Anda di halaman 1dari 10

MANDALA BUDAYA DI ASIA SELATAN

 Mandala budaya
Keadaan yang telah membuat India menjadi empat kawsan yang masing-masing mempunyai ciri
khas yang dalam hal ini di sebut mandala budaya. Mandala budaya di bagi menjadi 4 yaitu:

Mandala pertama yaitu lembah sungai Indus, mandala ini di kenal dengan mandala sungai Punjab,
yang berarti daerah lima aliran sungai. Adapun lima aliran sungai yaitu Indus, Jelum, Sutlej, Avi dan
Chenab. Mandala Kedua yaitu terletak di daeerah lembah aliran sungai-sungai yang bermuara di
bengawan Gangga. Lembah ini selama masa kerajaan-kerajaan Hindu telah menjadi pusat
Peradaban hindu, dan terdapat kota-kota yang sangat terkenal seperti Kosala, Magada, pataliputra,
dan Mathura.

Mandala Ketiga yaitu terletak di kawasan dataran tinggi Dekan atau Tanah Selatan. Mandala
keempat yaitu budaya Tamil daerah ini sangat subur dan baik sekali untuk pertanian, yang
terbentang dari daerah Bengala, Orisa hingga Selatan. Masyarakat Tamil tumbuh menjadi
masyarakat yang cinta damai dan tidak memilih cara berperang ketika harus menyelesaikan alasan-
alasan hidup mereka.
 Kebudayaan Lembah Indus
Sejarah manusia baru terlihat ketika ditemukannya peningalan-peningalan purba di lembah Indus
dan para ahli menyebutkan ada peradaban di lembah Indus yang dikenal dengan peradaban Harappa
dab Mohenjodaro di sekitar masa 2.300 SM. Di daerah perbukitan Baluchistan, yang menghasilkan
kebudayaan Nal, dengan pantai makran hingga sisi barat delta Indus yang mengasilkan kebudayaan
kulli. Terdapat sepanjang sungai-sungai di Rajastan dan Punjab. Kebudayaan Harappa meliputi
Punjab, Indus, dan Rajastan atau biasa yang dikenal dengan nama kebudayaan Harappa
Mohenjodaro. Dalam pengalihan di temukannya kota kuno yaitu Kot Diji (daerah sungai Indus),
Kalibangan (daerah Rajastan), Rupar ( di daerah punjab), dan di kota pelabuhan Lothal ( di daerah
Gujarat).

Faktor yang menyebabkan jatuhnya peradaban lembah sungai Indus adalah kekeringan yang di
sebabkan musim kering yang berkepanjangan , bencana alam gempa bumi dan gunung meletus,
penyakit melanda masyrakat itu, terjadi serangan yang datang dari luar yang berhasil memusnakan
seluruh kebudayaan yang telah maju.
 
 Kebudayaan Lembah Sungai Gangga
Lembah sungai Gangga yaitu berada di antara dua sungai Yamuna hingga Gangga, dan dikenal
dengan nama lembah doab yang berarti dua aliran sungai. Sungai Yamuna bergabung dengan
gangga dan di bagian sungai Yamuna ada lorong inilah terletak kota Panipat, yang di dalam sejarah
India terjadi tiga kali perang yang menentukan pergantian kepemimpinan di India. Peningalan yang
terdapat antara lain Kapak genggam dari batu serta berbagai pecahan barang-barang tembikar dan
pecah belah yang sudah di beri warna kelabu maupun hitam.
 
 Kebudayaan Arya pada Masa Veda
Pengetahuan kita mengenai bangsa Indo-Arya berasal dari kitab Veda. Kata Veda berasal dari kata
Vid yang berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Orang-orang Hindu ortodoks menganggap Veda
sebagai yang abadi diturunkan oleh para resi. Kebiasaan bangsa Arya adalah bentuk keluarga
merupakan kesatuan sosial yang kecil, yang di pimpin oleh seorang ayah sebagai kepala rumah
tangga dan melindungi istri dan anak-anak dan kedudukan wanita di masyarakat di gambarkan
sangat baik sekali istri di anggap sebagai pengatur rumah tangga, yang berperan membagi kurban
dalam rumah tangga serta mengatur para budak serta anggota wanita lainnya. Agama bangsa Arya
terdiri dari penyembahan para Dewa, terutama Dewa Cahaya, serta Dewa Angkasa yang diam di
khayangan, yang di anggap kepala Dewa, kepercayaan itu berdasarkan dalam kitab Veda.
 
