiva keuangan yang diperjual-belikan pada pasar modal adalah surat-surat berharga
pendapatan tetap dan saham-saham. Pendapatan tetapa meliputi surat-surat berharga
agen federal (federal agency securities), surat-surat berharga yang dikeluarkan
pemerintah kota (municipal bond/airport), surat berharga yang dikeluarkan perusahaan
(corporate bond),dan surat berharga yang dapat dikonversikan ke saham (convertible
bond).
Aktiva keuangan yang diperjual-belikan di pasar turunan yaitu opsi dan kontrak
future. Disebut surat berharga turunan karena nilainya merupakan jabaran dari surat
berharga lain yang terkait. Contoh opsi waran. Waran adalah suatu hak yang diberikan
kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan bersangkutan dengan
harga yang tertentu dalam kurun waktu yang sudah ditentukan.
Proses Investasi
Proses investasi melibatkan para pemasok dan peminta dana. Struktur investasi
meliputi sebagai berikut.
Kegiatan Investasi
Aset finansial adalah klaim berbentuk surat berharga atas sejumlah aset-aset pihak
penerbit surat berharga tersebut
Kesejahteraan moneter ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini
dan nilai saat ini (present value) pendapatan di masa datang.
Orang seharusnya membuat keputusan seperti berapa banyak penghasilan saat ini yang
seharusnya dihabiskan atau dikonsumsi dan berapa banyak seharusnya diinvestasikan
menurut preferensinya
Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan menyoroti
aspek lain dari inflasi (Boediono, 2009). Menurut teori ini, inflasi terjadi karena
suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses
inflasi, menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rejeki
diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar
daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini
akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan
barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia imbulnya apa
yang disebut inflationary gap. Inflationary gap timbul karena adanya golongan-
golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi
permintaan yang efektif akan barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil
memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian
barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini
mungkin adalah pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang
lebih besar dari output masyarakat dengan jalan menjalankan defisit dalam
anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan
tersebut mugkin juga pengusahapengusaha swasta yang menginginkan untuk
investasi-investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit dari
bank. Golongan tersebut biasa pula serikat buruh yang berusaha memperoleh
kenaikan gaji bagi anggota-anggotanya melebihi kenaikan produktifitas buruh.
Investasi negara berkembang
persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara adalah:
1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber
daya manusia;
2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya;
3. Kemajuan teknologi.
Karena pertanian, industri dan sektor lain di Negara berkembang masih terbelakang, output
nasional menjadi rendah dan begitu juga pendapatan nasional. Akibatnya, pendapatan
perkapita rendah. Pada pihak lain, kecenderungan berkonsumsi sangat tinggi sehingga
seluruh pendapatan habis dikonsumsi. Akhirnya, menabung menjadi tidak mungkin dan
tingkat pembentukan modal tetap rendah.
2. Produktifitas rendah
Karena langkanya buruh yang efisien dan pengetahuan teknologi rendah, sumber alam sering
dimanfaatkan secara keliru atau malah tidak dipergunakan, akibatnya menghambat
peningkatan pendapatan pemilik sumber alam hingga tidak mampu untuk menabung dan
berinvestasi sehingga laju pembentukan modalpun tidak meningkat.
3. Kependudukan
Karena pertumbuhan penduduk sangat tinggi sementara pendapatan perkapita rendah maka
akibatnya keseluruhan pendapatan dipergunakan untuk menghidupi tambahan penduduk dan
hanya sedikit yang ditabung untuk pembentukan modal.
4. Kekurangan wiraswasta
Karena kecilnya pasar, kurangnya modal, langkanya milik pribadi dan perjanjian
memperlambat usaha dan inisiatif untuk berwiraswasta sedangkan dalam kenyataannya
kewiraswastaan merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi;
5. Kekurangan overhead ekonomi
Karena kurangnya sumber tenaga, angkutan, perhubungan, air dan sebagainya telah
memperlambat kegiatan usaha yang akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan modal
6. Kekurangan peralatan modal
Di negara berkembang ketersediaan barang modal hanya sekitar 5-6 persen dari pendapatan
nasionalnya, sedangkan di negara maju sampai 15-20 persen dari pendapatan nasionalnya.
Karena rendahnya modal maka penggatian barang modal menjadi tidak mungkin dan ini
mempengaruhi pembentukan modal
7. Ketimpangan distribusi pendapatan
Adanya ketidakmerataan pendapatan di negara berkembang dimana hanya sekitar 3-5 persen
berpenghasilan tinggi dan mereka ini berivestasi tidak pada saluran yang produktif
menyebabkan pembentukan modal tetap rendah.
8. Pasar sempit
Karena kemampuan untuk menyerap penawaran suatu produk baru, menyebabkan tidak
bergairahnya tumbuhnya usaha dan inisiatif masyarakat sehingga upaya pembentukan modal
tetap rendah
9. Kekurangan lembaga Keuangan
Karena kurang berkembangnya pasar uang, pasar modal, lembaga kredit dan bank di Negara
berkembang menyebabkan pengerahan dana tabungan dalam jumlah yang cukup untuk
tujuan investasi menjadi rendah
10. Keterbelakangan ekonomi dan teknologi
Aktifitas ekonomi yang terbatas dan terbengkalai, efisiensi buruh yang rendah, nilai dan
struktur sosial yang tradisional serta teknik produksi yang masih kuno telah menghambat
pembentukan modal.
1. Memenuhi prasyarat-prasyarat investasi yaitu tersedia dana secara cukup untuk kebutuhan
hidup dan cukup proteksi terhadap berbagai macam risiko umum.
2. Mengembangkan sasaran-sasaran investasi yaitu tujuan keuangan yang diinginkan untuk
dicapai dengan investasi.
3. Mengadopsi suatu rencana investasi yaitu dokumen tertulis yang menggambarkan
bagaimana dana investasi akan diinvestasi.
4. Mengevaluasi sarana-sarana investasi yaitu dengan menilai pengembalian dan risiko
potensial.
5. Memilih investasi yang cocok yaitu perlu menilai pengembalian diharapkan, risiko, dan
pertimbangan pajak.
a) Pendapatan aktif adalah upah dan gaji sampai bonus, tip, pendapatan pensiun, dan
tunjangan. Pendapatan ini bersumber dari pekerjaan (noninvestasi).
b) Pendapatan portofolio adalah bersumber dari investasi, seperti rekening tabungan,
saham, obligasi, reksadana, dan derivative.
c) Pendapatan pasif adalah kategori khusus pendapatan, pendapatan yang diturunkan
dari real estate, usaha patungan, dan lain sebagainya.
6. Mengonstruksi portofolio yang terdiversifikasi yaitu menggunakan prinsip jangan taruh
telur2 Anda di satu keranjang.
7. Mengelola portofolio tersebut dengan mengukur kinerja aktual, apakah sesuai dengan yang
diharapkan.
Proses Investasi
Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara
return yang diharapkan dan risiko suatu investasi
Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan
yang searah dan linear. Artinya semakin besar return yang diharapkan, semakin besar
pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko serta
hubungan antara return dan risiko
Return :
Risiko
Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan.
Secara spesifik, mengacu pada kemungkinan realisasi return aktual lebih rendah dari
return minimum yang diharapkan.
Return minimum yang diharapkan seringkali juga disebut sebagai return yang disyaratkan
(required rate of return)
Manajemen Investasi
DAFTAR PUSTAKA
Wild, John J. Subramanyam, K.R. & Hasley, Robert F. 2007. Finacial Statement Analysis. Mc
Graw Hill Internasional Edition.
Kasmir. (1998). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Gramedia Pustaka