PERHATIKAN :
Kerjakan soal secara berurutan dan gunakan huruf arial serta ukuran huruf 12 pt dalam
menjawab soal;
Kerjakan sendiri dan hindari plagiasi dalam menjawab, apabila ada unsur plagisasi
maka jawaban tidak akan dinilai;
Apabila terdapat kutipan dalam jawaban, maka tuliskan sumber dengan jelas;
Jawaban diungah pada tempat yang telah disediakan sistem.
SOAL-SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi, Tujuan dan Fungsi konstitusi, serta Prinsip
dasar dalam pemikiran konstitusi ? Jelaskan !
2. Jelaskan secara lengkap tentang konsep negara hukum dan bagaimana dasar
pengakuan Indonesia sebagai negara hukum?
3. Jelaskan secara lengkap Pengaruh hukum terhadap konstitusi dan Pengaruh
konstitusi terhadap hukum
4. Apa perbedaan konstitusi di Negara Pra-Modern dan konstitusi Negara Modern?
Jelaskan!
5. Jelaskan tentang tradisi sebagai bentuk nilai dasar dalam konstitusi ?
6. Jelaskan tujuan perubahan konstitusi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia?
7. Jelaskan proses terbentuknya konstitusi di Indonesia ?
8. Jelaskan kedudukan norma dalam pembentukan konstitusi dan sejarah konstitusi di
Indonesia ?
9. Kemukakan pendapat anda tentang pelaksanaan konstitusi di Indonesia!
-SELAMAT MENGERJAKAN-
Jawaban :
1. Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan
hukum dasar yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan
atau aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara.
Tujuan konstitusi itu seperti merumuskan tujuan negara, yaitu negara konstitusional, atau
negara berkonstitusi. Menurut J. Barents, ada 3 (tiga) tujuan negara, yaitu:
1. Untuk memelihara ketertiban dan ketenteraman;
2. Mempertahankan kekuasaan; dan;
3. Mengurus hal-hal yang berkenaan dengan kepentingankepentingan umum.
Sedangkan, Maurice Hauriou mengatakan bahwa tujuan
konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan antara ketertiban (order), kekuasaan
(gezag), dan kebebasan (vrijheid).
G.S. Giponolo merumuskan tujuan konstitusi ke dalam lima kategori, yaitu:
1. Kekuasaan;
2. Perdamaian, keamanan, dan ketertiban;
3. Kemerdekaan;
4. Keadilan; dan
5. Kesejahteraan dan kebahagiaan.
- Konstitusi merupakan prinsip-prinsip bernegara. Dalam arti formal, konstitusi
merupakan hukum dasar, akan tetapi prinsip dasar konstitusi tidak hanya
mengarah sebagai landasan dasar bernegara saja. Prinsip dasar konstitusi
dianggap sebagai institusi dasar dalam membentuk, melakukan rekayasa dan
element memperkuat pondasi dasar-dasar Negara agar tetap terjaga.
- Jika konstitusi dikatakan demikian, maka dalam hukum dia harus
mampu menjadi cita dari sebuah perwujudan keadilan. Memandang
sebuah nilai hukum ketika akan diterapkan dan kemudian dikatakan
hukum itu adil atau tidak bukan hanya dilihat ada sebuah nilai putusan dan
puasnya para pihak sebagai objek putusan. Hal yang harusnya diterapkan
ada adalah keberadaan cita hukum sebagai prinsip dasar yang ada dalam
pemikiran konstitusi.
- Cita hukum (ideals) adalah maksud, semangat, visi, misi, dan
obsesi yang melatarbelakangi lahirnya atau dibuatnya suatu aturan hukum
yang sering kali berhubungan dengan tempat dan waktu di mana aturan
tersebut dibuat.
-
- Cita konstitusi yang ideal memiliki makna yang berbeda-beda dalam setiap institusi.
Cita bagi institusi yudisial adalah cita ideal penegakan hukum yang berkeadilan,
cita ideal bagi eksekutif adalah menjalankan undang-undang yang seseuai
kedaulatan rakyat dan cita ideal bagi legislative adalah pengawasan dan
pembuatan undang-undang, pengawasan dan penganggaran.
2. Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu
sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan
menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan social yang
tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum
yang rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making) dan ditegakkan
(law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum yang
paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya konstitusi itu sebagai hukum
dasar yang berkedudukan tertinggi (the supreme law of the land), dibentuk pula
sebuah Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai „the guardian‟ dan sekaligus „the
ultimate interpreter of the constitution‟.
Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum
atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945,
dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa
yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum,
bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa
Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah „the rule of law, not of man‟.
Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan
orang per orang yang hanya bertindak sebagai „wayang‟ dari skenario sistem yang
mengaturnya.
3. Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum yang
merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan negara,
konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini
merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip
dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur,
wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya
merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat
diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
4. Perkembangan Konstitusi di Negara Pra Moderen
- Sejarah konstitusi tidak terlepas dari sebuah sejarah hukum dalam
sebuah Negara. Hal tersebut disebabkan karena Negara hukum menjadi
salah satu utama point penting dalam ajaran konstitualisme dimana
menempatkan hukum konstitusi sebagai norma dasar dalam sebuah
Negara.
- Negara konstitusi yang berkembang pada era pra modern setiap
proporsi kekuasaanya yang berlaku mencerminkan cita hukum. Cita
hukum inilah yang kemudian mempengaruhi semangat ilmplementasi
konstitsui yang ada pada setiap Negara dewasa ini yang menempatkan
konstitusi sebagai groundnorm.
- Thomas Paine, tokoh radikal abad ke-18 yang karya-karyanya banyak mengilhami
munculnya revolusi Perancis dan Amerika. Pandangan ini menunjukkan
kedudukan
konstitusi merupakan elemen esensial dalam sebuah negara. Tidak saja
karena konstitusi memberikan kejelasan tentang mekanisme ketatanegaraan,
tetapi juga memberikan penegasan atas kedudukan dan relasi yang amat kuat
antara rakyat dan penguasa. .
- Bila kita bandingkan konstitusionalisme yang dianut Yunani
Kuno dengan sekarang, perbedaannya terletak pada lembaga perwakilan.
Dalam mengembangkan demokrasinya, negara bangsa (nation state) yang
dikenal sekarang selalu memasukkan asas perwakilan (representation),
tetapi asas seperti ini sama sekali tidak dikenal oleh bangsa Yunani.
Berbeda dengan Plato, Aristoteles membayangkan keberadaan seorang
pemimpin negara yang bersifat “superman” dan berbudi luhur.
- Oleh karena itu jika dibandingkan pada zaman yunani dan romawi, di jaman
Romawi Kuno ini, perkembangan ide dan gagasan tentang konstitusi
(konstitusionalisme) begitu mengalami perubahan yang revolusioner dan jaman
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Di mana pada jaman Yunani Kuno, mereka
memahami konstitusi sebagai sesuatu yang berada di dalam Negara. Hubungan
konstitusi bergandengan dengan Negara, raja sebagai penguasa Negara
mempunyai legitimasi dan kekuasaan yang lebih tinggi dan pada Negara.
Sedangkan
konstitusionalisme yang berkecamuk pada jaman Romawi Kuno mulai dipahami
sebagai sesuatu yang berada di luar dan bahkan di atas negara. Tidak seperti
masa sebelumnya, pada jaman Romawi kuno, konstitusi mulai dipahami sebagai
“lex” yang menentukan bagaimana kenegaraan harus dikembangkan sesuai
dengan prinsip “the higher law”. Prinsip hierarki hokum juga makin dipahami
secara tegas kegunaannya dalam praktik penyelenggaraan kekuasaan.