Anda di halaman 1dari 19

FISIOLOGI

Komunikasi Saraf
Sel saraf merupakan sel peka rangsang  menghasilkan sinyal listrik ketika
tereksitasi. Sinyal digunakan untuk menerima, memproses, menginisiasi dan
mengirimkan pesan/informasi.
Potensial membrane  pemisahan muatan positif dan negative di kedua sisi
membrane, berkaitan dengan distribusi tak meraata dari Na+ K+ dan anion protein
intrasel besar antara cairan intrasel (CIS) dan CES dan perbedaan permeabilitas
membran plasma terhadap ion ion ini.
Sel saraf dan sel otot dapat mengalami perubahan cepat sesaat pada potensial
membrannya. Fluktuasi potensial ini fungsinya sebagai sinyal listrik. Potensial
membrane konstan yg terdapat ketika sel saraf atau otot tidak memperlihatkan
perubahan cepat dalam potensialya disebut potensial istirahat.

Potensial membrane
Polarisasi  ketika potensial membrane bukan 0 mv, baiik dalam arah + atau - (tanda
+/- meunjukan bahwa terjadi kelebihan muatan +/- dibagian dalam membrane.) Sel
saraf pada potesial istirahat membrane mengalami polarisasi pada -70 mv.
Depolarisasi  berkurangnya potesial membrane negative mrnjadi kurang negative
atau terpolarisasi). Selama depolarisasi potensial bergerak medekati 0 mv. (contoh
dari -70jadi -60)
Repolarisasi  membrane Kembali ke potensial istirahatnya setelah mengalami
depolarisasi
Hiperpolarisasi  peningkatan besar potensial membrane negative jadi lebih negative
dibandingkan potensial istirahat.
Mekanisme Terjadinya sinyal listrik
Kejadian pemicu  respon berupa perubahan permeabilitas membrane  Perubahan
perpindahan ion menembus membrane  perubahan potensial membrane 
fluktuasi membrane potensial
Contoh kejadian pemicu:
1. Perubahan medan listrik di sekitar membrane peka rangsang
2. Innteraksi suatu perantara kimiawi dengan reseptor tertentu
3. Rangsangan (gelobang suara)
Perpindahan ion diatur oleh kanal ion.
1. Kanal bocor  selalu terbuka
2. Kanal berpintu 
• Voltage-gated channel
• Chemically gated channel /ligand gated channel
• Mechaically gated channel
2 bentuk dasar sinyal listrik :
Potensial berjenjang  sinyal jarak pendek
Perubahan lokal potensial membrane yang terjadi dalam berbagai derajat atau tingkat
kekuatan. Contoh membrane berubah dari -70 mennjadi -60 (potensial berjenjang 10
mv) dst
Sifat:

 Semakin kuat kejadian pemicu  semakin banyak saluran berpintu yang


terbuka  semakin banyak muatan positf yang masuk ke sel  semakin besar
potesial berjenjang terdepolarisasi di tempat inisial. Juga semakin lama durasi
kejadian pemicu, semakin lama durasi potensial berjenjang.

 Potesial berjenjang menyebar dengan aliran pasif


 Potensial berjenjang mereda hingga lenyap dalam jarak pendek (kekuatan
arus lokal secara progresif melemah seiring dengan bertambahnya jarak dari
tempat asal)

Berikut ini potensia berjejang : potensial pascasinaps, potensial reseptor, potensial


