Anda di halaman 1dari 7

Cara Penyebaran Ajaran Buddha

Penyebaran ajaran Buddha di sebagian besar Asia bersifat damai dan terjadi
dalam beberapa cara. Buddha Shakyamuni yang kali pertama menetapkan hal ini.
Karena dasarnya guru, ia bepergian ke kerajaan-kerajaan tetangga untuk berbagi
wawasan dengan orang-orang yang tertarik dan bisa menerima. Demikian juga,
ia mengarahkan bhiku-bhikunya untuk menyebar ke dunia dan mewartakan
ajarannya. Ia tidak meminta orang lain untuk mencela dan melepaskan agama
mereka sendiri lalu beralih ke agama baru, karena ia tidak berusaha mendirikan
suatu agama. Ia semata mencoba menolong orang lain mengatasi
ketidakbahagiaan dan duka yang mereka ciptakan sendiri akibat kurangnya
pemahaman. Generasi pengikut selanjutnya terilhami oleh contoh Buddha dan
mengikuti bersama orang lain cara-cara Buddha yang mereka anggap
bermanfaat. Inilah cara sesuatu yang sekarang disebut “agama Buddha”
menyebar dengan jauh dan luas.

Terkadang, proses itu berjalan secara pelan dan alami. Sebagai contoh, ketika
para pedagang Buddha berkunjung dan menetap di berbagai tempat, sebagian
anggota masyarakat setempat secara alami tertarik pada keyakinan orang-orang
asing tersebut, seperti halnya masuknya Islam ke Indonesia dan Malaysia. Proses
semacam itu terjadi dengan ajaran Buddha di negara-negara oase sepanjang
Jalur Sutra di Asia Tengah selama dua abad sebelum dan sesudah masehi.
Sementara penguasa setempat dan masyarakatnya belajar lebih banyak tentang
agama India ini, mereka mengundang bhiku-bhiku dari wilayah asli pedagang itu
sebagai penasihat atau guru dan, dengan cara ini, akhirnya menerapkan
keyakinan Buddha. Cara alami lainnya adalah melalui pembauran budaya yang
pelan di dalam orang-orang yang dijajah, seperti orang Yunani ke dalam
masyarakat Buddha Gandhara di Pakistan tengah masa kini selama berabad-
abad setelah abad ke-2 SM.

Namun, seringkali penyebaran itu terjadi terutama karena pengaruh dari


seorang raja kuat yang menerapkan dan mendukung agama Buddha. Misalnya, di
pertengahan abad ke-3 SM, ajaran Buddha menyebar di seluruh India selatan
akibat dukungan pribadi dari Raja Ashoka. Pembangun kekaisaran yang hebat ini
tidak memaksa masyarakatnya untuk menerapkan keyakinan Buddha. Namun,
dengan mengukir perintah kerajaan di tiang-tiang besi di seluruh wilayahnya,
yang mendorong warganya untuk menjalankan kehidupan yang berbudi pekerti,
dan dengan menerapkan asas-asas itu sendiri, ia mengilhami orang lain untuk
menerapkan ajaran Buddha.
Raja Ashoka juga secara aktif menyebarkan ajaran Buddha ke luar kerajaannya
dengan mengirimkan utusan ke tempat-tempat jauh. Dalam beberapa
kesempatan, ia bertindak atas undangan penguasa asing, seperti Raja Tishya dari
Sri Lanka. Di kesempatan lain, ia mengirimkan bhiku-bhiku sebagai wakil resmi
dirinya. Para biksu utusan ini, bagaimanapun, tidak memaksa orang lain untuk
pindah agama, tapi semata menyediakan ajaran Buddha, yang membuat orang-
orang bisa memilih untuk diri mereka sendiri. Ini dibuktikan oleh fakta bahwa di
tempat-tempat seperti India Selatan dan Burma bagian selatan, agama Buddha
mengakar dengan cepat, sementara di tempat-tempat lain, seperti wilayah
jajahan Yunani di Asia Tengah, tidak ada catatan tentang adanya pengaruh
langsung.

