Ulfi (Karu) : Assalamuaikum, selamat pagi rekan-rekan. Apakah semuanya sudah
hadir? Ican (Katim): Sudah lengkap bu Ulfi (Karu) : Saya berterimakasih karena hari ini tidak ada yang terlambat. Dari perawat shift pagi, apakah sudah menyiapkan catatan keperawatan klien? Mila (Pgi) : Sudah bu, saya sudah menyiapkan semuanya. Ulfi (Karu) : karena semuanya sudah dipersiapkan, Pada hari Jumat pukul 09.00 wib, sebelum kita memulai kegiatan, mari kita berdo’a agar diberikan kelancaran untuk melaksanakan suatu tugas yang telah menjadi sebuah kewajiban bagi kita, berdo’a dimulai. Baik, kalau begitu mari kita mulai saja kegiatannya. Dari Ketua tim minta tolng untuk menjelaskan kasusnya terlebih dahulu!! Ican (Katim) : kasus yang dibahas pada hari ini yaitu sebuah kasus yang yang terdapat pada salah satu pasien kita yang bernama Bapak Budi, berusia 36 tahun beliau memiliki riwayat penyakit HNP yaitu Kondisi dimana ketika bantalan keluar dari posisi semula dan menjepit saraf yang berada di belakangnya. Beliau harus dilakukan operasi Laminektomi. Dengan beberapa pertimbangan anestesi seperti hasil dari anamnesa, pemeriksaan fisik pada pasien, pemeriksaan lab dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan,Serta menentukan mallampati dan ASA. Pada kasus ini pemilihan anestesinya adalah anestesi umum. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidaksadaran analgesia, relaxasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien. Menurut ibu mila dan bapak rizky yang selaku perawat pelaksana bagaimana penanganan terhadap kasus tersebut ? Mila (Pgi) : Menurut saya sendiri, untuk mengatasi penanganan dari kasus tersebut didalam bidang anestesinya yaitu dengan memberikan obat induksi seperti propofol (mempercepat induksi agar cepat pulih), Rchoronium (untuk mengantisipasi pasien dari riwayat alergi pasien yg tidak diketahui dan recuronium merupakan salah obat pelumpuh otot yang tidak menyebabkan histamin release), Fentanyl (untuk memberikan efek analgetik). Kemudian pada anestesi umum dilakukan intubasi dengan memasukan ETT atau pipa jalan napas langsung ke trakhea tepat diatas karina (percabangan bronkus). Bagaimana menurutmu ky? Rizky : Kalau menurut saya, untuk mengatasi penanganan dari kasus HNP sendiri didalam bidang anestesinya ditambahkan dengan obat inhalasi. Untuk obat anestesi inhalasi bagusnya dianjurkan menggunakan sevoflurane dibandingkan dengan obat inhalasi yang lainnya. Alasannya efek depresi sevoflurane yang minimal serta tidak mengiritasi jalan napas dibandingkan dengan enflurane, isoflurane, dan desflurane. MAC yang digunakan 2%. Kemudian ada beberapa persiapan alat anesthesia yang harus disiapkan untuk pelaksanaan operasi laminektomi ini, yaitu STATICS S : Scope ( stetoskop, laringoskop ) T : Tube ( Endotrakea tube/ETT) A : Airway ( OPPA) T : Tape ( Plaster) I : Introducer ( stillet, forcep margill ) C : Connector ( penyambung antara mesin anestesi dan facemask)\ S : suction (penghisap secret) Ican (Katim) : Baik terima kasih atas pemaparannya untuk ibu Mila dan bapak Riski, Jadi pada pasien bapak budi berusia 36 tahun yg menjalani operasi laminektomi dengan indikasi HNP dilakukan tindakan regional anestesi dengan mempersiapkan alat STATICS dan ETT kemudian pasien di intubasi dan pasien di beri obat inhalasi yg berupa sevoflurance setelah itu untuk memberikan efek analgetik berika fentanyl kemudian untuk induksi berikan propofol dan jngn lupa lakukan tindakan pasien dengan baik dan hati² Itu saja mungkin pemaparan dari saya, terima kasi Ulfi (Karu) : Bagaimana untuk rekan-rekan semua, apakah ada yang kurang jelas atas penjelasan dari kasus yang telah kita bahas ini? Semua : Sudah Jelas bu Ulfi (Karu) : Karena laporan kasus ini sudah jelas, mari kita Bersama-sama untuk menutup kegiatan ini dengan diakhiri hamdallah.