Anda di halaman 1dari 6

MK.

Sistem Transportasi – Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Sebelas Maret

BAB 14 MANAJEMEN SISTEM TRANSPORTASI

14.1 Pendahuluan
Manajemen Lalu-lintas (MLL) mempunyai nama yang berbeda-beda, y.i:
- Manajemen Lalu-lintas secara menyeluruh (UK)
- Manajemen Sistem Transportasi (USA)
- Manajemen Lalu-lintas Perkotaan yang terintegrasi (Eropa/OECD)
- Pendekatan Total Transportasi (Chartered Institute of Transport, UK)
Substansi dari masing-masing nama pada dasarnya adalah sama, dengan tujuan dasar untuk
mendapatkan efisiensi perjalanan, keselamatan, kualitas lingkungan, dan efisiensi energi.

14.2 Definisi Manajemen Sistem Transportasi

Manajemen Sistem Transportasi (MST) adalah kebijakan yang menekankan pada


perbaikan arus lalu lintas dan peningkatkan efisiensi dari prasarana yang ada, dengan
cara menjadikan supply (penawaran/sediaan) dari fasilitas agar mempunyai keseimbangan
yang lebih baik dengan demand (permintaannya), dengan pendekatan pada optimasi dari
pergerakan orang dan barang dan bukannya kendaraan, sehingga terwujud suatu mobilitas,
keamanan serta penghematan energi.

MST meliputi berbagai lingkup strategi pengembangan yang difokuskan kepada


pengoperasian transportasi dengan biaya yang rendah, tanpa penambahan fasilitas yang
signifikan. Dengan kata lain, tujuannya adalah menjadikan sistem transportasi eksisting
seefisien mungkin, untuk pemenuhan kebutuhan transportasi jangka pendek dari suatu
lingkup area tertentu. Dengan berhasilnya penerapan MST maka goal yang akan dicapai
adalah konservasi energi, kulitas lingkungan dan sumber dana, serta peningkatan kualitas
kehidupan perkotaan.

Empat poin dasar yang diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dari sistem adalah:
◘ tindakan untuk memastikan penggunaan ruang jalan eksisting secara efisien
◘ tindakan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pada area macet
◘ tindakan untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum, dan
◘ tindakan untuk meningkatkan efisiensi internal dari manajemen angkutan
umum (transit)

Perbedaan antara MST dengan Perencanaan transportasi jangka panjang:


MST Perencanaan Jangka Panjang
Problem Secara jelas ditentukan, dapat Tergantung pada pola pertumbuhan dan
diamati peramalan perjalanan
Lingkup Biasanya lokal, sub-area atau Biasanya koridor atau regional
koridor
Tujuan/sasaran Terkait dengan problemnya Luas, terkait dengan kebijakan pemerintah
Pilihan Hanya sedikit pilihan tindakan Beberapa alternatif moda, jaringan maupun
alignment
Prosedur Biasanya analogi atau hubungan Berdasarkan pada model perjalanan dan
Analisis operasional sederhana jaringan
©TAgt Sistran - Bab 14 Manajemen Sistem Transportasi … 1
MK. Sistem Transportasi – Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Sebelas Maret

MST Perencanaan Jangka Panjang


Waktu respon Respon cepat Respon/dampak tidak begitu cepat terlihat
Produk Desain untuk implementasi Alternatif terpilih untuk studi lanjut atau detail
desain
Durasi Relatif pendek (setahun/dua tahun Beberapa tahun perencanaan dan
program perencanaan dan implementasi) implementasi
Biaya Budget rendah Biaya kapital tinggi
Sifat Fleksibel (dapat dimodifikasi Tetap
berdasarkan hasil monitoring dan
feedback), eksperimental

MST biasanya diperlukan sebagai pelengkap dari Perencanaan transportasi jangka


panjang, sebagai penjamin bahwa program perencanaan berjalan secara efektif.

14.3 Tujuan Manajemen Sistem Transportasi


Tujuan penerapan MST dapat dirangkum sbb:
a). Mendapatkan efisiensi & aksesibilitas pergerakan secara menyeluruh, melalui
penyeimbangan permintaan pergerakan dengan sarana penunjang yang ada
b). Mempertinggi tingkat keselamatan pergerakan
c). Melindungi & memperbaiki lingkungan
d). Menggunakan energi secara lebih efisien

Ad. a & b) Efisiensi pergerakan berhubungan dengan kecepatan. Pada dasarnya orang ingin
melakukan perjalanannya secara cepat/tanpa keterlambatan. Kecepatan
biasanya selalu dihubungkan dengan keselamatan atau bahaya kecelakaan.
Makin cepat laju kendaraan, makin sulit kendaraan tersebut dikontrol ataupun
berhenti jika diperlukan. Jadi keseimbangan harus diusahakan antara
keperluan efisiensi pergerakan dengan keselamatan, melalui desain lalu lintas
berdasarkan pada pemilihan kecepatan operasi pada suatu ruas jalan.

