Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS NASIONAL
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

SOAL : Ujian Tengah Semester


MATA KULIAH : Hukum Konstitusi
KELAS : R.01
SIFAT UJIAN : Open Book
Nama : Nurwahyu Royan Putranto
NPM : 193300516010
DOSEN PENGUJI : Dr. Hamrin, S.H., M.H., M.Si. (Han)
HARI/TANGGAL : Senin/ 29 November 2021
Pukul : 08.00- 17.00 WIB

PERHATIKAN :
 Kerjakan soal secara berurutan dan gunakan huruf arial serta ukuran huruf 12 pt dalam
menjawab soal;
 Kerjakan sendiri dan hindari plagiasi dalam menjawab, apabila ada unsur plagisasi
maka jawaban tidak akan dinilai;
 Apabila terdapat kutipan dalam jawaban, maka tuliskan sumber dengan jelas;
 Jawaban diungah pada tempat yang telah disediakan sistem.

SOAL-SOAL

1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi, Tujuan dan Fungsi konstitusi, serta Prinsip
dasar dalam pemikiran konstitusi ? Jelaskan !
2. Jelaskan secara lengkap tentang konsep negara hukum dan bagaimana dasar
pengakuan Indonesia sebagai negara hukum?
3. Jelaskan secara lengkap Pengaruh hukum terhadap konstitusi dan Pengaruh
konstitusi terhadap hukum
4. Apa perbedaan konstitusi di Negara Pra-Modern dan konstitusi Negara Modern?
Jelaskan!
5. Jelaskan tentang tradisi sebagai bentuk nilai dasar dalam konstitusi ?
6. Jelaskan tujuan perubahan konstitusi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia?
7. Jelaskan proses terbentuknya konstitusi di Indonesia ?
8. Jelaskan kedudukan norma dalam pembentukan konstitusi dan sejarah konstitusi di
Indonesia ?
9. Kemukakan pendapat anda tentang pelaksanaan konstitusi di Indonesia!