end plate, potensial pemacu (pace maker) dan potensial gelombang lambat. Potensial
berjejang dapat memicu potensial aksi.
Potensial Aksi
Perubahan potensial membrane yang berlangsung singkat, cepat dan besar (100mv)n
hanya melibatkan sebagian kecil dari keseluruhan membrane sel peka ragsang, tetapi
potensial aksi dihantarkan ke seluruh membrane secara nondecremental (tidak
berkurang kekuatannya ketika menyebar menjauhi lokasi asalnya)
Jika kekuataannya memadai potensial berjenjang bisa jadi potensial aksi
Bagian membrane peka rangsang asal potensial berjenjang tidak mengalami potensial
aksi, tetapi potensial berjenjang menimbulkan depolarisasi bagian-bagian membrane
sekitar tempat potensial aksi terbentuk.
Kejadian pemicu  membrane mengalami depolariasi dari potensial istirahat (-70).
 potensial membrane berjalan lambat sampai menuju potensial ambang (-50 dan
-55)  timbul depolarisasi eksplosif  defleksi cepat ke atas hingga +30 mv 
repolarisasi  hiperpolarisasi ikutan. (dalam sel menjadi negative dari sebelumya
sebelum ke potensial istirahat)
Potensial aksi  keseluruhan perubahan cepat potensial membrane dari ambang ke
puncak dan kemudian Kembali ke istirahat. Berlangsung selama I mdet (o,oo1
detik) ,bagian potensial aksi ketika potensial terbalik (antara 0 dan +30 mV)disebut
overshoot.
Kalau potensial ambang tidak tercapai oleh depolarisasi awal maka tidak terbentuk
potensial aksi.
Perubahan permeabilitas membrane dan perpindahan ion menyebabkan potensial aksi
K+ berperan dalam pembentukan potensial istirahat (lebih permeable)
Voltage Channel Na+ & K+
Perubahan permeabilitas dan fluks ion selama potensial aksi
Nanti oleh pompa Na+ - K+ ATPase akan memulihkan gradien konsentrasi yang
terganggu akibat potensial aksi, namun tidak terjadi setiap setelah terjadinua potensial
aksi
Penghantaran impuls
Cara penghantaran/penjalaran impuls:
• Hantaran merambat
Melibatkan penyebaran potensial aksi di setiap membrane di sepanjang akson
• Hantaran meloncat
Terjadi pada akson yang memiliki lapisan pembungkus (mielin). Terdapat nodus
ravier hanya disini terhadap kaal ion sehingga arus mengalir melomcat dari satu
nodus ke nodus lain
Periode Refrakter
 Periode tidak akan tercetusnya potesial aksi lain oleh kejadian pemicu ormal
di bagian yang baru saja mengalami potensial aksi
Jenis periode refrakter:
1. Periode refrakter absolut  benar-benar refrakter terhadap stimulasi lebih
lanjut sekuat apapun pemicunya . Ketika membrane baru mengalami
pengaktifan
2. Periode refrakter relative  dapat terjadi potensial aksi kedua kalau pemicu
lebih kuat

