Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No.

12 (2013)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN


PADA RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH SIDOARJO

Agung Roscahyo
agungroscahyo@yahoo.co.id
Prijati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the influence of the leadership style which are autocratic,
democratic, and independent control both simultaneously and partially to the employee performance at
Siti Khodijah Hospital Sidoarjo. The Population in this research is the employees of the inpatient
department at Siti Khodijah Hospital Sepanjang Sidoarjo with the sample of 63 people. Meanwhile, the
analysis technique is using multiple regression analysis. The research result shows that the leadership
style which are consist of autocratic, democratic, and independent control have simultaneously
significant influence to the employees performance who are serving at the inpatient department of Siti
Khodijah Hospital Sepanjang Sidoarjo. This result is supported by the simultaneous corelation
coefficient of 75.8 % shows that either correlation or relations between those variables to the
employees’ performance have strong relation. The research result shows that the leadership style which
are autocratic, democratic, and independent control each variables have partially significant influence
to the employees’ performance at inpatient department of Siti Khodijah Hospital Sepanjang Sidoarjo.

Keywords: Autocratic, Democratic, Independent Control, Employees Performance.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan yang terdiri atas
otokratik, demokratis dan kendali bebas baik secara bersama-sama maupun parsial terhadap
kinerja karyawan pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoarjo. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah karyawan bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang
Sidoarjo dengan sampel yang diperoleh berjumlah 63 orang. Sedangkan Teknik analisa yang
digunakan adalah analisa regresi berganda. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan
pengaruh gaya kepemimpinan yang terdiri dari otokratik, demokratik dan kendali bebas
secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap
pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo adalah signifikan. Hasil ini didukung
dengan koefiesien korelasi secara simultan sebesar 75,8 % menunjukkan korelasi atau
hubungan antara variabel tersebut terhadap kinerja karyawan memiliki hubungan yang
erat. Hasil pengujian secara partial menunjukkan gaya kepemimpinan yang terdiri dari
otokratik, demokratik dan kendali bebas masing-masing berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo.

Kata Kunci Otokratik, Demokratis, Kendali Bebas, Kinerja Karyawan.

PENDAHULUAN
Saat ini pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia semakin pesat
sehingga persaingan diantara para pengusaha juga semakin ketat. Sehingga setiap
perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi seefektif dan seefisien mungkin, serta
meningkatkan produktivitas sumber daya yang dimiliki agar dapat bertahan menghadapi
pesaingnya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang
keberhasilan setiap perusahaan, karena hampir seluruh kegiatan operational perusahaan
dijalankan oleh manusia. Oleh karena itu perusahaan harus mampu membentuk sumber
daya manusianya untuk dapat terampil dan ahli dibidangnya sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Suatu organisasi juga harus
mampu menyusun kebijakan yang tepat untuk mengatasi setiap perubahan yang akan
terjadi. Penyusunan kebijakan yang menjadi perhatian manajemen salah satunya
menyangkut pemberdayaan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang pontensial
apabila didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak
lajunya perusahaan (Koesmono, 2006).
Dalam upaya dapat menunjang keberhasilan tujuan perusahaan tersebut perusahaan
harus mampu memberikan rangsangan yang tinggi kepada sumber daya manusia yang
dimiliki agar dapat terciptanya keselarasan dalam suatu organisasi, sehingga perusahaan
memperhatikan faktor tenaga kerja.
Pengelolaan sumber daya manusia perlu adanya pola gaya kepemimpinan yang tepat
sehingga dapat membentuk kesinergian antara atasan dan bawahan. Tuntutan terhadap
kebutuhan yang semakin tinggi sebagai dampak krisis ekonomi global sehingga beban
kebutuhan hidup pegawai semakin tinggi. Perusahaan harus mampu memperhatikan
kebutuhan dan keinginan karyawannya serta memperhatikan tingkat kompensasi yang
sesuai bagi karyawan tentunya agar karyawan memiliki loyalitas yang tinggi untuk
perusahaan, disamping itu perusahaan harus mendorong karyawan agar dapat bekerja
sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan harapan. Dengan
adanya gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan diharapkan adanya suatu
hubungan komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan karyawan atau antara karyawan
yang satu dengan yang lainnya untuk meningkatkan kinerjanya.
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan
keputusan. Sedangkan kepemimpinan menurut Manulang (2001:141) sebagai suatu proses
mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah
ditentukan. Gaya kepemimpinan mengambarkan kombinasi yang konsisten dari
ketrampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Menurut Viethzal (64:2004)
Gaya kepemimpinan juga menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang
kemampuan bawahannya. Artinya, gaya kemimpinan adalah perilaku dan strategis, sikap
yang sering diterapkan seorang pemimpian ketika ia mempengaruhi kinerja bawahannya.
Gaya kepemimpinan ini sering kali menjadi hambatan bagi karyawannya dalam menjalnkan
tugas dan kegiatan sehari-hari. Pemimpin disini harus dituntut mampu memahami motif
dari karyawannya, sebab motif didsari oleh keinginan untuk memuaskan berbagai jenis
kebuuthan yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku dan kinerja karyawan.
Seorang pemimpin merupakan contoh, panutan, idola dan Pembina bagi seluruh anggota
organisasi yang dipimpinnya dalam peningkatan hasil kerja. Wujud dari kepemimpinan
antar alain perilaku, sikap, watak sertakebijakan yang dimiliki oleh pimpinan tersebut.
Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan
kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Kepemimpinan ini akan timbul apabila ada
orang yang dipengaruhi, orang yang mengakhiri, dan pengarahan akan tercapainya suatu
tujuan. Sehingga dapat dikatakan seorang disebut pemimpin apabila orang tersebut dapat
mengakhiri orang lain untuk mencapai tujuan meskipun tidak ada ikatan yang formal
dengan suatu organisasi.
Peranan pemimpin dalam kehidupan berorganisasi sangat dibutuhkan karena tiada
organisasi tanpa pimpinan, jika boleh diibaratkan organisasi itu tubuh tanpa kepala. Dalam
kenyataannya seorang pemimpin harus dapat memberikan semangat dan motivasi kepada
karyawannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Agar para karyawan termotivasi untuk
meningkatkan kualitas kehidupan kerja mereka. Dengan demikian para karyawannya akan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat memberikan
keuntungan perusahaan.
Demikian halnya dengan Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Organisasi ini
bergerak dibidang jasa pelayanan, yaitu pelayanan dalam penyembuhan penyakit, rawat
inap, dan bersalin. Dengan adanya gaya kepemimpinan ini diharapkan dengan penerapan
berupa adanya hubungan komunikasi yang harmonis antara pemimpin dan bawahan.
Penerapan ini terlihat dari proses pengambilan keputusan yang dilakukan dengan
mendengarkan suara karyawan yang efektif dan efisien. Pemimpin harus mampu
memberikan contoh kepada bawahan, memastikan bahwa para bawahannya termotivasi dan
menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk melakukan pekerjaan yang lebih giat lagi.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan yang
terdiri atas otokratik, demokratis dan kendali bebas secara bersama-sama terhadap kinerja
karyawan pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoarjo. 2) Untuk mengetahui pengaruh gaya
kepemimpinan yang terdiri atas otokratik, demokratis dan kendali bebas secara parsial
terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoarjo.

TINJAUAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Kepemimpinan
Organisasi pada dasarnya dipastikan akan memerlukan seorang pemimpin.
Keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi terletak pada kepemimpinan.
Kepemimpinan terdapat di segenap organisasi dan tingkat paling kecil sampai dengan
tingkat yang lebih tinggi. Pemimpin sangat menentukan keberhasilan pekerjaan
bawahannya dengan kepemimpinan dan partisipasinya. Menurut Sutrisno (2010:213)
kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain
dengan memimpin, membimbing, mempengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu agar
dicapai hasil yang diharapkan.
Sedangkan Indrawijaya (2000:141) mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi dan menggerakan orang lain, sehingga mereka bertindak dan berperilaku
sebagaimana diharapkan, terutama bagi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni
pembinaan sekelompok orang tertentu, biasanya melalui pendekatan dan motivasi yang
tepat sehingga mereka tanpa ada rasa takut untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
organisasi.
Peran kepemimpinan atasan dalam memberikan kontribusi pada karyawan untuk
pencapaian kinerja yang optimal dilakukan melalui lima cara, yaitu : (1) pemimpin
mengklarifikasi apa yang diharapkan dari karyawannya, secara khusus tujuan dan sasaran
dari kinerja mereka, (2) pemimpin menjelaskan bagaimana memenuhi harapan tersebut, (3)
pemimpin mengemukakan kriteria dalam melakukan evaluasi dari kinerja secara efektif, (4)
pemimpin memberikan umpan balik ketika karyawan telah mencapai sasaran, dan (5)
pemimpin mengalokasikan imbalan berdasarkan hasil yang telah mereka capai.

Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuannya. Perilaku seorang pemimpin memiliki dampak yang
besar, terkait dengan sikap bawahan, perilaku bawahan yang akhirnya pada kinerja.
Menurut Heidjrachman,et.al. (2002:219) dalam hubungannya dengan kinerja dijelaskan
bahwa corak atau gaya kepemimpinan seorang manajer berpengaruh dalam pencapaian
tujuan suatu organisasi.
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; di antaranya adalah sebagai berikut Siagian (2001:57); Pertama, tipe otokratis,
seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki beberapa kriteria atau ciri
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

1) menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, 2) mengidentikkan tujuan pribadi


dengan tujuan organisasi, 3) menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, 4) tidak mau
menerima kritik, saran dan pendapat, 5) Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, 6)
Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung
unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Kedua, Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari
seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki beberapa
sifat-sifat; 1) dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;,
2) Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, 3)
senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, 4) menuntut disiplin yang tinggi dan kaku
dari bawahan, 5) sukar menerima kritikan dari bawahannya, 6) menggemari upacara-
upacara untuk berbagai keadaan.
Ketiga, Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki cirri; 1) menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak dewasa, 2) bersikap terlalu melindungi (overly protective), 3) jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, 4) jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, 5) jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;, 6)
sering bersikap maha tahu.
Keempat, Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan
sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya
pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para
pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi
pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.
Kelima, Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan
bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern.
Sedangkan menurut Anoraga (2000; 187) yang menyatakan tiga tipe kepemimpinan ;
pertama, kepemimpinan otoriter. Pemimpin memusatkan kekuasaan dan keputusan-
keputusan pada diri pemimpin sendiri. Pemimpin memegang wewenang sepenuhnya dan
memikul tanggung jawab sendiri. Para bawahannya hanya diberi informasi secukupnya
untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin. Ciri-ciri kepemimpinan
otoriter; 1) wewenang mutlak terpusat pada pimpinan, 2) kebijaksanaan selalu dibuat oleh
pimpinan, 3) kebijksanaan selalu dibuat oleh pimpinan, 4) komunikasi berlangsung satu
arah dari pimpinan kepada bawahan, 5) pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan, atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat, 6) tugas-tugas bagi
bawahan diberikan secara instruktif, 7) kaku dalam bersikap serta 8) kasar dalam bertindak
Kedua, gaya kepemimpinan demokratis. Pemimpin mendelegasikan wewenangnya
secara luas. Pembuatan keputusan selalu dirundingkan dengan bawahan, sehingga
pemimpin dan bawahan bekerja sebagai suatu tim. Pemimpin memberi informasi sebanyak-
banyakmya kepada bawahan tentang tugas dan pekerjaan mereka. Ciri-ciri kepemimpinan
demokratis ; 1) wewenang pimpinan tidak mutlak, 2) pimpinan bersedia melimpahkan
sebagian wewenang kepada bawahan, 3) keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan, 4) kebijaksanaan dibuat bersama pimpinan dan bawahan, 5) Komunikasai
berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara sesame bawahan maupun antara bawahan
dengan atasan, 6) pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar, 7) Pimpinan
memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

Ketiga, gaya kepimpinan bebas. Pemimpin hanya berpartisipasi minimum, para


bawahannya menentukan sendiri tujuan yang akan dicapai dan menyelesaikan sendiri
masalahnya. Ciri-ciri kepemimpinan bebas; 1) pimpinan melimpahkan wewenang
sepenuhnya kepada bawahannya, 2) keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan, 3)
kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan, 4) pimpinan hanya berkomunikasi
apabila diperlukan oleh bawahannya, 5) hampir tidak ada pengawasan terhadap sikap,
tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahannya

Kinerja Karyawan
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana
dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Lebih lanjut Mangkunegara (2005:75) menyatakan bahwa pada umumnya kinerja dibedakan
menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil
kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang
telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu
dengan kinerja kelompok.
Menurut Mangkunegara (2005: 67), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Gibson et.al.
(2006:95) kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk
menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh
organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja
atau kinerja organisasi.
Menurut Veithzal (2004:14), kata kinerja merupakan terjemahan dari kata performance
yang berasal dari kata to perform dengan beberapa entries; 1) melakukan, menjalankan,
melaksanakan (to do or carry out, execute), 2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu
niat atau nazar (to discharge of fulfil; as vow), 3) melaksanakan atau menyempurnakan
tanggung jawab (to execute or complete dan 4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang
atau mesin (to do what is expected of a person machine).
Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap
karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan
tugasnya. Kinerja menurut Veithzal (2004:309) menjelaskan pengertian kinerja merupakan
suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaaan
seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu, juga
merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai
tujuannya. Lebih lanjut Simamora (2006:327) mengemukakan bahwa Kinerja karyawan
adalah tingkat terhadap mana para karyawan kencapai persyaratan-persyaratan
pekerjaannya. Kinerja menurut Mangkunegara (2005:67) kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Simamora (2006: 327)
penilaiaan kinerja (performance assessment) adalah proses yang mengukur kinerja karyawan.
Gibson (2006:70) menyatakan kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku.
Kinerja individu merupakan dasar dari kinerja organisasi. Penilaian kinerja mempunyai
peranan penting dalam peningkatan motivasi ditempat kerja. Penilaian kinerja ini
(performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembang- kan suatu
organisasi secara efektif dan efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan balikan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