-SELAMAT MENGERJAKAN-
Jawaban :
1. Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedangkan
hukum dasar yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan
atau aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara.
Tujuan konstitusi itu seperti merumuskan tujuan negara, yaitu negara konstitusional, atau
negara berkonstitusi. Menurut J. Barents, ada 3 (tiga) tujuan negara, yaitu:
1. Untuk memelihara ketertiban dan ketenteraman;
2. Mempertahankan kekuasaan; dan;
3. Mengurus hal-hal yang berkenaan dengan kepentingankepentingan umum.
Sedangkan, Maurice Hauriou mengatakan bahwa tujuan
konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan antara ketertiban (order), kekuasaan
(gezag), dan kebebasan (vrijheid).
G.S. Giponolo merumuskan tujuan konstitusi ke dalam lima kategori, yaitu:
1. Kekuasaan;
2. Perdamaian, keamanan, dan ketertiban;
3. Kemerdekaan;
4. Keadilan; dan
5. Kesejahteraan dan kebahagiaan.
- Konstitusi merupakan prinsip-prinsip bernegara. Dalam arti formal, konstitusi
merupakan hukum dasar, akan tetapi prinsip dasar konstitusi tidak hanya
mengarah sebagai landasan dasar bernegara saja. Prinsip dasar konstitusi
dianggap sebagai institusi dasar dalam membentuk, melakukan rekayasa dan
element memperkuat pondasi dasar-dasar Negara agar tetap terjaga.
- Jika konstitusi dikatakan demikian, maka dalam hukum dia harus
mampu menjadi cita dari sebuah perwujudan keadilan. Memandang
sebuah nilai hukum ketika akan diterapkan dan kemudian dikatakan
hukum itu adil atau tidak bukan hanya dilihat ada sebuah nilai putusan dan
puasnya para pihak sebagai objek putusan. Hal yang harusnya diterapkan
ada adalah keberadaan cita hukum sebagai prinsip dasar yang ada dalam
pemikiran konstitusi.
- Cita hukum (ideals) adalah maksud, semangat, visi, misi, dan
obsesi yang melatarbelakangi lahirnya atau dibuatnya suatu aturan hukum
yang sering kali berhubungan dengan tempat dan waktu di mana aturan
tersebut dibuat.
-
- Cita konstitusi yang ideal memiliki makna yang berbeda-beda dalam setiap institusi.
Cita bagi institusi yudisial adalah cita ideal penegakan hukum yang berkeadilan,
cita ideal bagi eksekutif adalah menjalankan undang-undang yang seseuai
kedaulatan rakyat dan cita ideal bagi legislative adalah pengawasan dan
pembuatan undang-undang, pengawasan dan penganggaran.
2. Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu
sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan
menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan social yang
tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum
yang rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making) dan ditegakkan
(law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum yang
paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya konstitusi itu sebagai hukum
dasar yang berkedudukan tertinggi (the supreme law of the land), dibentuk pula
sebuah Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai „the guardian‟ dan sekaligus „the
ultimate interpreter of the constitution‟.
Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum
atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945,
dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa
yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum,
bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa
Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah „the rule of law, not of man‟.
Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan
orang per orang yang hanya bertindak sebagai „wayang‟ dari skenario sistem yang
mengaturnya.
3. Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum yang
merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan negara,
konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini
merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip
dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur,
wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya
merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat
diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
4. Perkembangan Konstitusi di Negara Pra Moderen
- Sejarah konstitusi tidak terlepas dari sebuah sejarah hukum dalam
sebuah Negara. Hal tersebut disebabkan karena Negara hukum menjadi
salah satu utama point penting dalam ajaran konstitualisme dimana
menempatkan hukum konstitusi sebagai norma dasar dalam sebuah
Negara.
- Negara konstitusi yang berkembang pada era pra modern setiap
proporsi kekuasaanya yang berlaku mencerminkan cita hukum. Cita
hukum inilah yang kemudian mempengaruhi semangat ilmplementasi
konstitsui yang ada pada setiap Negara dewasa ini yang menempatkan
konstitusi sebagai groundnorm.
- Thomas Paine, tokoh radikal abad ke-18 yang karya-karyanya banyak mengilhami
munculnya revolusi Perancis dan Amerika. Pandangan ini menunjukkan
kedudukan
konstitusi merupakan elemen esensial dalam sebuah negara. Tidak saja
karena konstitusi memberikan kejelasan tentang mekanisme ketatanegaraan,
tetapi juga memberikan penegasan atas kedudukan dan relasi yang amat kuat
antara rakyat dan penguasa. .
- Bila kita bandingkan konstitusionalisme yang dianut Yunani
Kuno dengan sekarang, perbedaannya terletak pada lembaga perwakilan.
Dalam mengembangkan demokrasinya, negara bangsa (nation state) yang
dikenal sekarang selalu memasukkan asas perwakilan (representation),
tetapi asas seperti ini sama sekali tidak dikenal oleh bangsa Yunani.
Berbeda dengan Plato, Aristoteles membayangkan keberadaan seorang
pemimpin negara yang bersifat “superman” dan berbudi luhur.
- Oleh karena itu jika dibandingkan pada zaman yunani dan romawi, di jaman
Romawi Kuno ini, perkembangan ide dan gagasan tentang konstitusi
(konstitusionalisme) begitu mengalami perubahan yang revolusioner dan jaman
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Di mana pada jaman Yunani Kuno, mereka
memahami konstitusi sebagai sesuatu yang berada di dalam Negara. Hubungan
konstitusi bergandengan dengan Negara, raja sebagai penguasa Negara
mempunyai legitimasi dan kekuasaan yang lebih tinggi dan pada Negara.
Sedangkan
konstitusionalisme yang berkecamuk pada jaman Romawi Kuno mulai dipahami
sebagai sesuatu yang berada di luar dan bahkan di atas negara. Tidak seperti
masa sebelumnya, pada jaman Romawi kuno, konstitusi mulai dipahami sebagai
“lex” yang menentukan bagaimana kenegaraan harus dikembangkan sesuai
dengan prinsip “the higher law”. Prinsip hierarki hokum juga makin dipahami
secara tegas kegunaannya dalam praktik penyelenggaraan kekuasaan.