Raja-raja agamawi lainnya, seperti penguasa Mongol abad ke-16, Altan Khan,
mengundang guru-guru Buddha dan menyatakan Buddha sebagai agama resmi
di sana untuk membantu menyatukan masyarakat mereka dan memperkuat
kekuasaan mereka. Dalam proses itu, mereka mungkin melarang praktik-praktik
selain Buddha, agama asli, dan bahkan menghukum mereka yang
menjalankannya, tapi tindakan keras ini terutama didorong oleh alasan politik.
Penguasa ambisius seperti itu tak pernah memaksa warga mereka untuk
menerapkan pemujaan atau keyakinan Buddha. Ini bukanlah bagian dari asas
agama.

Sejarah perkembangan agama Budha di India setelah Budha Gautama wafat dapat dibagi menjadi tiga
periode, yaitu(a). Masa Perkembangan Awal hingga pasamuan Agung kedua, (b).Masa kekuasaan Raja
Ashoka,dan (c).Masa kemunduran Agama Budha di India, Secara singkat masing-masing periode
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Ø  Masa Perkembangan Awal

Beberapa minggu setelah Buddha meninggal dunia segera terjadi perbedaan-perbedaan pendapat di
kalangan para pengikutnya, terutama karena dia tidak

[1]meninggalkan ajaran yang tertulis dan tidak menunjuk seseorang sebagai penggantinya. Sekelompok
Bhikkhu berusaha merubah aturan yang telah di tetapkannya karena terasa berat dilaksanakannya dan
dipertahankan, sementara lainnya berusaha untuk memelihara kemurnian ajarannya. Kelompok terakhir
ini kemudian memutuskan untuk mengadakan pasamuan guna untuk membahas masalah-masalah
berkembang waktu itu, terutama yang menyangkut ajaran-ajaran (dharma) .

Seratus tahun kemudian munculpula sekelompok Bhikkhu yang menghendaki agar beberapa peraturan
dari vinaya yang mereka anggap keras dan membosankan rubah dan diperlunak.Untuk menanggapi
tuntutan ini kemudian diselenggarakan pasamuan agung kedua di Vesali. Pada Pertemuan ini terbukti
bahwa kelompok yang ingin tetap mempertahankan kemurniyan vinaya berjumlah lebih kecil dari pada
kelompok yang menginginkan perubahan-perubahan. Kelompok pertama kemudian menamakan diri
dengan stavirada, yang kelak disebut Theravada; sedang kelompok bhikkhu yang menginginkan
perubahan dengan menamakan diri dengan Mahasanghika.

Setelah pasamuan agung kedua tersebut, untuk selama 100 tahun tidak banyak yang diketahui tentang
perkembangan agama Buddha di India, terutama setelah raja kalasoka meninggal dunia. Baru dengan
munculnya Raja Asoka dari dinasti Maurya, sekitar 272 S.M. agama Buddha memperlihatkan 
perkembangan yang sangat pesat ke seluruh India.[2]

Ø  Masa Kekuasaan Raja Asoka

Asoka Adalah Seorang raja dan panglima perang yang hampir meluaskan kekuasaan hampir keseluruh
India. Tetapi setelah memeluk agama Buddha, ia menyesali perbuatan-perbuatannya itu, dan
kegiatannya kemudian diarahkan untuk menyebarkan dan mengembangkan agama yang dipeluknya,
disamping usaha-usaha lain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dalam masa
pemerintahannya, agama Buddha berkembang menjadi agama yang berpengaruh  diseluruh India dan
mempunyai peranan dalam berbagai bidang kehidupan ,baik sosial,kebudayaan,ekonomi maupun
politik.

Salah satu usahanya yang dianggap penting bagi sejarah perkembangan agama Buddha adalah
pembuatan piagam-piagam yang dipahatkan pada tugu-tugu batu atau lereng-lereng gunung yang
ditandatanganinya, Piagam itu berisi anjuran kepada rakyatnya agar hidup sesuai dengan ajaran-ajaran
sang Buddha,penyesalannya atas peperangan yang dilakukannya,dan anjuran agar menghormati agama
lain. Dibawah kekuasaan raja Asoka ini pula diadakan pasamuan agung ketiga pada tahun 249 S.M. di
Pataliputra ,yang dimaksudkan untuk meneliti kembali ajaran-ajaran Buddha serta mencegah
penyelewengan-penyelewengan yang mengakibatkan perpecahan dalam sangha. Diduga pasamuan ini
hanya diikuti oleh golomgan Theravada saja karena kitab-kitab mahayana tidak menyebutkannya. Hal ini
memperlihatkan bahwa pada waktu itu perpecahan antara kedua golongan tersebut sudah cukup besar
dan meluas.