berkenaan dengan prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk


memberikan balikan kepada mereka jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka
penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan untuk
menyusun rencana peningkatan kinerja. Menurut Dessler (2002:514) ada 5 (lima) faktor
dalam penilaian kinerja, 1) kualitas pekerjaan meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan
penerimaan keluaran, 2) kuantitas pekerjaan meliputi: volume keluaran dan kontribusi,
3) supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau perbaikan,
4) kehadiran meliputi: regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu,
5) konservasi meliputi: pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan.
Mangkunegara (2005:16) mengungkapkan terdapat beberapa faktor-faktor yang
dapat memengaruhi kinerja, pertama, faktor individu. Secara psikologis, individu yang
normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani)
dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik
maka indivisu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini
merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari
dalam mencapai tujuan organisasi
Kedua, faktor lingkungan organisasi. Faktor lingkungan kerja organisasi sangat
menunjang bagi individu dalam mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang
dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang
menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang
respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relative memadai. Lebih
khusus Dharma (2001:9-11) mengungkapkan terdapat 4 faktor lingkungan yang
mempengaruhi kinerja; 1) pegawai, berkenaan dengan kemampuan dan kemauan dalam
melaksanakan pekerjaan, 2) Pekerjaan, menyangkut desain pekerjaan, uraian pekerjaan dan
sumber daya untuk melaksanakan pekerjaan, 3) mekanisme kerja, mencakup system,
prosedur pendelegasian dan pengendalian serta struktur organisasi, 4) Lingkungan kerja,
meliputi faktor-faktor lokasi dan kondisi kerja, iklim organisasi dan komunikasi.
Selanjutnya Dharma (2001:149) mengungkapkan untuk dapat menilai kinerja
karyawan secara objektif dan akurat adalah dengan mengukur tingkat kinerja karyawan.
Pengukuran kinerja dapat juga berfungsi sebagai upaya mengumpulkan informasi yang
dapat digunakan untuk mengarahkan upaya karyawan melalui serangkaian prioritas
tertentu, seperti komunikasi. Ukuran kinerja mencakup beberapa tipe kriteria performansi
kinerja yang didasarkan atas deskripsi prilaku yang spesifik, (Gomez, 2000:142); 1) Quantity
of work, yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu periode waktu yang ditentukan,
2) Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan
kesiapannya, 3) Job Knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
ketrampilannya, 4) Creativeness, keaaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul, 5) Cooperative,
yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi)., 6)
Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian
kerja, 7) Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperesar tanggung jawabnya, 8) Personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramahtamahan dan integrasi pribadi.
Sedangkan menurut menurut Hasibuan (2001:95) pengukuran Kinerja Karyawan bisa
dilihat dari; 1) Kesediaan, kesediaan karyawan menjaga dan membela perusahaan di dalam
maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab, 2) prestasi
Kerja. Penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan
tersebut dari uraian pekerjaanya, 3) Kejujuran, dalam melaksanakan tugas-tugasnya
memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, 4) Kedisiplinan,
karyawan dalam memenuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaanya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya, 5) Kreativitas, merupakan kemampuan


karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaiakn pekerjaan, sehingga
bekerja lebih berdayaguna dan berhasil guna, 7) Kerjasama, merupakan kesediaan karyawan
berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainya secara vertical atau horizontal di
dalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaanya akan semakin baik,
8) Kepemimpinan, merupakan kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempnyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahanya
untuk bekerja secara efektif, 9) Kepribadian, merupakan sikap perilaku, kesopanan, periang,
disukai member kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta
berpenampilan simpatik dan wajar, 10) Prakarsa, merupakan kemampuan berpikil yang
orisinil dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan,
memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian
masalah yang dihadapinya, 11) Kecakapan. Kecakapan karyawan dalam menyatukann dan
menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan
kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen, serta 12) Tanggung jawab, merupakan
kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaanya, pekerjaan, dan
hasil pekerjaanya, sarana dan prasarana yang dipergunakanya, serta perilaku kerjanya.

Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja


Gaya kepemimpinan seorang pemimpin pada dasarnya dapat mempengaruhi
perilaku bawahan agar mampu melaksanakan tugas atau kegiatan dengan sebaik-baiknya.
Karyawan atau bawahan akan mampu mencapai produktivitas kerja secara maksimal jika
memiliki motivasi yang berasal dari dirinya sendiri maupun yang berasal dari lingkungan
kerja. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka seorang pemimpin dituntun memiliki
kemampuan mempengaruhi dan memberikan motivasi kepada karyawannya agar bisa
bekerja secara maksimal.
Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang efektif.
Menurut Siagian (2001:145) mengungkapkan bahwa pemimpin yang efektif adalah
pimpinan yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh oleh bawahan sehingga
gerak dari posisi sekarang ke posisi yang diinginkan di masa yang akan datang dapat
berlangsung lancar sehingga produktivitas dapat tercapai.
Seorang pemimpin dalam organisasi menjadi tonggak keberhasilan dalam pencapaian
tujuan organisasi. Kepemimpinan yang dijalankan ini sedikit banyak juga berpengaruh
terhadap kinerja pegawai organisasi yang bersangkuta. Artinya kepemimpinan ini
merupakan faktor dalam mempengaruhi penampilan dan aktivitas bawahan dalam
pencapaian tujuan.
Kepemimpinan ini ditunjukkan dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam
organisasi. Gaya kepemimpinan ini juga dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Apabila
karyawan tidak menyukai gaya kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin, maka tidak
menutup kemungkinan akan terjadi penurunan kinerja dari para karyawan. Pencapaian
kinerja yang diharapkan karaywan seyogjanya pemimpin selalu memperhatikan gaya
kepemimpinannya, sehingga kinerja dapat dicapai secara maksimal.
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa gaya
kepemimpinan seorang pemimpin dapat menimbulkan atau menciptakan suasana
lingkungan kerja yang nyaman dan juga semangat kerja bagi karyawan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