 Kemajuan Budaya Bangsa
Dravida
Kebudayaan kuno yang ditemukan rata-rata selalu berada di dekat lembah sungai. Hal ini
terjadi karena sungai merupakan sesuatu yang dianggap penting dan sebagai sumber
kehidupan. Masyarakat dapat melangsungkan kehidupannya dengan kondisi dekat air,
sehingga tidak takut akan kekurangan air. Kondisi dekat dengan air membuat wilayah ini subur
dan mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Kesuburan daerah lembah sungai dapat
dilihat dari berbagai macam tumbuhan yang ada serta hewan yang banyak berkeliaran. Salah
satunya adalah sungai Indus di daratan India yang terkenal sebagai pusat peradaban.

Kebudayaan kuno di India tidak lepas dari dukungan dua bangsa, yaitu suku bangsa Dravida
dan suku bangsa Arya. Kedua suku ini merupakan unsur utama kebudayaan India dan saling
melengkapi. Dravida merupakan suku asli bangsa India. Bangsa Dravida merupakan ras
australoid yakni berkulit coklat serta berhidung pesek. Sedangkan bangsa Arya merupakan
suku pendatang dari arah utara. Bangsa Arya merupakan ras kaukasoid yang memiliki ciri kulit
putih dan hidung mancung.

Bangsa Arya yang merupakan bangsa pendatang menganggap bangsa Dravida lebih rendah
tingkat kebudayaannya. Akan tetapi bangsa Dravida memiliki peninggalan satu monumen
sejarah yang menjadi bukti tingginya budaya mereka. Peninggalan itu adalah reruntuhan kota
tua Mohenjodaro serta Harappa sendiri. Ciri kemajuan budaya yang dimiliki bangsa Dravida
adalah banguna yang dibuat secara teratur, adanya saluran pembuangan air, rumah dilengkapi
dengan kamar mandi, adanya tempat pemandian umum atau kolam renang. Bangsa Dravida
merupakan bangsa yang membangun peradaban kuno di India.
 
 Zaman Wiracarita
Setelah masa Veda kehidupan orang Indo- Arya dapat diketahui dari kesusteraan Wiracarita India yang
mengambarkan peranan kaum kesatria yang besar dalam prosesi Aryanisial India. Ada dua Wiracarita
yang terkenal dikesusteraan India, yaitu Mahabarata dan Ramayana. Ada dua aliran sunga (doab) yang di
maksud adalah di antara sungai-sungai Yamuna dan Gangga.
 
 Hubungan Dengan Peradaban Barat
Kerajaan-kerajaan Yunani menyebrangi perbatasan India dan menduduki Ghandara dan mendirikan
kekuasaan disana. Raja-raja Yunani di Punjab akhirnya harus mengakui keunggulan suku bangsa Saka
yang menyerbu Asia Tengah, suku ini telah lama memusuhi bangsa Persia. Sebgai akibat konsolidasi
yang dilakukan oleh kaisar besar Chin Shin Huang Ti (247-210 SM) juga karena mengeringnya sungai
dan padang runput, banyak penduduk yang terpaksa pergi ke barat yaitu di sebelah timur laut kaspia.
Antara tahun 123-88 SM yang berkuasa di Bacria adalah Gradates Agung yang kekuasaannya meluas
hingga ke sungai Indus. Acts of Thomas menyebutkan bahwa, Apostel (penyiar agama) Thomas pernah
datang untuk menyebarkan agama kristen ke daerah Takshasila sebagai kota kebudayaan.
 