Dalam pasamuan agung keiga tersebut mulai tersusun kitab Abhidharma pitaka yang merupakan bagian
dari Tripitaka, serta tersusunnya kitabTripitaka sebagaimana yang dapat dilihat sekarang ini,
sungguhpun belum dituliskan kedalam kitab-kitab dan masih dihafalkan saja. Menjelang pertemuan
berakhir, atas anjuran raja Asoka, diputuskan untuk mengirimkan utusan- utusan ke berbagai negara
untuk menyebarkan Dharma, antara lain kesiria,Mesir,Yunani  Macedonia, India belakang dan asia
tenggara. Salah seorang utusan yang dikirim itu adalah Mahinda, putra raja Asoka sendiri, ke Srilangka
yang hingga sekarang merupakan salah satu pusat agama Buddha yang penting diDunia.

Seteah Asoka meninggal dunia pada tahun 233 S.M, kerajaannya terpecah belah menjadi beberapa
negara bagian,dan pada tahun 158 S.M kekuasaan dinasti Maurya digantikan oleh dinasti Songa. Sejalan
dengan itu perpecahan antara golongan staviravada Mahasanghika juga semakin meluas, yang pada
gilirannya mempengaruhi  pula cara pemahaman terhadap ajaran agama Buddha. Petunjuk perpecahan
tersebut terlihat dalam pelaksanaan pasamuan agung keempat yang dinilai berbeda oleh kedua belah
pihak . Golongan Theravada menyatakan bahwa pasamuan tersebut dilaksanakan diAluvihara Srilangka
sekitar tahun 83s.m dan memutuskan kitabTripitaka ditulis untuk pertama kalinya dengan tujuan agar
semua orang mengetahui kemurnian dharma dan vinaya. Golongan mahayana menyebutkan bahwa
pasamuan tersebut diadakan pada abad pertama Masehi  di bawah lindungan raja Kaniska dari
Afghanistan.

Benih pertumbuhan golongan Mahayana sebenarnya sudah ada sejak pasamuan agung pertama ketika
umat Buddha mulai terpecah menjadi dua golongan besar, yaitu Staviravada dan Mahasanghika. Tetapi
baru kira2 pada awal abad pertama Masehi golongan Mahayan muncul ke permukaan sejarah terutama
setelah terbitnya buku Mahayana sraddha utpada, karangan as Vagosha,yang berisi pokok-pokok ajaran
Buddha  Mahayana. Di tangan Mahayana, agama Buddha mengalami beberapa perubahan. Pengertian
tentang sang Buddha, yang semula dianggap sebagai manusia yang telah mencapai pencerahan yang
tinggi, kemudian berkembang menjadi prinsip universal yang bermanivestasi dalam wujud makhlu-
makhluk luhur Dyani Buddha. Cita-cita seorang pemeluk agama Buddha yang semula hanya untuk
mencapai tingkat arahat, yaitu manusia yang dengan usahanya sendiri mencapai kebebasan, kini
berkembang menjadi cita-cita menjadi Boddhisastava, yaitu Makhluk-makhluk luhur dengan cinta kasih,
kekuatan dan kekuasaan yang dapat menyelamatkan manusia lain. Pengertian ini menimbulkan praktek-
praktek pemujaan dan kebaktian serta ajaran tentang pahala dan penyelamatan melalui percaya sebagai
ciri agama yang mengutamakan bakti.

