Anda di halaman 1dari 137

RGEC DAN PENGARUHNYA TERHADAP ISLAMIC FINANCIAL

DISTRESS BANK SYARIAH PERIODE 2012-2018

(Studi Kasus BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister
Ekonomi (M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Magister Perbankan Syariah

Diajukan oleh

SAHRANI
NIM: 21170850000012

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2019 M
2
LEMBAR PENGESAHAN

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas

Kasih Sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu penulis

ucapkan rasa syukur kehadirat-Nya seraya mengucapkan segala puji bagi Allah

Tuhan semesta alam, dengan terselesaikannya tesis ini yang merupakan salah satu

persyaratan akademik guna memperoleh gelar Master dalam Program Studi

Magister Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Judul yang diangkat dalam tesis ini adalah RGEC dan pengaruhnya terhadap

Islamic Financial Distress Bank Syariah periode 2012-2018 (Studi Kasus BNI

Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri). Judul tersebut terilhami dari tugas

kuliah Manajemen Keuangan dimana dosen pemampu mata kuliah tersebut adalah

Bapak Dr. Roikhan Mohammad Aziz, beliau dalam setiap kesempatan

menekankan pentingnya penerapan nilai Islam dalam kehidupan termasuk dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ekonomi. Penerapan nilai

Islam diharapkan dapat menjadi sebuah cerminan untuk seluruh masyarakat

Indonesia, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Penulis

berharap dengan menonjolkan nilai Islam dimana nilai ini tidak hanya menjadi

dasar dalam berperilaku bagi seluruh masyarakat muslim namun penerapan dan

outputnya yang komprehensif menuai kebaikan pada setiap manusia dapat

dikembangkan secara mendalam dan lebih luas agar setiap kebaikan yang

dihasilkan dari penerapan nilai-nilai tersebut dapat dirasakan dan akhirnya

diterapkan oleh seluruh umat manusia.

iii
Proses penyusunan tesis ini sempat mengalami ke-vacumm-an, akan tetapi berkat

motivasi saudara-saudara dan sahabat-sahabat terdekat serta nasehat dan saran

para pembimbing maka dengan menekankan kembali semangat ketekunan,

kesabaran dan percaya diri, penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tesis ini telah melibatkan

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, perorangan maupun

lembaga yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian penyusunan tesis

ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang penulis hormati: :

1. Kedua orang tua, Ayahanda H. Muh. Basri yang tak pernah lelah

mengkhawatirkan saya dan Ibunda Tercinta Hj. Nurhaniah, the best one

woman in the world yang telah melahirkan saya, membesarkan saya, serta

senantiasa selalu memberi cinta dan kasih sayangnya melalui air mata,

semangat dan doa yang tak pernah henti disetiap harinya. Semoga Allah SWT

membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada Penulis selama

ini. Aamiin Yaa Rabbal’alamin.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak, Msi, CA, QIA, BKP, CRMP selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Herni Ali, HT, SE, MM selaku ketua prodi Magister Perbankan

Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah bersedia meluangkan

iv
waktu, memberikan penggarahan dan masukan yang sangat membantu,

semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak.

5. Bapak Ade Suherlan, MM, MBA selaku Sekretaris Program Magister

Perbankan Syariah tahun 2017-2018 yang telah bersedia meluangkan waktu,

memberikan penggarahan dan masukan. Terima kasih bapak atas masukan

dan pengarahan yang sangat membantu. Semoga Allah SWT membalas

kebaikan bapak.

6. Bapak Dr. Asyari Hasan, S. H. I.,M.Ag., selaku Sekretaris Program Magister

Perbankan Syariah tahun 2019 yang telah memberi banyak masukan kepada

penulis sehingga tesis ini semakin menjauh dari kesalahan.

7. Bapak Dr. Ir. Roikhan Mochamad Aziz, MM., selaku Dosen Pembimbing

yang selalu bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan

masukan. Terima kasih Bapak atas semua pengarahan, masukan dan nasehat

yang sangat membantu, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak.

8. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M. Si., selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen

Penasehat Akademik yang bersedia meluangkan waktu, memberikan

masukan yang membangun dalam penyelesaian tulisan ini. Bapak Dr.

Hamzah yang banyak membantu penulis dalam menentukan langkah-langkah

penulisan metode penelitian. Semoga Bapak diberi kesehatan dan keberkahan

atas segala ilmu yang telah Bapak berikan kepada penulis.

9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya.

v
10. Kakak saya Kak Wana, Kak Tina, Kak Sanu, Kak Maman, Kak Budi dan Kak

Sabir yang selalu memberi dukungan kepada saya sehingga tesis ini dapat

terselesaikan dengan baik serta kepada adik saya, Saddang.

11. Adikku Adha yang tanpa henti mendukung setiap langkahku, mama Aji dan

Bapak aji yang selalu membantu dengan doa dan material. Ayahanda Bapak

Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.,dengan berkah dan dukungannya yang

selalu memberi dukungan secara bathiniah. Semoga semua kebaikan yang

telah penulis terima bisa menjadi amal jariyah dan terbalaskan dengan berkali

lipat kebaikan dari-Nya. Amiin Ya Rabbal Al-amin

12. Sahabat sekaligus kakakku Mba Yani, sahabat sekaligus saudariku Wike,

adik-adikku Nina dan Uphi, sahabatku berbagi semua ilmu Mas Dwi dan

sahabat seperjuangan di Magister Perbankan Syariah 2017 yang selalu

memberikan motivasi, semangat, masukan dan hal-hal yang membantu

penyelesaian tulisan ini. Semoga kita selalu diberikan kesehatan oleh Allah

SWT dan sukses bersama-sama. Amin Allahumma Amin

13. Terima kasih kepada teman-teman dari kelas A MPS 2017 dan kelas MPS

2018. Untuk sahabatku semua di kelas Mba Yani, Wike, Nina, Mba Niken,

Uphi, Dwi, Hafiz, Dayah, Mba Mut, Mas Luthfi, Mas Edwin, Mas Adit, Mas

Iwan, Mas Kholil, Mas Hamdi, Mba Teni, Mas Legra, Tya, Linda, terima

kasih banyak atas perjalanan kuliah kita selama ini, Semoga kita selalu

diberikan keselamatan, kesehatan dan kemudahan oleh Allah SWT.

vi
14. Terima kasih kepada keluarga besar AM30 dan Nasaruddin Umar Office

(NUO) yang selalu membantu secara moril dalam penyelesaian tulisan ini.

Serta kepada semua pihak yang tak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih

banyak. Segala kebaikan yang telah penulis terima semoga menjadi jalan

untuk hidup yang lebih berkah untuk semuanya. Amiin AllahummaI Amin

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

untuk tercapainya penulisan Tesis yang lebih baik lagi.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 1 Juli 2019

Sahrani

vii
ABSTRAK

Ekonomi Islam di Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk terus


berkembang, termasuk salah satunya dunia perbankan. Praktisi dan akademisi
mulai menjelajahi aspek-aspek yang dapat meningkatkan perekonomian Islam di
Indonesia.
Kelangsungan hidup sebuah perusahaan/lembaga tergantung pada beberapa hal.
Ketika sebuah perusahaan/lembaga mulai menunjukkan tingkat kesehatan yang
buruk, seorang manager keuangan haruslah segera mengambil tindakan agar
perusahaan/lembaga tersebut mendekati kondisi aman, salah satu cara yang
digunakan adalah melalui identifikasi financial distress. Identifikasi kondisi
financial distress merupakan hal yang lebih penting daripada kebangkrutan,
karena perusahaan/lembaga pasti akan mengalami kondisi financial distress
terlebih dahulu kemudian bangkrut. Penelitan ini bertujuan untuk mendiskripsikan
dan menganalisis pengaruh RGEC (Risk Profile, GCG, Earnings, dan Capital)
terhadap Islamic Financial Distress bank syariah pada BRI Syariah, BNI Syariah
dan Bank Syariah Mandiri periode 2012-2018. Metode analisis yang digunakan
adalah regresi data panel melalui perhitungan altman Z Score dimana metode
pengolahan data menggunakan regresi Data Panel yang diolah menggunakan
STATA dan SPSS.
Kata Kunci : Financial Distress, Islamic Financial Distress, RGEC, Altman Z
Score, Regresi Data Panel, STATA, SPSS

viii
ABSTRACT

The Islamic economy in Indonesia has a high potential to grow, one of them is
bank. Practitioners and academics was begining to explore aspects that could
improve the Islamic economy in Indonesia.
The survival of a company/institution depends on several things. When a
company/institution to show a poor level of the healthy, a financial manager must
be take action immediately so that the company/institution get a safe condition,
one method can be used is identification of financial distress. Identification of
financial distress is more important than bankruptcy, because
companies/institutions will certainly experience financial distress conditions first
and then go bankrupt.
This research aims to describe and analyze the influence of RGEC (Risk Profile,
GCG, Earnings, and Capital) on Islamic Financial Distress at BRI Syariah, BNI
Syariah and Bank Syariah Mandiri in 2012-2018. The analytical method used is
panel data regression through calculation of Altman Z Score where data
processing used Panel Data Regression which use STATA and SPSS.
Keyword : Financial Distress, Islamic Financial Distress, RGEC, Altman Z
Score, Panel Data Regression, STATA, SPSS

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................I


KATA PENGANTAR ....................................................................................... III
ABSTRAK ..................................................................................................... VIII
ABSTRACT ...................................................................................................... IX
DAFTAR ISI ...................................................................................................... X
DAFTAR TABEL ............................................................................................XII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................XII
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................... 1

Fokus Permasalahan .................................................................................. 6

Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 7


a. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
b. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 10

A. Kebangkitan Ekonomi Islam ................................................................... 10

B. Peranan Ahli Ekonomi dalam Kebijakan Ekonomi ............................... 10

C. Perbankan Syariah ................................................................................... 11

D. Landasan teori .......................................................................................... 14


1. Bank dan Tingkat Kesehatan Bank ......................................................... 14
2. Financial Distress dan Nilai Islam .......................................................... 19
3. Nilai Islam dan Islamic Financial Distress .............................................. 42
a. Faktor Internal ........................................................................................ 56
b. Faktor Eksternal ..................................................................................... 58
c. Faktor Religiusitas.................................................................................. 59
4. Altman Z Score Financial Distress.......................................................... 64
5. Metode Analisis Data Panel .................................................................... 66

E. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 70

F. Kerangka Berpikir ................................................................................... 76


BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 77

x
A. Ruang Lingkup......................................................................................... 77

B. Metode Penentuan Sampel....................................................................... 77

C. Definisi Operasional Variable .................................................................. 79


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 84

A. Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 84


1. Deskripsi Bank Syariah Mandiri (BSM) ................................................. 84
2. Deskripsi BNI Syariah ............................................................................ 87
3. Deskripsi PT. BRI Syariah...................................................................... 92

B. Laporan Keuangan .................................................................................. 94


1. Rasio Keuangan ..................................................................................... 95
2. Perhitungan Ratio-Ratio pada Model Altman Z- Score ........................... 97
3. Hasil Olah Data .................................................................................... 100
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 105
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 105
B. SARAN.................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 108

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terdahulu............................................................................. 71

Tabel 2. Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG)........................... 80

Tabel 3. Hasil Penilaian Self Assessment Atas Pelaksanaan Good Corporate

Governance ........................................................................................................ 81

Tabel 4. Indikator Penilaian Operasional Variabel Independen ........................... 82

Tabel 5. Rasio keuangan Bank BRI Syariah ....................................................... 95

Tabel 6. Rasio Keuangan Bank BNI Syariah ...................................................... 96

Tabel 7. Bank Syariah Mandiri .......................................................................... 96

Tabel 8. Rasio Keuangan Hasil Perhitungan Metode Altman Z SCore ................ 97

Tabel 9. Output olah data SPSS. Autocorrelation ............................................. 102

Tabel 10. Penelitian Terdahalu ............................................................................. 1

Tabel 11. Data Laporan Keuangan Altman Z Score .............................................. 6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahap Financial Distress ................................................................... 25


Gambar 2 Berpikir Kaffah Dalam Islam. ........................................................... 48
Gambar 3. Diagram 3 Model Dasar Islam Kaffah .............................................. 49
Gambar 4. Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia ................................... 49
Gambar 5. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam ........................................... 50
Gambar 6. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam ............................................ 56
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 76

xii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, potensi yang

mulai diperhatikan dunia internasional. Indonesia dari pandangan ekonomi adalah

yang terbesar di Asia Tenggara, memiliki sejumlah karakteristik yang

menempatkan negara ini dalam posisi yang bagus untuk mengalami

perkembangan ekonomi yang pesat. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik

(BPS), pada triwulan II 2017, sektor pertanian terus memberi kontribusi positif

untuk perekonomian Indonesia. Menurut BPsS, terlihat bahwa besaran produk

domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp 3.366,8 triliun. Jika dilihat dari sisi

produksi, pertanian merupakan sektor kedua paling berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan. Posisi sektor pertanian masih

di atas sektor lainnya, seperti perdagangan maupun konstruksi, dalam beberapa

tahun terakhir ada dukungan kuat dari pemerintah pusat untuk mengekang

ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas (mentah), sekaligus

meningkatkan peran industri manufaktur dalam perekonomian. Pembangunan

infrastruktur juga merupakan tujuan utama pemerintah dan menyebabkan efek

multiplier dalam perekonomian.

Perekonomian Indonesia saat ini sedang terguncang secara internal. Banyak sisi

lemah yang tidak nampak bagi masyarakat umum non pengamat ekonomi.

Sebagian masyarakat hanya mampu menilai kondisi ekonomi secara keseluruhan


dari harga naik-turunnya harga barang. Bahkan para pengguna layanan perbankan

pun masih sangat awam dengan istilah inflasi, deflasi, nilai-tukar rupiah, serta

istilah lain yang harusnya dimengerti oleh mereka sebagai pengguna layanan

perbankan.

Perekonomian yang tidak stabil akan sangat terasa di dunia perbankan. Nilai tukar

rupiah yang semakin melemah menyebabkan perambatan masalah ke berbagai

aspek.

Perkembangan dunia perbankan telah mengalami perubahan yang luar biasa

dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan bisa dikatakan kompetitif, baik antara

bank swasta maupun bank yang dikelola oleh pemerintah, hal ini tidak lepas dari

deregulasi peraturan yang lebih fleksibel pada layanan yang ditawarkan kepada

masyarakat.

Namun sayangnya, kompetitif itu hanya bisa bertahan pada pertumbuhan sebesar

5% dalam tahun terakhir. Banyak hal yang bisa menjadi alasan stagnant-nya

pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. Mayoritas masyarakat muslim

bahkan tidak cukup untuk menjadi sebuah power supply untuk perbankan syariah

di Indonesia. Regulasi tertinggi perbankan di Indonesia yang masih berada dalam

kendali bank konvensional mengubah posisi keharaman riba menjadi mubah

karna darurah. Kondisi perbankan syariah di Indonesia yang masih berada dalam

keadaan darurah membuat sebagian besar masyarakat Indonesia tidak

mempercayai bank syariah, disamping karna masih kurangnya pengetahuan

2
masyarakat muslim tentang produk-produk yang digunakan dalam perbankan

syariah serta pembedanya dengan bank konvensional.

Keberadaan perbankan syariah memberi arti lain bagi perekonomian Indonesia.

Dampak makro yang terjadi dari beroperasinya perbankan syariah lebih ke

stabilitas, juga berdampak terhadap pertumbuhan dan pemerataan perekonomian.

(Karnaen.2013)

Kondisi perbankan syariah yang terdiri atas 13 bank umum syariah, 21 unit usaha

syariah, dan 167 BPR syariah hingga Februari 2018 menunjukkan perkembangan

yang positif, baik aset maupun intermediasi mengalami peningkatan signifikan

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir Februari

2018, aset bank-bank syariah tercatat tumbuh 20,65 persen secara year on year

(YoY) menjadi Rp.429,36 triliun. Sementara pembiayaan tumbuh 14,76 persen

YoY menjadi Rp 289,99 triliun. Sedangkan DPK (Dana Pihak Ketiga) tumbuh

16,10 persen YoY menjadi Rp.339,05 triliun. Di dua bulan pertama tahun ini,

Wimboh mengatakan telah terjadi penambahan rekening menjadi 560 ribu

rekening perbankan syariah dari Desember 2017. Hal tersebut didukung oleh

meningkatnya jumlah kantor bank umum syariah, maupun unit usaha syariah.

Pertumbuhan ini didukung oleh permodalan syariah yang tergolong baik,

tercermin rasio CAR umum syariah sebesar 18,62 persen dan non performing

financing pada Februari 2018 sebesar 4,31 persen masih terjaga di bawah

threshold 5 persen. Likuiditas bank syariah masih tergolong tinggi dari threshold.

3
Indonesia yang merupakan salah satu negara muslim terbesar di dunia seharusnya

cukup menjadi alasan berkembangnya perbankan syariah di Indonesia. Namun hal

ini masih menjadi sebuah polemik, walaupun perbankan syariah telah mengalami

peningkatan tahun ini, namun hal itu belum sesuai dengan target yang telah

ditetapkan oleh para ahlil ekonomi islam. Pengetahuan masyarakat tentang

perbankan syariah masih sangat minim. Masyarakat masih hanya sekedar tahu

tentang keberadaan bank-bank syariah namun belum tertarik bahkan belum

merasa butuh dengan bank syariah.

Memandang dari segi hukum islam, masyarakat muslim seharusnya butuh dengan

bank syariah, disamping karna transaksi yang diterapkan tidak mengandung unsur

riba, akad-akad yang diterapkan dalam perbankan syariah pun telah menganut

sistem adil dan mensejahterakan.

Pengenalan masyarakat muslim terhadap perbankan syariah harus lebih optimal

lagi. Hingga tahap dimana masyarakat menjadikan bank syariah sebagai

kebutuhan. Dengan demikian, sistem perekonomian di bidang perbankan syariah

pun bisa meningkat.

Tak hanya masyarakat, peran aktif akademisi dan praktisi pun sangat berpengaruh

dalam proses ini. Keilmuan yang tinggi ditambah dengan cara pandang yang

diperoleh dari berbagai pengalaman akan mampu menciptakan teori-teori islam

yang akan menggeser teori-teori ekonomi konvensional. Kredibilitas para

akademisi telah terpercaya secara keilmuan sehingga seiring berjalannya proses

pengakraban dunia ekonomi islam kepada masyarakat, akan tercipta pula

4
dukungan dari para akademisi dalam meningkatkan pengetahuan-pengetahuan

tentang dunia ekonomi islam dan secara tidak langsung akan membantu

peningkatan kualitas para ahli-ahli ekonomi islam.

Pada penelitian ini, penulis ingin melihat pengaruh keterlibatan nilai Islam

terhadap kinerja bank syariah. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Fitri Sagantha menganalisis keterlibatan nilai Islam dalam mempengaruhi tingkat

efisensi bank syariah pada 4 bank menunjukkan tingkat efisiensi yang positif pada

satu bank syariah. Pada penelitian yang lain oleh Rina Rahmah tentang Tingkat

efektivitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan menggunakan metode Uji H

(Nilai Islam) pada BPRS Harta Insan Karimah memperlihatkan bahwa selama

tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 BPRS Harta Insan Karimah sudah efektif

atau mencapai tingkat efektivitas pada variabel Input Deposito Mudharabah dan

variabel Output Pendapatan Operasional. Sedangkan untuk variabel Input Beban

Personalia dan variabel Output Pembiayaan BPRS Harta Insan Karimah belum

efektif atau belum mencapai tingkat efektivitas.

