Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 10, Oktober 2018, hlm. 3421-3431 http://j-ptiik.ub.ac.id

Analisis Performa Jaringan Sensor Nirkabel Berdasarkan Penentuan


Lokasi Node Yang Telah Diimplementasikan Dengan Algoritma Genetika
Irma Asri Kartika Sandy1, Mochammad Hannats Hanafi Ichsan2, Gembong Edhi Setyawan3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1ikartikasandy1903@gmail.com, 2hanas.hanafi@ub.ac.id, 3gembong@ub.ac.id

Abstrak
Faktor penentu keberhasilan komunikasi dalam wireless sensor network atau jaringan sensor nirkabel
adalah konektivitas dari node sensor dalam jaringannya. Konektivitas dari node sensor tergantung pada
posisi node sensor tersebut, sehingga dalam perancangan wireless sensor network perlu memperhatikan
peletakan node sensor agar dapat meningkatkan kinerja jaringan sensor. Algoritma Genetika merupakan
sutu metode yang memiliki sifat yang lentur sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi node.
Terdapat penelitian dengan menggunakan algoritma genetika untuk menentukan posisi terbaik yang
belum melakukan implementasi. Oleh sebab itu dilakukan implementasi dan analisis pada performa
jaringan sensor nirkabel yang peletakan nodenya telah diimplementasikan dengan algoritma genetika.
Analisis dilakukan dengan menganalisa nilai quality of service (delay, jitter, throughput) dari
komunikasi antar node-node sampai ke komputer pengguna, serta dengan menganalisa hasil uji dari
coverage area sensor api 5 channel. Dan untuk membuat sistem sebelumnya menjadi dinamis, dilakukan
penambahan fitur. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan nilai dari quality of service delay sebesar
7,66 s. Nilai dari jitter adalah 1,01 dan nilai dari throughput sebesar 77,01. Analisis dari hasil uji sensor
api 5 channel adalah sensor tersebut dapat meng-cover dengan jarak lebih dari 100 cm dengan volume
api sedang atau besar. Hasil uji dari sistem agar dapat lebih dinamis memiliki keberhasilan 100%, yaitu
dengan menambahkan fitur bagian masukan jari-jari dari sensor dan luas ruangan sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
Kata kunci: Algoritma Genetika, wireless sensor network, quality of service, delay, jitter, throughput
Abstract
The critical success factor of communication in a wireless sensor network is the connectivity of the
sensor nodes in the network. Connectivity of the sensor nodes depends on the position of the sensor
nodes, so in the design of wireless sensor network need to pay attention to the laying of sensor nodes in
order to improve the performance of sensor networks. Genetic Algorithm is a method that has a bending
property that can be used to determine the position of the node. There are studies using genetic
algorithms to determine the best position that has not been implemented. Therefore, the implementation
and analysis on the performance of wireless sensor networks that laying the node has been implemented
with genetic algorithm. Analysis is done by analyzing the value of quality of service (delay, jitter,
throughput) from communication between nodes to user's computer, and by analyzing test result from 5
channel flame sensor coverage area. And to make the previous system become dynamic, the feature is
added. The result of the analysis shows the value of quality of service delay of 7.66 s. The value of jitter
is 1.01 and the value of throughput is 77.01. Analysis of the 5 channel flame sensor test results is the
sensor can cover with a distance of more than 100 cm with medium or large fire volume. Test results
from the system to be more dynamic has a 100% success, that is by adding features of the radius input
section of the sensor and the room width according to user needs.
Keywords: Genetic Algorithm, wireless sensor network, quality of service, delay, jitter, throughput

pada posisi node sensor tersebut, sehingga dalam


1. PENDAHULUAN perancangan jaringan sensor nirkabel perlu
Konektivitas dari node sensor tergantung memperhatikan peletakan node sensor agar
dapat meningkatkan kinerja jaringan sensor.