Ad. c) Faktor lingkungan berhubungan dengan setiap hal yang mengubah kondisi alamiah
suatu lingkungan ke kondisi yang lebih rendah kwalitasnya, y.i:
− polusi udara : problem debu & bau; perpindahan oksigen; keracunan
kimiawi – CO, CO2 dan timah
− polusi air & tanah : peracunan sumber air dan tumbuhan
− polusi suara : perusakan pendengaran secara temporer maupun
permanen
− vibrasi/getaran : perusakan struktur fisik manusia
− gangguan pandangan : penurunan kwalitas visual/estetika kota
− separasi/pemisahan :menimbulkan kesulitan pengaksesan suatu tempat/titik

Ad.4) Efisiensi penggunaan energi merupakan salah satu faktor yang ada dalam efisiensi
arus lalu lintas. Bahan bakar kendaraan adalah merupakan komoditi yang mahal,
serta merupakan faktor ekonomi penting yang dipertimbangkan dalam menentukan
bentuk transportasi perkotaan yang paling efisien. Kecepatan kendaraan yang
terlalu tinggi/rendah adalah tidak efisien dalam kaitannya dengan pemakaian bahan
bakar.

©TAgt Sistran - Bab 14 Manajemen Sistem Transportasi … 2


MK. Sistem Transportasi – Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Sebelas Maret

14.4 Sasaran Manajemen Sistem Transportasi


Sasaran penerapan MST pada garis besarnya adalah efisiensi, keselamatan, lingkungan
dan energi, yang bisa dicapai dengan menetapkan kecepatan operasi suatu jalan dan
mengontrol kendaraan untuk dapat bergerak pada kecepatan tersebut dengan gangguan
seminim mungkin.

14.5 Strategi Dasar Pelaksanaan Manajemen Sistem Transportasi


Perencanaan transportasi digunakan untuk mengestimasi besarnya demand untuk jangka
yang panjang, dan menyesuaikan besarnya supply pada tingkat demand yang ada tersebut
dengan menggunakan modal yang besar. MST dapat dilihat sebagai tindakan atau
serangkaian tindakan yang menghasilkan pergeseran pada equilibrium/kesetimbangan
supply-demand pada sistem transportasi. Dalam kaitannya dengan teori supply-demand,
equilibrium didapatkan dengan memplotkan kurva supply dan demand pada aksis biaya
umum (generalized cost/km)* dengan besarnya km yang dijalani kendaraan (km-
kendaraan-perjalanan)* atau VMT (vehicle miles traveled), seperti yang diperlihatkan
pada Gbr 2.1. Sistem transportasi bekerja pada titik equilibrium dimana kurva demand
dan supply berpotongan. Perubahan pada equilibrium bisa didapatkan dengan cara
menggeser ke kurva demand yang lainnya, dengan mengubah kurva supply atau dengan
mengubah keduanya secara simultan. MST secara konseptual merupakan sarana untuk
membawa perubahan equilibrium pada tingkatan-tingkatan supply dan demand
transportasi tertentu.

MST dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori:


1. Tindakan-tindakan yang akan mengurangi besarnya demand/permintaan
2. Tindakan-tindakan yang akan meningkatkan besarnya supply/penawaran
3. Tindakan-tindakan yang akan mengurangi besarnya demand dan merendahkan
supply
4. Tindakan-tindakan yang akan mengurangi besarnya demand dan meningkatkan
supply

©TAgt Sistran - Bab 14 Manajemen Sistem Transportasi … 3


MK. Sistem Transportasi – Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Sebelas Maret

14.5.1 Tindakan untuk Mengurangi Demand


Beberapa langkah dapat dilakukan dengan tanpa mengubah besarnya supply transportasi
akan menyebabkan pelaku perjalanan lebih memilih menggunakan kendaraan dengan load-
factor yang tinggi, beralih ke moda tak bermotor, atau mengurangi baik frekuensi
perjalanan maupun rata-rata panjang perjalanan mereka. Tindakan ini dapat
menyebabkan perubahan pada demand seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Beberapa cara yang terkategori pada tindakan ini, contohnya:


► Peningkatan pelayanan angkutan umum perkotaan (peningkatan kepadatan jaringan,
peningkatan frekuensi pelayanan, peningkatan desain kendaraan, peningkatan
karakteristik operasional, dll)
► Ride-sharing (melakukan perjalanan bersama-sama), seperti: car-pooling, shared-taxi
(contoh: travel Solo-Semarang, Solo-Jogya, mobil jemputan sekolah, dll.)
► Sistem ’park-and-ride’ ataupun ’park-and-kiss’
► Sistem road-pricing, seperti: jalan toll, sistem three-in-one di Jakarta
► dsb.