Sinaps & Integrasi Neuron

Jenis-jenis sinaps:
• Sinaps Listrik
Ion pembawa muatan mengalir langsung dari neuron pertama ke nneuron kedua
melalui taut celah. Ditemukan pada vestibular nuclei, mat.
• Sinaps Kimia
Terdapat neurotransmitter
Jenis Aktivitas Sinaps
Sinaps Eksitatorik
Pengikatan neurotransmitter  Kanal ion berpintu kimiawi terbuka  influx Na 
Neuron Depolarisasi berjenjang pada neuron post sinaps  membawa potensial lebih
dekat ambang  potensial aksi tercetus  membrane tereksitasi
Sinaps Inhibitorik
Pengikatan neurotransmitter  Kanal ion berpintu kimiawi terbuka  influx Cl- dan
K+  Neuron Hiperpolarisasi berjenjang pada neuron post sinaps  membawa
potensial menjauhi ambang  potensial aksi tidak tercetus  membrane terinhibisi
Resultan Potensial postsinaps (sumasi)
Sumasi Temporal
 Penjumlahan beberapa EPSP yang terjadi hampir bersamaan akibat eksitasi
berturut-turut satu neuron presinaps
Sumasi Spasial
 Penjumlahan beberapa EPSP yang tercetus secara bersamaan dari sejumlah
masukan presinaps
Traktus  serabut saraf yag memiliki fungsi asal dan tujuan yang sama dinamakan
tractus.
Traktus pyramidal  informasi motoric yang dapat disadari, kenapa si dinamain
pyramidal soalnya nantinya aka lewwat medulla oblongata membentu struktur
anterior pada medulla oblogta ayang disebut sebagai priramida.
Traktus ekstrapiramidal  informasi motoric yang tidak dapat disadari
Traktus Kolumna Dorsalis
Membawa informasi proprioceptive yang disadari  bagaimana kita mengdetahui
posisi kita secara sadar seperti apakah kit asedang duduk atau berdiri dan sebagainya,
getaran, raba tekan yag diskriminatif (fine touch)  maksudnya dapat merasakan
sentuhan dan melokalisir sentuhan tersebut dengan baik.
Impuls aferen bawa informasi tadi melakukan siaps pertamanya pada ganglion
dorsalis atau ganglion spialis (first order neuron)  dilanjutkan masuk ke medulla
spinalis lewat radix posterior meuju ke funiculus posterior untuk lajut naik ke atas
meneruskan impuls aferennya .
Kalau impuls aferen dari ekstremitas inferior akan masuk ke daerah funiculus
posterior medial (T6 kebawah mewakili ekstremitas bawah) yang disebut sebagai
daerah fasikulus gracilis (warna kuing)
Sedangkan ervus spinalis T5 keatas yang membwa impuls aferen dari ekstremitas
superior bakal menuju fuikulus posterior yang lebih lateral disebut daerah fasikulus
kuneatus (ungu)
Masing-masing dari fasikulus ini akan terus naik membawa impuls aferennya hingga
ke medulla oblongata bagian caydal dimana pada bagian tersebut akan melakukan
kontaks sinaps kedua dengan nucleus gracilis atau nucleus cuneatus. (tergantung)
Yang penting akson dari neuron kedua ini akan menyilang garis tengah segera setelah
dia melakukan kontaks sinaps keduanya  akson neuron yang menyilang ini disebut
sebagai iternal arkuata fiber  akson diteruskan ke atas sebagai medial leminiscus 
dibawa impuls aferen ke atas menuju ke thalamus  di thalamus ini akan membentuk
kontak sinaps neuron ketiga denga nucleus ventral posterolateral talami  dari
thalamus ini akan proyeksikan naik keatas sebgai tractus talamukortikal, lewatin
bagian posterior kapusal internal  lewati korona radoata menuju ke korteks
somatosensorik primer pada girus possentralis. Terus disinilah akhirnya informasi
affreen akan diterjemahkan terus kita tau saat ini saya sedang duduk atau sseseorang
menyentuk tangan saya.
Traktus spinotalamikus lateral
Berfungsi membawa informasi sensai nyeri dan suhu,
Melkukan sinaps pertama pada ganglion dorsalis  impuls masuk ke medulla
spinalis  segera setelah masuk, menujuu ke kornu posterior melakukan kotaks
neuron keduanya tepatnya pada struktur substansio gelatinosa ada nucleus funikularis
di amelakukan kontak sinap dengan nucleus tersebut.
Akson neuron keduanya diproyeksikan membentuk tractus spiotalamikus lateral
dengan meyilag garis tengah pada komisura grisea anterior dan menuju ke funiculus
lateral utuk menjadi tractus spiolakamikus lateral dan meneruskan impuls afferenya
naik ke atas.
Jadi beda degan tractus kolumna dorsalis serabut ekstremitas inferior yang membawa
impuls afferent nyeri dan suhu akan masuk ke medulla spinalis yang terletak lebih
lateral jadi tractus spinotalamikus nya akan terletak lebih lateral dibaningkan serabut
yang bawa informasi nyeri dan suhu ekstremitas superior dia justru lebih medial
traktusya.
Akson euron kedua kan lakuin persilangan menuju ke funiculus lateral jadi traktur
spinotalamius lateral terus naik ke atas bawa impuls afferent hingga ke thalamus
Di thalamus dia membentuk kontak sinaps ketiga bersama nucleus
ventroposterolateral talami - imups diteruskan sebagai tractus taalamukortikol
melewati posteriol internal kapsul  lwati korona radiaat meuju ke korteks
somatosesori primer  sebneernya udah bisa dirasakan pada tingkat thalamus  tapi
kita bisa bedain secara spesifik dimana lokasinya harus sampe ke korteks
somatosensorik.
Traktus spinotalamikus anterior
Walaupun hampir sama jalan dan fungsinya beda
Bawa informasi raba dan tekan yang non diskriminatif  gak bisa diketahui pasti
lokasinya
1st order neuronnya sama di ganglion dorsalis  diterusin masuk ke medulla spinalis
 yang bedain ketika masuk ke medulla spinalis dia kaan berikan cabang kolateral
ketika ada yang berjalan ke segmen medulla spinalis sehingga ada yang berjalan 2-15
segmen ke atas medulla spinalis dan ada yang ke bawh satu atau dua segmen dari
medulla spialis  membentuk sinaps kedua pada kornnu posterior dari berbagai
tingkat segmen substansia grisea yang ia masuki  ia lalu bersilang garis tengah
menuju ke funiculus anterior untuk mmbentuk trakruuspinotalamikus anterior 
lanjutin ke thalamus  melakukan 3rd order neuron dngen aukleus yang sama 
bergabug juga dengan tractus talamukortikal  lewatin korona radiata  menuju ke
korteks somatosensorik  untuk diterjemahkan impuls afferennya.
Karena ada cabag kolateral kalo ada lesi setingga ada lesi setinggi vertebra lumbal
atau torakal nanti ada ganggguan sedikit terhadap rasa raba atau tekan halus karena
banyak impuls naik yang dapat meghindari lesi tersebut.
Traktus desendens  tractus motoric
TRaktus cortikospinnal  impuls motoric Gerakan volunteer -> dimulai dari
somatomotorik primer yaitu area 4 yang terletak pada girus presentralis terdapat
nucleus piramidalis  dari sini impuls afferent diteruskan ke bawah melewati korona
radiata  tratus kebawah melewati kapsula interna  diteruskan melewati
mesensefalon melewato pons sampe ke medulla oblongata dimana bagian anterior
ada penonjolan kecil yang disebut sebagai piramis medula oblongata cauda sekitar
80-85% nanti akan menyilag ke sisi kontralateralya persilangannya disebut sebagai
decusasstion piramidalis menuruni medulla spinalis di funikulus lateral sedangakann
yang ga meyilang akan turun melalui medulla spinalis di funiculus anterior sebagai
corticospialis anterior kemudian menyilang keluar setingkat segmen ia keluar. Tetapi
perlu diketahui pada segme tingkat torakal dan cervical beberapa serabut gak
menyilang di bagian oblongata kaudal dan tetep gak menyilag ketika ia akan keluar
sehingga ia mempersarafi otot leher dan batag tubuh secara bilateral itulah kenapa
mungkin tidka ada storke yang mengakbatka lumpuh setengah dada atau setengah
leher. Nahh sekitar serabut 90 % tractus nantinya berakhir membentuk sinaps
iterneuran medulla spinalis sebelum keluar tepatnya membatuk snaps interneuron di
kornu anterior
Kortikospinalis anterior turun dari medulla oblonngata gak melakukan persilagan
menuju ke funiculus anterior dia pun melakukan persilangan melewati garis tegah dan
melakukan sinaps intereuron pada medulla spinalis dan kemudia menerukskan impuls
ke serabut saraf tertetu
Kortikospinalis lateral ia telah melakukan persilagan di medulla oblongata dan
turun pada funikuu lateral sebelum keluar dia membentuk sinnaps iterneuron medulla
spinalsi dan kemudia n melanutkank impuls efferenta

Anda mungkin juga menyukai