 Islam masuk Asia Selatan
Islam masuk ke Asia Selatan pertama di peluk oleh orang-orang di kawsan pirenia di Spanyol hingga di
lembah Indus Asia Selatan. Islam masuk asia selatan tercatat melalui tiga gelombang, yaitu gelombang
pertama terjadi sekitar 711 m, semasa kekhalifahan umayah yang dilakukan oleh muhamad ibnnu khasim.
Gelombang kedua terjadi selama masa antara 997 hingga 1030 m, dilakukan oleh muhamad gasni.
Gelombang ketiga terjadi pada 1172 dilakukan oleh muhamad guri yang berhasil merebut hindia utara
daerah benggala.
 
 Perkembangan Islam di Asia Selatan
Babur adalah pendiri Wangsa Mogul, Bobur merupakan keturunan Timurlenk yang bakal mengantikan
kepemimpinan islam di India. Mogul adalah Dinasti Islam yang terbesar dan terakhir. Islam masuk ke
Asia Selatan menimbulkan masalah konflik kepercayaan hal ini sangat wajar karena di Asia Selatan
terdapat dua Agama besar terutama Hindu dan Islam. Para penguasa Islam ingin memperluas Agamanya
sulit karena kecurigaan dan kesalahpahaman politik. Pada abad XV muncul aliran agama baru yaitu sikh.
Sikh artinya murid, agama Sikh terus berkembang dan mendapatkan tantangan baik umat Islam maupun
Hindu. Lambat laun penganut sikh membuat kelompok sendiri dan berhasil membangun kekuatan di Asia
Selatan.
Peradaban Kuno Di Asia

1.      Dataran tinggi Dekkan.

            Dataran ini berada di India bagian selatan yang daerahnya terdiri dari bukit-bukit dan gunung-
gunung yang kering dan tandus.Dataran tinggi Dekkan ini kurang mendapatkan hujan sehingga
daerahnya terdiri atas padang rumput savana yang amat luas.

2.      Peradaban Lembah Sungai Indus

            Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di Pakistan sekarang ini. Puing
Mohenjo-daro difoto di atas merupakan pusat dari masyarakat kuno ini.

Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup
sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India barat. Peradaban
ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya
disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvatikarena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada
akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang
dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir.

Sebuah peradaban tinggi bernama Harappa pernah berada di India pada ribuan tahun yang lalu dengan
lay-out kota yang sangat canggih.

Penemuan kebudayaan di sungai India kuno, berawal pada abad ke-19 (tahun 1870), dan mulai
dieksplorasi oleh bangsa Inggris. Hingga sekarang, penggalian kebudayaan sungai India kuno
tidak pernah berhenti, bahkan menemukan lagi sebuah aliran sungai kuno lainnya, pada dua sisi aliran
sungai kuno ini tidak sedikit ditemukan juga peninggalan kuno lainnya.
Di abad 20, awal tahun 1980-an, Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-
Pakistan, dan dengan demikian pekerjaan arkeologi semakin maju.

a.      Kejayaan Sebuah Peradaban

           Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum
sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Troya mendirikan kota Harappa
dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai India. Tahun 1500 sebelum masehi,
suku Arya baru menjejakkan kaki di bumi India Kuno.
            Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India, mewakili dua kota peninggalan
kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di kota
Mohenjodaro, propinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa dipropinsi Punjabi.
Menurut penentuan karbon 14, keberadaan kedua kota ini seharusnya adalah antara tahun 2000 hingga
3000 sebelum masehi, lagi pula kota Harappa mengekskavasi perkakas batu 10 ribu tahun lampau.
Luasnya kurang lebih 25 km persegi.
            Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi kota kuno Mohenjondaro dan Hara.
Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut membuat Marshell terkejut. Ini adalah
bekas ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai India antara tahun 2350-1750
sebelum masehi, penelitian lebih lanjut menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing terdapat
sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London yang paling besar
pada abad pertengahan.