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 3421
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3422

Penelitian yang dilakukan oleh Elis (2016) genetika bekerja dengan membuat beberapa
mengatakan bahwa posisi sensor yang tidak solusi acak, tentu saja dari tahapan pertama ini
beraturan dan letak ruangan yang tersebar solusinya kemungkinan masih buruk. Solusi
membuat masalah baru yaitu tidak menjamin tersebut akan mengalami proses evolusi secara
bahwa semua ruangan dapat tercover oleh terus menerus, dan akan menghasilkan suatu
sensor. Oleh karena itu perlu diperoleh coverage solusi yang lebih baik. Setiap solusi yang
area yang maksimal dengan jumlah sensor yang terbentuk mewakili satu individu dan satu
sudah ditentukan. Penelitian tersebut individu terdiri sari satu kromosom. Kumpulan
mengunakan algoritma genetika sebagai metode dari individu-individu ini akan membentuk suatu
dalam penentuan posisi node. Algoritma populasi, dari populasi ini akan lahir populasi-
Genetika merupakan algoritma pencarian populasi baru sampai dengan sejumlah generasi
heuristic yang didasarkan atas mekanisme yang ditentukan.
evolusi biologis. Algoritma genetika memiliki Proses dalam melakukan pencarian hasil
beberapa keunggulan dibandingkan dengan terbaik dengan mengunakan algoritma genetika
metode komputasi konvensional. dimulai dari mendefinisikan individu.
Penelitian tersebut masih berupa simulasi Mendefinisikan individu atau
belum melakukan implementasi penerapan merepresenstasikan kromosom yang akan
secara nyata pada perangkat wireless sensor diproses, dilakukan dengan mendefinisikan tipe
network atau jaringan sensor nirkabel, sehingga dan jumlah dari gen yang digunakan yang
dibutuhkan pengembangan sistem dengan mewakili solusi permasalahan yang diangkat.
menganalisis performa jaringan sensor nirkabel Persamaan dari jumlah gen dalam konteks
yang penentuan lokasi nodenya telah penelitian ini adalah:
diimplementasikan berdasarkan algoritma
genetika. Dalam implementasinya node 𝐽𝑚𝑙 𝐺𝑒𝑛 = 𝐽𝑚𝑙 𝑘𝑟𝑜𝑚𝑜𝑠𝑜𝑚 ∗ 𝐽𝑚𝑙 𝑁𝑜𝑑𝑒 (1)
diletakkan pada koordinat sesuai dari hasil
simulasi matlab. Konteks keadaan kebakaran Selanjutnya tahap pemilihan induk
berdasarkan dari simulasi sistem sebelumya berdasarkan nilai individu terbaik secara acak.
yang menerapkan konteks kebakaran. Analisa Tahap ini akan menghasilkan sebuah generasi
dilakukan dengan menguji quality of service dari baru.
sistem tersebut. Selanjutnya melakukan proses crossover.
Selain itu juga dilakukan pengembangan Jumlah kromosom yang mengalami crossover
sistem dengan membuat sistem menjadi lebih dipengaruhi oleh parameter crossover_rate (pc).
dinamis dengan penambahan fitur yaitu Dalam penelitian ini menggunakan perhitungan
pengguna dapat memasukkan nilai dari jari-jari crossover aritmatika. Berikut persamaan
node serta luas ruangan sesuai dengan kebutuhan crossover aritmatika:
sistem.
𝑂1 = 𝜆1. 𝑥1 + 𝜆2. 𝑥2
(2)
2. PERHITUNGAN 𝑂2 = 𝜆1. 𝑥2 + 𝜆2. 𝑥1
𝜆1 + 𝜆2 = 1 )_)
Dasar perhitungan dari penelitian ini
tersusun atas perhitungan metode genetika dan 𝜆1 = Bilangan Acak
perhitungan nilai quality of service. x = Bilangan yang akan di crossover