Manajemen yang memiliki nilai-nilai Islam, tentunya akan melaksanakannya

dalam aktivitas operasi dan strategis perusahaan. Nilai-nilai agama akan

mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan, termasuk keputusan

manajerial. Apabila nilai-nilai agama dijalankan dengan baik, dapat diharapkan

keputusan manajerial yang dibuat juga akan baik, sehingga dapat meningkatkan

efektivitas (Reza dan Violita, 2018).

5
Oleh karna itu, tulisan ini menjadi salah satu usaha dari bidang akademik dalam

meningkatkan peran dunia akademisi terhadap peningkatan kualitas ekonomi

islam khususnya dalam menerapkan nilai-nilai Islam di bidang perbankan syariah

dengan judul “RGEC dan Pengaruhnya terhadap Islamic Financial Distress

Bank Syariah Periode 2012-2018. (Studi Kasus BNI Syariah, BRI Syariah,

Bank Syariah Mandiri)”.

Fokus Permasalahan

a. Batasan Penelitian

Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam

permasalahan ini, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang jelas

mengenai apa yang dibuat dan diselesaikan dalam program ini. Adapun batasan-

batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Bidang keilmuan yang akan dibahas adalah bidang ekonomi Islam yang

khusus membahas tentang implementasi RGEC terhadap Financial

Distress (Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah

periode 2012-2018) sehingga sample yang digunakan pun berkisar dalam

satu populasi yaitu perbankan syariah di Indonesia.

2. Penelitian ini berfokus pada rumusan masalah yang akan dipaparkan pada

bagian berikutnya.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada bagian sebelumnya maka rumusan masalah

yang dapat disusun adalah sebagai berikut:

6
1. Apakah nilai Islam dapat disubstitusi ke dalam konsep Financial Distress

pada bank syariah?

2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara RGEC terhadap Islamic

Financial Distress pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan

BRI Syariah periode 2012-2018?

3. Apakah terdapat pengaruh antara RGEC terhadap Islamic Financial

Distress pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah

periode 2012-2018?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis langkah-langkah mensubtitusi nilai Islam pada konsep

Financial Distress pada bank syariah?

2. Menganalisis penerapan RGEC dan pengaruhnya terhadap Financial Distress

pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah periode

2012-2018 ?

3. Menganalisis penerapan RGEC dan pengaruhnya terhadap Islamic Financial

Distress pada Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah

periode 2012-2018?.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian atau kegunaan penelitian yang diharapkan dari dari seluruh

rangkaian kegiatan penelitian serta hasil penelitian adalah sebagai berikut:

7
a. Manfaat Praktisi

Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa seluruh

tahapan penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh dapat memperluas

wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik mengenai penerapan

ilmu ekonomi Islam khususnya di bidang perbankan syariah yang diperoleh

selama mengikuti kegiatan perkuliahan di fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan referensi mengenai relevansi dalam penerapan metode RGEC dan

implementasi nilai-nilai Islam sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan

guna meningkatkan kinerja perbankan syariah. Bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dengan hasil penelitian, penulis berharap manfaat hasil penelitian

dapat diterima sebagai kontribusi untuk meningkatkan kualitas perbankan syariah

di Indonesia.

b. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi acuan dan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya dan

memberikan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya secara luas dan

mendalam yang berkaitan dengan penerapan RGEC sebagai alat bantu dalam

pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja perbankan syariah. Hasil

penelitian juga dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan Ilmu Ekonomi

Islam dan berguna juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan

penelitian tentang penerapan nilai Islam terhadap laporan keuangan bank syariah.

8
c. Manfaat bagi penulis

Bagi penulis, penelitian ini adalah kajian ilmu baru yang sangat bermanfaat bagi

penulis dalam meningkatkan kualitas pribadi sehingga diharapkan lebih

bermanfaat bagi dunia akademik dan perkembangan ilmu pengetahuan.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kebangkitan Ekonomi Islam

Salah satu gejala perekonomian mutakhir yang tampak sebagai gagasan,

pemikiran, atau realitas yang sedang mencuat akhir-akhir ini adalah kebangkitan

ekonomi islam. Sebagai gagasan ekonomi islam muncul dalam bentuk gerakan

pemikiran menuju terbentuknya ekonomi Islam sebagai sains sosial modern,

disiplin akademis, dan sistem ekonomi dalam skala lokal, nasional, maupun

global. Gagasan ekonomi islam yang masih berbentuk visi dan misi berdasarkan

deksripsi ontologis persoalan-persoalan dunia pada hakikatnya telah dicetuskan

dalam “deklarasi makkah” yang diawali oleh First International Seminar on

Islamic Economics pada tahun 1976. Di sisi lain, sebagai sebuah realitas,

kebangkitan ekonomi Islam salah satunya tampak dengan terbentuknya Islamic

Development Bank (IDB) atau Bank Pembangunan Islam (BPI) yang memberikan

pinjaman pembangunan kepada para anggotanya yang terdiri dari negara-negara

Muslim.

B. Peranan Ahli Ekonomi dalam Kebijakan Ekonomi

Dalam menerangkan sifat-sifat teori ekonomi telah diterangkan bahwa salah satu

peranan dari teori ekonomi adalah meramalkan keadaan yang akan wujud pada

masa yang akna datang. Oleh karna itu teori ekonomi dapat memberi sumbangan

yang sangat penting dalam menentukan langkah-langkah yang akan digunakan

untuk menghadapi masalah-masalah ekonomi yang akan timbul. Pengetahuan

10
mengenai prinsip-prinsip ekonomi telah memungkinkan ahli-ahli ekonomi

mengetahui langkah mana yang sebaiknya diambil dan langkah mana yang harus

dihindarkan (Sukirno).

Tindakan merumuskan kebijakan ekonomi meliputi dua aspek berikut: (i)

menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan (ii) menentukan cara-cara

untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan utama dari kebijakan ekonomi

nasional telah dinyatakan sebelum ini, yaitu: mencapai pertumbuhan ekonomi

yang cepat, menciptakan kestabilan harga, mengurangi pengangguran dan

mewujudkan distribusi pendapatan yang merata. Tujuan-tujuan ini adakalanya

saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, usaha untuk mengatasi

pengangguran dapat menimbulkan inflasi, atau usaha untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi dapat memperburuk distribusi pendapatan. Tugas dari ahli-

ahli ekonomi adalah memikirkan cara-cara dengan menggunakan teori-teori

ekonomi sebagai landasannya untuk menghindari pertentangan yang mungkin

timbul dalam mencapai berbagai masalah tujuan tersebut secara serentak

(Sukirno).

C. Perbankan Syariah

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang didirikan dengan beberapa

kewenangan yaitu menerima uang simpanan, memberikan pinjaman uang,

mengumpulkan deposit, dan menerbitkan banknote atau promes. Sebenarnya kata

bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti tempat untuk menukarkan

uang. Sedangkan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 10

Tanggal 10 November 1998 mengenai perbankan, pengertian bank ialah badan

11
usaha yang mengumpulkan uang dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk

yang lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Istilah bank syariah sendiri merupakan khas Indonesia, tidak dijumpai dinegara –

negara lain. Di tempat lain, istilah tersebut dikenal dengan Bank Islam (Karim,

2011). Al Jarhi dan Iqbal mendefinisikan bank Islam sebagai lembaga perbankan

yang melakukan semua kegiatan perbankan termasuk pinjaman dan pembiayaan

tanpa bunga (Hassine dan Limani, 2014). Perbankan Islam berpedoman pada

sistem perbankan yang secara konsisten memegang prinsip-prinsip Syariah

(hukum atau ketentuan yang berlaku dalam Islam). Prinsip – prinsip syariah

salah satunya adalah pelarangan adanya unsur riba, seperti dijelaskan pada

beberapa ayat Al – Qur’an Surah An-Nisa ayat 161 dan Surat Ar-Rum ayat 39

Keberadaan perbankan syariah di dunia masih berumur sekitar tiga

dekade, sedangkan di Indonesia ia baru berumur sekitar satu dekade lebih sedikit.

Oleh karena itu, kehadirannya baik di tingkat internasional maupun nasional,

belumlah signifikan. Nilai aset perbankan syariah di Indonesia baru mencapai

0,6% dari nilai aset perbankan nasional. Perkembangan tertinggi tercatat di

Kuwait, tetapi di negara ini pun nilai aset perbankan Islam baru mencapai 20%,

sedangkan di Malaysia baru mencapai 8-10%. Hanya di tiga negara, yaitu di

pakistan, Sudan, dan Iran, seluruh sistem perbankan sudah mengikuti sistem

syariah. Hal tersebut terjadi karena adanya intervensi negara, yaitu dekrit

pemerintah pusat agar seluruh sistem perbankan konvensional ditinggalkan dan

diganti dengan sistem perbankan berdasarkan syariat Islam (Rifa’i)

12
Salah satu fitur yang paling membedakan bank Islam adalah produk

keuangan yang didasarkan pada larangan bunga, dengan demikian desain produk

yang dimiliki bank Islam adalah dengan kemitraan dan berbagi risiko (risk

sharing). Selain dari itu, sifat dari kontrak suatu modal dalam bentuk

mudharabah, dimana salah satu pihak menyediakan modal dan pihak lain

memberikan enterpreunership, dengan demikian risiko informasi yang asimetris

dapat diminimalisir, karena sifat kontrak yang membagi imbalan dan risiko

secara sama (Onour dan Abdalla, 2011).

Beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya perbankan syariah di Indonesia

adalah sebagai berikut:

Pertama, dampak terhadap stabilitas ekonomi adalah transaksi perbankan syariah

berdasarkan pada hukum Islam. Pada transaksi ini menggunakan sistem

ketersediaan barang terlebih dahulu sebelum perbankan mengeluarkan uang.

Dari sistem ini apabila seluruh sektor perbankan adalah bank syariah jumlah

barang akan selalu diimbangi dengan jumlah uang.

Keseimbangan ini akan memberikan dampak makro berupa stabilitas ekonomi.

Oleh karena itu pangsa pasar bank syariah harus diusahakan terus tumbuh

sehingga besarnya sudah cukup signifikan, katakanlah minimal 20% maka

dampaknya terhadap stabilitas ekonomi akan mulai terasa. (Karnaen. 2013)

Kedua, dampak terhadap pertumbuhan merupakan dampak selanjutnya yang

dipaparkan Karnaen. Stabilitas yang dibangun perbankan syariah apabila pangsa

13
pasarnya sudah cukup signifikan besarnya tidak meredam kenaikan harga bila

terjadi kelangkaan barang.

Kenaikan harga ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi

dengan menambah mesin, pembelian bahan baku, dan tenaga kerja sehingga

menambah pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan hakekatnya adalah

pertumbuhan ekonomi,

Ketiga, dampak pengoperasian perbankan syariah terhadap pemerataan.

Perbankan syariah saat ini beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil.

Sistem bagi hasil yang adil dan baik di sisi pendanaan maupun di sisi pembiayaan

akan membawa dampak pemerataan.

D. Landasan teori

1. Bank dan Tingkat Kesehatan Bank

Krisis tahun 1997 dan 2008, memberikan gambaran bahwa pentingnya kesehatan

bank dan sistem ketahanan, oleh karena itu Bank Indonesia sebagai lembaga

pengawas bank memiliki peran dalam kedua hal tersebut. Bank Indonesia, sebagai

bentuk perhatian terhadap kesehatan bank telah mengeluarkan kebijakan penilaian

tingkat kesehatan bank dengan metode CAMELS berdasarkan PBI No. 6/10/2004

tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan metode CAMELS yang

merupakan penilaian kesehatan bank terhadap 6 faktor yakni Capital, Asset,

Management, Earning, Liqudity dan Sensitivity to Market Risk. Kebijakan

penilaian tingkat kesehatan bank kembali diperbarui oleh Bank Indonesia pada

14
tanggal 25 Oktober 2011 dengan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

No.13/PBI/2011. (Widyaningrum, dkk. 2012)

Peraturan baru ini merupakan penyempurnaan dari metode CAMELS yang

sebelumnya digunakan. Metode baru yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

merupakan metode dengan pendekatan risiko yakni Risk-based Bank Rating.

Metode Risk-based Bank Rating atau RBBR merupakan metode yang terdiri dari

empat faktor penilaian yakni Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG),

Earning, dan Capital atau sering disingkat dengan RGEC.

Risk Profile (profil risiko)

Risk Profile (profil risiko) menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini

dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan

akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risiko yang

diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan metode Risk-Based

Bank Rating dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 13/24/DNPN pada tahun

2011. Risiko kredit adalah risiko kerugian yang diderita bank karena debitur tidak

melunasi kembali kewajibannya kepada pihak bank (Ali, 2006).

Menurut Tampubulon (2004:111) terjadinya kredit bermasalah dan kredit macet,

dapat mengurangi PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif), modal

bank, dan juga mengurangi pendapatan bank sehingga dapat membuat bank

menjadi tidak solvent.

Bank dapat menggunakan rasio Non Performing Finance (NPF) untuk indikator

memprediksi kelangsungan hidup bank. Non Performing Financing (NPF) adalah

15
kredit-kredit yang tidak memiliki performance yang baik dan diklasifikasikan

sebagai kurang lancar, diragukan dan macet. Tugas Bank Indonesia (BI) antara

lain adalah mempertahankan dan memelihara sistem perbankan yang sehat dan

dapat dipercaya dengan tujuan menjaga perekonomian. Untuk itu BI selaku Bank

sentral dan pengawas perbankan di Indonesia memberikan ketentuan ukuran

penilaian tingkat kesehatan Bank. Salah satu ketentuan BI mengenai NPF adalah

Bank-Bank harus memiliki NPF kurang dari 5%. Gross NPF adalah perbandingan

antara jumlah kredit yang diberikan dengan kolektibilitas 3 sampai dengan 5

(Kurang lancar, diragukan, Macet) dibandingkan dengan total kredit yang

diberikan oleh Bank. Rumus NPF Gross adalah sebagai berikut (Maidalena):

𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒍𝒆𝒌𝒕𝒊𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝟑 𝒔/𝒅 𝟓


NPF Gross = × 100%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏

Risiko pasar atau yang disebut juga dengan Sensitivity to Market Risk atau bisa

juga dengan sebutan Risiko Suku Bunga dalam Banking Book (Interest Rate Risk

in Banking Book/IRRBB) adalah risiko kerugian yang diderita bank akibat

terjadinya perubahan nilai tukar. Market Risk merupakan kerugian yang diderita

bank, antara lain dari akibat terjadinya perubahan market price atas aset bank.

Terdapat beberapa persyaratan yang menyebabkan bank berhadapan dengan risiko

pasar, antara lain telah terjadinya perubahan harga atas market instruments dari

aset bank yang kemudian terjadi gejolak dan perubahan atas likuiditas pasar,

kedua pada neraca bank tampak adanya long atau short position atas account

valas-nya, dan terakhir terdapat gap antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate

Sensitive Liabilities (RSL) pada neraca bank. (Ali .2006)

16
SE BI No 13/24/DPNP menjelaskan bahwa “profil risiko merupakan penilaian

terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko yang mencakup

8 jenis risiko yaitu, risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional,

risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi”.

GCG (Good Corporate Governance)

Faktor kedua yang menjadi dasar penilaian adalah Good Corporate Governance

(GCG). Pada dasarnya, GCG adalah implementasi visi dan misi perbankan

syariah. Poin utama yang menjadi acuan dari visi ini adalah memenuhi prinsip

kehati-hatian (prudential banking). Sedangkan, poin misinya adalah

mempersiapkan konsep serta melaksanakan pengaturan dan pengawasan berbasis

risiko untuk menjamin kesinambungan operasi perbankan syariah yang sesuai

dengan karakteristiknya yaitu Islamic Corporate Governance dimaksudkan agar

aktivitas ekonomi yang dijalankan benar-benar dapat mencapai tujuannya, baik

tujuan hablumminallah dan hablumminnas. Hal ini sangat beralasan, karena

apabila Islamic Corporate Governance sudah menjadi jiwa bagi semua pihak

yang terlibat di perusahaan (stakeholders), maka kecurangan, spekulasi, insider-

trading dan sebagainya akan bisa diminimalisasi. (Maradita.2014). Penilaian

terhadap faktor GCG mencakup kedalam tiga aspek utama yakni, governance

structure, governance process, dan governance output.

Earning

Rentabilitas (Earning) merupakan salah satu faktor yang digunakan dalam

pengukuran tingkat kesehatan bank. Healy dan Wahlen (1999) mendefinisikan

17
informasi laba dikatakan berkualitas jika dapat menangkap realitas ekonomi

perusahaan. Jika tidak mencerminkan realitas ekonomi, maka akan berdampak

pada alokasi sumber daya ekonomi yang tidak efisien, yang pada gilirannya akan

berdampak pada menurunnya kinerja. Penelitian oleh Mahmud et al. (2008)

tentang kualitas laba dan kinerja, hasilnya menunjukkan bahwa predictive value

dan feedback value berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja. (Laela.

2013)

Laba merupakan hasil operasi suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi.

Informasi laba ini sangat berguna bagi pemilik dan investor. Laba yang

mengalami peningkatan merupakan kabar baik (good news) bagi investor,

sedangkan laba yang mengalami penurunan merupakan kabar buruk (bad news)

bagi investor (Hapsari, 2007).

Penilaian terhadap faktor ini mencakup atas kinerja rentabilitas, sumber-sumber

rentabilitas, kesinambungan (suistainability) rentabilitas, dan manajemen

rentabilitas. SE BI No 13/24/DPNP menerangkan kinerja rentabilitas dapat dinilai

dengan menggunakan rasio keuangan yakni Return on Asset (ROA) dan Net

Interest Margin (NIM).

Capital

Faktor permodalan (Capital) dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan

yakni Capital Adequecy Ratio (CAR). Penilaian terhadap faktor permodalan

meliputi kecukupan modal dan pengelolaan modal tersebut dibandingkan dengan

jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan SE BI No.

18
26/2/BPPP mengatur bahwa rasio kecukupan modal minimum atau CAR dari

persentase tertentu terhadap ATMR adalah sebesar 12 %. (Widyaningrum. 2012).

2. Financial Distress dan Nilai Islam

Dengan semakin dinamisnya kondisi ekonomi dan lingkungan bisnis tentu

akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan (Prasetyia dan Diendtrara, 2010)

performa perbankan syariah haruslah semakin efisien agar mampu menghadapi

ketatnya persaingan sejenis maupun global.

Financial distress pada dasarnya sukar untuk didefinisikan secara tepat.

Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam kejadian kejatuhan perusahaan pada

saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial

distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini : terjadinya pengurangan

dividen, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian, pemecatan, pengunduran diri

direksi dan jatuhnya harga saham.

Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Tidak ada istilah yang

tetap mengenai financial distress dari studi-studi yang ada sebelumnya. Setiap

studi mengambil masing-masing definisinya sendiri. Dalam penelitian terdahulu

financial distress dapat diartikan sebagai berikut :

1. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi ( net

operating income) negatif, digunakan oleh Hofer (1980) dan Whitaker

(1999).

2. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran

deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al. (1996)

19
3. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban

perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990)

4. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif, digunakan

oleh Asquith, et.al. (1991) dan Pindando, et.al. (2006)

5. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, digunakan oleh John, et.al

(1992) dalam Platt (2004)

6. Stock –based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai asset

kurang dari nilai hutang dan flow –based insolvency yaitu arus kas yang

berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman

(1993)

7. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang saat ini

digunakan oleh Whitaker (1999)

8. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan

perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan

restrukturisasi, digunakan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat (1999)

9. Negatif EBITDA Interest Coverage, Negatif EBIT, Negatif Net Income

digunakan oleh Platt (2004)

10. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi ( net operating income)

negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran

deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003)

11. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas

negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah dimerger, digunakan

oleh Almilia (2004)

20
12. Perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut mengalami laba bersih

(net income) negatif dan nilai buku ekuitas negatif, digunakan oleh

Almilia (2006)

Financial distress menurut Karen Wruck (1990) dalam Ross (2005) adalah

situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup, untuk memenuhi

kewajiban perusahaan (seperti kredit perdagangan atau biaya bunga) dan

perusahaan ditekan untuk melakukan kegiatan perbaikan. Definisi financial

distress ini diperluas oleh Altman (1993) terkait pada ketidakmampuan membayar

hutang. Hal ini dirumuskan dalam Black’s Law Dictionary sebagai :

Ketidakmampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari aset atau milik dan

kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi tidak cukup untuk

melunasi hutang. Definisi ini mempunyai dua bagian yaitu Stock dan Flow.

Keduanya menggambarkan mengenai ketidakmampuan membayar hutang

(insolvency) stock-based insolvency terjadi ketika perusahaan memiliki kekayaan

bersih yang negatif dan nilai aset kurang dari nilai hutang. Flow-based insolvency

terjadi ketika arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban yang

diminta. Flow-based insolvency mengacu pada ketidakmampuan perusahaan

untuk membayar hutang.

Asquith, et.al. (1991) mendefinisikan financial distress berdasarkan

interest coverage ratio. Perusahaan yang diklasifikasikan mengalami financial

distress, jika dua tahun setelah issuing junk bonds, Earning before interest, taxes,

depreciation and amortization (EBITDA) , kurang dari interest expense, atau

dalam satu tahun EBITDA kurang dari 80 persen dari interest expense. Mereka

21
tidak memasukan perusahaan dalam kondisi financial distress jika mempunyai

interest coverage ratio diantara 0,8 dan 1,0 dalam satu tahun. Hal ini disebabkan

karena beberapa perusahaan yang puas pada kondisi ini tidak mengambil langkah

perbaikan yang berbeda dalam merespon distress, karena mempunyai dana likuid

yang cukup untuk memenuhi pembayaran. Pindando, et.al. (2006) mengadopsi

definisi yang sama dengan Asquith, et.al., (1991), financial distress dikondisikan

sebagai : EBITDA lebih rendah dari financial expenses, selama dua tahun, dimana

perusahaan tidak mampu menghasilkan dana aktivitas operasional untuk

memenuhi tanggung jawab keuangannya dan jatuhnya market value selama

periode dua tahun tersebut.

Almilia dan Kristijadi (2003) mendefinisikan financial distress pada

perusahaan yang dalam beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net

operating income) negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan

pembayaran deviden. Kemudian Almilia (2004) mendifinisikan financial distress

sebagai perusahaan yang mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku

ekuitas negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut telah dimerger. Almilia

juga mendefinisikan financial distress sebagai perusahaan yang selama dua tahun

berturut-turut mengalami laba bersih ( net income) negatif dan nilai buku ekuitas

negatif tahun 2006.

Dalam membuat keputusan, seorang manajer keuangan haruslah

mempertimbangkan segala aspek dengan melihat setiap sudut pandang. Financial

distress merupakan kondisi dimana sebuah perusahaan harus bangkit dan

melakukan penyelamatan aset dan semua yang berhubungan dengan kelangsungan

22
hidup perusahaan tersebut. Kehancuran sebuah perusahaan akan memutus banyak

hal, salah satunya adalah tenaga kerja. Ketika sebuah perusahaan berada dalam

kondisi seperti ini, tak jarang manager keuangan melakukan pemutusan hubungan

kerja secara sepihak. Dalam hal ini tujuan manager tersebut ingin mengurangi

beban pengeluaran, namun ada bagian lain yang tak tersentuh dalam proses

pengambilan keputusan tersebut. kehilangan pekerjaan seorang kepala rumah

tangga adalah sebuah bencana dalam keluarga tersebut. Menyelamatkan seorang

kepala rumah tangga akan menyelamatkan sebuah keluarga.

Untuk bisa mencapai keseimbangan dalam pengambilan keputusan,

diperlukan hubungan yang sistematis dengan Sang Pencipta. Bukankah Allah swt

telah memastikan bahwa tidak ada masalah yang tak bisa diselesaiakan, dalam

surah Al- Insyirah ayat 5-6.

“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5)

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6).”

Aspek realigiusitas sangat dibutuhkan dalam kondisi ini. Financial

distress merupakan salah satu bentuk ujian dari Sang Khalik. Ketika aspek

religiusitas dimasukkan ke dalam solusi pemecahan masalah, maka keseimbangan

antara manusia yang bersimphony dengan alam semesta akan mampu

menghasilkan keputusan yang tepat, bukan keputusan yang terbaik untuk

perusahaan saja tetapi keputusan yang terbaik untuk semua pihak yang terkait

dengan perusahaan tersebut.

23
Menurut Cicero (Ismail, 1997), relegare (religious) berarti melakukan

sesuatu perbuatan dengan penuh penderitaan, yakni jenis peribadatan yang

dikerjakan berulang-ulang dan tetap. Dalam bahasa Arab, agama (religious)

dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata al-din sendiri mengandung

berbagai arti. Ia bisa berarti al-mulk (kerajaan), al-khidmat (pelayanan), al-izz

(kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah (pemaksaan), al-ihsan (kebajikan),al-

adat(kebiasaan),al-ibadat (pengabdian), al-qahr wa al-sulthan (kekuasaan dan

pemerintahan), al-tadzallul wa al-khudu (tunduk dan patuh), al-tha’at (taat), al-

islam al-tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan) (Kahmad, 2002).

Dari istilah agama inilah kemudian muncul apa yang dinamakan

religiusitas. Meski berakar kata yang sama, namun dalam penggunaannya istilah

religiusitas mempunyai makna yang berbeda dengan religi atau agama. Kalau

agama menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan dan

kewajiban-kewajiban; religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati

oleh individu di dalam hati. Religiusitas seringkali diidentikkan dengan

keberagamaan. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa

kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam

penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat

diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan

penghayatan atas agama Islam (Nashori dan Mucharam, 2002)

Aspek religiusitas dikaitkan dengan personalitas perusahaan yaitu dengan

meningkatkan habluminallah. Sinkronisasi ketenangan jiwa akan mempermudah

seorang manager keuangan dalam membuat final decision.

24
Financial distress pada perusahaan dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu :

1. Berhubungan dengan aset perusahaan yaitu dengan menjual aset-aset

utama, melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan

pengeluaran dan biaya penelitian dan pengembangan.

2. Berhubungan dengan restrukturisasi keuangan yaitu dengan menerbitkan

sekuritas baru, mengadakan negosiasi dengan bank dan kreditor, dan

bankrut. Financial distress dapat melibatkan restrukturisasi aset ataupun

restrukturisasi keuangan.

3. Meningkatkan kualitas ibadah khususnya sholat.

Financial 100
Religiusitas sholat
distress
49% 51%

Melakukan
Tidak melakukan
restrukturisasi
rekstrukturisasi
keuangan
keuangan

53% 47%

Melaksanakan atas Melakukan atas


putusan pengadilan prakarsa sendiri

83% 7% 10%

Melakukan reorganisasi Merger dengan Likuidasi


dan berhasil bangkit perusahaan lain
kembali

Gambar 1. Tahap Financial Distress (Sumber : Ross, et.al. 2008)

25
Gambar diatas menjelaskan tahap-tahap financial distress perusahaan

sampai dengan kepada kebangkrutan. Sejumlah 51 persen perusahaan

mendapatkan manfaat dari financial distress dengan merestrukturisasi aset

mereka. Perusahaan yang tidak melakukan restrukturisasi keuangan melakukan

penyehatan terhadap hutang sehingga mengubah perilaku perusahaan dan

mendesak perusahaan untuk membuang bisnis mereka yang tidak berhubungan.

Hal ini terjadi pada perusahaan Goodyear Tire and Rubber, pada tahun 1986.

Mereka memiliki cashflow perusahaan yang tidak cukup untuk menutupi

pembayaran yang dibutuhkan dan mendesak mereka untuk menjual noncore

bussinesses. Financial distress pada beberapa perusahaan membawa perusahaan

kepada bentuk organisasi baru dan strategi operasi yang baru.

Restrukturisasi keuangan dapat dilakukan sendiri atau dilakukan atas

putusan pengadilan. Dalam gambar tersebut dijelaskan juga, bahwa hampir

separuh restrukturisasi atas prakarsa sendiri. Dan yang melaksanakan

restrukturisasi berdasarkan putusan pengadilan sejumlah 83 persen dapat

melakukan reorganisasi dan meneruskan usahanya kembali.

Financial distress dapat menjadi ”early warning” system perusahaan

sebagai tanda adanya masalah. Perusahaan yang memiliki banyak hutang akan

mengalami financial distress lebih awal dari perusahaan yang memiliki sedikit

hutang. Namun demikian perusahaan yang mengalami financial distress lebih

awal dapat mempunyai banyak waktu untuk melakukan restrukturisasi atas

prakarsa sendiri dan reorganisasi.

26
Secara umum kegiatan perusahaan dapat dianggap sebagai suatu proses

arus dana. Dimulai dengan proses penarikan dana dari berbagai sumber kemudian

dilakukan pembelanjaan dana tersebut pada harta perusahaan, lalu dilakukan

pengoperasian atas harta perusahaan tersebut, dilanjutkan dengan reinvestasi dana

yang diperoleh dari operasi perusahaan dan diakhiri dengan pengembalian.

Dengan mendasarkan kepada pengertian arus dana ini dapat dikatakan bahwa

financial distress merupakan keburukan dari bisnis perusahaan. Salah satu

penyebab terjadinya financial distress adalah keburukan dalam pengelolaan bisnis

(mismanagement) perusahaan tersebut. Namun demikian dengan bervariasinya

kondisi internal dan eksternal maka terdapat banyak hal lain yang juga dapat

menyebabkan terjadinya financial distress pada suatu perusahaan.

Apabila ditinjau dari aspek keuangan, maka terdapat tiga keadaan yang

dapat menyebabkan financial distress yaitu :

1. Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal.

Ketidakseimbangan aliran penerimaan uang yang bersumber pada

penjualan atau penagihan piutang dengan pengeluaran uang untuk membiayai

operasi perusahaan tidak mampu menarik dana untuk memenuhi kekurangan dana

tersebut, maka perusahaan akan berada pada kondisi tidak likuid.

2. Besarnya beban hutang dan bunga.

Apabila perusahaan mampu menarik dana dari luar, misalnya

mendapatkan kredit dari bank untuk menutup kekurangan dana, maka masalah

likuiditas perusahaan dapat teratasi untuk sementara waktu. Tetapi kemudian

27
timbul persoalan baru yaitu adanya keterikatan kewajiban untuk membayar

kembali pokok pinjaman dan bunga kredit. Walaupun demikian hal ini tidak

membahayakan perusahaan dan masih memberikan keuntungan bagi perusahaan

apabila tingkat bunga lebih rendah dari tingkat investasi harta (Return on Asset )

dan perusahaan melakukan apa yang disebut dengan manajemen resiko atas

hutang yang diterimanya.

Manajemen resiko atas hutang ini sangat penting terutama apabila hutang

yang diterima tidak dalam mata uang yang sama dengan pendapatan yang

diperoleh perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan melakukan manajemen resiko

atas hutangnya dapat mengakibatkan perusahaan harus mendapatkan resiko

menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.

3. Menderita Kerugian

Pendapatan yang diperoleh perusahaan harus mampu menutup seluruh

biaya yang dikeluarkan dan menghasilkan laba bersih. Besarnya laba bersih

sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan reinvestasi, sehingga akan

menambah kekayaan bersih perusahaan dan meningkatkan ROE (Return on

Equity) untuk menjamin kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu

perusahaan harus selalu berupaya meningkatkan pendapatan dan mengendalikan

tingkat biaya. Ketidakmampuan perusahaan mempertahankan keseimbangan

pendapatan dengan biaya, niscaya perusahaan akan mengalami financial distress.

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu harus dijaga

keseimbangannya agar perusahaan terhindar dari kondisi financial distress yang

28
mengarah kepada kebangkrutan. Caranya adalah dengan kemampuan memperoleh

laba, likuiditas dan tingkat hutang dalam struktur permodalan serta tak kalah

pentingnya peningkatan nilai ibadah.

Kemampulabaan (profitable) adalah kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba yang cukup dari modal yang digunakan. Jadi setiap pendapatan

harus menghasilkan laba kotor (gross profit) jauh diatas biaya operasional agar

menghasilkan laba kotor sisa yang disebut laba bersih (net profit). Setiap laba

bersih kemudian harus diinvestasikan perusahaan guna memperbesar dana

perusahaan.

Manajemen risiko atas hutang ini sangat penting terutama apabila hutang

yang diterima tidak dalam mata uang yang sama dengan pendapatan yang

diperoleh perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan melakukan manajemen risiko

atas hutangnya dapat mengakibatkan perusahaan harus mendapatkan risiko

menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan

operasional perusahaan dan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan harta

lancarnya terutama kas. Oleh karena itu perusahaan harus menjaga kualitas dan

tingkat investasi piutang dan persediaan dalam arti kecepatan mengubah kas

dengan risiko yang paling kecil.

Untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan, salah satu

caranya dengan mencari informasi dari laporan keuangan perusahaan. Peralatan

analisis dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan adalah :

29
1. Rasio-rasio Keuangan

Laporan keuangan berisi informasi untuk masyarakat, pemerintah,

pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham, manajemen

perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan, yang diperlukan secara tetap

untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Analisa dari laporan

keuangan bersifat relatif karena didasarkan pengetahuan dan menggunakan rasio

atau nilai relatif analisa rasio adalah suatu metode perhitungan dan interprestasi

rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Beberapa rasio

keuangan yang dapat mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan adalah

sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah jumlah dana tunai yang diperlukan perusahaan untuk

membiayai pengeluarannya dan biasanya sangat tergantung pada sifat bisnis

perusahaan tersebut. Pada umumnya manajemen kurang menyukai penggunaan

benchmark tertentu untuk rasio likuiditasnya. Walaupun begitu, perusahaan pada

umumnya kekurangan likuid aset segera sebelum episode kepailitan terjadi dan

biasanya perusahaan tersebut meminjam lebih banyak lagi untuk mengelola

kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas disebut juga dengan current ratio

dengan rumus :

Aktiva lancar
CACL =
Kewajiban lancar

30
b. Rasio Leverage

Rasio financial leverage adalah alat dalam mempertimbangkan

kemungkinan kelalaian perusahaan pada kontrak hutang. Semakin tinggi hutang

perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi

kewajibannya. Dengan kata lain semakin banyak hutang dapat membawa

perusahaan kepada kemungkinan insolvency dan mengalami financial distress.

Disebut juga rasio utang atau debt ratio (Keown et.al, 2001) dapat dihitung

dengan cara berikut :

Total kewajiban
TLTA = X 100%
Total aktiva

4. Rasio Profit Margin

Rasio profit margin mengukur tingkat efektifitas manajemen perusahaan

yang tercermin dari hasil yang dicapai perusahaan dalam penjualan dan investasi

yang dilakukan perusahaan. Rasio yang dipakai adalah Operating Profit Margin

yaitu rasio yang menunjukan besarnya laba hasil operasi (sesudah semua biaya

dan pengeluaran dikurangi kecuali bunga dan pajak) yang dihasilkan dari setiap

rupiah penjualan bersih. Operating Profit Margin dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Operating Income
Operating Profit Margin = Net Sales

5. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan harus dilihat sebagai faktor pendorong dalam

memantau aspek likuiditas dan solvabilitas. Dalam jangka panjang, perusahaan

31
harus menghasilkan keuntungan yang cukup dari usahanya sehingga mampu

membayar kewajibannya. Kerugian yang terus menerus akan segera memperburuk

aspek solvabilitas perusahaan dan apabila perusahaan akan memperluas usahanya,

perusahaan memerlukan retained Earning untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam

jangka pendek, kerugian segera akan menurunkan likuiditas perusahaan. Lebih

lanjut, profitabalitas perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan pembiayaan dari luar.

a. Laba bersih terhadap penjualan (Net Income/Sales)

Rasio ini biasanya disebut “ marjin laba” atas penjualan (Profit Margin on

sales) (Weston dan Copeland, 2003), rasio ini menunjukan sebaik apakah

pengelolaan biaya operasi, apakah perusahaan telah menghasilkan banyak

penjualan untuk menutup biaya tetap dan masih menyisakan laba yang layak

(Gill dan Chatton,2003).

Laba bersih
Rumus : Penjualan
X 100%

c. Laba bersih terhadap total aktiva (Net Income/Total assets)

Rasio ini mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan

(Weston dan Copeland, 2003).

Laba bersih
Rumus : NITA = Total aktiva X 100%

d. Rasio Aktivitas

32
Rasio aktivitas menunjukan seberapa efektif perusahaan menggunakan

sumber daya (harta atau modal) yang dimilikinya. Penggunaan sumber daya

perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Sebaliknya jika rendah maka

menandakan ketidakefektifan perusahaan dalam menggunakan sumber daya,

sehingga dapat dikatakan kinerja perusahaan rendah. Rasio aktivitas yang

dipakai adalah Total Asset Turn-Over Ratio yaitu rasio yang mengukur

efisiensi penggunaan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Total Asset Turn-

Over Ratio. Rumus :

Sales
Total Asset Turn Over Ratio = Total Asset

e. Ukuran Perusahaan

Data kontrol biasanya dipergunakan untuk tujuan adakah data dari objek

yang diteliti memiliki perbedaan karakteristik (atau memiliki karakteristik

spesifik) tertentu. Variabel kontrol yang sering dipakai adalah size. Dalam

hal ini biasanya size muncul sebagai variabel penjelas. Proksi size biasanya

adalah total aset perusahaan. Karena aset biasanya sangat besar nilainya dan

untuk menghindari bias skala maka besaran aset perlu dikompres. Secara

umum proksi size dipakai Logaritme (log) atau Logaritme Natural aset.

f. Trend Harga Saham

Mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi financial distress, Trend

Harga Saham dipakai sebagai variabel Independen. Rumus yang digunakan

untuk trend Harga Saham adalah :

33
Trend Harga Saham = [(Ht-Ht-1) + (Lt-Lt-1)] / [ (Ht+Ht-1) + (Lt+Lt-1)]

Ht = Harga tertinggi tahun t

Ht-1 = Harga tertinggi tahun t-1

Lt = Harga terendah tahun t

Lt-1 = Harga terendah tahun t-1

Hasil penelitian ini adalah Trend harga Saham mempunyai hubungan

positif dengan kondisi financial distress perusahaan dan secara statistik

signifikan ketika dimasukan bersama-sama dengan variabel kumulatif

return.

g. Return Saham

Dalam setiap investasi saham investor ingin memperoleh pengembalian

investasi yang diharapkan. Menurut Ross,et.al. (2008) return saham adalah

penjumlahan antara Capital gain dan dividen yield yang dirumuskan

sebagai berikut :

Ri=(Pi_t – Pi_(t-1))/Pi_(t-1) + Div_t/Pi_(t-1)

Dimana :

Ri = return sekuritas (saham) ke-i selama periode t-1 samapi t

Pit = harga saham i pada saat t

Pit-1 = harga saham i pada saat t-1

Divt = divident yang dibagikan saat t

34
Masalah yang timbul dalam perumusan ini adalah dividen tidak dibagi

disetiap waktu. Perhitungan yang disarankan adalah pada tanggal tersebut

dibagikan, pada tanggal tersebutlah dividen diperhitungkan. Karena reaksi

pasar memang mengikuti aktivitas tersebut. Perhitungan dengan membuat

rata-rata perhari (besar dividen/jumlah hari) tidaklah disarankan. Hal ini

karena investor tidak bereaksi terhadap nilai rata-rata ini, melainkan

bereaksi terhadap dividennya. Return suatu saham dapat diartikan menjadi

hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga

saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan

dividennya, maka rumusnya menjadi :

Ri = (Pi_t – Pi_(t-1))/Pi_(t-1)

Ri = return sekuritas (saham) ke-i selama periode t-1 samapi t

Pit = harga saham i pada saat t

Pit-1 = harga saham i pada saat t-1

Kumulatif return baik tahunan dan bulanan diperoleh dengan

menjumlahkan semua return harian atau merupakan kumulatif dari return

hariannya. Data yang dipakai dalam mingguan, bulanan atau bahkan

tahunan. Jika untuk memudahkan sebaiknya data yang digunakan tahunan.