14.5.2 Tindakan untuk Meningkatkan Supply


Dalam hal ini yang dimaksud dengan tindakan yang secara konseptual akan meningkatkan
supply adalah tindakan yang akan menurunkan jam-perjalanan-kendaraan secara total
pada suatu tingkatan km-kendaraan-perjalanan tertentu, dengan cara menerapkan teknik
lalu-lintas dan kontrol lalu-lintas yang hanya membutuhkan biaya yang murah. Pengaruhnya
pada titik equilibrium diperlihatkan pada Gambar 2.3.

Beberapa langkah yang termasuk pada cara ini adalah:


► Perbaikan teknik lalu-lintas jalan secara umum, seperti: perbaikan desain jalan skala
kecil, peningkatan alat-alat kontrol lalu lintas dan aturannya dengan tujuan untuk
meningkatkan kecepatan lalu lintas.
► Manajemen traffic pada jalan bebas hambatan, seperti: kontrol ramp, informasi untuk
pengendara, dll.

©TAgt Sistran - Bab 14 Manajemen Sistem Transportasi … 4


MK. Sistem Transportasi – Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Sebelas Maret

► Pembatasan jalur truk, agar terjadi penurunan konflik antara truk dan mobil serta
meningkatkan kecepatan arus lalu lintas secara umum.
► Pengaturan jam kerja kantor/jam masuk sekolah secara bergiliran (staggered
work/school hours), untuk memindahkan perjalanan kendaraan ke dalam waktu dimana
tidak ada kemacetan.

Gambar 2.3 Perubahan pada equilibrium akibat tindakan


yang meningkatkan supply transportasi

14.5.3 Tindakan untuk Mengurangi Demand dan (seolah-olah) Merendahkan Supply


Dengan meningkatkan besarnya waktu perjalanan secara umum pada sistem, maka
tingkat supply transportasi terlihat seolah-olah turun. Jika pada waktu yang sama
preferensi dapat diberikan pada kendaraan berdaya muat besar (high-occupancy-
vehicles/HOV) pada sistem, maka km-kendaraan-perjalanan akan berkurang sebagaimana
semakin banyak individu yang beralih dari low-occupancy-vehicles (LOV) ke HOV.

Jenis tindakan yang akan mengurangi demand dan secara simultan menurunkan supply,
misal:
► Pemberian perlakuan khusus kepada HOV, contohnya: busway/buslane, bus street,
preferensi bus di simpang bersinyal, dsb.
► Zona terbatas kendaraan bermotor seperti pedestrian-malls, area khusus untuk akses
bus saja, dll.
► Pengurangan supply pada area parkir off-street.

Semua tindakan tersebut akan meniadakan beberapa (tingkat) fasilitas LOV, yang
mengakibatkan menurunnya kecepatan perjalanan lintasan, lebih lamanya waktu sirkulasi,
ataupun lebih besarnya waktu berjalan sesudah parkir, dan bersamaan dengan penurunan
demand secara keseluruhan dalam kaitannya dengan km-kendaraan-perjalanan, dengan
cara menghalau orang untuk beralih ke HOV. Dampak perubahannya pada equilibrium
diperlihatkan pada Gambar 2.4.

©TAgt Sistran - Bab 14 Manajemen Sistem Transportasi … 5


MK. Sistem Transportasi – Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Sebelas Maret

14.5.4 Tindakan untuk Meningkatkan Supply dan mengurangi Demand


Berbagai tindakan pada kategori ini akan menyebabkan peralihan moda ke HOV, dengan
peningkatan supply transportasi dan dengan pengurangan waktu perjalanan secara
keseluruhan dari HOV tersebut, sehingga akan menurunkan demand secara keseluruhan
diukur dari km-kendaraan-perjalanan. Perubahan pada kondisi equilibrium diperlihatkan
pada Gambar 2.5.

Contoh tindakan yang termasuk dalam kategori ini adalah:


► Penambahan lajur perlakuan khusus untuk HOV
► Pembatasan parkir on-street untuk mempercepat pergerakan bus
► Lajur arus-melawan (contra-flow) untuk HOV

©TAgt Sistran - Bab 14 Manajemen Sistem Transportasi … 6

Anda mungkin juga menyukai