2.1 Metode Algoritma Genetika Dari persamaan crossover tersebut


didapatkan sebuah generasi baru selanjutnya
Penelitian yang dilakukan oleh Bina (2011), melakukan tahapan mutasi. Jumlah kromosom
mengatakan bahwa algoritma Genetika atau yang mengalami mutasi dalam satu populasi
Genetic Algorithm (GA) merupakan algoritma ditentukan oleh parameter mutation_rate.
pencarian heuristic yang didasarkan atas Setelah mendapatkan nilai dari mutase maka
mekanisme evolusi biologis, artinya pencarian selanjutnya proses penggabungan semua
solusi suatu masalah dengan algoritma genetik
parent dan offspring. Tahap berikutnya yaitu
akan terus berevolusi. Inti dari algoritma
mencari nilai fitness dengan mengurangi
genetika adalah secara bertahap mencari solusi
daerahyang ter-cover sensor dengan luas area
terbaik (survival of the fittest) dari begitu banyak
yang tidak ter-cover sensor. Setelah nilai fitness
solusi yang ada. Pertama-tama algoritma
ditemukan maka selanjutnya proses seleksi,

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3423

dengan mencari nilai fitness tertinggi. 𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 = (6)


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 (𝑏𝑖𝑡𝑠)
2.2 Quality of Service 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎(𝑠𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑) − 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚(𝑠𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑)
Menurut Tiphon (1999) Quality of Service
3. PERANCANGAN DAN
merupakan sekumpulan parameter yang
IMPLEMENTASI
menunjukkan kualitas jaringan yang
memungkinkan sebuah aplikasi beroperasi Pada tahap ini menjelaskan tentang
sesuai yang diharapkan. QoS bertujuan untuk perancangan sistem baik software maupun
memberikan layanan yang lebih baik pada hardware sehingga nanti akan membentuk suatu
sebuah aplikasi dengan meningkatkan kualitas sistem. Gambar 1 merupakan alur perancangan
pada suatu jaringan. Kualitas layanan pada sistem.
sebuah aplikasi pada jaringan dapat diketahui
dari beberapa parameter untuk menentukannya
yaitu delay, jitter, dan troughput.

1. Delay
Delay merupakan lamanya waktu atau
keterlambatan didalam proses transmisi paket
data ke penerima. Factor yang mempengaruhi
delay transmisi adalah jumlah paket data yang
dikirim (bit) dan laju kecepatan pengiriman
paket data untuk setiap detik. Persamaan dari
delay adalah sebagai berikut:
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 (𝑏𝑦𝑡𝑒)
𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = (3) Gambar 1 Alur Perancangan Sistem
𝑏𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ (𝐾𝑏𝑝𝑠)

2. Jitter Gambar 1 menunjukkan alur perancangan


Menurut Angie (2014) jitter merupakan variasi sistem yang dimulai dari perancangan perangkat
delay antar paket yang terjadi pada jaringan lunak dan selanjutnya perancangan perangkat
Internet Protocol (IP). Semakin besar beban keras. Perancangan perangkat lunak tersusun
trafik yang ada pada jaringan, maka peluang atas perancangan perangkat lunak pada matlab,
terjadinya tumbukan antar paket/perlambatan perancangan perangkat lunak pada Arduino dan
(congestion) semakin besar, dengan demikian perancangan perangkat lunak pada web.
nilai jitter akan semakin besar. Semakin besar Selanjutnya pada perancangan perangkat keras
nilai jitter maka nilai QoS akan semakin turun tersusun atas perancangan sensor api 5 channel,
dan apabila semakin kecil nilai jitter maka nilai perancangan node sensor, dan perancangan node
QoS akan semakin baik. Besarnya nilai jitter koordinator.
dapat diperoleh dari selisih waktu tempuh suatu
paket dengan paket sebelumnya dari sumber ke 3.1 Perancangan Perangkat Lunak pada
tujuan pengiriman. Persamaan jitter adalah Matlab.
sebaagai berikut:
Perancangan perangkat lunak pada matlab
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦
𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎−1
(4) dibuat untuk membuat sistem penentuan posisi
node dengan algoritma genetika. Berikut
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = (5) diagram alur perancangan pada matlab:
𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟– 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎

3. Throughput
Throughput menunjukkan kecepatan rata-rata
yang diterima dalam selang waktu pengamatan
tertentu, throughput disebut juga sebagai
bandwidth yang sebenarnya. Pengukuran
throughput dilakukan dalam satuan bits per
second (bps). Persamaan throughput adalah:

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3424

merupakan hasil dari proses genetika.