Namun demikian data yang diperoleh harus disesuaikan dengan tujuan

penelitian.

Return saham perusahaan merupakan refleksi dari systematik risk dan

unsystematic risk atau specific risk. Risiko sistematis adalah risiko yang

35
dihadapi oleh investor yang tidak dapat dieliminasi yang terdapat pada

jenis saham dan portfolio. Risiko ini disebut sebagai risiko pasar yang

tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi investasi atau membentuk

portfolio saham. Beaver (1966) dan Scott (1981) dalam Tirapat dan

Nittayagasetwat (1999) menerangkan bahwa return saham merupakan

suatu isyarat bagi perusahaan, penurunan return saham mengindikasikan

kegagalan perusahaan dan yang kedua menerangkan bahwa kemungkinan

kebangkrutan perusahaan tergantung dari return saham. Jadi return saham

merupakan refleksi yang baik untuk menggambarkan financial distress

perusahaan. Hasil penelitian Tirapat dan Nittayagasetwat (1999)

menunjukan bahwa kumulatif return saham berpengaruh negatif dan

sangat kuat mempengaruhi kemungkinan perusahaan mengalami financial

distress.

FAKTOR EKONOMI MAKRO PENYEBAB FINANCIAL DISTRESS

Ketidakpastian kondisi perekonomian suatu negara merupakan salah satu

penyebab terjadinya financial distress. (Bringham,1997 dalam Fithrawati, 2001).

Ross (2005), mengungkapkan bahwa ketidakpastian kondisi ekonomi makro,

merupakan contoh dari risiko sistematis yang mempengaruhi sejumlah besar aset

perusahaan. Kondisi ini mempengaruhi semua saham diberbagai tingkatan.

Kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro merupakan inti

dari risiko sistematis. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa return saham

mempengaruhi financial distress perusahaan. Penyebab turunnya return saham,

yaitu kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro ini

36
merupakan penyebab dari financial distress perusahaan. Beberapa penjelasan

terkait dengan faktor ekonomi makro adalah sebagai berikut :

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai

indikator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa, baik saham biasa

maupun saham preferen. Seperti penghitungan indeks di bursa lainnya. Indeks-

indeks BEI adalah menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market

value weight average index).

Rumus dasar penghitungan adalah sebagai berikut :

NIlai pasar
IHSG= x 100
Nilai dasar

Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini (

Kapitalisasi pasar ), atau ditulis dengan formula :

Nilai Pasar= ∑Ni=1 Ci ni

di mana :

Ci = Closing price ( harga yang terjadi ) untuk emiten ke - i

ni = Jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah saham yang

tercatat) untuk emiten ke-i

N = Jumlah emiten yang tercatat di BEI

37
Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali harga

dasar pada hari dasar. Hari dasar untuk IHSG adalah pada tanggal 10 Agustus

1982 dengan nilai 100.

Indeks pasar ini merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham

yang listing di bursa yang digunakan oleh bursa-bursa di dunia. IHSG digunakan

untuk mengukur kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja

portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan dan sebagai

fasilitas perkembangan produk derivatif.

2. Inflasi

Dalam ekonomi, inflasi memiliki pengertian suatu proses meningkatnya

harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi

merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.

Artinya harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, dianggap

inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling

mempengaruhi.

Inflasi merupakan faktor risiko yang harus dipertimbangkan dalam proses

investasi. Adanya kenaikan harga secara umum akan berdampak pada

berkurangannya daya beli sehingga tingkat hasil riil akan turun. Dengan demikian

apabila inflasi naik, maka investor akan menginginkan kenaikan hasil nominal

guna melindungi tingkat inflasi riilnya.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,

sedang, berat dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada

38
dibawah angka 10 persen setahun; inflasi sedang antara 10 persen sampai dengan

30 persen setahun; inflasi berat antara 30 persen sampai dengan 100 persen

setahun dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga

berada diatas 100 persen setahun.

Cara Menghitung Inflasi

Untuk mengukur laju kenaikan tingkat harga-harga umum atau tingkat

inflasi, dapat digunakan rumus umum sebagai berikut :

CPIt -CPIt-1
It = CPIt-1

Dimana :

It = Tingkat inflasi pada periode ( atau tahun) t

CPIt = Consumer Price Index pada periode t

CPIt-1 = Consumer Price Index pada periode t-1

Indikator Inflasi

a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum

digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari

waktu kewaktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45

kota, di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang atau

jasa disetiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.

39
b. Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang

menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang

diperdagangkan di suatu daerah.

Disagregasi Inflasi :

1. Inflasi inti yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental :

- Interaksi permintaan-penawaran

- Lingkungan eksternal : nilai tukar, harga komoditi internasional, Inflasi

mitra.

- Ekspektasi Inflasi dari perdagangan dan konsumen.

2. Inflasi non Inti

Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh, selain faktor fundamental. Dalam hal ini

terdiri dari :

a. Inflasi Volatile Food

Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti

panen, gangguan alam dan gangguan penyakit.

b. Inflasi Administered Prices

Inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga pemerintah,

seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.

Determinasi Inflasi

40
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran (cost push

inflation), dari sisi permintaan (demand full inflation) dan dari ekspektasi inflasi.

Faktor- faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai

tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara – negara partner dagang,

peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price)

dan terjadi negatif supply shock akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab terjadi demand full inflation adalah tingginya permintaan

barang dan jasa relatif terhadap ketersediannya. Dalam konteks makro ekonomi,

kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau

permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas

perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku

masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau

forward looking . Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga ditingkat

produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan

(lebaran, natal dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional ( UMR).

Nilai Tukar

Globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping untuk tujuan

diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai mata uang merupakan faktor

ketidakpastian yang dihadapi investor apabila melakukan investasi di pasar global.

Dengan terbukanya peluang investasi di Bursa Efek Indonesia bagi investor asing,

maka faktor nilai tukar US Dollar terhadap rupiah merupakan faktor risiko yang

patut diperhitungkan. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar mata uang yang

41
bersangkutan. Dengan demikian investor harus mempertimbangkan pula premi

risiko atas nilai tukar tersebut.

Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan

mempengaruhi return saham. Dan return saham mempengaruhi kondisi financial

distress perusahaan, maka dapat diasumsikan bahwa sensitifiats perusahaan

terhadap nilai tukar mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan.

3. Nilai Islam dan Islamic Financial Distress

1. Filosofi Ekonomi Islam

Asal kata ekonomi dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu oikos

yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan, hukum.

Kemudian bila digabung maknanya menjadi aturan rumah tangga. Adapun kata

Islam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu sin yang berarti

alam, lam yang berarti Allah, dan mim yang berarti ibadah, bila digabung

menjadi sinlammim bermakna alam dicipta Allah untuk ibadah. Hal ini

dilandaskan pada QS Adz-Dzariat [51]: 56

yang artinya: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah

kepada-Ku”.

Pengertian Islam terdapat dalam 4 ayat dalam 3 surat yang berbeda.

Pengertian kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di dalam Al-Quran,

yaitu:

1. QS. Ali Imran [3]: 19

42
yang artinya: “Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam.”

2. QS. Ali Imran [3]: 85

yang artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-

kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat

termasuk orang-orang yang rugi”.

3. QS. Al-Shaf [61]: 7

yang artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-

adakan kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada (agama) Islam?

Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

4. QS. Al-Maidah [5]: 3

yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,

(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang

43
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang

sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih

untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,

(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-

orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah

kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah

Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu

nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang

siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kata jadian salama bermakna keselamatan, kedamaian, sehingga jika

digabungkan maka kata Ekonomi Islam secara harfiah berarti aturan rumah

tangga untuk keselamatan. Di dalam filosofi Ekonomi Islam terkandung 3 (tiga)

hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi

Ekonomi Islam (Aziz, 2009). Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut

sebagai Ontologi Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi

Islam.

Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga,

lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari tiga

(3) unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah (Aziz, 2009). Perpaduan 3 (tiga) hal

ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari

Ekonomi Islam adalah Islam. Sebagaimana dalam QS. Ali-Imran [3]: 19

44
yang artinya: “Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam.”

Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan

Allah itu hanya Islam. sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga

mengikuti aturan dalam sistem Islam”.

Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem

yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi

epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu

kaffah. Ekonomi Islam yang kaffah muncul sebagai konsep dasar ekonomi

dengan batasan Islam sebagai suatu sistem. Tujuan dari Ekonomi Islam dapat

dijalankan oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan

menyeluruh atau kaffah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar

kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan

Allah subhanahu wa Ta’ala untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbagai

aspek termasuk ekonomi (Aziz, 2010).

Kaffah Thinking adalah berfikir holistik dengan metode Islam berupa akar

kata dari Islam yaitu sinlamim (Aziz, 2009). Berfikir kaffah bermakna bahwa

sebuah sistem yang menyeluruh pastilah bernilai Islam, sehingga sebuah system

yang kaffah akan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Tuhan, Alam dan Ibadah.

Tiga variabel ini bermetamorfosis sesuai dengan konteks dari topik yang yang

sedang difokuskan.

Tetapi dasar pemikiran atau sub sistem yang utuh (Aziz, 2016) haruslah

terdiri dari tiga (3) hal yaitu :

45
1) God (Tuhan)

Merupakan pencipta alam semesta yang memiliki kekuasaan tertinggi hanya

milik Allah subhanahu wa ta’ala. Semua kekayaan, hak milik dan sumber-

sumber pemasukan merupakan kepunyaanNya. Allah subhanahu wa ta’ala

mengatur semua ini sesuai dengan cara yang dikehendakinya. Allah

subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa diantara kaum muslimin dilarang

saling memakan harta sesesama muslimin dengan jalan yang batil kecuali

dengan jalan perniagaan. Batil yang dimaksud disini adalah yang tidak

sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah seperti maisyir, riba gharar. Dalam

pengembangan muamalah ekonomi disini memasukkan unsur ontology ‫س‬

yaitu Investasi PMDN yang perolehan dan pembagian keuntungannya pada

para pihak, tidak merugikan dan dengan dengan memperhitungkan

pertanggung jawaban dari ketetapanNya.

2) Human (manusia)

Kehidupan yang lebih baik bagi manusia dan alam, bentuk kehidupan yang

berpandu pada ketentuan-ketentuan Pencipta yaitu keberangkatan dari

kepercayaan akan adanya pencipta sebagai sebab keterciptaannya sesuatu

yang ada didunia, Tuhan semesta Alam dan menempatkan diri sebagai

pelayan Tuhan maksudnya hidup karena mencari keridhaan Allah dan tidak

lagi hidup untuk kepentingannya sendiri, karena hanya dengan demikian

pemeluk Islam dianggap kaffah dalam beragama.

Sementara itu manusia sebagai khalifah, hak manusia terbatas pada hak

pemanfaatan dan pengurusan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan

46
Allah subhanahu wata’alaa. Terkait dengan ekonomi, unsur epistimologi ‫ل‬

adalah perdagangan ekspor yang merupakan muamalah ekonomi manusia

berbangsa-bangsa di dunia.

3) Pray (Ibadah)

Merupakan umpan balik yakni ibadah yang akan dikembalikan lagi kepada

Allah subhanahu wata’alaa yang telah memberikan kemaslahatan atau

manfaat kepada manusia. Tidak hanya diarahkan untuk dunia dan akhirat

saja melainkan berkaitan dengan kepentingan perorangan dan kepentingan

umum serta keseimbangan hak dan kewajiban (Rozalinda, 2014). Sebagai

investasi kehidupan selanjutnya yaitu dimasa ukrawiah. Disini yang menjadi

dasar aksiology ‫ م‬sebagai penyeimbang adalah hasil petumbuhan ekonomi

yang dicapai.

Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaffah ini perlu

diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi.

Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk aksiologi yaitu

keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari dua (2) hal misalnya antara

penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan

antara dua (2) hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang

baik dan hal yang buruk (Aziz, 2010). QS. Saba [34]: 28

yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”.

47
Definisi Teori H dari kata Hahslm menurut Roikhan (2015) adalah:

1. Secara sempit Teori H diartikan sebagai teori pola dasar tiga dominan dengan

konteks tertentu dalam 5 dimensi susunan invarian.

2. Secara luas untuk penggunaan paling umum Teori H dapat diartikan sebagai

teori konsep dasar pola penciptaan dengan hubungan tertentu. H berasal dari

rumus Hahslm, Quran surat Hijr, juga singkatan dari Huda (Arab) atau Hidup.

Adapun makna dari teori H antara lain:

1. Sebuah himpunan utuh/sistem menyeluruh/bagian terintegrasi terdiri dari 3

unsur utama yaitu primer (pencipta/intermediari), sekunder (ciptaan/penerima),

tertier (ibadah/pemancar) yang bisa bermuatan positif atau negatif.

2. Tiga unsur tersebut akan memenuhi pernyataan bahwa sekunder di bawah

primer akan melakukan tertier (Manusia diciptakan Tuhan untuk ibadah).

Gambar berpikir kaffah dalam Islam di bawah ini (Gambar 2.1.1) bermakna

sebuah sistem yang menyeluruh pastilah bernilai Islam, sehingga sebuah sistem

yang kaffah akan terdiri dari 3 bagian utama yaitu Tuhan, Alam, dan Ibadah.

Islam Kaffah

Tuhan Alam

Ibadah

Gambar 2 Berpikir Kaffah Dalam Islam.

Sumber: Aziz, 2010

48
Sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, kata Islam berasal dari kata dasar 3

huruf konsonan: sin lam mim , kemudian mendapat awalan 1 (atau) huruf

konsonan alif (I), maka terbentuk kata dasar alif sin lam mim (I).

Gambar 3. Diagram 3 Model Dasar Islam Kaffah

Sumber: Aziz, 2009

Bentuk kata dasar yang terdiri dari 4 huruf (3 huruf + 1 huruf) tersebut

menjadi kata dasar utama untuk membentuk kata Islam. Kemudian bentukan kata

dasar ini akan dituliskan dalam persamaan sederhana yaitu: Islam adalah alif

sinlammim sebagaimana pada rumus (1).

Gambar 4. Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia

Sumber: Mochamad Aziz, Lukisan, 2006

49
Dalam Ekonomi ada faktor Makro yang menjadi inflow bagi transmisi

keuangan ke faktor Mikro, lalu melalui faktor Peluang, transmisi keuangan ini

dilakukan untuk keberlanjutan perusahaan yang lebih baik dan terus bertumbuh.

Kaffah Thinking Ekonomi

Tuhan Alam Makro Mikro

Ibadah Peluang

Gambar 5. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam

Sumber: Aziz (2017)

Rumus: I = A (S,L,M) ……......……………………..........……....….............(1)

Dimana: Islam=I, Alif=A, Sin=S, Lam=L, Mim=M.

Rumus: Kaffah = Tuhan ; Alam ; Ibadah ........................................................... (2)

Rumus: Ekonomi = Makro ; Mikro ; Peluang .................................................... (3)

Bentuk kata dasar yang terdiri dari 4 huruf (3 huruf + 1 huruf) tersebut

menjadi kata dasar utama untuk membentuk kata Islam. Kemudian bentukan kata

dasar ini akan dituliskan dalam persamaan sederhana yaitu: Islam adalah alif

sinlammim.

Fungsi 1

Islam = Alif (Sin, Lam, Mim)

Dimana, Islam=I, Alif=A, Sin=S, Lam=L,

Mim=M.

50
Rumus:

I = A (S,L,M) ……………………………………………………… (1)

Dari pernyataan di sisi Allah adalah Islam, diperoleh persamaan yang

dituliskan secara sederhana, tetapi sebenarnya bukan persis mutlak sama, bahwa

pendekatan persamaan hanya memberikan kemudahan dalam pembacaan rumus,

seperti Allah ≡ Islam, yang dibaca sebagai di sisi Allah adalah Islam. Analogi

persamaan tersebut dibuat garis minus tiga yang menyatakan tidak persis sama,

karena hanya untuk memudahkan pembacaan persamaan, yang sebenanrnya

harus dituliskan lengkap bahwa ‘Dyn Di Sisi Allah ≡ Islam’.

Fungsi pertama di atas dapat dituliskan juga dalam persamaan latin atau

dalam Greek Alphabet.

Fungsi 2

I = A (S,L,M)

Iota = Alpha (Sigma, Lambda, Mu)

Sekarang dari kata Islam diperoleh 4 variabel yaitu alif, sin, lam, mim.

Empat variabel ini akan dijadikan tolok ukur bagi pengembangan rumus

lainnya. Ada ayat Quran Surat Al-Hijr [15]: 87 yang berbunyi:

Artinya: “Dan Aku berikanmu 7 diulang dan Quran agung” (Q.S. Al-

Hijr: 87).

Dari Teori H di atas didapatkan rumus mengenai adanya dimensi waktu

51
dan dimensi ruang. Secara implisit Allah Swt menyebutkan 7 diulang,

kemudian peradaban manusia mengintepretasikannya 14 abad setelahnya

sebagai simbol dari dimensi waktu dengan argumentasi adanya kata matsani

atau diulang. Menurut Aziz (2015) dari ayat tersebut, didapatkan dua variabel

utama, yaitu 7 (Tujuh) dan Al-Qur’an. 7 (Tujuh) dianggap sebagai variabel

mutlak, dan Al-Qur’an masih dapat dipecah menjadi 2,3,1,9. Jika dijumlahkan,

2x3x19 hasilnya adalah 114. Sehingga didapatkan lima angka, yaitu 7,2,3,1,9.

Untuk memudahkan dalam membuat rumus, angka-angka tersebut diubah, ke

dalam huruf. Dalam tabel diatas dapat dilihat 7 menjadi (Alif), 2 menjadi h

(hanif), 3 menjadi S (Sin/Manusia), 1 menjadi L (Lam/Lillah) dan 9 menjadi M

(Mim/Masjid). Sehingga terbentuklah AhSLM. Untuk menjadikannya sebuah

persamaan, dibutuhkan variabel dependen. Variabelnya yaitu H

(Huda/petunjuk). Huda didapatkan dari angka 4. Angka 4, berasal dari

penjumlahan 7+2+3+1+9 = 22. (22) menjadi 2+2 = 4. Akhirnya, terbentuklah

sebuah persamaan yaitu H=A.h(S,L,M). Enam parameter ini dapat

dideskripsikan sebagai variabel dependen yaitu H, A sebagai konstanta, h

sebagai tingkat kesalahan atau error, sedangkan variabel S meupakan bagian

dari faktor internal, variabel L meupakan bagian dari faktor eksternal, dan

variabel M merupakan bagian dari faktor religiusitas. Jumlah variabel tidak

terbatas hanya tiga saja, dengan parameter ke-n bahwa variabel S bisa berupa

variabel S1, S2, S3...Sn, variabel L bisa berupa variabel L1, L2, L3...Ln, dan

variabel M bisa berupa variabel M1, M2, M3...Mn.