Perkembangan Konstitusi di Negara Moderen


Tegaknya konstitusionalisme di zaman modern pada umumnya dipahami bersandar
pada tiga elemen kesepakatan (consensus), yaitu:
• Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of
society or general acceptance of the same philosophy ofgoverninent);
• Kesepakatan tentang „the rule of law‟ sebagai landasan pemerintahan
atau penyelenggaraan Negara (the basis ofgoverninent);
• Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur
ketatanegaraan (the form of ins titiisions and procedures) .
5. Dalam tradisi konstitusi dimaknai sebagai legitimasi norma di
dalam masyarakat untuk diterapkan secara ajeg dan aktif sesuai dengan kebiasaan
sebuah Negara. Semisal dalam tradisi pengujian Undang-Undang sebagai salah satu
bentuk konstitusi diberbagai Negara memiliki tradisi yang berbeda-beda.
6. Pertama; Secara Filosofis. Yaitu: 1). Undang-undang Dasar 1945 moment opname
dari berbagai kekuatan politik dan ekonomi yang demikian pada saat dirumuskan
Undang-undang Dasar 1945. Setelah lebih dari 50 tahun tentu terdapat perubahan
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini belum tercantum di dalam
UndangUndang Dasar 1945. 2). Undang-undang Dasar 1945 disusun oleh manusia
yang tidak sampai kepada kesempurnaan.
Kedua; Secara Historis. Dari semula penyusun Undang-undang Dasar 1945 bersifat
sementara. Hal ini dinyatakan oleh Ir. Soekarno (Ketua PPKI) dalam rapat pertama
tanggal 18 Agustus 1945: Undang-undang Dasar yang kita buat adalah Undang-
undang Dasar kilat. Nanti kalau kita telah bernegara dalam suasana lebih tentram kita
tentu akan mengumpulkan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI yang dapat
membuat Undang-undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna.
Ketiga; Secara Yuridis. Para perumus Undang-undang Dasar 1945 telah menunjukan
kearifan bahwa apa yang mereka lakukan ketika Undangundang Dasar 1945 disusun
akan berbeda kondisinya dengan masa yang akan datang dan suatu saat akan
mengalami perubahan.
Keempat; Secara Substantif. Undang-undang Dasar 1945 banyak sekali mengandung
kelemahan antara lain: 1). Kekuasaan eksekutif terlalu besar tanpa disertai checks and
balances. 2). Rumusan Undang-undang Dasar 1945 sebagian besar bersifat sangat
sederhana, umum atau tidak jelas sehingga menimbulkan multi tafsir. 3). Unsur-unsur
konstitusionalisme tidak dielaborasi secara memadai dalam Undangundang Dasar
1945. 4). Terlalu menekankan pada semangat penyelenggara negara. 5). Undang-
undang Dasar 1945 memberikan atribusi kewenangan terlalu besar kepada presiden
untuk mengatur berbagai hal penting kepada undang-undang. 6). Banyak materi
muatan yang penting justru diatur di dalam penjelasan Undang-undang Dasar 1945
dan tidak tercantum di dalam Pasal Undang-undang Dasar 1945. 7). Status materi
penjelasan Undang-undang Dasar 1945 terpisah atau menyatu dengan pasal Undang-
undang Dasar 1945.
7. Perkembangan Konstitusi di Indonesia
Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun
sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan
fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan
pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah
naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam
sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-Undang
yang pernah berlaku, yaitu :
Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik
yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal
18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa proses.
Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak
Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda
mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara
Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda
tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun
1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik
Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara
Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.
Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949
merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17
Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat
tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal
ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi
berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu
adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia
bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian
disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14
Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus
1950.
Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945.
Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa
1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru.
Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945
secara murni dan konsekuen.
8. Undang-Undang Dasar (Konstitusi) atau dalam bahasa latin “Constitutio” di sebuah
negara adalah pembentukan norma-norma politik dan sistem hukum di negara
pemerintah-biasanya dikodifikasikan sebagai sebuah dokumen yang tertulis. Hukum
itu tidak mengatur hal-hal secara detail, tetapi hanya menjelaskan prinsip-prinsip yang
menjadi dasar untuk aturan lainnya.
9. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang
Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Dalam penyusunan suatu konstitusi tertulis, nilai-
nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktek
penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan suatu norma ke dalam
naskah Undang-Undang Dasar. Salah satu tujuan konstitusi adalah sebagai
pembatasan & pengawasan terhadap kekuasaan politik dan jaminan terhadap hak dan
kewajiban warga negara.

Anda mungkin juga menyukai