Selanjutnya sistem akan menjalankan tahap
iterasi sebanyak jumlah yang dimaukkan/input
oleh user.

3.2 Perancangan Perangkat Lunak pada


Arduino

Perancangan perangkat lunak Arduino


tersusun atas beberapa perancangan yaitu:

1. Perancangan Sensor api 5 channel

2. Perancangan node sensor

3. Perancangan Node Koordinator.


Berikut diagram alir perancangan perangkat
lunak sensor api 5 channel:

Gambar 2 Diagram Alir Perancangan


Perangkat Lunak Matlab

Gambar 2 Diagram diatas menunjukkan


tahapan-tahapan dalam merancang perangkat
lunak pada matlab. Tahapan-tahapan tersebut
sesuai dengan proses perhitungan genetika
dimulai dari user memasukkan data, selanjutnya
inisialisasi data. Ketika inisialisasi data telah
berhasil maka selanjutnya proses crossover.
Didalam proses crossover, awal mula terjadi
proses pemilihan induk, selanjutnya memulai
perhitungan crossover dengan menggunakan
crossover aritmatika. Ketika proses crossover
selesai maka proses selanjutnya adalah proses Gambar 3 Alur Program/Perancangan Sensor Api 5
mutasi. Proses mutasi memungkinkan Channel Pengujian Coverage Sensor
munculnya kembali gen yang tidak muncul pada
inisialisasi populasi. Selanjutnya adalah proses Gambar 3 menunjukkan alur program
perhitungan nilai fitness. Awal dari nilai fitness perancangan sensor api 5 channel pada pengujian
yaitu menggabungkan seluruh parent dan coverage area sensor. Dimulai dari perintah pada void
offspring setelah itu mulai proses pencarian nilai setup untuk mengatur nilai baudrate, dan selanjutnya
fitness. Ketika telah mendapat nilai fitness dari perintah untuk menampilkan nilai analog dari sensor
pada serial monitor. Maka nilai analog sensor akan
setiap kromosom, maka selanjutnya adalah
muncul pada serial monitor.
proses seleksi. Proses seleksi, dalam sistem ini
mencari nilai terbaik adalah nilai fitness terbesar. Selain program perancangan sensor api 5 channel
Apabila telah menemukan hasil seleksi maka untuk menguji coverage area pada sensor, juga
lanjut ke proses selanjutnya. Sedangkan apabila terdapat program sensor api 5 channel pada node
kondisi belum merupakan nilai terbesar maka sensor dan node koordinator yang berbeda dengan
kembali pada proses seleksi. Ketika telah program pengujian coverage area. Hal ini
mendapatkan nilai fitness terbesar yang dikarenakan pada node sensor dan node koordintaor
merupakan hasil seleksi, maka kromosom yang program sensor api 5 channel dibuat agar data nilai
memiliki nilai fitness terbesar tersebut sensor tidak terjadi tumpukan dari berbagai channel
sensor api 5 channel. Gambar 4 merupakan alur

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3425

program sensor api 5 channel pada node sensor dan dengan out 1 sampai dengan out 5. Kondisi
node koordinator. apakah nilai out 1 sampai dengan out 5 bernilai
lebih dari sama dengan 200, jika iya maka nilai
tersebut akan masuk atau disimpan pada variable
data1=1 yang berarti terdeteksi. Jika tidak maka
akan masuk pada data1=0 yang berarti tidak
terdeteksi dan selesai. Nilai 200 merupakan
batas nilai dari pembacaan sensor ketika
terdeteksi api. Selanjutnya merupakan proses
mencari rata-rata nilai dari 5 channel sensor yang
terdeteksi. Dengan menjumlahkan nilai out 1
sampai dengan out 5 yang selanjutnya dibagi 5.
Hasil dari operasi rata-rata tersebut disimpan dan
menghasilkan data2.
Selanjutnya adalah perancangan node
sensor dan node koordinator. Gambar 5
merupakan diagram alur perancangan perangkat
lunak node sensor.