Perbedaan pendekatan antara rumus eksisting dengan rumus beracuan

52
kitab suci adalah adanya faktor bobot. Pada pendekatan konvensional kategori

hasil akan ditekankan dalam bentuk tangible atau nilai fisik yang tampak.

Sedangkan pada pendekatan agama akan lebih menekankan intangibel atau

perspektif yang lebih dari fisik yaiut juga memasukkan nilai religiusitas atau

ibadah. Walaupun jika didampingkan akan terlihat rumus yang sama, tetapi ketika

implementasi terjadi deviasi hasil intepretasi. Keilmuan sekular akan mendasari

pada segmen data implementatif atau empirik. Sedangkan keilmuan Islam akan

senantiasa memasukkan tidak hanya empirik tetapi juga besaran religiusitas atau

intangible value.

Pengembangan epistemologi Ekonomi Islam secara Kâffah untuk

ibadah dalam tiga dimensi menghadirkan terminologi baru seperti metode

Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi al-Quran yang berbunyi ‘silmi kâffah’,

dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam

mim

Pemaparan Kaffah Thinking dalam Ekonomi Kâffah atau Ekonomi Tiga

Dimensi atau Ekonomi Dinamis dapat mengambil analogi dari System Thinking.

Fungsi Ekonomi Dinamis di sini, untuk menjadi pilihan konsep bila ternyata

Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu mengatasi masalah yang

kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat mulai memperbaiki system

ekonomi kapitalis dengan pendekatan system thinking. Dalam hal ini, Ekonomi

Dinamis merupakan salah satu solusi yang merupakan paradigma baru dari

pertumbuhan pesat Ekonomi Islam. Kehadiran Ekonomi Kâffah menjadi entitas

yang berdiri sendiri, memiliki diferensiasi, dan dasar yang kuar dari al-Quran

53
(QS. AL-Baqarah [2]: 208), tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi

Kâffah dianalogikan bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki

referensi yang terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting

sudah merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga

dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kâffah muncul bersama

konsep System Thinking.

Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kâffah adalah penjabaran dari

metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi al-Quran yang berbunyi ‘silmi

kâffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin

lam mim.

Dalam teori Hahslm seterdapat Metode Sinlammim dalam Ekonomi

Kâffah, juga menjadi metode yang baru bagi pengembangan epistemologi

system ekonomi Islam secara keseluruhan. Metode Sinlammim secara umum

merupakan salah satu solusi untuk menembus kebuntuan kehidupan dalam

rangka memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini dirasakan perlunya

suatu metode yang lebih baik untuk menjadi perimbangan dalam pendekatan

metafisika..

Hal ini sejalan dengan perkembangan metodologi terakhir yang

menyatakan bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari

permasalahan ekonomi yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan

dengan spiritual. Salah satu contoh dari bukti metodologi metode Sinlammim

adalah pencarian jati diri dari tangan manusia. Yang semula manusia

beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari ini adalah giffen dari Tuhan, maka

54
dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu adakah pola tertentu yang

menjadi standar dari penciptaan jari-jari manusia.

Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu mengintegrasikan

system secara lebih diagonal atau transendental. Pendekatan dapat dilakukan

dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan metode sinlammim. Dengan

pendekatan ini secara metodologis dapat sedikit membuka tabir konsep bentuk

jari-jari manusia yang terkait erat dengan nilai spiritual yang ada dalam kitab

suci.

Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan bahwa

model sinlammim ini ‘mampu atau tidak’ menjadi benchmark bagi setiap

penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa dengan

pendekatan ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari manusia, maka

selanjutnya dapat dilakukan analogy dalam system ekonomi.

Pembuktian valid/sahih dan tidaknya Sinlammim sebagai salah satu

metode pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial and error,

pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh umat muslim sebagai

pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang dilakukan sebenarnya tidak

membatasi system tetapi sekiranya metode ini mampu menghadirkan buah karya

dari umat Islam sendiri, mengapa tidak umat muslim yang mengembang secara

proaktif pada metode Sinlammim ini. Untuk metode Sinlammim, Elemen

pertama adalah Tuhan, kemudian elemen kedua adalah alam, dan feedbacknya

adalah ibadah.

55
Kaffah Thinking Ekonomi

Tuhan Eksternal

Ibadah Religiusitas

Gambar 6. Diagram Kaffah Thinking Dalam Islam

Rumus: Kaffah = Tuhan ; Alam ; Ibadah Rumus:

Ekonomi = Eksternal ; Internal ; Religiusitas

Penjelasan: Dalam ekonomi ada faktor eksternal yang menjadi inflow bagi

transmisi ekonomi ke faktor internal kemudian melalui faktor religiusitas

transmisi ekonomi ini dilakukan untuk terjadinya keberlanjutan ekonomi yang

lebih baik dan terus bertumbuh.

Sinlammim merupakan akar dalam huruf. Selain huruf, dalam bahasa

Arab ada juga angka. Angka sudah digunakan dalam kehidupan manusia sejak

awal zaman sebagai symbol dasar untuk berkomunikasi secara universal.

Dalam teori H sendiri yang dipersepsikan dengan Metodologi IER (Internal

Eksternal Religiusitas), dimana metodologi tersebut:

a. Faktor Internal

Kata Internal menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan

suatu hal yang menyangkut bagian dalam. Faktor internal merupakan varibel

yang dinilai dari lembaga keuangan syariah itu sendiri, seperti manusia terhadap

Allah sebagai variabel internalnya adalah manusia. Untuk faktor internal atau

faktor yang berasal dari dalam terdiri dari dua poin yaitu kekuatan dan

kelemahan. Keduanya akan berdampak lebih baik dalam sebuah penelitian

ketika kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan.

56
Pengujian internal perlu dilakukan karena sebelum melihat permasalahan

yang diluar, terlebih dahulu melihat permasalahan yang terjadi di internal lembaga

keuangan itu sendiri . Dalam hal lembaga keuangan syariah juga tidak jauh

berbeda, seperti sebelum Badan Pengawas Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan

atau yang lainya mengaudit, maka sudah sepantasnya lembaga keuangan syariah

mengaudit secara internal.

Dalam penelitian ini faktor internal yang digunakan sebagai indikator

penelitian adalah profit bank muamalat, dana pihak ketiga bank muamalat dan

profit dana pensiun lembaga keuangan. Adapun faktor internal yang digunakan

dalam penelitian ini juga dibatasi pada faktor internal yang sekiranya sangat

berpengaruh terhadap perkembangan dana pensiun lembaga keuangan.

Baik faktor internal maupun faktor eksternal saling terkait satu sama lain.

Kecendrunganan antar dua faktor tersebut saling memiliki imbasnya masing-

masing. Untuk aspek kesyariahhannya sudah diterapkan adanya dewan

pengawas syariah agar untuk mengawasi nilai-nilai islam yang diterapkan tetap

berjalan semestinya sehingga lalu adanya pengawas keuangan dalam hal ini

lembaga audit, otoritas jasa keuangan dan lain sebagainya untuk mengawasi

laporan-laporan mengenai kinerja management bank muamalat. Untuk DPLK-

nya sudah ada dewan pengawas syariah khusus untuk DPLK-bank muamalat

agar lebih terkontrol.

Dalam rangka penerapan tata kelola Dana Pensiun, diperlukan komitmen

Pengurus untuk mengelola dana secara hati-hati (prudent) dan meminimalisir

57
terjadinya moral hazard dari pihak-pihak tertentu yang berdampak buruk pada

pengembangan dana peserta. Agar pengelolaan Dana Pensiun senantiasa berjalan

sesuai aturan yang berlaku, Dewan Pengawas berperan dalam menjalankan

fungsi pengawasannya. Selain Pengurus dan Dewan Pengawas, komitmen

Pendiri juga sangat penting bagi kelangsungan Dana Pensiun, yaitu dalam

memenuhi kewajibannya untuk mendanai program pensiun. Pengurus, Dewan

Pengawas dan Pendiri merupakan bagian dari organ Dana Pensiun yang

mendukung tercapainya pengelolaan Dana Pensiun yang baik (Hasanah,

2012:112).

b. Faktor Eksternal

Kata eksternal menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan

suatu hal yang menyangkut bagian luar. Ini merupakan faktor dari luar entitas.

Dalam penelitian ini faktor eksternalnya berupa Jakarta Islamic Index, faktor

eksternal secara tidak langsung mempengaruhi faktor internalnya. Karna dalam

menginvestasikan dana DPLK bank muamalat menginvestasikan hanya kepada

perusahaan yang berbasis syariah. Sebagian dana DPLK yang di investasikan

ada yang ke deposito bank, saham maupun sukuk. Sehingga jika

menginvestasikannya ke saham maka index yang di lihat adalah JII .

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam organisasi atau

perusahaan itu sendiri dan merupakan aspek manajerial yang mempengaruhi

jumlah return investasi yang terdiri dari dana kelolaan dan risiko. Sedangkan

faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar organisasi atau

lingkungan perusahaan yang mempengaruhi jumlah return dan aset DPLK

58
diantaranya inflasi, suku bunga, dan indeks harga saham acuan, dan kurs mata

uang domestik terhadap mata uang asing.

c. Faktor Religiusitas

Dikatakan Gazalba (1987) religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa

latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Dengan

demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya

memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan

dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang

atau sekelompok orang dalam hubungnnya dengan Tuhan, sesama manusia, dan

alam sekitar (Prapanca, 2016:22).

Selain melihat faktor internal dan eksternal, kebijakan lembaga keuangan

syariah juga perlu memperhatikan faktor religiusitas seperti pelarangan riba,

maisir, gharar dsb. Selain itu, perlu diingat oleh para praktisi lembaga keuangan

syariah mengenai hak orang lain yang harus ditunaikan, dalam hal ini adalah

objek studi. Karena suatu pekerjaan tanpa dilandasi dengan nilai ibadah menjadi

hampa. Tidak terdapat ketenangan jiwa di dalamnya. Selain itu, tujuan manusia

diciptakan di muka bumi ini tidak lain kecuali untuk beribadah kepada Rabb-

nya. Faktor religiusitas muncul untuk menyempurnakan dua faktor pertama yaitu

internal dan eksternal.

Religiusitas adalah semua studi empiris yang dilakukan oleh manusia yang

dilandasi oleh nilai islam. Pilihannya relgiusitas dapat memperluas makna

sehingga religiusitas Memaknai instrument variabel penelitian sebagai proxy

59
atau menemukan kata baru yang lebih sesuai sebagai kata religiusitas yang bisa

bermakna sistem atau variabel dan juga keagamaan.

7. Uji H

Metodologi memiliki fleksibilitas dalam penentuan variabel yang akan

diuji. Hal ini untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi interpretasi dari hasil

olah data yang dilakukan. Secara prosedural proses rekayasa metodologi H ini

dilakukan dari pengumpulan data dari obyek yang dijadikan sampel dalam

implemetasi teori ini. (Aziz, 2015)

1. Pertama melakukan pendataan untuk memperoleh besaran dari obyek

yang akan ditinjau dalam nilai, harga, indeks, persentase atau nominal

yaitu dalam bentuk harga asli.

2. Kedua meninjau laju besaran dari obyek yang akan dihitung dalam

dihitung dalam skala persentase berupa selisih dari harga awal dengan

harga berikutnya atau perbedaan dari besaran pertama dengan besaran

kedua dan selanjutnya.

3. Ketiga membuat pola rata – rata dari obyek yang akan ditinjau dengan

perspektif teori ini dibandingkan dengan obyek – obyek lain yang

sejenis atau meninjau posisi obyek yang dikomparasi dengan rata –

rata obyek yang sejenis.

4. Setelah memperoleh nominal, laju, dan rata – rata laju, selanjutnya

dibutuhkan data lain dari obyek yang sama berupa data yang berasal

intangible atau berkaitan dengan nilai religiusitas untuk didapatkan

60
besaran bobotnya dibandingkan dengan obyek lain. Cara melakukan

nilai bobot ini yaitu :

a) Membuat rasio bobot berdasarkan data lain dari obyek yang sama

kemudian dibandingkan dengan bobot dari obyek lain dengan data

yang untuk diperoleh ranking atau urutan bobo tantara obyek

utama dengan obyek pembanding.

b) Selain menggunakan sumber data dari obyek yang diteliti,

dikombinasikan dengan expert adjustment/ wawancara terstruktur

dengan pakar sains yang memiliki otoritas untuk menilai bobot

suatu obyek.

c) Kemudian melakukan perankingan obyek berdasarkan bobot yang

diperoleh dari berbagai sumber data tersebut, sehingga urutan

tersebut juga mempresentasikan besaran bobot dari obyek yang

diteliti tersebut.

5. Selanjutnya setelah diperoleh data nominal, laju, dan bobot maka

dilakukan penghitungan berupa perkalian dari data obyek tersebut

berupa : nominal x laju x bobot

6. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan dari obyek yang diteliti

maka dilakukan matriks untuk memperoleh kategori hasil sesuai

format dalam hal ini obyek akan dikategorikan dalam formasi straight,

loads dan impact:

a) Jika hasil positif adalah straight (jika minus adalah turn)

b) Jika hasil lebih besar dari 0,1 adalah load

61
c) Jika hasil lebih besar dari rata – rata nilai berarti impact

Adapun persamaan H yang digunakan dalam persamaan ini adalah sebagai

Berikut:

H = a+h+ βS+ βL+ βM ............(Teori H)

H = Huda/Petunjuk (Y)

A = Alif/ Jalan (α)

h = Hanif/lurus (e)

S = Sin/Manusia (X1)

L = Lillah/Milik Allah (X2)

M = Masjid/Ibadah (X3)

β= Koefisien (B123)

Melalui pendekatan Matematik teori bilangan aspek religiusitas (sholat) akan

dimasukkan ke dalam konsep Financial Distress dan akan diuraikan sebagai

berikut.

Fungsi

Berangkat dari Teorema Kekongruenan, dimana M > 0, A > 0, P > 0.

F ≡ M (mod m) ..............1) F = mk + M

F ≡ A (mod m) ...............2) F = mk + A

F ≡ P (mod m) ................3) F = mk + P

62
Maka :

f: F = S (M, A, P)

Keterangan:

m = bilangan positif, k = bilangan bulat, M = Modal, A = Aktivitas, P = Profit, U

= Utang

𝐹 = 𝑚. 𝑘 + 𝑀

𝐹 = 𝑚. 𝑘 + 𝐴

𝐹 = 𝑚. 𝑘 + 𝑃

𝐹 = 𝑚. 𝑘 + 𝑀 + 𝐴 + 𝑃

𝐹 = 𝑚. 𝑘 + 𝑀 + 𝐴 + 𝑃 ......konvensional

m.k = konstanta

𝐹 = 𝑆 + 𝑀 + 𝐴 + 𝑃 + 𝑒 ......islamic

S = Sholat

Dalam hal ini digunakan pendekatan kekongruenan dalam modulo, dimana akan

selalu ada sisa pembagian dari setiap fungsi. Fungsi di atas berarti bahwa faktor-

faktor financial distress yaitu modal, aktivitas, dan profit harus > 0, ketika ketiga

faktor di atas bernilai < 0 maka hal itu dapat memicu financial distress. M ≠ 0, A

≠ 0, dan P ≠ 0.

63
Nilai religiusitas yang digunakan dalam hal ini adalah sholat. Manager keuangan

sebagai pengambil keputusan merupakan merupakan objek observasi. Sholat

diasumsikan sebagai sholat yang benar, hanya Allah lah yang mampu menilai

sholat umatnya apakah diterima atau tidak. Namun kita sebagai manusia sedikit

banyak mampu melihat output dari sholat yang kita dirikan. Oleh karna itu, dalam

tulisan ini penulis berusaha memasukkan sholat sebagai salah satu ibadah

religiusitas agar kedekatan manusia dengan Tuhan lebih dari sekedar pelaksanaan

ibadah wajib atau menggugurkan ibadah wajib, namun lebih pada level kebutuhan

atau lebih.

4. Altman Z Score Financial Distress

Altman Z-Score merupakan suatu persamaan multi variabel yang

digunakan oleh Altman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan .

Altman memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan 66 sampel perusahaan

yang kemudian sampel tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu 33

bangkrut dan 33 tidak bangkrut. Altman Z-Score menggunakan beberapa rasio

untuk menciptakan alat prediksi kesulitan. Altman Z-Score menggunakan teknik

statistik (analisis diskriminan berganda – Multiple Discriminant Analysis) untuk

menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linier dari beberapa variabel

penjelas (Subramanyam dan Wild, 2010: 288) . Secara matematis persamaan Z-

Score Altman dapat dirumuskan sebagai berikut (Prihadi, 2009: 82):

Z-Score = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5

Namun persamaan Z-Score di atas hanya digunakan pada perusahaan

yang go public atau memiliki nilai pasar dan perusahaan nonmanufaktur tidak

64
dapat diprediksi dengan rumus ini. Maka, model yang telah dikembangkan oleh

Altman ini mengalami suatu revisi. Menurut Subramanyam dan Wild (2010:

288), model ini (Altman Revised) lebih umum dibandingkan dengan model awal

tahun 1968 yang hanya dapat diterapkan pada perusahaan yang sahamnya

diperdagangkan di bursa efek. Penggunaan model awal bisa dilakukan jika

hanya diterapkan pada emiten. Model baru ini dapat diterapkan pada perusahaan

emiten maupun non-emiten. Terdapat sedikit perubahan pada nilai X4 dalam

model Altman Revised dimana X4= book value of equity/book value of debt.

Adapun model Altman Revisi adalah sebagai berikut:

Z’-Score = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.42X4 + 0.998X5

Setelah itu, Altman mengembangkan model formulanya agar lebih

fleksibel yang dapat digunakan untuk perusahaan nonmanufaktur dengan

menghilangkan ratio kelima (X5) yang merupakan ratio penjualan/total asset.

Z”-Score merupakan rumus paling fleksibel karena bisa digunakan untuk

perusahaan publik maupun private (Prihadi, 2009: 84). Sehingga dalam

perkembangannya model Altman terbagi menjadi 3 sesuai kategori jenis

perusahaan (Gamayuni, 2011), yakni: (1) Original Z-score, suatu analisis z-score

untuk perusahaan public manufacturer (Altman 1968), (2) Model A Z-score,

suatu analisis z-score untuk private manufacturer (Altman Revisi), dan Model B

Z-score, suatu analisis z-score untuk private general firm (Altman Modifikasi).