Gaya
Kepemimpinan

Kepemimpinan
Demokratik
(X1)
Partial
Kinerja
Otokratik Karyawan
(X2) (Y)

Kendali Bebas
(X3)

Simultan
Gambar 1
Rerangka Konseptual

Perumusan Hipotesis
H1 : Pengaruh gaya kepemimpinan yang terdiri atas otokratik, demokratis dan kendali
bebas secara bersama-sama signifikan terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit
Siti Khodijah Sidoarjo.
H2 : Pengaruh gaya kepemimpinan yang terdiri atas otokratik, demokratis dan kendali
bebas secara parsial signifikan terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Siti
Khodijah Sidoarjo.
H3 : Gaya kepemimpinan yang bersifat demokratis memiliki pengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoarjo.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan bagian rawat inap pada
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo yang berjumlah 63 orang. Mengingat jumlah
populasi yang tersedia dalam penelitian ini kecil, maka penelitian ini mengobservasi semua
anggota jadi semua populasi dijadikan sampel penelitian. Hal ini dipertegas dengan
pendapat Arikunto, (2002;120) yang menyatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer apabila
subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan
penelitian populasi. Dalam penelitian ini proses pengambilan data menggunakan instrumen
yang di susun dari teorinya, dan metode yang digunakan adalah metode sensus, karena
dalam penelitian ini jumlah populasi sama dengan jumlah sampel.

Variabel
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diidentifikasi terlebih


dahulu agar tidak terdapat perbedaan cara pandang terhadap variable penelitian. Variabel
yang diindentifikasi sebagai variabel bebas adalah Gaya Kepemimpinan Otokratik (X1),
Gaya Kepemimpinan Demokratik (X2) dan Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas (X3).
Sedangkan variabel yang diindentifikasi sebagai variabel terikat adalah Kinerja Karyawan

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran


a. Gaya Kepemimpinan Otoriter, Pemimpin memusatkan kekuasaan dan keputusan-
keputusan pada diri pemimpin sendiri. Pemimpin memegang wewenang sepenuhnya
dan memikul tanggung jawab sendiri. Para bawahannya hanya diberi informasi
secukupnya untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin. Dalam
variabel ini terdapat tiga indikator yang dikembangkan dari Anoraga, (2000). Sedangkan
pengukurannya menggunakan skala likert satu sampai dengan empat. Angka satu
mewakili sangat tidak setuju dan angka empat mewakili sangat setuju.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis, Pemimpin hanya berpartisipasi minimum, para
bawahannya menentukan sendiri tujuan yang akan dicapai dan menyelesaikan sendiri
masalahan. Dalam variabel ini terdapat lima indikator yang dikembangkan dari
Anoraga, (2000). Sedangkan pengukurannya menggunakan skala likert satu sampai
dengan empat. Angka satu mewakili sangat tidak setuju dan angka empat mewakili
sangat setuju.
c. Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas, Pemimpin mendelegasikan wewenangnya secara
luas. Pembuatan keputusan selalu dirundingkan dengan bawahan, sehingga pemimpin
dan bawahan bekerja sebagai suatu tim. Pemimpin memberi informasi sebanyak-
banyakmya kepada bawahan tentang tugas dan pekerjaan mereka. Dalam variabel ini
terdapat tiga indikator yang dikembangkan dari Anoraga, (2000). Sedangkan
pengukurannya menggunakan skala likert satu sampai dengan empat. Angka satu
mewakili sangat tidak setuju dan angka empat mewakili sangat setuju.
d. Kinerja Karyawan, merupakan hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Dalam variabel ini terdapat enam indikator yang dikembangkan
dari Gomez (2000;142). Sedangkan pengukurannya menggunakan skala likert satu
sampai dengan empat. Angka satu mewakili sangat tidak setuju dan angka empat
mewakili sangat setuju.

Teknik Analisis Data

Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas dilakukan dengan cara korelasi antara skor masing item pertanyaan
dengan skor total seluruh item pertanyaan dalam kuesioner. Sedangkan reliabilitas
dilakukan guna menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias dan karena itu
menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam
instrument.