Terjadi pula pergeseran ajaran-ajaran pokok,seperti anitya,anatma Hasta Arya Marga. Dua yang pertama
menjadi ajaran tentang  sunyata, atau kekosongan, yaitu bahwa segala sesuatu di alam semesta ini pada
hakikatnya adalah kekosongan. Ajaran Dukkha tergeser ke belakangan dan berubah menjadi ajaran
tentang kebahagiaan dan kenikmatan di alam surga. Ajaran untuk berusaha sendiri seperti yang terlihat
dalam HastaArya Marga berkembang menjadi ajaran yang memuja dan memohon kepada Sang Budha.
[3]

Akibat dari perkembangan-perkembangan di atas agama Budha berubah ke bawah,ia menjadi agama
yang mengutamakan pemujaan disesuaikan dengan alam pikiran keagamaan kebanyakan orang India
waktu itu, sehingga menjadi berkembang dan meluas dikalangan rakyat kecil tetapi dangkal segala-
galanya dan keatas,agama budha mendorong tumbuhnya pemikiran yang tinggi dalam bidang metafisika
dan filsafat.

Perkembangan Budha Mahayana yang pesat tidak terlepas dari peranan tokoh-tokohnya, seperti
Asvagosha, Cantideva, Nagarjuna, Aryasangha dan arya dewa. Tiga yang tersebut akhir dipandang
sebagai”tiga matahari Mahayana” terutama karena jasa mereka menyebarkan ajaran Mahayana
keberbagai daerah di Asia.Kitab-kitab yang ditulis tokoh-tokoh tersebut kemudian dipandang sebagai
kitab suci dalam aliran Budha Mahayana .Diantaranya adalah madyamika,karya nagaryuna, yang berisi
ajaran mistik dan metafisika menurut  faham Mahayana seperti terdapat dalam rumusan “delapan
tiada”,yaitu; tiada pembentukan, tiada penghancuran, tiada pelenyapan, tiada kekekalan,tiada kesatuan
dan keanekaragaman,tiada yang datang dan pergi.

Aryasangha bersama-sama Vasubandhu, mendirikan sesuatu aliran yang disebut yogacra. Inti ajarannya
ialah bahwa segala sesuatu kecuali kesadaran adalah tidak nyata. Yang mutlak adalah cita atau pikiran,
terutama kalau dilihat dari seorang yogin yang apabila berhadapan dengan yang mutlak akan melihat
dalam bagian hidupnya yang terdalam satu percikan yang terang. Seseorang berbuat sesuatu yang tidak
nyata itu sebagai nyata dan dia harus berbuat bahwa seoalah-olah yang tidak nyata sebagai
kenyataan,sebagaiman dia memahami derita orang lain sebagai deritanya sendiri dengan tujuan
menolong orang lain. Kesadaran tersebut bersumber pada yang tunggal tersebut.Manifestasi kesadaran
tersebut terlihat dalam doktrin trikaya, Dimana hakikat yang tunggal terwujud dalam tiga tingkatan yang
makin lama makin besar. Pendekan kepada yang tunggal itu melalui tiga tingkatan yaitu realisme umum,
Relativitas dari segala sesuatu pengertian sempurna bahwa dunia ini itu perwujudan dari inti kesadaran
murni.Manusia mencapai hikmat tertinggi jika ia sudah dapat melihat sesuatu sebagai khayalan.
Perwujudan itu biasanya diliha sebagai sesuatu lingkaran biru,atau sesuatu rangka yang melalui
khayalan dan dipandang sebagai pikiran atau cita-cita. Oleh karena itu sunia adalah sesuatu impian yang
tidak memiliki kenyataan.

Aliran Agama Budha Mahayana memegangi ajaran-ajaran pokok agama Budha sebagaimana umumnya
dipegangi pula oleh aliran lainny. Hanya saja, Mahayana Mengembangkannya melalui pandangan filsafat
yang secara metodologis berbeda dengan aliran Theravada.

Ø  Kemunduran Agama Budha di India

 Setelah mengalami perkembangan yang mengesankan di India selama lebih kurang lima abad, Akhirnya
agama Budha mengalami kemunduran, baik dari segi kualitas maupun kwantitasnya. Pada abad ketujuh
Masehi, kemerosotan tersebut semakin meluas di India, antara lain disebabkan oleh serangan bangsa
Hun Putih dari utara yang banyak menghancurkan pusat-pusat peribadatan agama Budha. Usaha untuk
mengatasi kemunduran tersebut juga ada, seperti yang dilakukan oleh kaisar Harsya(606-647M), namun
kemunduran itu agaknya sudah tidak dapat dicegah lagi.

Dari laporan perantau china seperi fa hsien (399-414M) Hsuan chuang dan i’tshing, dapt diketahui
bahwa jumlah wihara di india semakin berkurang dan pengalaman serta penyebaran agama Budha
semakin kendor.Agama Budha semakin lama semakin bersifat India lama dengan semakin banyaknya
unsur asli India yang masuk kedalam  agama tersebut. Di samping itu, muncul kembali persaingan
dengan agama Brahmana yang dimulai bangkit,setelah sempat terdesak oleh agama Budha untuk jangka
waktu yang cukup lama. Akan tetapi, yang paling terparah dari semua itu adalah rusaknya kebatinan
ajaran agama Budha dan perkembangan Islam yang mulai menyebarkan ajarannya ke timur sejak abad
ke delapan Masehi.

Akibat dari hal-hal di atas, aliran Theravada dan Mahayana lambat laun tersingkir dari tanah
kelahirannya sendiri terutama karena peranan sangha yang cukup besar dalam penyebaran agama
Budha selama ini menjadi jauh berkurang sejak abad ketujuh Masehi tersebut. Kemunduran peranan
sangha ini antara lain disebabkan banyaknya unsur non-buddhis yang masuk ke dalam. Agama Budha,
sehingga menyebabkan merosotnya penghargaan rakyat terhadap sangha dan mengakibatkan
berkurangnya dana yang diterimanya.

Namun, kemunduran agama Budha di India dapat dipandang sebagai terbukanya kesempatan bagi
agama tersebut untuk berkembangdi luar India,dengan membentuk pusat-pusat agama baru di luar
India, baik dari aliran Theravada maupun Mahayana, Sebagaimana secara singkat akan diuraikan berikut.

PENUTUP
A. Kesimpulan

Perkembangan agama Buddha tidak bisa lepas dari usaha-usaha Dharmaduta-Dharmaduta yang
berjuang keras dalam mengembangkan agama Buddha. Raja Asoka termasuk salah satu raja yang aktif
dalam mengembangkan agama Buddha dengan mengirimkan Dharmadutanya ke berbagai penjuru
dunia. Dalam perkembangannya agama Buddha menjumpai tidak sedikit halangan termasuk dari
berbagai agama bahkan dari aliran-aliran agama Buddha sendiri demi untuk kepentingan mereka
pribadi.

Agama Buddha mengalami kemunduran di India yang merupakan tempat lahirnya Agama Buddha,
dikarenakan mulai kembalinya pengaruh dari agama Brahma dan terpecahnya agama Buddha menjadi
beberapa aliran atau sekte yang saling mempertahankan pendapatnya dan kitab yang digunakannya.
Saat ini agama Buddha mulai menggema kembali di dunia, terutama di barat dimana orang-orang barat
ingin mencari hal-hal yang bersifat spiritual yang di dunia barat sendiri sulit untuk mendapatkannya.
Sehingga mereka mencarinya ke daerah timur (asia) yang sejak dulu terkenal dengan pusat-pusat
spiritualnya dan tokoh-tokoh agamanya. Dalam perkembangan agama buddha didunia sekarang ini
sangat prsat sekali dibanding zaman yang dulu terutama dibelahan bumi bagian barat (Amerika dan
eropa). Orang-orang dibarat saat ini lebih menyukai spritual dan filsafat orang-orang timur, dimana
terjadi kebalikanya oarang timur lebih menyukai hal-hal yeng bersifat modern dan kapitalis yang dimiliki
orang barat

DAFTAR PUSTAKA

Conze,Edward,Sejarah Singkat Agama Buddha,Karaniya, Jakarta, 2010.cet. I

Memahami buddhayana, Bandung. 1995. cet. 50

Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, PT. Citra Mandala Pratama, Jakarta. 2004. cet :11

Wahyono Mulyadi. 1995. Sejarah perkembangan Agama Buddha. Jakarta: Dirijen Bimas Hindu Buddha

Salaby, Ahmad, Agama Besar Di India, Jakarta : Bumi Aksara, 1998.

·          Mukti Ali (agama-agama dunia).


https://studybuddhism.com/id/buddhisme-tibet/tentang-agama-buddha/dunia-agama-
buddha/penyebaran-agama-buddha-di-asia

Anda mungkin juga menyukai