Adapun formula untuk model Altman Modifikasi adalah sebagai berikut:

Z”-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4

65
Keterangan:

X1 = working Capital/total asset

X2 = retained Earning/total asset

X3 = Earning before interest and taxes/total asset

X4 = market value of equity/book value of debt

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan

model ini adalah:

Z>2.60 : perusahaan sehat

2.60<Z<1.10 : perusahaan pada grey area atau daerah kelabu

Z<1.10 : perusahaan potensial bangkrut

5. Metode Analisis Data Panel

Regresi Data Panel

Analisis regresi merupakan suatu metode statistik yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Regresi data panel

merupakan gabungan dari data time series dan data cross section. Secara umum

model regresi panel memiliki persamaan:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖𝑡 + ∑ 𝛽𝑘 𝑖𝑡 𝑋𝑘 𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡


𝑘=1

Asumsi Koefisien Tetap Antar Waktu dan Individu (Common Effect Model)

Metode Common Effect Model menggabungkan seluruh data tanpa

memperdulikan waktu dan tempat pengambilan data. Common Effect Model

(CEM) merupakan pendekatan yang paling sederhana dan mengasumsikan bahwa

66
intersep masing-masing variabel adalah sama, begitu juga dengan slope koefisien

untuk semua unit time series dan cross section. Persamaan CEM dapat di tuliskan

sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖𝑡 + ∑ 𝛽𝑘 𝑖𝑡 𝑋𝑘 𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡


𝑘=1

Asumsi Slope Konstan, Tetapi Intersepsi Bervariasi (Fixed Effect Model)

Pendekatan FEM menetapkan bahwa adalah sebagai kelompok yang spesifik

dalam constan term dalam model regresinya. FEM megasumsikan bahwa tidak

ada time spesifik effect dan hanya memfokuskan pada individual spesific effect.

Model FEM dapat di tuliskan dalam persamaan:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝛽′𝑋𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡

Estimasi dengan Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

Pendekatan dengan FEM dan model dummy untuk data panel menimbulkan

permasalahan hilangnya derajat bebas dari model dan juga dapat menghalangi

untuk mengetahui persamaan model aslinya. Oleh karena itu, estimasi perlu

dilakukan dengan komponen error atau model acak. Random Effect Model (REM)

mengasumsikan setiap variabel mempunyai perbedaan intersepsi. Keuntungan

menggunakan model REM yaitu dapat menghilangkan heterokedastisitas, dengan

menggunakan model efek tetap tidak dapat melihat pengaruh dari berbagai

67
karakteristik yang bersifat konstan diantara individual maka digunakan model

REM. REM memiliki persamaan sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝛽′𝑋𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡

Uji Chow

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih antara metode FEM atau

CEM, dengan hipotesis:

H0 : α1= α2 = ... = αk = α (Model CEM)

H1 : minimal ada satu intersep αi ≠ α (Model FEM); i = 1, 2, ..., K

Statistik uji yang digunakan:

(𝑆𝑆𝐸1 − 𝑆𝑆𝐸2 )/(𝐾 − 1)


𝐹 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ~𝐹((𝛼,(𝐾−1),(𝐾𝑇−𝐾−𝑃))
𝑆𝑆𝐸2 / (𝐾𝑇 − 𝐾 − 𝑃)

dimana K adalah banyak sektor, T adalah periode observasi, sedangkan P adalah

jumlah parameter dalam model FEM. SSE1 (Sum of Squares Error / residual)

common effect model, sedangkan SSE2 (Sum of Squares Error / residual) fixed

effect model. Daerah penolakan hipotesis nol yaitu jika nilai statistik F hitung

lebih besar daripada F tabel (𝐹((𝛼,(𝐾−1),(𝐾𝑇−𝐾−𝑃)) ) pada αi tertentu.

Uji Lagrange Multiplier

Uji Lagrange Multiplier digunakan untuk memilih model yang lebih baik antara

CEM dan REM, dengan melakukan pengujian REM yang didasarkan pada nilai

residual ɛit dari REM. Hipotesis yang digunakan:

68
H0 : 𝜎32 = 0 (model CEM lebih baik)

H1 : 𝜎32 ≠ 0 (model REM lebih baik)

Nilai statistik uji LM dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐾𝑇 ∑𝐾 [∑𝑇𝑡=1 𝜀𝑖𝑡 ]2
𝐿𝑀 = [ 𝑖=1 2
2 − 1] ~𝑋𝛼,1
2 (𝑇 − 1) ∑𝐾 ∑ 𝑇
𝜀
𝑖=1 𝑡=1 𝑖𝑡

dimana K adalah banyak sektor; T adalah banyak periode waktu dan ɛit adalah

residual model CEM. Daerah penolakan hipotesis nol yaitu jika nilai LM lebih
2
besar dari chisquare tabel dengan signifikansi α(𝑋𝛼,1 ).

Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk menentukan model mana yang lebih baik antara

model FEM dan REM. Menurut Greene (2002) unsur penting dalam metode

pemilihan ini adalah matriks kovarians dari perbedaan vektor [b-β], yaitu

Var[b-β] = Var[b] + Var[β] – Cov[b,β] – Cov[b,β]

dimana b adalah parameter (tanpa intersep) REM dan β adalah parameter FEM

menggunakan LSDV. Var[b] merupakan matriks kovarian parameter (tanpa

intersep) REM dan Var[β] adalah matriks kovarian parameter FEM.

Nilai statistik Hausman akan mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas

P, dimana P adalah jumlah variabel bebas. Pengujian Hausman dilakukan pada 𝜀𝑖𝑡

dari model REM. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini yaitu

H0 : corr(𝑋𝑖𝑡 , 𝜀𝑖𝑡 ) = 0 (model REM)

69
H1 : corr(Xit, it) 0 (model FEM); i = 1, 2, ..., K; t = 1, 2, ..., T

Daerah penolakan hipotesis nol yaitu jika nilai statistik Hausman (W) lebih besar
2
daripada nilai chi-square tabel pada tingkat signifikansi α tertentu ( 𝑋(𝛼,𝑗) )

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang RGEC bank syariah dan financial distress melalui berbagai

metode telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu, namun menunjukkan

hasil yang berbeda-beda. Adapun ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada

tabel 4, berikut akan disajikan penelitian terdahulu dari 5 peneliti dalam tabel

berikut:

70
Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Objek Penelitian Perbedaan Kesamaan

mengetahui, menganalisis,
membuktikan dan menguji
Randy Kurnia analisis financial
Prediksi Financial Distress pada perusahan manufaktur perbedaan hasil status
Permana, Nurmala distress dengan
1 Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek yang terdaftar di BEI kesehatan antara model
Ahmar, Syahril metode Altman Z
Indonesia tahun 2006-201 Grover, Springate, dan
Djaddang Score
Zmijewski. Tidak ada
penerapan nilai Islam
Perusahaan Plastik dan
membuat prediksi
ALTMAN Z-SCORE SEBAGAI SALAH Kemasan yang
Firda Mastuti, kebangkrutan dari
SATU METODE DALAM Terdaftar (Listing) di menggunakan
2 Muhammad Saifi, perusahaan yang dijadikan
MENGANALISIS ESTIMASI Bursa Efek Indonesia Altman Z Score
Devi Farah Azizah sampel, tidak ada RGEC dan
KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN periode tahun 2010
nilai Islam
sampai dengan 2012
PT. Akasha Wira
menganalisa tingkat
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN Triska Dewi International Tbk., PT.
kesehatan bank melalui menggunakan
3 KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN Pramitasari, Martina Berto Tbk.and
Altman Z Score, tidak ada Altman Z Score
METODE ALTMAN Z-SCORE Ratnaning Tyasasih PT.Mandom Indonesia
RGEC dan nilai Islam
Tbk. Meanwhile
Analisis Regresi Data Panel Pada
Pemodelan
Rahmadeni, Eka Kebun Sawit Plasma menggunakan
4 Produksi Panen Kelapa Sawit di Kebun objek penelitian bukan bank
Yonesta Kampung Buatan Baru regresi data panel
Sawit
Plasma Kampung Buatan Baru

71
ANALISIS DATA PANEL UNTUK
MENGUJI PENGARUH ESTIMASI BIAYA
PT MULTI KARYA menggunakan
5 PRODUKSI TERHADAP HARGA JUAL Dwi Kartikasari objek penelitian bukan bank
BAJATAMA regresi data panel
PADA WORKSHOP PT MULTI KARYA
BAJATAMA

Perusahaan Food &


variabel (y) adalah
PENGARUH PROFITABILITAS, Alfinda Rohmadini Beverage Yang
financial distress,
6 LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP Muhammad Saifi Terdaftar Di Bursa Efek objek penelitian bukan bank
menggunakan
FINANCIAL DISTRESS Ari Darmawan Indonesia Periode
altman Z Score
2013-2016)

KEKUATAN RASIO KEUANGAN DALAM


objek penelitian bukan bank, variabel
MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL Evanny Indri PERUSAHAAN
7 menggunakan analisis dependent adalah
DISTRESS PERUSAHAAN Hapsari MANUFAKTUR DI BEI
regresi logit. financial distress
MANUFAKTUR DI BEI

146 perusahaan yang


PENGARUH STRUKTUR CORPORATE menganalisis
Oktita Earning tercatat sebagai objek penelitian bukan bank,
GOVERNANCE DAN FINANCIAL pengaruh
8 Hanifah, Agus emiten yang terdaftar tidak menggunakan analisis
INDICATORS TERHADAP KONDISI terhadap financial
Purwanto sejak tahun 2009 data panel
FINANCIAL DISTRESS distress
sampai dengan 2011

72
RGEC SEBAGAI DETERMINASI DALAM
objek penelitian adalah bank
MENANGGULANGI FINANCIAL I Made Meliani perusahaan perbankan
konvensional dan variabel yang
9 DISTRESS PADA PERUSAHAAN Andari, I Gusti yang terdaftar di Bursa
menggunakan regresi digunakan
PERBANKAN Bagus Wiksuana Efek Indonesia
logistik
DI BURSA EFEK INDONESIA

KEKUATAN RASIO KEUANGAN DALAM


variabel yang digunakan variabel
MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL Evanny Indri PERUSAHAAN
10 berbeda, metode analisisnya dependent adalah
DISTRESS PERUSAHAAN Hapsari MANUFAKTUR DI BEI
juga berbeda financial distress
MANUFAKTUR DI BEI

ANALISIS PENGARUH RGEC TERHADAP Bank Umum Syariah


metode analisisnya bukan variabel yang
11 FINANCIAL DISTRESS PUTRI SHOLIKATI yang terdaftar di Bank
regresi data panel digunakan sama
BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Indonesia

73
Analisis Model Rgec (Risk Profile,
Good Corporate Governance,
Nurul Qoriah, dan menggunakan regresi variabel yang
12 Earnings, And Capital) dalam BUS
Nurdin logistik digunakan sama
Mengetahui Potensi Financial Distress
pada Bank Umum Syariah

Muammar
Analysis Z-score to Predict Bankruptcy Khaddafi,
13 in Banks Listed in Indonesia Stock Falahuddin, Moh.
Exchange Heikal , Ayu
Nandari. 2017.
Muhammad Iqbal,
Mapping of Islamic Bank Financial Selamet Riyadi,
14 Distress in Indonesia. Perbanas Priska Sabrianti,
Institute. Afifah Nur Afidah.
2018.
Determinants of Sharia Banks’ Khalifany Ash Metode Analisis
Shariah Banks in Jurnal ini menguji tentang
15 Efficiency In Indonesia: Panel Data Shidiqi, Aulifah yang digunakan
Indonesia efisiensi
Analysis Rachmawati. 2018. adalah Data Panel
Abdul Mukti Soma,
Religiosity and Islamic Banking
Ina Primiana,
Product Decision: Survey On
16 Sudarso K.
Employees Of Pt. Telekomunikasi
Wiryono, Erie
Indonesia. Institut Teknologi Bandung.
Febrian.
Data Panel Regression Analysis on Rizky Dwi
17
Corruption Case with Inequality of Noviantika

74
West Java Province Income Year
2010-2015
Analisis Penilaian Kinerja dengan
Teknik Self Assessment Sebagai
Kusminto & Joko
18 Evaluasi Kinerja Mahasiswa pada
Budi Poernomo.
Praktikum Fisika Dasar Ii Tadris Fisika
Iain Walisongo
Analisis Regresi Data Panel Pada
pemodelan produksi panen kelapa Rahmadeni, Eka kebun sawit plasma Populasi yang digunakan
19
sawit di kebun sawit Yonesta kampung Buatan Baru bukan bank syariah
plasma kampung buatan baru.
RGEC sebagai determinasi dalam
Ni Made Meliani variabel yang digunakan
menanggulangi financial distress pada Bank Umum Syariah
20 Andari. I Gusti berbeda, metode analisisnya
perusahaan perbankan di bursa efek yang terdaftar di BEI
Bagus Wiksuana juga berbeda
Indonesia

75
F. Kerangka Berpikir

Bank Syariah

(BSM, BNI Syariah dan BRI Syariah)


Metode RGEC (PBI No.13/1/PBI/2011)

Laporan Keuangan 2012-2018

Metode RGEC (PBI No.13/1/PBI/2011)

Good Corporate
Risk Profile Governance (GCG) Earning Capital

NPF Self Assesment Bank NIM CAR

Regresi Data Panel

Islamic Financial Distress

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional

76
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup

Penelitian ini berjudul “RGEC dan Pengaruhnya terhadap Islamic

Financial Distress Bank Syariah Periode 2012-2018. (Studi Kasus BNI

Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri)”. Oleh karena itu dengan

mengacu pada judul tersebut maka ruang lingkup penelitian ini dikhususkan

pada bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah

dengan waktu penelitian kurang lebih tiga bulan lamanya. Dimana batasan

penelitian akan menjadi acuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Penelitian

ini merupakan penelitian terhadap data sekunder yang berasal dari berbagai

sumber yang terkait.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiono (2008) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan nasabah Bank Syariah (BUS)

sebagai infinit Populasi, hal ini disebabkan nasabah Bank Umum Syariah

merupakan suatu kelompok objek yang berkembang terus (Sugiyono, 2008).

2. Sampel Penelitian

Menurut Arief Mufraini (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar. dan

77
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. misalnya

karena keterbatasan dana. tenaga. dan waktu. maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari

sempel itu. kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. untuk itu

sempel yang diambil dari populasi harus betul – betul mewakili.

Sampel yang diambil dalam populasi ini adalah menggunakan tekhnik

purposive sampling. Menurut Sugiyono 2010, purposive sampling adalah

teknik untuk menentukan sample penelitian dengan beberapa pertimbangan

tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya lebih representatif.

Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan

untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia.

2. Mempublikasikan annual report periode 2012-2018.

3. Melakukan self assessment terkait good corporate governance (GCG)

periode 2012-2018.

4. Laporan keuangan sudah diaudit oleh lembaga independen.

78
Terdapat 3 bank syariah yang akan dijadikan sebagai sampel dalam

penelitian ini, diantaranya :

1. Bank Mandiri Syariah (BSM)

2. BNI Syariah

3. BRI Syariah

C. Definisi Operasional Variable

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel independen dan

variabel dependen.

1. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2014: 59), variabel independen adalah: “... variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat)”. Dalam penelitian ini terdapat lima (5) variabel independen

yang diteliti yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance, Rentabilitas

(Earning), dan Permodalan (Capital) yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Risk Profile

Risiko Kredit, bertujuan mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang

dihadapi bank. Semakin tinggi rasio ini semakin buruk kualitas pembiayaan.

Pembiayaan Bermasalah
𝑁𝑃𝐹 = X 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

Kemampuan menjalankan fungsi intermediasi secara baik, dapat digunakan rasio

FDR sebagai indikatornya. Semakin tinggi rasio FDR maka bank tersebut

79
semakin baik dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Semakin tinggi FDR

maka pembiayaan yang disalurkan juga semakin meningkat. Demikian

sebaliknya, jika terjadi penurunan FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga

mengalami penurunan, sehingga FDR juga berpengaruh positif terhadap

pembiayaan Mudharabah. Adapun rumus untuk mencari Financing to Deposit

Rasio (FDR) adalah sebagai berikut:

jumlah pembiayan yang disalurkan dana yang diterima bank


𝐹𝐷𝑅 = × 100%
𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑘

2. Good Corporate Governance

Menurut Zarkasyi (2008:35), Good Corporate Governance adalah: “...prinsip

yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan

antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan

pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya dan stakeholders

pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur,

manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan

perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.”

Tabel 2. Aspek Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

No Aspek yang dinilai Bobot


1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 10%
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 20%
3 Kelengkapan dan Pelaksanaan tugas Komite 10%
4 Penanganan Benturan Kepentingan 10%
5 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5%
6 Penerapan fungsi audit intern 5%
7 Penerapan fungsi audit ekstern 5%
8 Penerapan fungsi manajemen risiko dan pengendalian intern 7,5%

80
9 Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan 7,5%

debitur besar (large exposures)


10 Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan, laporan 15%

pelaksanaan GCG dan pelaporan internal


11 Rencana Strategis Bank 5%
Nilai Komposit 100%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP

Penilaian terhadap faktor GCG menggunakan sistem self assessment

dimana masing-masing Bank Syariah menghitung sendiri komponen GCG.

Adapun kriteria yang digunakan dengan nilai komposit, yaitu :

Tabel 3. Hasil Penilaian Self Assessment Atas Pelaksanaan Good Corporate

Governance

Nilai Komposit Predikat Komposit


Nilai Komposit < 1,5 Sangat Baik
1,5 < Nilai Komposit < 2,5 Baik
2,5 < Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik
3,5 < Nilai Komposit < 4,5 Kurang Baik
4,5 < Nilai Komposit < 5 Tidak Baik
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP Tahun 2013

3. Rentabilitas (Earnings)

Menurut Frianto Pandia (2012:65), rentabilitas (Earnings) adalah: “...suatu alat

untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan

membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu.

Rentabilitas juga menunjukkan bagaimana manajemen perusahaan

81
mempertanggungjawabkan modal yang diserahkan pemilik modal kepadanya, hal

itu ditunjukkan dengan berapa besarnya dividen”.

Semakin kecil rasio rentabilitas, mengindikasikan kurangnya kemampuan

manajemen bank dalam hal mengelola aset untuk meningkatkan pendapatan dan

menekan biaya.

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
𝑁𝐼𝑀 =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

4. Permodalan (Capital)

Variabel CAR (Capital Adequecy Rasio), yaitu rasio yang digunakan untuk

melihat atau mengukur kecukupan modal suatu perusahaan.

Modal
𝐶𝐴𝑅 = x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Tabel 4. Indikator Penilaian Operasional Variabel Independen

Variabel Indikator Penilaian


Risiko Kredit
NPF
Risiko Likuiditas
FDR
Risk Profile
GCG Hasil pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana diatur
Total
dalamdana pihak BI
ketentuan ketiga
mengenai GCG bagi Bank Umum yang

dilakukan secara self assessment oleh pihak bank yang


Earnings NIM
bersangkutan

Capital CAR

82
2. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2016: 61) variabel dependen adalah: “... variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam

penelitian ini variabel dependen yang digunakan yaitu Financial Distress, yaitu

tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan

ataupun likuidasi.

83
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian


Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan 3 (tiga) bank syariah, yaitu

Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah dan BRI Syariah periode 2012-2018.

Adapun rasio-rasio masing-masing ketiga bank syariah, adalah sebagai berikut :

1. Deskripsi Bank Syariah Mandiri (BSM)

a. Sejarah Bank Syariah Mandiri

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis

politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional.

Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh

bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan

tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas

Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November

1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank

syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank beroperasi

sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

PT. Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh

Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT

Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara.

Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih

84
konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.

Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi

Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada

tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank

syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank

Syariah Mandiri (Persero).

PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya

dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank

syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT

Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris:

Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui

Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank

Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri.

Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan

Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin

perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat

Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999

tanggal 25 Oktober, Bank Indonesia telah menyetujui perubahan nama PT

Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri.

Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999

merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran

Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank

85
syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang

memandang pentingnya kehadiran bank syariah di lingkungan PT. Bank

Mandiri (Persero).

PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan

idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni

antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu

keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di

Indonesia.

b. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM)

Bank Syariah Mandiri mempunyai visi yaitu menjadi bank syariah

tepercaya pilihan mitra usaha. Sedangkan misi Bank Syariah Mandiri antara

lain :

a. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang

dengan mendorong terciptanya sarikat dagang yang terkoordinasi dengan

baik.

b. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui

sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di

Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan

memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas.

c. Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti

operasional perbankan syariah.

d. Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan

dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip

86
keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.

e. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat menengah

dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan

kecil, serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infak dan shadaqah

yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial.

f. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,

segenap lapisan masyarakat dan investor asing.

2. Deskripsi BNI Syariah

a. Sejarah BNI Syariah

Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT Bank Negara Indonesia

(persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah

kemerdekaan Indonesia. Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik

Indonesia, BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum

sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial

sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat

pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada

tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.

Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan dari

Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah

membatasi peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank

pembangunan dan diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa pada

tahun 1950 dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Kantor cabang

87
BNI pertama di luar negeri dibuka di Singapura pada tahun 1955.

Peranan BNI untuk mendukung perekonomian Indonesia semakin

strategis dengan munculnya inisiatif untuk melayani seluruh lapisan

masyarakat dari Sabang sampai Merauke pada tahun 1960-an dengan

memperkenalkan berbagai layanan perbankan seperti Bank Terapung,

Bank Keliling, Bank Bocah dan Bank Sarinah. Tujuan utama dari

pembentukan Bank Terapung adalah untuk melayani masyarakat yang tinggal

di kepulauan seperti di Kepulauan Riau atau daerah yang sulit dijangkau

dengan transportasi darat seperti Kalimantan. BNI juga meluncurkan Bank

Keliling, yaitu jasa layanan perbankan di mobil keliling sebagai upaya

proaktif untuk mendorong masyarakat menabung.

Sesuai dengan UU No.17 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan

nama Bank Negara Indonesia 1946, BNI bertugas memperbaiki ekonomi

rakyat dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.

Segmentasi nasabah juga telah dibidik BNI sejak awal dengan dirintisnya

bank yang melayani khusus nasabah wanita yaitu Bank Sarinah di mana

seluruh petugas bank adalah perempuan dan Bank Bocah yang memberikan

edukasi kepada anak-anak agar memiliki kebiasaan menabung sejak dini.

Pelayanan Bank Bocah dilakukan juga oleh anak- anak. Bahkan sejak 1963,

BNI telah merintis layanan perbankan diperguruan tinggi saat membuka Kantor

Kas Pembantu di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan. Saat ini BNI

telah memiliki kantor layanan hampir di seluruh perguruan tinggi negeri

maupun swasta terkemuka di Indonesia.

88
Dalam masa perjalanannya, BNI telah mereposisi identitas korporatnya

untuk menyesuaikan dengan pasar keuangan yang dinamis. Identitas pertama

sejak BNI berdiri berupa lingkaran warna merah dengan tulisan BNI 1946

berwarna emas melambangkan persatuan, keberanian, dan patriotisme yang

memang merefleksikan semangat BNI sebagai bank perjuangan. Pada tahun

1988, identitas korporat berubah menjadi logo layar kapal & gelombang untuk

merepresentasikan posisi BNI sebagai Bank Pemerintah Indonesia yang siap

memasuki pasar keuangan dunia dengan memiliki kantor cabang di luar negeri.

Gelombang mencerminkan gerak maju BNI yang dinamis sebagai bank

komersial Negara yang berorientasi pada pasar.

Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang mengguncang

kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI melakukan

program restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan rebranding untuk

membangun & memperkuat reputasi BNI. Identitas baru ini dengan

menempatkan angka „46‟ di depan kata „BNI‟. Kata „BNI‟ berwarna tosca

yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan. Sementara angka

”46” dalam kotak orange diletakkan secara diagonal untuk menggambarkan

BNI baru yang modern.

Tempaan krisis moneter tahun 1998 membuktikan ketangguhan sistem

perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,

transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap

sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undangundang

No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha

89
Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,

Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus

berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor

Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500

outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan

operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap

aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai

oleh KH.Ma‟ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian

dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor

12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha

kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun

2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin

off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010

dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).

Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal

berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19

tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah

terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran

terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.

90
b. Visi dan Misi BNI Syariah

BNI Syariah mempunyai visi untuk menjadi bank syariah pilihan

masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. Untuk mencapai visi

tersebut, BNI Syariah mempunyai misi sebagai berikut:

a. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada

kelestarian lingkungan.

b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa

perbankan syariah.

c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

d. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk

berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.

e. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

Bank syariah ini memiliki nilai intangibilitas yang menjadi

diferensiasi bagi perkembangan industri perbankan syariah yang selain

memiliki visi misi meningkatkan kinerja keuangan juga memberikan nilai

tambah pada model bisnisnya. Nilai intangibilitas ini diantaranya

memberikan kesempatan kepada Sumber Daya Insani perbankan untuk

melaksanakan ibadah shalat tepat waktu dan menghentikan sementara

transaksi perbankan selama beberapa menit. Program ibadah ini memberi

makna bahwa SDI di bank selain berkinerja tinggi juga tepat waktu untuk

beribadah. Sehingga akumulasi dari penilaian di industri syariah tidak hanya

bernilai keuangan saja tetapi juga memasukkan multiplier effect dari nilai

intangibilitas yang sesuai dengan rukun Islam yang diyakini oleh SDI

91
perbankan syariah (Aziz, 2017).

3. Deskripsi PT. BRI Syariah

a. Sejarah PT. BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan

izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya

No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.

BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah

merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,

kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah

Islam.

Dua tahun lebih PT. BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah

bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan

nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan

menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip

syariah.

Kehadiran PT. BRI Syariah di tengah-tengah industri perbankan

nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo

perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat

terhadap sebuah bank modern sekelas PT. BRI Syariah yang mampu

melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang

92
digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang

merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk,.

Aktivitas PT BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19

Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI

Syariah (proses spin-off) yang berlaku efektif pada 1 Januari 2009.

Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama

PT. BRI Persero, Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama

PT. Bank BRI Syariah.

Saat ini PT. BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar

berdasarkan aset. PT. BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,

jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada

segmen menengah bawah, PT. BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel

modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. BRI Syariah merintis sinergi

dengan PT. BRI Persero, Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT.

BRI Persero, Tbk., sebagai kantor layanan syariah dalam mengembangkan

bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan

kegiatan konsumer berdasarkan prinsip syariah.

A. Visi dan Misi BRI Syariah

 Visi

Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial

sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan

93
lebih bermakna.

 Misi

1) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam

kebutuhan finansial nasabah.

2) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah.

3) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun

dan dimana pun.

4) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup

dan menghadirkan ketenteraman pikiran.

B. Laporan Keuangan
Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan tentu

memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Agar

usaha yang dijalankan dapat dipantau perkembangannya setiap perusahaan harus

mampu membuat catatan, pembukuan, dan laporan yang dibuat baik dalam

periode tertentu yang biasa disebut dengan laporan keuangan. Berikut pengertian

laporan keuangan dari beberapa pendapat diantaranya yaitu:

Kasmir (2012: 7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi

keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu

(untuk laporan laba rugi). Laporan keuangan dibuat 3 bulan atau enam bulan

untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara untuk laporan yang lebih luas

di buat satu tahun satu kali.

94
PSAK No.1 Tahun 2014 menyampaikan bahwa tujuan laporan keuangan adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas

entitas. Laporan keuangan juga bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan, untuk pengambilan suatu keputusan ekonomi yang

menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pengguna sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

1. Rasio Keuangan

Adapun data rata-rata pergerakan rasio non performing finance (NPF), financing

to deposit ratio (FDR), return on asset (ROA), Good Corporate Governance

(GCG), Return of Asset (ROA) dan Capital adequacy ratio (CAR) pada masing-

masing bank pada periode 2012-2018, sebagai berikut :

Tabel 5. Rasio keuangan Bank BRI Syariah

Tahun NPF FDR GCG ROA CAR

2012 3 103,07 1,38 0,88 11,91

2013 4,06 102,7 1,35 1,15 14,49

2014 4,6 93,9 1,74 0,08 12,89

2015 4,86 84,16 1,61 0,77 13,91

2016 4,57 81,47 1,6 0,95 20,63

2017 6,43 71,87 1,57 0,51 20,29

2018 7,57 84,67 1,85 0,60 23,90

95
Tabel 6. Rasio Keuangan Bank BNI Syariah

Tahun NPF FDR GCG ROA CAR

2012 2,02 84,99 1,25 1,48 19,07

2013 1,86 97,86 1,3 1,37 16,23

2014 1,86 92,6 200 1,27 16,26

2015 2,53 91,94 200 1,43 15,48

2016 2,94 84,57 200 1,44 14,92

2017 2,89 80,21 200 1,31 20,14

2018 3,14 87,04 217,04 1,42 21,86

Tabel 7. Bank Syariah Mandiri

Tahun NPF FDR GCG ROA CAR

2012 2,82 94,4 2,25 2,25 13,82

2013 4,31 89,37 185 1,53 14,1

2014 6,83 82,13 212 -0,03 14,12

2015 6,06 81,99 200 0,56 12,85

2016 4,92 79,19 100 0,59 14,01

2017 4,53 77,66 1,35 0,59 15,89

2018 5,19 89,04 1,55 0,68 18,22

96
2. Perhitungan Ratio-Ratio pada Model Altman Z- Score

Pada Tabel 1 disajikan data-data laporan keuangan di BRI Syariah, BNI Syariah,

dan Bank Syariah Mandiri dimana berdasarkan data tersebut dapat diperoleh

rasio-rasio keuangan yang kedepannya akan digunakan pada model Altman Z

Score. Data tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Rasio Keuangan Hasil Perhitungan Metode Altman Z SCore

Modal Retained Islamic


BRI MVE EBIT Financial
Tahun Kerja Earning Financial
Syariah (X4) (X3) distress
(X1) (X2) Distress

(a x b) k=1

2012 0.77 0.29 0.01 0.01 5.410 6.410

2013 0.74 0.33 0.01 0.01 5.320 6.320

2014 0.71 0.26 0.01 0.01 5.022 6.022

2015 0.70 0.31 0.01 0.01 5.004 6.004

2016 0.74 0.23 0.01 0.01 5.165 6.165

2017 0.75 0.22 0.00 0.00 5.218 6.218

2018 0.73 0.41 0.00 0.00 5.268 6.268

Modal
Islamic
BNI Kerja MVE Retained Financial
Tahun EBIT Financial
Syariah (Rp) (Rp) Earning distress
Distress
(a-b)

97
(a x b)

2012 0.63 0.46 0.013 0.017 4.765 5.765

2013 0.83 0.26 0.012 0.019 5.887 6.887

2014 0.85 0.49 0.011 0.008 6.184 7.184

2015 0.70 0.45 0.011 0.008 5.160 6.160

2016 1.02 0.32 0.016 0.008 7.167 8.167

2017 0.80 0.38 0.012 0.006 5.767 6.767

2018 1.20 0.26 0.013 0.004 8.260 9.260

Modal
Islamic
Kerja MVE Retained Financial
BSM Tahun EBIT Financial
(Rp) (Rp) Earning distress
Distress
(a-b)

(a x b)

2012 1.07 0.16 0.020 0.015 7.382 8.382

2013 1.08 0.14 0.014 0.010 7.378 8.378

2014 1.08 0.18 0.002 0.001 7.269 8.269

2015 1.09 0.20 0.005 0.004 7.410 8.410

2016 1.10 0.18 0.006 0.004 7.465 8.465

2017 2.08 0.18 0.006 0.005 13.869 14.869

2018 1.73 0.21 0.008 0.006 11.651 12.651

98
Pada bagian sebelumnya di bab II telah dipaparkan metode pendekatan teori

kekongruenan sehingga diperoleh persamaan Islamic Financial Distress seperti

berikut:

f: F = S (M, A, P)

𝑭 = 𝑺 + 𝑴 + 𝑨 + 𝑷 + 𝒆 .... Persamaan 1)

Keterangan:

m = bilangan positif, k = bilangan bulat, M = Modal, A = Aktivitas, P = Profit, U

= Utang

dan pada bab yang sama telah dipaparkan tentang Altman Z Score beserta formula

modifikasinya, adapun formula untuk model Altman Modifikasi adalah sebagai

berikut:

Z-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 .... persamaan 2)

Keterangan:

X1 = working Capital/total asset

X2 = retained Earning/total asset

X3 = Earning before interest and taxes/total asset

X4 = market value of equity/book value of debt

Pada dasarnya variabel yang digunakan pada persamaan 1) dan persamaan 2)

adalah sama yaitu modal, aktifitas, dan laba/profit. Dengan menggabungkan

kedua persamaan tersebut maka diperoleh hasil koefisien Islamic Financial

Distress seperti yang telah disajikan pada tabel diatas di kolom terakhir.

99
3. Hasil Olah Data
1. Melakukan uji model

a. Menggunakan F Restricted atau Chow Test

Hipotesis = H0 : PLS

H1 : FE

Karna P Value = 0.4797 > Alpha 0.05 maka terima H0 berarti pilihan terbaik

adalah PLS.

b. Memilih Model Panel: PLS vs RE

Menggunakan Breusch Pagan Lagrange Multiplier (LM) Test

Hipotesis = H0 : PLS

100
H1 : RE

P Value = 1, 000 > Alpha (0,005) maka terima Ho berarti metode yang

paling tepat adalah PLS

2. Uji asumsi klasik

a. Variance Inflation Factor (VIF) uji MultikolinearitasNilai VIF < 10 berarti

tidak ada multikolinieritas antara variabel yang diteliti

101
b. Heteroskedastisitas

Hipotesis = H0 : Homoskedastis

H1 : Heteroskedastis

Dari output di atas Nilai P-Value = 0,3405 > 0,05 maka terima H0, maka tampak

bahwa semua variabel tidak ada gejala heteroskedastisitas karena Sig. > 0,05

c. Autokorelasi
Tabel 9. Output olah data SPSS. Autocorrelation

Model Summaryb

Std. Change Statistics

Adjusted Error of R

R R the Square F Sig. F Durbin-

Model R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson

1 1.000a 1.000 1.000 0.00000 1.000 5 15 0.323

a. Predictors: (Constant), X5, X3, X1, X4, X2

b. Dependent Variable: Y

Olah data IBM SPSS 10

DL = 1,60383, DU = 1,76168, DW = 0,323. Karna DW < DL dan DU maka

terdapat autokorelasi positif antara variabel-variabel yang diteliti.

102
3. Interpretasi Hasil Regresi dengan STATA

1. Uji Global (F Stat).

Uji ini untuk melihat secara umum apakah model kita dapat digunakan atau

tidak.

Jika hasil Prob F-stat lebih kecil dari alfa maka dapat model kita dapat

digunakan. Pada output data diatas Prob > F = 0.0000 lebih kecil dari alfa

berarti model dapat digunakan dengan metode PLS. Hal ini menunjukkan

bahwa kelima variabel penelitian secara simultan berpengaruh terhadap

Islamic Financial Distress.

2. Uji t ( t Stat).

Uji ini untuk melihat secara pervariabel apakah variabel independen tersebut

dapat mempengaruhi secara signifikan dependen atau tidak.

Berdasarkan pada output data yang diperoleh dapat ditunjukkan bahwa secara

partial hanya variabel X5 yang berpengaruh terhadap Islamic Financial

Distress.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh model

regresi mampu menjelaskan variabel terikat atau apakah sudah cukup tepat

memilih variabel independen untuk mengukur variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu (0<R2<1). Semakin

mendekati satu, semakin tepat pemilihan variabel bebas untuk menjelaskan

variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, semakin mendekati nol, semakin

tidak tepat pemilihan variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikat. Pada

103
output data diperoleh R-squared = 1.0000, hal ini menunjukkan bahwa

variabel yang digunakan sangat tepat dalam menjelaskan variabel Islamic

Financial Distress.

104
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dipaparkan pada bab Pendahuluan,

maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai Islam sebagai aspek religiusitas dapan diterapkan pada konsep Financial

Distress dengan menggunakan pendekatan Teori Bilangan Teorema

Kekongruenan pada konsep Altman Z-Score Modifikasi dengan penggunaan

variabel yang sama.

2. Berdasarkan data output regresi data panel dengan menggunakan STATA

sebagai metode olah data dengan melihat Prob F = 0.0000 < 0,005

menunjukkan bahwa variabel X1 (NPF), X2 (FDR), X3(GCG), X4(ROA),

X5 (CAR) berpengaruh secara simultan terhadap Islamic Financial Distress

dimana model yang digunakan adalah PLS (Pooled Least Square)

3. Berdasarkan data output regresi data panel dengan menggunakan STATA

sebagai metode olah data dengan melihat Prob t menunjukkan bahwa variabel

X1 (NPF), X2 (FDR), X3(GCG), X4(ROA) tidak berpengaruh secara parsial

terhadap Islamic Financial Distress sedangkan X5 (CAR) berpengaruh secara

parsial terhadap Islamic Financial Distress.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka dirumuskan saran-saran terkait

dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

105
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini masih sangat terbatas yaitu

BRI Syariah, BNI Syariah dan Mandiri Syariah. Keragaman sampel

penelitian akan berpengaruh pada hasil penelitian. Maka dari itu penulis

menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan sampel yang

lebih bervariasi dengan jumlah yang lebih besar.

2. Pada Uji T diperoleh variabel-variabel yang tidak memiliki pengaruh

terhadap Islamic Financial Distress. Oleh karna itu, peneliti berharap pada

penelitian selanjutnya ditemukan variabel-variabel yang secara signifikan

berpengaruh secara parsial terhadap Islamic Financial Distress.

3. Keterbatasan peneliti dalam merumuskan masalah dengan cara yang

sangat sederhana menjadi ruang kepada peneliti selanjutnya dalam

meningkatkan keilmuan di bidang Ekonomi Islam khususnya di bidang

perbankan syariah. Nilai religiuitas yang digunakan pada tulisan ini adalah

sholat, dimana penulis berada pada tahap awal penyusunan konsep Islamic

Financial Distress. Penulis berharap pada penulis berikutnya agar mampu

membuat sintesis ilmu yang lebih detail dan lengkap mengenai Islamic

Financial Distress

4. Keterkaitan ilmu Ekonomi Islam dengan bidang keilmuan lain masih

sangat luas, oleh karena itu penulis menyarankan kepada peneliti

selanjutnya khususnya di bidang Ekonomi Islam agar dapat menggandeng

ahli keilmuan lainnya sehingga Ekonomi Islam di Indonesia dapat lebih

berkembang di bidang akademik hingga bisa diterapkan pada kehidupan

masyarakat banyak.

106
5. Tulisan ini adalah salah satu upaya penulis dalam berkontribusi di bidang

Ekonomi Syariah, penulis berharap agar kontribusi kecil ini bisa lebih

berkembang oleh penulis selanjutnya yang memiliki ilmu mumpuni di

bidang keilmuan ini

107
Daftar Pustaka

Abdul Mukti Soma, Ina Primiana, Sudarso K. Wiryono, Erie Febrian. 2017.
Religiosity and Islamic Banking Product Decision: Survey On Employees
Of Pt. Telekomunikasi Indonesia. Institut Teknologi Bandung.