Uji Asumsi Klasik


Pada penelitian ini dilakukan ’evaluasi ekonometri’ terhadap model persamaan regresi
agar memenuhi syarat sebagai Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
a. Normalitas, merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel-
variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak
b. Mulikolinieritas, bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

10

c. Multikolinieritas, digunakan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan


varian dari residual (kesalahan pengganggu) satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedaktisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang Homoskedaktisitas atau tidak terjadi Heteroskedaktisitas.

Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan
menyeluruh tentang hubungan antara variabel bebas yang terdiri dari gaya kepemimpinan,
motivasi, kompensasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Menurut
Widayat (2000:35) model regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan
asosiatif dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dengan membuat persamaan
garis regresi linier berganda, yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik responden penelitian digambarkan berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan dan masa kerja karyawan bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo.

Tabel 1
Karakteristik Responden
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

11

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 63 karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap
pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo, terbanyak adalah mereka yang memiliki
jenis kelamin wanita dengan prosentase sebesar 73,0%. Gambaran karyawan berkaitan
dengan usia, terbanyak adalah mereka yang berumur antara 26-30 tahun dengan prosentase
sebesar 50,8%. Gambaran responden berkaitan dengan pendidikan terbanyak adalah mereka
yang berpendidikan Sarjana dengan prosentase sebesar 84,1%. Sedangkan gambaran
karyawan berkaitan dengan masa kerja, terbanyak adalah mereka yang telah bekerja antara 3-
10 tahun dengan prosentase sebesar 38,1%.

Tanggapan Responden
Tanggapan responden berkaitan dengan gaya kepemimpinan serta kinerja mereka,
berdasarkan dari jawaban kuisioner dari masing – masing variabel yang dijadikan model
penelitian.
Tabel 2
Tanggapan Responden

Dari tebel diatas terlihat sebagian besar karyawan karyawan yang bertugas pada bagian
rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo menyatakan setuju dalam
memberikan tanggapan atas semua aspek gaya kepemimpinan otokratik, demokratik dan
kendali bebas. Tanggapan tentang kinerja responden rata-rata juga menunjukkan kinerja yang
baik.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

12

Uji Reliabilitas dan Validitas


Hasil pengujian reliabilitas didapat nilai cronbach’s alpha sebesar 0,859 lebih besar 0,60
yang berarti butir-butir pertanyaan dari seluruh variabel seluruhnya reliabel dan dapat
digunakan dalam penelitian. Hasil pengujian validitas diketahui bahwa seluruh item
pertanyaan mengenai gaya kepemimpinan dan kinerja mempunyai nilai r hasil > dari r tabel,
dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini berarti bahwa seluruh item
pertanyaan tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas, dari grafik uji normalitas dapat diketahui bahwa distribusi data telah
mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum.
Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam
penelitian ini telah berdistribusi normal.
b. Multikolinieritas, hasil uji multikolinieritas dapat diketahui bahwa besarnya nilai
Variance Influence Factor (VIF) pada seluruh variabel tersebut lebih kecil dari 10, dan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam persamaan
regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bisa disebut juga
dengan bebas dari Multikolinieritas, sehingga variabel tersebut dapat digunakan dalam
penelitian.
c. Heteroskedaktisitas, hasil uji heteroskedaktisitas terlihat titik-titik menyebar secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan
heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi
regresi linier berganda layak digunakan untuk interprestasi dan analisa lebih lanjut.

Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian gaya kepemimpinan terhadap
kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo secara linier.
Tabel 3
Hasil Uji Regression
Koefisien
Variabel Bebas t-hitung Sig. r
Regresi
Otokratik 0,483 2,767 0,008 0,339
Demokratik 0,397 2,873 0,006 0,350 0,271
Kendali Bebas 0,453 2,163 0,035
Konstanta 4,464
Sig. F 0,000
R 0,758
R2 0,575

Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah


Y = 4,464 + 0,483X1 + 0,397X2 + 0,453X3
Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut; 1) Konstanta ( a ) = 4,464,
menunjukkan bahwa jika gaya kepemimpinan yang terdiri dari otokratik, demokratik dan
kendali bebas = 0, maka kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo akan sebesar 4,464, 2) variabel gaya
kepmimpinan otokratik, demokratik dan bebas menunjukkan arah hubungan positif
(searah) dengan kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah Sakit
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

13

Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Hasil ini menunjukkan semakin baik pemahaman
karyawan tentang gaya kepemimpinan pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo
akan diikuti semakin tinggi tingkat kinerja karyawan perusahaan tersebut.

