Dalam melakukan perniagaan, Allah juga telah mengatur adab yang perlu
dipatuhi dalam dagang, di mana apabila telah datang waktunya untuk
beribadah, aktivitas perdangan perlu ditingalkan untuk beribadah kepada
Allah seperti larangan dalam hukum tidak shalat jumat karena bekerja,
surat Al-Jum’ah 11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau
permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka
tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di
sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah
sebaik-baik pemberi rezki.
3. Dagang Harus Dengan Niat Ibadah Agar Jauh dari Lalai
Dan dalam ayat lain seperti di surat An-Nur 37, dijelaskan bagaimana
orang tidak lalai dalam mengingat Allah hanya karena perniagaan dan jual
beli atau hukum perjanjian jual beli dalam islam. Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati
Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)
hati dan penglihatan menjadi goncang.
4. Dagang Harus Dilakukan Sesuai Aturan Islam
Demikain pula tata tertib dalam dagang juga telah digariskan di dalam
Alquran, baik itu dagang yang bersifat tidak tunai dengan tata aturannya,
maupun cara berdagang tunai atau adab bekerja dalam islam, seperti yang
tercantum dalam surat Al-Baqarah 282 berikut : Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bermu’amalah[179] tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya
atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak
ada dua oang lelaki,
Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu dagang tunai
yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
5. Mengambil Keuntungan yang Wajar
Adab tentang perniagaan dengan jelas pula diatur, bahwa manusia tidak
boleh berlebihan dalam melakukan dagang sehingga melupakan
kewajibannya terhadap Allah, seperti dijelaskan dalam Surat At-Taubah 24
berikut : Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA”. dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
6. Dagang Harus Jujur dan Adil
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. kami tidak memikulkan beban kepada
sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,
Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)
[519], dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu ingat.
9. Pembeli Boleh Memeriksa Barang Dagangan dengan Teliti
Dan dalam dagang dilarang sistem jual beli Mulamasah (wajib membeli
jika pembeli telah menyentuh barang dagangan) dan munabazah (sistem
barter antara dua orang dengan melemparkan barang dagangan masing-
masing tanpa memeriksanya). Hal ini tepapar dalam hadist Riwayat Abu
Hurairah.