Agung Priambodo. 2015. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Belanja


Modal, Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Semarang.
Ali, Herni & Ahmad Rodhoni. (2014). Manajemen Keuangan Modern. Jakarta :
Mitra Wacana Media

Al Baihaqy, Muhammad Hasbi. 2017. Tingkat Kesehatan Bank dan Laba pada
Bank Umum Syariah. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Andari, Ni Made Meliani. Wiksuana, I Gusti Bagus. 2017. RGEC sebagai
determinasi dalam menanggulangi financial distress pada perusahaan
perbankan di bursa efek Indonesia. Bali.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2004. Islamic Micro Macro Economics. Module 1,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2005. Sinlammim Kode Tuhan. Esa Alam, Jakarta. Aziz,
Roikhan Mochamad. 2006. Jejak Islam Yang Hilang. Sinlammim,
Jakarta. Aziz, Roikhan Mochamad. 2008. Analisis Pemodelan Sukuk
Indonesia Malaysia Dengan System Dynamics. Disertasi, Sekolah Pasca
Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. January-April 2008. Comparative Study of Islamic
Bonds in Indonesia and Malaysia on System Dynamics Approach. Jurnal
Ekonomi Kemasyarakatan Equilibirium, Vol,5, No. 2 Jakarta.
http://www.stiead.ac.id.
Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Kaffah Approach In Islamic Economics
Theory. Journal. University Islamic Indonesia (UII), Jogjakarta,
Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Holistic Thinking To Develop Islamic
Bonds In Indonesia. Proceeding. IAEI – University Airlangga (Unair),
Surabaya, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. September 2008. Sukuk Dynamics In System Thinking.
School Of Business (SBM), Institute Technology Bandung (ITB),
Bandung, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Application Of Mathematics In
Information System Based On Al-Quran. Working Paper, Studium
General, State Islamic University (UIN) Jakarta, Indonesia.

108
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Assimilation of Sinlammim Into
System Thinking In The Quantitative Method With Modeling On Sukuk
As Islamic Economic Instrument. Proceeding. University of Malahayati,
Lampung, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Future of Sukuk Between Malaysia
and Indonesia Based on System Thinking. Proceeding. Monash
University, Sunway Campus, Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Mistery of Digital Root Based On
Sinlammim Method. Proceeding. Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bandung, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Root Of Mathematics and Science Is
level Compared With Religious Thinking. Proceeding. State Islamic
University (UIN) Jakarta, Indonesia.
Aziz, Roikhan Mochamad. November 2008. The Sukuk Competition Between
Indonesia and Malaysia With System Dynamics. Proceeding. University
Malaysia Sabah, Labuan, Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method Through
Digital Root. Proceeding, ISOIT International Seminar on Islamic
Thought, UKM, Bangi, Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Education on Root Of Islam. Proceeding,
International Seminar On Islamic Education. UNJ, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Pasar Modal Syariah. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Moneter Syariah. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Perekonomian Indonesia. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Ekonomi Makromikro Syariah. Modul Kuliah,
Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan, Lampung.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. New Paradigm on Sinlammim Kaffah In Islamic
Economics. Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. March 2009. The Application of Kaffah Economics on
Sukuk As Islamic Economic Instrument In OIC Countries. IRTI-IDB,
IIUM, Kuala Lumpur, Malaysia.

109
Aziz, Roikhan Mochamad. April 2009. Pemodelan Institusi Keuangan Islam
Berbasis Metode Sinlammim Kaffah (Studi Kelayakan Pada Bofsa), UII,
Jogjakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. August 2009. Islamic Principle and Financial Aspect in
Sukuk on Asset Becked securities. IALE Hukumonline.com, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. October 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method
Through Digital Root. Proceeding, UKM Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Makro Islam Tuga Dimensi. Modul
Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Modul
Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Islamic Civilization Versus western System.
Proceeding. International Conference on Islamic Civilization. Kahorem
Pakistam.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Moneter Tiga Dimensi. Modul Kuliah,
Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Perbankan Syariah. Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Islam Tiga Dimensi. Modul Kuliah,
Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. The Prospect Of Islamic Revival In Indonesia
2015 Based on Development of Sukuk The Sukuk Through Sinlammim
Kaffah Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics Days
(Second), UI, Depok.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. New Paradigm in On Sinlammim Kaffah In
Islamic Economics. Jurnal Signifikan, Vol. 9, No.2, Mei-Agustus,
Jakarta. http://www.uinjkt.ac.id.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Education on Root of Islam. Proceeding
International Seminar Islam's Contribution in Education to Empower
Human Resources.
Aziz, Roikhan Mochamad. April 2010. The prospect of IslamicRevival in Indonesia
2015 Based on Development of Sukuk The Skuk Through Sinlamim

110
Kaffaf Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics Days
(Second), UI, Depok.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. New Paradigm on System Thinking. Jurnal
Ekonotika. Fakultas Ekonomi Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan (IESP), Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. Draft regulation Act of Haji Finance
Management, Ministerial of Religious, Affair. Directorate General of
Haji, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Sinlamim: Kode Tuhan, Esa Alam,
Jakarta.Http://www.tokogunungagung.co.id.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Information System on Islam. Book Of MIS
Project Vol 1, Vol 2, Vol 3, Vol 4, Computer Comunication Information
Techonology, Faculty of Techniquem University of Indonesia, Depok.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Five Pillars of Economy, Economy Development
In Islamic Perspective. Book of Journal, Development Studdies, Fauculty
Economics Bussiniess, State Islamic University. Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Islamic Economic. Book of Article, University Of
Islam Riau (UIR).
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Keterkaitan Indikator Moneter Syariah Terhadap
Pendapatan Domestik Bruto. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 1. UIN Jakarta,
Tangerang. ISSN: 2087-2046. DOI: 10.15408/sjie.v1i1.2595.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. New Paradigm on Islamic Kafah in Islamic
Economics. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 2. ISSN: 2087-2046. DOI:
10.15408/sjie.v1i2.2604. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
Aziz, Roikhan Mochamad. April 2012. Islamic Micro Economy. Book of Article,
IESP Program FEB, UIN Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. May 2012. Macro Economy in Islam. Book of Article
Accounting Program FEB, UIN Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. June 2012. Islamic Economic. Book of Article,
University of Islam Riau (UIR).
Aziz, Roikhan Mochamad. Oktober 2012. Five Pillars of Economy. Economy
Press. Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Pemodalan Lembaga Keuangan Syariah Non
Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7 No.2, Jakarta.
http://www.uhamka.ac.id.

111
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Islamic Monetary Based On Method. Book of
Journal. Islamic Monetary Program State Islamic University, Faculty of
Economics Bussiness.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. The Simulation of Islamic Economic Instrument
as Sukuk. Jurnal Nalar Fiqh Vol. 8 No. 2.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Determinan Tabungan Mudharabah di Indonesia.
Jurnal Signifikan Vol. 2 No. 2. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Roikhan Mochamad. Januari 2013. Islamic Monetary Based On Method.
Book of Islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. UIN
Press, Jakarta.
Azis, Roikhan Mochamad. Januari – April 2013. Pemodelan Lembaga Keuangan
Syariah Non Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7
No.2, Jakarta http://www.uhamka.ac.id.

Falhanawati, Yudnina. 2017. Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank Syariah


Terhadap Potensi Terjadinya Financial Distress Dengan Menggunakan
Metode RGEC. Jakarta.
Fuad Nashori. Diani RR. 2002. Agenda Psikologi Islam. Kudus.

Kusminto & Joko Budi Poernomo. Analisis Penilaian Kinerja dengan Teknik Self
Assessment Sebagai Evaluasi Kinerja Mahasiswa pada Praktikum Fisika
Dasar Ii Tadris Fisika Iain Walisongo. Semarang
Laela, Sugiyarti Fatma. 2012. Kualitas laba dan corporate governance: benarkah
kualitas laba bank syariah lebih rendah dari bank konvensional?. Jakarta.
Maidalena. Analisis Faktor Non Performing Financing (NPF) pada Industri
Perbankan Syariah. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Sunan Ampel.
Maradita, Aldira. Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional. 2014.
Maradita, Aldira. Karakteristik Good Corporate Governance pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional.
Muammar Khaddafi1. Falahuddin. Mohd. Heikal. Ayu Nandari. 2017. Analysis Z-
score to Predict Bankruptcy in Banks Listed in Indonesia Stock Exchange.
Aceh.
Muhammad Iqbal, Selamet Riyadi, Priska Sabrianti, Afifah Nur Afidah. Mapping
of Islamic Bank Financial Distress in Indonesia.

112
Niswati, Za’imatun. 2014. Analisis Efisiensi Kinerja Menggunakan Model Data
Envelopment Analysis (Dea) Pada Pt XYZ. Universitas Indraprasta PGRI.
Widyaningrum, Hening Asih. Suhadak. Topowijono. 20120. Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating
(Rbbr). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3445095/ojk-kondisi-bank-syariah-nasional-
terus-membaik
https://www.liputan6.com/bisnis/read/585650/3-dampak-keberadaan-bank-syariah-
bagi-makro-ekonomi-riil.
https://www.statistikian.com/2017/01/uji-autokorelasi-dengan-spss.html

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/30/132000326/sektor-pertanian-dan-
citra-indonesia-di-mata-dunia?page=all

113
Tabel 10. Penelitian Terdahalu

No Judul Peneliti Objek Penelitian Perbedaan Kesamaan

mengetahui, menganalisis,
membuktikan dan menguji
Randy Kurnia analisis financial
Prediksi Financial Distress pada perusahan manufaktur perbedaan hasil status
Permana, Nurmala distress dengan
1 Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek yang terdaftar di BEI kesehatan antara model
Ahmar, Syahril metode Altman Z
Indonesia tahun 2006-201 Grover, Springate, dan
Djaddang Score
Zmijewski. Tidak ada
penerapan nilai Islam

Perusahaan Plastik dan membuat prediksi


ALTMAN Z-SCORE SEBAGAI
Firda Mastuti, Kemasan yang Terdaftar kebangkrutan dari
SALAH SATU METODE DALAM menggunakan
2 Muhammad Saifi, (Listing) di Bursa Efek perusahaan yang dijadikan
MENGANALISIS ESTIMASI Altman Z Score
Devi Farah Azizah Indonesia periode tahun sampel, tidak ada RGEC
KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN
2010 sampai dengan 2012 dan nilai Islam
PT. Akasha Wira
ANALISIS TINGKAT Triska Dewi menganalisa tingkat
International Tbk., PT.
KESEHATAN KEUANGAN Pramitasari, kesehatan bank melalui menggunakan
3 Martina Berto Tbk.and
PERUSAHAAN DENGAN Ratnaning Altman Z Score, tidak ada Altman Z Score
PT.Mandom Indonesia
METODE ALTMAN Z-SCORE Tyasasih RGEC dan nilai Islam
Tbk. Meanwhile
Analisis Regresi Data Panel Pada
Pemodelan
Rahmadeni, Eka Kebun Sawit Plasma objek penelitian bukan menggunakan
4 Produksi Panen Kelapa Sawit di
Yonesta Kampung Buatan Baru bank regresi data panel
Kebun Sawit
Plasma Kampung Buatan Baru

1
ANALISIS DATA PANEL UNTUK
MENGUJI PENGARUH ESTIMASI
PT MULTI KARYA objek penelitian bukan menggunakan
5 BIAYA PRODUKSI TERHADAP Dwi Kartikasari
BAJATAMA bank regresi data panel
HARGA JUAL PADA WORKSHOP
PT MULTI KARYA BAJATAMA

PENGARUH PROFITABILITAS, Alfinda Perusahaan Food & variabel (y) adalah


LIKUIDITAS DAN LEVERAGE Rohmadini Beverage Yang Terdaftar objek penelitian bukan financial distress,
6
TERHADAP FINANCIAL Muhammad Saifi Di Bursa Efek Indonesia bank menggunakan
DISTRESS Ari Darmawan Periode 2013-2016) altman Z Score

KEKUATAN RASIO KEUANGAN


DALAM MEMPREDIKSI KONDISI objek penelitian bukan variabel dependent
Evanny Indri PERUSAHAAN
7 FINANCIAL DISTRESS bank, menggunakan adalah financial
Hapsari MANUFAKTUR DI BEI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI analisis regresi logit. distress
BEI

PENGARUH STRUKTUR
146 perusahaan yang
CORPORATE GOVERNANCE Oktita Earning objek penelitian bukan menganalisis
tercatat sebagai emiten
8 DAN FINANCIAL INDICATORS Hanifah, Agus bank, tidak menggunakan pengaruh terhadap
yang terdaftar sejak tahun
TERHADAP KONDISI FINANCIAL Purwanto analisis data panel financial distress
2009 sampai dengan 2011
DISTRESS

2
RGEC SEBAGAI DETERMINASI
objek penelitian adalah
DALAM MENANGGULANGI I Made Meliani perusahaan perbankan
bank konvensional dan variabel yang
9 FINANCIAL DISTRESS PADA Andari, I Gusti yang terdaftar di Bursa
menggunakan regresi digunakan
PERUSAHAAN PERBANKAN Bagus Wiksuana Efek Indonesia
logistik
DI BURSA EFEK INDONESIA

KEKUATAN RASIO KEUANGAN


DALAM MEMPREDIKSI KONDISI variabel yang digunakan variabel dependent
Evanny Indri PERUSAHAAN
10 FINANCIAL DISTRESS berbeda, metode adalah financial
Hapsari MANUFAKTUR DI BEI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI analisisnya juga berbeda distress
BEI

ANALISIS PENGARUH RGEC


TERHADAP FINANCIAL Bank Umum Syariah
PUTRI metode analisisnya bukan variabel yang
11 DISTRESS yang terdaftar di Bank
SHOLIKATI regresi data panel digunakan sama
BANK UMUM SYARIAH DI Indonesia
INDONESIA

3
Analisis Model Rgec (Risk Profile,
Good Corporate Governance,
Earnings, And Capital) dalam Nurul Qoriah, dan menggunakan regresi variabel yang
12 BUS
Mengetahui Potensi Financial Nurdin logistik digunakan sama
Distress
pada Bank Umum Syariah
KUALITAS LABA DAN
CORPORATE GOVERNANCE:
BENARKAH KUALITAS LABA
BANK SYARIAH LEBIH RENDAH
DARI
BANK KONVENSIONAL?
Muammar
Analysis Z-score to Predict Khaddafi,
13 Bankruptcy in Banks Listed in Falahuddin, Moh.
Indonesia Stock Exchange Heikal , Ayu
Nandari. 2017.
Muhammad Iqbal,
Mapping of Islamic Bank Financial Selamet Riyadi,
14 Distress in Indonesia. Perbanas Priska Sabrianti,
Institute. Afifah Nur Afidah.
2018.
Khalifany Ash
Determinants of Sharia Banks’ Metode Analisis
Shidiqi, Aulifah Shariah Banks in Jurnal ini menguji tentang
15 Efficiency In Indonesia: Panel Data yang digunakan
Rachmawati. Indonesia efisiensi
Analysis adalah Data Panel
2018.

4
Religiosity and Islamic Banking Abdul Mukti
Product Decision: Survey On Soma, Ina
16 Employees Of Pt. Telekomunikasi Primiana, Sudarso
Indonesia. Institut Teknologi K. Wiryono, Erie
Bandung. Febrian.
Data Panel Regression Analysis on
Corruption Case with Inequality of Rizky Dwi
17
West Java Province Income Year Noviantika
2010-2015
Analisis Penilaian Kinerja dengan
Teknik Self Assessment Sebagai
Kusminto & Joko
18 Evaluasi Kinerja Mahasiswa pada
Budi Poernomo.
Praktikum Fisika Dasar Ii Tadris
Fisika Iain Walisongo
Analisis Regresi Data Panel Pada
Pemodelan
Rahmadeni, Eka kebun sawit plasma Populasi yang digunakan
19 Produksi Panen Kelapa Sawit Di
Yonesta kampung Buatan Baru bukan bank syariah
Kebun Sawit
Plasma Kampung Buatan Baru
RGEC sebagai determinasi dalam
Ni Made Meliani variabel yang digunakan
menanggulangi financial distress pada Bank Umum Syariah
20 Andari. I Gusti berbeda, metode
perusahaan perbankan di bursa efek yang terdaftar di BEI
Bagus Wiksuana analisisnya juga berbeda
Indonesia

5
Tabel 11. Data Laporan Keuangan Altman Z Score

Aktiva
BRI Kewajiban Modal Nilai Buku
Lancar MVE (Rp) Retained
Syariah Tahun Lancar Kerja (Rp) Hutang (Rp) Total Aset EBIT
(Rp) Earning
(Rp) (a-b)

(a) (b) (a x b) (a + b)

2,012 13,776,753 2,993,561 10,783,192 979,000 3,431,739 14,088,914 138,052 101,890

2,013 17,030,283 4,130,131 12,900,152 1,479,000 4,504,515 17,400,914 183,942 219,128

2,014 19,434,343 4,989,280 14,445,063 1,479,000 5,608,590 20,343,249 153,850 228,843

6
2,015 23,255,649 6,203,879 17,051,770 1,979,000 6,421,537 24,230,247 169,069 122,640

2,016 26,834,708 6,400,942 20,433,766 1,979,000 8,464,428 27,687,188 238,609 170,210

2,017 30,441,831 6,655,764 23,786,067 1,979,000 9,100,455 31,543,384 150,957 101,091

2,018 36,663,206 8,903,084 27,760,122 4,858,057 11,894,916 37,915,084 151,514 106,600

Aktiva
BNI Kewajiban Modal Nilai Buku
Lancar MVE (Rp) Retained
Syariah Tahun Lancar Kerja (Rp) Hutang (Rp) Total Aset EBIT
(Rp) Earning
(Rp) (a-b)

(a) (b) (a x b) (a + b)

2,012 10,254,114 3,530,119 6,723,995 1,001,000 2,185,658 10,645,313 137,744 175,967

7
2,013 14,232,695 1,972,045 12,260,650 1,001,000 3,838,672 14,708,504 179,616 283,680

2,014 19,180,485 2,631,276 16,549,209 1,501,500 3,084,547 19,492,112 220,133 163,251

2,015 22,631,094 2,845,936 19,785,158 1,501,500 3,310,505 28,314,175 307,768 228,525

2,016 27,644,272 4,151,881 23,492,391 1,501,500 4,684,758 23,017,667 373,197 184,732

2,017 34,046,013 6,057,678 27,988,335 2,501,500 6,612,712 34,822,442 408,747 193,513

2,018 40,408,790 8,944,049 49,352,839 2,501,500 9,787,200 41,048,545 550,238 184,321

Aktiva Modal Nilai Buku Retained


BSM Tahun MVE (Rp) Total Aset EBIT
Lancar Kewajiban Kerja (Rp) Hutang (Rp) Earning

8
(Rp) Lancar (a-b)

(Rp)

(a) (b) (a x b) (a + b)

2,012 52,215,048 5,901,150 58,116,198 1,458,243 9,168,631 54,229,395 1,097,132 805,690

2,013 61,642,542 7,688,449 69,330,991 1,489,021 11,029,685 63,965,361 883,836 651,240

2,014 64,432,872 7,684,050 72,116,922 1,489,021 8,329,965 66,942,422 109,793 71,778

2,015 67,622,849 9,069,447 76,692,296 1,989,021 9,883,107 70,369,708 374,126 289,575

2,016 76,276,735 10,593,301 86,870,036 1,989,021 11,232,796 78,831,722 434,704 325,414

9
2,017 77,448,996 88,672,676 166,121,672 2,489,022 13,506,681 80,012,307 487,060 365,166

2,018 79,772,466 95,044,635 170,274,714 2,989,022 14,477,262 98,341,116 815,733 605,213

10

Anda mungkin juga menyukai