Pembahasan
Kepemimpinan merupakan suatu kepribadian seseorang yang memancarkan
keinginan pada sekelompok orang-orang tertentu dan sanggup mengajak serta mendorong
mereka sehingga mau bekerja sama dalam rangka pencapaian tujuan. Kepemimpinan dapat
pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan sekelompok orang
tertentu, biasanya melalui pendekatan dan motivasi yang tepat sehingga mereka tanpa ada
rasa takut untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi.
Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan diatas menunjukkan pengaruh
variabel gaya kepemimpinan yang terdiri dari otokratik, demokratik dan kendali bebas
secara bersama-sama terhadap terhadap kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat
inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo adalah signifikan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa naik turunnya terhadap kinerja karyawan yang bertugas pada
bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo ditentukan oleh
seberapa baik model gaya kepemimpinan yang diterapkan pada rumah sakit tersebut.
Kondisi ini diperkuat dengan perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 75,8 %
menunjukkan korelasi atau hubungan antara variabel tersebut secara simultan terhadap
kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo memiliki hubungan yang erat.
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan model
otokratik berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan yang bertugas pada
bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa semakin baik pemahaman karyawan akan gaya kepemimpinan
yang bersifat otokratik pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo seperti
komunikasi yang dilakukan di RS Siti Khodijah Sidoarjo berlangsung satu arah dari
pimpinan kepada bawahan, rumah Sakit Siti Khodijah Sidoarjo dalam melakukan
pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para bawahannya
dilakukan secara ketat serta permberian tugas-tugas bagi bawahan di Rumah Sakit Siti
Khodijah Sidoarjo dilakukan secara instruktif akan semakin meningkatkan kinerja mereka
Hasil ini sejalan dengan pendapat Robert N. Mc Murray, sebagaiman dikutip oleh
Dharma (2001), mengatakan seseorang akan dapat menemukan kemanfaatan dari seorang
otokrat. Biasanya ia mempunyai status yang tinggi, seorang yang berkuasa dan mampu
membuat keputusan. Salah satu ciri yang menonjol adalah mereka biasanya memperhatikan
kesejahteraan bawahannya selain juga memperhatikan pelaksanaan tugas.
Gaya kepemimpinan yang otokratis pada dasarnya adalah gaya kepemimpinan di mana
pemimpin banyak mempengaruhi atau menentukan perilaku pengikutnya. Dalam gaya ini
pemimpin lebih banyak memperhatikan pencapaian dan tercapainya tujuan. Untuk itu ia
lebih banyak menentukan apa yang harus dicapai dan dilaksanakan serta bagaimana
mencapainya. Namun demikian, tidaklah berarti ia kurang memperhatikan anggotanya.
Hasil pengujian menunjukkan gaya kepemimpinan demokratik berpengaruh signifikan
dan positif terhadap kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah
Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin demokratis
seorang pimpinan dalam menjalankan tugasnya akan semakin disukai oleh karyawannya.
Hal ini akan mendorong meningkatkan motivasi mereka bekerja sehingga kinerja mereka
akan meningkat Gaya kepemimpinan yang demokratis merupakan gaya yang banyak
menekankan pada partisipasi pengikut dari kecenderungan pemimpin untuk menentukan
sendiri. Para anggota atau pengikut selalu diberi kesempatan menentukan apa yang akan
dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Gaya kepemimpinan ini pada umunya berasumsi
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