            Kota dibagi 2 bagian yaitu kota pemerintahan dan kota administratif. Kota administratif adalah
daerah pemukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan
banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar. Kota pemerintahan adalah wilayah istana
kerajaan. Fondasi bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi
besar disekeliling dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Sistim saluran air bawah tanah
yang sempurna dengan menggunakan bata membuat kehidupan kota manusia sudah berubah menjadi
nyata

Puing-puing menunjukkan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan
disekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama, segalanya sangat
teratur, bahwa pada tahun 3000 sebelum masehi, orang-orang membangun kota dengan skala yang
sedemikian, memperlihatkan tingginya peradaban mereka. Kedua kota ini hilang pada tahun 1750
sebelum masehi, kira-kira dalam waktu 1000 tahun kebelakang, didaerah aliran sungai India tidak
pernah ada lagi kota yang demikian megahnya, namun pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya
datang menginvasi, kebudayaan Harappa sudah merosot.

            Sejarah peradaban India kuno lalu menampakkan suatu kondisi patah, hingga muncul kerajaan
baru pada abad ke-6 sebelum masehi, peradaban kota baru jaya kembali di aliran sungai India.
Perkembangan peradaban tinggi India kuno terhadap bangkit dan musnahnya budaya Harappa, telah
menambah sebuah misteri pada peradaban India

            India adalah negara yang memiliki sejarah peradaban tinggi. Para ahli sejarah memperkirakan
peradaban Lembah Sungai Indus pada kurun waktu 2800 SM–1800 SM.Peradaban India Kuno ini dikenal
sebagai peradaban Harappa karena penggalian pertamanya di kota Harappa. Adalah seorang arkeolog
berkebangsaan Inggris bernama Sir John Hubert Marshall yang mengungkapkan adanya kota kuno
Harappa dan Mohenjondaro pada awal abad ke-20.

            Peradaban kuno tersebut berada di tepi aliran dua sungai besar, yaitu Sungai Indus yang masih
ada sampai sekarang dan Sungai Sarasvati yang mungkin telah kering pada akhir 1900 SM. Para ahli
meyakini  bahwa pusat peradaban Mohejodaro terletak di Lembah Indus yang berada di timur Sungai
Indus, tepatnya di provinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa diprovinsi Punjabi, India.

            Secara geografis, letak peradaban kuno ini di sebelah utara berbatasan dengan pegunungan
Himalaya. Sebelah barat berbatasan dengan Pakistan. Di selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia
dan sebelah timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.

b.      Bangsa Dravida, Penduduk Pertama Lembah Indus

            Bangsa yang pertama kali membangun peradaban Mohenjo Daro dan Harappa ini diperkirakan
adalah Bangsa Dravida. Bangsa Dravida termasuk ras australoid dengan bibir tebal, kulit hitam, hidung
pesek, berbadan tegap dan berambut ikal. Mereka sudah menetap dan tinggal di Lembah Indus dengan
bercocok tanam sesuai keadaan alam sekitar lembah yang subur dan dialiri sungai.

            Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai 30
hingga 40 ribu orang. Jumlah populasi sebanyak itu terbagi menjadi dua, yaitu wilayah administratif dan
wilayah kota. Wilayah administratif adalah daerah permukiman, banyak ditemui rumah tempat tinggal
padat dengan jalan raya yang saling menyilang, serta toko-toko penjual tembikar di kedua sisi jalan.

            Sementara itu, wilayah kota adalah daerah pusat pemerintahan. Penghuninya adalah raja dan
pimpinan lain beserta keluarganya. Antara wilayah pemukiman dan wilayah pemerintahan dibatasi
pagar tinggi besar yang dilengkapi menara dan sistem saluran air bawah tanah.

c.      Invasi Bangsa Arya

            Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa Indo-
Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki
wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya.

            Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah berhasil
mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya
mereka hidup menetap.

            Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan
kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal
dengan sebutan kebudayaan Hindu.

            Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan ~an sistem
pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan
keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin
berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru.
Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.

d.      Kerajaan Gupta

            Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga.
Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun agama
Buddha masih tetap dapat berkembang.

            Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta (Cucu
Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil
dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.

            Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia juga
bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit perkembangan agama Budha.
Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda. Di bawah
pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan
mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan
karangannya berjudul “Syakuntala”.  Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat.
Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
            Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja
Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.

e.      Kerajaan Harsha

            Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan
rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang
pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat.
Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah pujangga Bana dengan
karyanya berjudul “Harshacarita”.

            Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di
tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat penginapan dan
fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru. Setelah masa
pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang
pernah berkuasa di Harsha.

f.Kebudayaan Lembah Sungai Gangga

            Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India maupun di
luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa
Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam
agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan
kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya
agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.

            Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap
menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha
Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti
kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke
daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.

3.      Peradaban Lembah Sungai Gangga (India Kuno)

·        Pusat Peradaban

            Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna.
Sungai itu bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi,
Agra, Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan beruaram di teluk Benggala. Sungai
Gangga bertemu dengan sungai Kwen Lun. Dengan keadaan alam seperti ini tidak heran bila Lembah
Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsa Indo German.
Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Aria memasuki wilayah India
antara tahun 2000-1500 SM, melalui celah Kaiber di pegunungan Himalaya. Mereka adalah bangsa
peternak dengan kehidupannya terus mengembara. Tetapi setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravisa
di Lembah Sungai Shindu dan menguasai daerah yang subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan
hidup menetap. Selanjutnya mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan
kebudayaannya.

            Pada dasarnya peradaban dan kehidupan bangsa Hindu telah tercantum dalam kitab suci Weda
(Weda berarti pengetahuan), juga dalam kitab Brahmana dari Upanisad. Ketiga kitab itu menjadi dasar
kehidupan orang-orang Hindu.
Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran
para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda

·    Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa

·    Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.

·    Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.

·    Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.

Keempat buku itu ditulis pada tahun 550 SM dalam bahasa Sansekerta.
            Ajaran agama Hindu memuja banyak dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama
Hindu adalah Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung, Dewa
Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur). Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti Dewi
Saraswati (Dewi Kesenian), Dewi Sri (Dewi Kesuburan), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Bayu (Dewa
Angin), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain.

            Umat Hindu yang ada di India berjiarah ke tempat-tempat suci seperti kota Benares, yaitu sebuah
kota yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa.
Sungai Gangga juga dianggap keramat dan suci oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu
India, “air Sungai Gangga” dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa.
            Agama Budha muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum
Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Sidharta Gautama (531 SM).

            Sidharta Gautama adalah putera mahkota dari kerajaan Kapilawastu (Suku Sakia). Ia termasuk
kasta Ksatria. Setelah kurang lebih tujuh tahun mengalami berbagai cobaan berat, penyesalan dan
penderitaan, akhirnya ia mendapatkan sinar terang di hati sanubarinya dan menjadilah Sidharta
Gautama Sang Budha (artinya Yang Disinari).
Pertama kali Sang Budha berkotbah di Taman Rusa (Benares). Agama Budha tidak mengakui kesucian
kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu
ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama
Tripitaka (Tipitaka).

·        Pemerintahan

            Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan ~an sistem
pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan
keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin
berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru.
Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
        i.            Kerajaan Gupta

            Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga.
Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun agama
Buddha masih tetap dapat berkembang.

            Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta(Cucu


Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil
dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.

            Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagaiWikramaditiya. Ia juga
bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit perkembangan agama Budha.
Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda. Di bawah
pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan
mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan
karangannya berjudul "Syakuntala". Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat.
Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.

            Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja


Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.

     ii.Kerajaan Harsha

            Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan
rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay.Harshawardana merupakan seorang
pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat.
Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah pujangga Bana dengan
karyanya berjudul "Harshacarita".

            Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di
tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat penginapan dan
fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru. Setelah masa
pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang
pernah berkuasa di Harsha.

·        Kebudayaan Lembah Sungai Gangga

            Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India maupun di
luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa
Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam
agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan
kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya
agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.

            Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap
menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha
Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti
kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke
daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
           

Anda mungkin juga menyukai