Gambar 5 Node Sensor

Gambar 5 menunjukkan perancangan


program node sensor dimulai dari sensor api 5
channel mendeteksi keberadaan api, yang
kemudian diolah oleh mikrokontroler Arduino
dan menghasilkan data/informasi yang
Gambar 4 Diagram Alur Program Sensor selanjutnya dikirim ke node koordinator.
Api 5 Channel
Setelah melakukan perancangan perangkat
lunak node sensor, maka selanjutnya
Gambar 4 merupakan alur program sensor
perancangan perangkat lunak node koordinator.
api 5 channel pada node sensor dan node
Alur dalam pembuatan node coordinator dimulai
koordinator. Dimulai dari sensor membaca nilai
dari insialisasi untuk pengaturan IP dan
saat pengoperasian, maka akan mendapatkan
password, selanjutnya proses deteksi api, hal ini
nilai hasil pembacaan. Sensor ini memiliki 5
dikarenakan pada node koordinator juga
channel pendeteksian, sehingga nilai yang
berfungsi untuk mendeteksi api. Dari proses
didapat dari setiap channel diberi identitas

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3426

deteksi api menghasilkan data/informasi. Fungsi send memiliki beberapa tahapan untuk
Selanjutnya proses terima data dari node sensor. proses pengambilan dan pengiirman data dari
Data dari node sensor digabung dengan database. Alur perancangan web tersebut dapat
data/informasi sebelumnya. Proses selanjutnya disimpulkan pada Gambar 7.
adalah proses analisis parameter uji yaitu delay,
throughput, dan jitter. Ketika proses analisis uji
telah dilakukan maka akan menghasilkan data
hasil dari analisis tersebut. Data hasil selanjutnya
dikirim/disimpan pada database mysql. Proses
dari perancangan program tersebut dapat dilihat
pada gambar 6 berikut:

Gambar 7 Diagram Alur Perancangan Perangkat


Lunak Web

Dalam proses perancangan web terdapat


tahapan yang didalamnya terdapat proses lagi
yaitu pada tahap pembuatan fungsi index,
koneksi, dan send. Gambar 8 merupakan alur
dari fungsi index.

Gambar 6 Node Koordinator

3.3 Perancangan Perangkat Lunak Web dan


Xampp

Perancangan perangkat lunak web dengan


bantuan Xampp tersusun atas beberapa tahapan.
Tahapan pertama adalah membuat database pada
secara manual dengan masuk pada phpMyadmin
dengan mengaktifkan Apache dan mySQL lewat
control panel Xampp. Setelah selesai membuat
database secara manual, tahapan selanjutnya
adalah membuat program fungsi index. Dalam
fungsi index terdapat lagi beberapa tahapan Gambar 8 Diagram Alir Fungsi Index
untuk mengatur tampilan web sesuai dengan
yang diinginkan. Tahap berikutnya adalah Gambar 8 menjelaskan tahapan dari fungsi
membuat program fungsi koneksi. Fungsi Index yang berfungsi mengatur tampilan yang
koneksi meiliki beberapa tahapan untuk proses diinginkan pengguna pada web. Tahapan-
penyambungan pada database. Tahap terakhir tahapan fungsi index yang pertama proses
adalah membuat program fungsi kirim/send. menyambungkan atau memasukkan file
koneksi.php. Selanjutnya pengaturan waktu, dan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3427

selanjutnya proses pembuatan tabel. Setelah


fungsi index maka selanjutnya fungsi koneksi.
Gambar 9 merupakan diagram alur fungsi
koneksi.