14

bahwa pendapat orang banyak lebih baik dari pendapat sendiri dan adanya partisipasi akan
menimbulkan tanggung jawab bagi pelaksanaannya. Asumsi lainnya ialah bahwa partisipasi
memberikan kesempatan pada para anggota untuk mengembangkan diri mereka sendiri.
Hasil pengujian secalanjutnya juga menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang
bersifat kendali bebas (Laissez Faire) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang
Sidoarjo. Gaya kepemimpinan yang bebas (laissez faire) merupakan gaya kepemimpinan
yang lebih banyak menekankan kepada keputusan kelompok. Dalam gaya ini, seorang
pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok. Apa yang baik
menurut kelompok, itulah yang menjadi keputusan. Bagaimana pelaksanaanya pun
tergantung kepada kemauan kelompok. Pemimpin hanya berpartisipasi minimum, para
bawahannya menentukan sendiri tujuan yang akan dicapai dan menyelesaikan sendiri
masalahnya.
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan demokratik
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan. Hal ini diindikasikan
dengan perolehan tingkat koefisien korelasi parsial (r) untuk kompensasi sebesar 12,27 %
lebih besar daripada tingkat koefisien korelasi parsial untuk variabel –varaibel lainnya.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa karyawan umumnya menginginkan pimpinan yang
memberikan kepercayaan penuh kepada mereka, bersedia melimpahkan sebagian
wewenang kepada bawahan sehingga karyawan merasa kemampuan, idea atau gagasan
mereka dihargai. Disamping itu komunikasi yang ada berlangsung timbal balik, baik yang
terjadi antara sesama bawahan maupun antara bawahan dengan atasan berjalan dengan
baik, pimpinan selalu memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak. Kondisi ini
tentunya akan membuat suasana atau lingkungan kerja terlihat harmonis.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, yang telah penulis lakukan maka simpulan
yang dapat diambil adalah; 1) Hasil pengujian secara simultan menunjukkan pengaruh gaya
kepemimpinan yang terdiri dari otokratik, demokratik dan kendali bebas secara bersama-sama
terhadap kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti
Khodijah Sepanjang Sidoarjo adalah signifikan. Hasil ini didukung dengan perolehan R
sebesar 75,8 % menunjukkan korelasi atau hubungan antara variabel gaya kepemimpinan
secara simultan terhadap kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah
Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo memiliki hubungan yang erat, 2) Hasil pengujian pada
tingkat nyata 5% secara individual menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdiri dari
otokratik, demokratik dan kendali bebas masing-masing berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan yang bertugas pada bagian rawat inap pada Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo, 3) Hasil perhitungan koefisien korelasi partial (r) menunjukkan gaya
kepemimpinan demokratik mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan.
Hal ini diindikasikan dengan perolehan tingkat koefisien korelasi parsial (r) untuk kompensasi
sebesar 12,27 % lebih besar daripada tingkat koefisien korelasi parsial untuk variabel –
varaibel lainnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa karyawan umumnya menginginkan
pimpinan yang memberikan kepercayaan penuh kepada mereka, bersedia melimpahkan
sebagian wewenang kepada bawahan sehingga karyawan merasa kemampuan, idea atau
gagasan mereka dihargai.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, yang telah penulis lakukan dan setelah diambil
simpulan, maka saran-saran yang dapat penulis berikan; 1) Hendaknya Rumah Sakit Siti
Khodijah Sepanjang Sidoarjo, perlu dipertimbangkan lebih mengembangkan gaya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

15

kepemimpinan yang demokratik. Hal ini dilakukan untuk memotivasi karyawan perusahaan
lebih berkreasi tanpa melanggar aturan yang telah ada pada perusahaan dengan begitu akan
semakin meningkatkan kinerja mereka, 2) Hendaknya manajemen Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang Sidoarjo, selalu menjaga lingkungan kerja yang baik yaitu lingkungan kerja yang
nyaman, tenang serta memberikan rasa aman sehingga akan menimbulkan rasa senang
terhadap pekerjaannya, 3) Hendaknya sistem pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan
lebih ditingkatkan dan diperbaiki misal sistem pengawasan lebih fleksibel, yang dapat
mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang diawasi. Hal ini
dilakukan agar kinerja karyawan selalu terjaga dan dapat dipelihara ketika kegitan operasional
berlangsung dan bilamana terjadi penyimpangan dapat dengan segera meluruskan kembali
penyimpangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2000, Manajemen Bisnis. Cetakan Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.


Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Dessler. 2002. Management: Concepts and Apllications. Harper Collins Publisher. Inc.
NewYork. Terjemahan Ambarriani A.S. Salemba Empat. Jakarta .
Dharma, A. 2001. Manajemen Personalia. Edisi 3. Terjemahan Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Penerbit Universitas
Dipoegoro. Yogyakarta.
Gibson. 2006. Organisasi dan Manajemen : Perilaku. Struktur dan Proses. Edisi Keempat.
Erlangga Jakarta.
Gomes, F. Cardoso. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.
Gujarati, DN. 2006. Ekonometrika Dasar. Cetakan Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Harianawati, L. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan. Upah dan Lingkungan Kerja Terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan dan Ukir-ukiran Tembaga “Muda
Tama” di Tumang Kec. Cepogo Kab. Boyolali. Skripsi. Universitas Diponegoro
Semarang.
Hasibuan, M . 2001. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara
Heidjrachman dan Husnan, S. 2002, Manajemen Personalia, Edisi Keempat, BPFE,
Yogyakarta.
Indrawijaya, A. I. 2000. Perilaku Organisasi. Cetakan ke-7. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Koesmono, T. 2006. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi. kepuasan Kerja dan
Kinerja Karyawan. Jurnal Ekuitas Vo. 10 No. 1 Maret 2006
Manulang,M.2001.Pengantar Ekonomi Perusahaan. Edisi Revisi. Cetakan Ke Tujuh Belas.
Liberty. Yogyakarta.
Mangkunegara, P. Anwar. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia cetakan ke-3. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Mubarok. A. 2009. Pengaruh antara Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi pada PT. Kusuma Mulia Karangayar.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Siagian. SP. 2001. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Simamora. H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. STIE YKPN.
Yogyakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keempat. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Suharyadi dan Purwanto S.K. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Moderrn. Edisi
Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. 2004.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 12 (2013)

16

Sutrisno. E. 2010. Manajemen Sumber daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan Kedua.
Jakarta: kencana Prenada Group.
Veithzal. R. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori Ke
Praktik. Edisi pertama. Cetakan Pertama. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Widayat. 2000. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai