Anda di halaman 1dari 4

BADAN PENYULUH PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN

Nama : Boby Nugraha Saputra


Nirem : 03.01.19.0081
Prodi : 5 PPB
Mata Kuliah : Teknologi Produksi Tanaman
Hortikultura Berkelanjutan

UTS
SOAL

1. Komoditas hortikultura adalah kelompok komoditas yang terdiri atas buah-buahan, sayuran,
bunga, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Dilihat dari cara budidaya, habitus tanaman,
fungsi dan cara penanganan berbagai komoditas hortikultura tersebut memiliki perbedaan satu
sama lain. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri penting komoditas tersebut sehingga dikelompokkan
sebagai komoditas hortikultura.

2. Good Agricultural Practices (GAP) wajib diterapkan dalam produksi tanaman hortikultura
sebagai usaha untuk memepertahankan kualitas produk. Tuntutan konsumen terhadap produk
hortikultura masa depan akan semakin meningkat, sehingga mempengaruhi kecenderungan
manajemen produksi tanaman. Sebutkan dan jelaskan prinsip GAP.

3. Pemilihan bahan tanam baik berupa bibit maupun benih yang baik dan benar merupakan awal
yang baik dalam memproduksi tanaman hortikultura. Sebutkan kendala yang terjadi dalam
pemilihan bahan tanam dan uraikan solusinya.

Jawab

1. Ciri-ciri penting komoditas tersebut sehingga dikelompokkan sebagai komoditas hortikultura


yaitu :

A. Cost/satuan area tinggi (modal besar),


B. Intensif dalam modal serta tenaga,

C. Jenis/macam meliputi: buah, sayuran, dan tanaman hias,

D. Hasilnya melimpah/meruah,

E. Dipanen dan dikonsumsi dalam keadaan segar, bukan sebagai kebutuhan


pokok, namun dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani,

F. Sifatnya mudah rusak (perishable), bila disimpan harus diberi perlakuan


secara khusus atau menggunakan teknik yang tepat, oleh karena itu
sebelum diberi perlakuan harus mengetahui fisiologinya. Hal ini
biasanya dilakukan terhadap pasca panen suatu komoditas dengan tujuan
menyelamatkan hasil produksi,

G. Memberi kepuasan dari segi estetika (misal: merangkai buah, bunga, dan
sayuran),

H. Tempat produksi dapat dalam suatu wadah/ruang tertentu dan makan


tempat (bulky)/tempat luas,

I. Sangat dipengaruhi lingkungan,

J. Kandungan air menentukan kualitas,

K. Sebagai sumber vitamin dan mineral,

L. Harga fluktuatif,

M. Pasaran komoditasnya mudah dan cepat berubah, seirama dengan


perubahan tingkat hidup konsumen yang menghendakinya,

N. Daya beli konsumen rendah sehingga konsumen kurang menghiraukan


mutu komoditas yang ditawarkannya. Kalaupun harga komoditas itu
terjangkau karena ia tidak mampu menentukan pilihan lain. Dengan
demikian mutu hasil komoditas hortikultura sangat menentukan pasaran.

2. Good Agricultural Practices (GAP) adalah cara pelaksanaan budi daya tanaman
pertanian (pangan, buah dan sayur) dan perkebunan secara baik, benar dan tepat. GAP
mencakup kegiatan pratanam hingga penanganan pascapanen dalam upaya menghasilkan
produk buah dan sayur segar yang aman dikonsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan,
berkelanjutan dan berdaya saing.
GAP adalah salah satu sistem sertifikasi dalam praktik budi daya tanaman yang baik
sesuai dengan standar yang ditentukan dan menerapkan prinsip telusur balik (traceability),
yaitu produk dapat ditelusuri asal-usulnya, dari konsumen sampai lahan usaha. Tujuan dari
penerapan GAP diantaranya:

A. Meningkatkan produksi dan produktivitas,


B. Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi,

C. Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing,

D. Memperbaiki efisiensi penggunaan sumber daya alam,

E. Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem


produksi yang berkelanjutan,

F. Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental


yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan
lingkungan,

G. Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, dan

H. Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen.

Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan, jaminan
mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya saing. DIsamping itu,
penerapan GAP sesuai dengan komoditas yang dikembangkan, namun umumnya memiliki
standar yang hampir sama. Dalam menerapkan GAP, seorang petani harus memenuhi beberapa
ketentuan wajib, ketentuan anjuran dan ketentuan yang disarankan.
Sesuai standar yang telah ditentukan oleh Food Agricultural Organization (FAO),
terdapat 4 prinsip utama dalam sistem GAP, yaitu:

A. Penghematan dan ketepatan produksi demi mempertahankan ketahanan


dan keamanan pangan serta menghasilkan pangan bergizi,

B. Berkelanjutan,

C. Pemeliharaan kelangsungan usaha pertanian serta mendukung


kehidupan berkelanjutan, dan

D. Kelayakan dengan budaya dan kebutuhan suatu masyarakat.

3. Kendala yang terjadi dalam pemilihan bahan tanam dan uraikan solusinya.

A. Kendala
Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih.
Benih bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim
menentukan tingkat hasil tanaman. Meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup,
tetapi bila digunakan benih bermutu rendah maka hasilnya akan rendah.
Kendala dalam pemilihan benih bermutu mencakup mutu genetis, yaitu
penampilan benih murni dari varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetis dari
tanaman induknya, mutu fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang
mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih yaitu
penampilan benih secara prima dilihat secara fisik seperti ukuran homogen, bernas,
bersih dari campuran, bebas hama dan penyakit, dan kemasan menarik.
Pemilihan benih unggul yang mempunyai sifat–sifat unggul seperti potensi hasil
tinggi, cepat berbuah, tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, tahan terhadap stres
lingkungan dan sebagainya. Selama ini petani menggunakan benih bermutu jumlahnya
terbatas, terutama karena adanya bantuan pemerintah, sedangkan jika tidak ada bantuan
lebih banyak menggunakan gabah hasil panen.

B. Solusi
Benih bermutu tidak harus berupa benih bersertifikat yang diperoleh dari produsen
benih tetapi dapat diproduksi sendiri asalkan dengan metode yang benar. Untuk
memproduksi benih bermutu harus diperhatikan mulai beberapa aspek budidaya dari
penyiapan lahan sampai panen, antara lain pengaturan jarak tanam, pemupukan,
pengairan, perlindungan terhadap organisme pengganggu tanaman, roguing serta
pemanenan. Untuk menghasilkan benih bermutu, budidaya tanaman diperlakukan
berbeda dibanding untuk produksi. Jarak tanam dibuat lebih lebar agar antar tanaman
tidak terjadi kompetisi, pemupukan harus dilakukan dengan tepat baik jenis, dosis dan
konsentrasi, waktu dan frekuensi serta pemupukan agar pertumbuhan tanaman optimal,
dan perlu dilakukan roguing yaitu pembuangan tanaman tipe simpang atau tanaman yang
tidak dikehendaki misalnya gulma, jenis lain, kultivar lain akibat terjadinya segregasi,
mutasi.
Untuk mendapatkan benih bermutu dan tahan disimpan, pemanenan harus
dilakukan dengan baik, dianjurkan secara manual (dengan tangan) agar tidak terjadi
kerusakan mekanis yang dapat menurunkan kualitas, benih biji yang sudah dipanen perlu
dikeringkan sampai dengan kadar air tertentu (misalnya padi 13%, kedelai 11%),
kemudian dilakukan pembersihan dan pemilahan. Untuk menunggu benih sampai
saatnya ditanam dan untuk mempertahankan mutunya selama disimpan, benih perlu
dikemas dengan bahan kemasan (wadah) yang kedap udara seperti toples, kaleng, plastik
poly etilen atau yang lainnya. Keuntungan penggunaan benih bermutu buatan sendiri
adalah dapat dilakukan secara mandiri dan kualitasnya tidak kalah dibanding dengan
benih dari produsen benih. Dengan demikian, petani dapat menghemat biaya produksi
untuk membeli benih dan bahkan jika sudah mapan dapat diajukan untuk mendapat
sertifikasi dari pihak yang berwenang.

Anda mungkin juga menyukai