Gambar 10 Blok Diagram Keseluruhan Sistem


Perangkat Keras

Perancangan perangkat keras dimulai dari


merancang node sensor yang tersusun atas
sensor api 5 channel, Arduino, dan modul
Gambar 9 Diagram Alur Fungsi Koneksi nrf24l01. Node koordinator tersusun atas sensor
api 5 channel, nrf24l01, Arduino, dan modul
Gambar 9 menunjukkan tahapan dari fungsi esp8266. Selanjutnya semua node sensor
koneksi yaitu mengatur nama host apache, terhubung dengan node koordinator. Node
selanjutnya mengatur username apache, dan sensor akan mengirim data ke node coordinator
terakhir adalah mengatur nama database yang yang selanjutnya akan ditampilkan pada
akan diakses. Selanjutnya merupakan fungsi komputer dalam tampilan web.
send.
3.5 Implementasi Perangkat Lunak
3.4 Perancangan Perangkat Keras Matlab

Implementasi dari sistem penentuan


posisi node menggunakan matlab dilakukan
Perancangan perangkat keras ini merupakan dengan membuat atau mengimplementasikan
perancangan yang dilakukan untuk membuat secara langsung dengan pembuatan program dan
sistem pendeteksi kebakaran berbasis jaringan menjalankannya. Ketika program sistem telah
sensor nirkabel, dengan menyambungkan setiap berhasil dijalankan, akan muncul tampilan dari
perangkat keras agar terhubung dan berjalan sistem matlab yang terdiri dari 2 bagian, yaitu
sesuai tujuan. Perancangan perangkat keras bagian masukan dan bagian keluaran. Gambar
secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 10. 11 merupakan bagian masukan dari sistem
matlab.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3428

implementasi node sensor dan node koordinator.


Berikut tampilan dari node sensor.

Gambar 13 Node Sensor

Gambar 13 menunjukkan node sensor


(transmitter) yang tersusun atas sensor api 5
channel, nrf24l01, dan mikrokotroler Arduino
Gambar 11 Bagian Input Sistem Matlab Uno.

Gambar 11 menunjukkan bagian


masukan/ input yang terdiri dari beberapa kolom
yaitu kolom jumlah iterasi yang diinginkan,
jumlah populasi, jumlah node 1, jumlah node 2,
jari-jari node 1, jari-jari node 2, panjang dan
lebar ruangan yang digunakan untuk peletakan
node. Kolom-kolom tersebut diisi oleh pengguna
sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya bagian
keluaran dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 14 Node Koordintaor

Gambar 14 merupakan node koordinator


yang tersusun atas sensor api 5 channel, nrf24l01,
mikrokontroler Arduino uno, dan modul wifi8266.

3.7 Implementasi Perangkat Lunak Web


dengan Xampp

Implementasi perangkat lunak web dengan


bantuan xampp dimulai deri pembuatan database
pada mySQL. Selanjutnya melakukan
implementasi pada web browser dengan
memanggil alamat localhost.

Gambar 12 Bagian Keluaran Sistem Matlab 4. PENGUJIAN DAN ANALISIS


Gambar 12 merupakan bagian keluaran Tahap pengujian terdiri dari 3 jenis, yitu
yang terdiri dari gambar tempat node, hari dan pengujian sensor api 5 channel, pengujian sistem
waktu penggunaan, tabel hasil koordinat, besar penentuan posisi node menggunakan algoritma
nilai fitness, dan waktu pembacaan. genetika matlab, pengujian sistem pendeteksi
kebakaran berbasis nirkabel, pengujian performa
3.6 Implementasi Perangkat Lunak dan jaringan sensor nirkabel.
Perangkat Keras Arduino
4.1 Pengujian Coverage Area Sensor Api 5
Implementasi perangkat lunak dan Channel
perangkat keras Arduino tersusun atas

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3429

Pengujian coverage area sensor api 5 Pengujian sistem ini dilakukan dengan
channel dengan mendekatkan api jarak 20 cm, mengisi input pada sistem matlab dengan nilai
40 cm, 60 cm, 80 cm, 100 cm, dan 120 cm dari populasi berubah dari 5 hingga 20 dengan range
bagian depan, samping kiri, kanan, dan belakang 5. Setiap nilai populasi melakukan pengujian 5
sensor api 5 channel. Posisi sensor dalam kali, total pengujian 20 kali. Nilai dari iterasi
keadaan menggantung 5-10 cm dari lantai. adalah 10, jumlah node 1 adalah 1, jumlah node
Berikut gambar implementasi sensor api 5 2 adalah 3, jari-jari dari node 1 dan node 2 adalah
channel. sama yaitu 1, dan panjang ruang 3 m, lebar 2,5
m. Setelah pengujian dari 4 populasi yang
berbeda, maka diambil nilai fitness yang paling
besar yang akan diambil nilai koordinatnya.
Berikut nilai koordinat dengan nilai fitness
tertinggi.
Tabel 2 Koordinat Hasil

Nama Node X Y
A/1 2 2

Gambar 15 Implementasi Sensor Api 5 Channel C/3 1 1

Koordinator/4 0 2
Gambar 15 menunujukkan api dengan
volume yang cukup besar diletakkan pada jarak B/2 2 1
100 cm dengan sudut 90° tepat depan sensor
yang tergantung. Dari proses pengujian berikut
dapat dilakukan analisis dari pengujian sensor Tabel 2 menunjukkan titik koordinat letak
api 5 channel. Hasil dari pengujian sensor api node. Node A atau node 1 dengan nilai koordinat
tersebut ditunjukkan pada tabel 1. (2, 2), Node B koordinat (0, 2) dan seterusnya.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa sistem
Tabel 1 Hasil Uji Sensor berjalan dengan baik dapat mendeteksi letak
posisi node. Pengembangan yang dilakukan
Sudut dengan merubah nilai jari-jari node dan luas
Jarak (cm) ruangan menjadi dinamis berjalan sesuai tujuan,
60° 120° 180° 240° 270° 360°
dengan tingkat akurasi 100%. Jumlah populasi
20       mempengaruhi hasil nilai fitness, semakin
40       jumlah populasi besar maka peluang kromosom
     
yang digunakan untuk penentuan individu
60
terbaik menjadi lebih tinggi. Selain itu juga jika
80       dilihat dari gambar hasil simulasi, ruang tidak
100       ter-cover maksimal oleh node. Hal tersebut
disebabkan karena posisi darisetiap coverage
120      
node/sensor masih terdapat banyak
irisan/bertumpuk. Maka berdasarkan hal tersebut
Tabel 1 menunjukkan bahwa sensor api akurasi sistem matlab terhadap coverage area
5 channel dapat terdeteksi hingga jarak lebih dari sensor masih rendah kurang lebih 50%
100 cm dan sudut 360° apabila api bervolume
cukup besar dan channel-channel sensor api 5 4.3 Pengujian Keakuratan Sistem Pendeteksi
channel dihadapkan pada berbagai arah dari Kebakaran Berbasis Nirkabel
depan, samping kiri, samping kanan, dan
belakang. Hal ini tidak sesuai dengan datasheet Prosedur pengujian sistem pendeteksi
sensor yang menyatakan bahwa coverage sensor kebakaran berbasis wireless sensor network
adalah 100 cm. adalah dengan melihat hasil pada serial
monitor, apakah data dari node sensor tampil
4.2 Pengujian Sistem Penentuan Posisi Node pada serial monitor node koordinator atau tidak.
Menggunakan Algoritma Genetika Pada Data nilai analog sensor api pada node sensor
Matlab dikirim pada node koordinator yang selanjutnya
diolah oleh node koordinator menjadi data yang

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3430

dibutuhkan seperti nilai delay, jitter dan Rata-


7,66 1,01 77,01
throughput. Pengujian dilakukan sekali dengan rata
melihat hasil pada serial monitor secara terus
menerus. Dari analisa pada serial monitor Tabel 3 menunujukkan nilai rata-rata
menunjukkan bahwa antar node sensor dengan dari delay, jitter, dan throughput. Dilihat dari
node koordinator dapat berjalan sesuai tujuan. kategori QoS, delay memiliki indeks 1 (sangat
Pada serial onitor menampilkan nilai delay, jelek). Jitter memiliki indeks 1 (sangat jelek),
jitter, dan throughput, serta node mana yang dan throughput memiliki indeks 4 (sangat
terdeteksi. Dari analisa tersebut diatas bagus). Tingkat akurasi dari delay terhadap
menunjukkan tingkat keberhasilan sistem sistem adalah 25%, jitter 25%, dan throughput
pendeteksi kebakaran adalah 100%. 100%. Sehingga jika di rata-rata maka tingkat
akurasi QoS terhadap sistem sebesar 50%.
4.4 Pengujian Performa Jaringan Sensor
Nirkabel 5. Kesimpulan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui Berdasarkan hasil perancangan,


nilai QoS dari jaringan sensor nirkabel yang implementasi, pengujian dan analisis yang telah
peletakan nodenya berdasarkan pada hasil dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
perhitungan algoritma genetika. Parameter QoS bahwa tingkat akurasi pengembangan sistem
yang digunakan adalah dengan melihat nilai penentuan posisi node sebelumnya dengan
rata-rata dari delay, jitter, dan throughput. Node membuat sistem menjadi dinamis adalah 100%.
diletakkan pada posisi dengan koordinat sesuai Tingkat akurasi dari pengujian coverage area
dengan hasil simulasi pada sistem matlab. sensor api 5 channel dengan informasi pada
Berikut hasil pengujian berdasarkan nilai QoS: datasheet adalah 50%. Tingkat akurasi
keberhasilan sistem pendeteksi kebakaran
Tabel 3 Hasil Uji QoS berbasis wireless sensor network atau jaringan
sensor nirkabel adalah 100%. Selanjutnya
No Delay(s) Jitter(s) Throughput performa dari analisa jaringan sensor nirkabel
1 7,32 1,00 83,50
dengan penentuan lokasi node menggunakan
algoritma genetika adalah 50 %, dengan nilai
2 7,68 1,02 81,44 delay 7,66s, jitter 1,01s, dan throughput 77,01.
3 7,68 1,06 83,66
4 7,68 0,98 73,32 DAFTAR PUSTAKA
5 8,04 1,05 90,45 Angie Pramudita Adhitama, E. S. 2014.
6 8,04 0,93 73,62 Implementasi dan Analisis QoS Wifi
7 8,39 1,02 79,49
Menggunakan Embedded Sistem.
Program Teknologi Informasi dan Ilmu
8 8,04 0,94 75,44 Komputer Universitas Brawijaya,
9 7,32 1,04 82,79 Malang.
10 6,96 0,96 63,83
Bina Rahayu S., T. B. 2011. Analisa Kinerja dan
11 6,96 1,01 64,84 Simulasi Coverage Wireless Sensor
12 6,96 0,99 79,51 Network dengan Sum of Weighted Cost
Function Genetic Algorithm. EEPIS
13 6,96 1,00 65,16
Final Project. Politeknik Elektronika
14 6,96 1,00 69,12 Negeri Surabaya, Surabaya.
15 6,96 1,01 76,55
Elis M. 2016. Penentuan Posisi Node pada
16 7,68 1,05 86,35
Jaringan Sensor Nirkabel Berdasarkan
17 8,39 0,97 80,41 Coverage Area Sensor Menggunakan
18 8,39 1,00 76,11 Algoritma Genetika. Final Project.
FILKOM Universitas Brawijaya,
19 8,39 1,17 76,89
Malang.
20 8,39 0,96 77,75

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3431

ETSI, 2002. Telecommunications and Internet


Protocol Harmonization Over Networks
(TIPHON) General aspects of Quality of
Service (QoS). DTR/TIPHON-05006
(cb0010cs.PDF). ETSI.

Zawiyah Saharuna, W. S. 2012. Simulasi


Deployment Jaringan Sensor Nirkabel.
NTETI, Vol. 1, No. 3, November 2012.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai