Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AL-TADLOD

Disampaikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Fiqh Lughah

Dosen Pengampu

Ade Nandang S, M.Ag.

Disusun oleh :

Muhamad NurKholis Majid 1192030088

Nabilah Robbani 1192030103

Nyayu Tsabita Fahirannisa 1192030114

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Br
Puja-puji serta rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita beribu-ribu
kenikmatan, dan telah melimpahkan nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa
dibuat. Shalawat dan salam tetap kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
mengajarkan kepada kita bagaimana beribadah kepada Allah SWT yang maha besar dan
mengucapkan “Allahu akbar”, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikuti hingga akhir zaman.
Kosakata bahasa Arab sangat kaya dengan makna, maka tidak aneh jika satu kosakata
bahasa Arab bisa memiliki beberapa makna. Hal yang harus kita ketahui sebagai pembelajar
bahasa Arab adalah makna mufrodat secara utuh, bahkan makana kosakata bahasa Arab juga
tekadang ada yang bermakna berlawanan kata kita sebut dengan antonim.
Terimakasih kepada dosen pengempu yang senantiasa membimbing kami dalam
pembelajaran mata kuliah “Fiqh Lughah”, juga kepada rekan-rekan seperjuangan yang senantiasa
memberi dukungan sehigga penulis mampu merampungkan penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi penulis khususnya dan umumnya kepada khayalak semua.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengakui masih banyak kekurangannya, maka dari
itu sanganat dibutuhkan kritik dan saran dari semua pembaca untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.

Bandung, 19 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................................. 4
BAB II ...................................................................................................................................................... 5
Pembahasan ............................................................................................................................................. 5
A. Definisi Tadhad (Antonim)................................................................................................. 5
B. Macam-macam Tadhad (antonim) .................................................................................... 6
C. Sebab-Sebab Adanya Lafazh Al-Tadhâd .............................................................................. 8
D. Pendapat Ulama tentang Al-Tadhâd ...................................................................................10
BAB III ....................................................................................................................................... 12
Kesimpulam ........................................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mempelajari bahasa Arab maka tidak akan terlepas dengan pembelajaran mufrodat sebagai
penunjang seseorang dalam memperdalam kemampuannya dalam berbahasa Arab. Kosa kata
bahasa Arab atau yang kita sering sebut dengan al-Mufradat sangat kaya dengan makna, oleh
karena itu seorang pelajar bahasa Arab harus bisa untuk menguasai kosa kata bahasa Arab secara
benar dan juga menyeluruh. Dalam beberapa kosa kata terdapat banyak makna dari satu kosa kata,
maka hendaknya pelajar harus bisa dan tahu bahkan mengetahui fungsi dari setiap mufrodat yang
ada.
Pada satu sisi kosa kata bahasa Arab sangat kaya akan arti sehingga kita harus mengetahui
penggunaannya dengan baik, kosa kata bahasa Arab juga memiliki makna yang berlawanan atau
kita sebut dengan al-tadhad, yaitu makna kosa kata yang saling berlawanan dengan kosa kata yang
lainnya atau yang kita sebut dengan antonim. Mengetahui lawan kata dari suatu kosa kata akan
membuat kita semakin kaya akn pembendaharaan kosa kata bahasa Arab, sehingga bisa
memunjang kemampuan kita dalam berbahasa Arab.
Mengartikan makna kosa kata bahasa Arab dengan al-tadhad atau antonim akan membuat
pelajar bahasa Arab semakin luas dalam pengetahuan berbahasanya, sehingga mengartikan bahasa
Arab dengan antonim menjadi salahsatu cara terbaik dalam menjelaskan kosa kata bahasa Arab
sehingga anak-anak akan lebih mudah dalam menemukan kosa kata baru dalam bahasa Arab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu al-Tadhad ?
2. Apa contoh dari al-Tadhad ?
3. Apa penyebab terjadinya al-Tahdad ?
4. Bagaimana pandangan ulama terhadap al-Tahdad ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian al-Tahdad.
2. Mengetahui contoh dari al-Tahdad.
3. Mengetahui contoh dari al-Tahdad.
4. Mengetahui pandangan ulama terhadap al-ahdad.
BAB II
Pembahasan
A. Definisi Tadhad (Antonim)
Secara harfiyah, antonimi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris. Yaitu antonymy.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan antonim adalah kata yang berlawanan makna dengan
kata lain1 Menurut Verhaar, kata antonymy sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu:
“anoma” artinya “nama” dan “anti artinya “melawan.” Jadi arti harfiahnya adalah “Nama lain
untuk benda lain.” 2 Atau lebih sering disebut dengan lawan kata.
Secara Kridalaksana mendefinisikan antonim sebagai oposisi makna dalam pasangan
leksikal yang dapat dijenjangkan.3 Yaitu beberapa pasangan kata yang mempunyai arti yang
berlawanan. Dalam bahasa Indonesia kita kenal kata-kata besar kecil. Tinggi-rendah, jauh-dekat,
rajin-malas, takut-berani. Gembira-sedih, sakit-senang. Panas-dingin, dll.
Dalam bahasa arab, taufiqurrochman menyebutkan dalam bukunya, bahwa Al-Tadhad :

yaitu ‫ األضداد‬atau ‫ التضاد‬antonym disehut dengan ‫ التضاد‬: ‫فاكثر كلمتين وجود عن عبارة هو‬
‫متضادة داللة لها‬ Antonimi (Al-tadhad) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya

“dianggap” berlawanan. Disebut “dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang
berantonim ini sangat relative. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata hidup dengan
mati, kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh dengan dekat, kata
kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak kaya belum tentumiskin. Begitu juga sesuatu yang tidak
tinggi belum tentu rendah.
Adapun pengertian At-Tadhad Menurut Ulama tradisional, ialah:

‫ نحو الحسيم بمعنى البارد والحار‬،‫التضاد هو الكلمات التي لكل منها معنيان متصادان‬
Antonim (At-Tadhad) adalah kalimat-kalimat yang memiliki dua makna yang berlawanan,
seperti kalimat yang maknanya 4 (dingin) dan (panas).

1 Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamar Bahasa Indonesia (Jakarta: Puszt Bahasa,
2008). H. 78 31.
2 J.W. M. Verhaar, Pengamar Ingesti. (Yogyakarta: Ciajah Mada University Press, 1989), Cat

Ke-12, h. 133,
3 Harimun Kralalaksana Kamus Linguink (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet.

Ke-5, h. 15
Sedangkan menurut Ulama Modern, pengertian Antonim (At-Tadhad) yaitu

‫ كالقصير في مقابل الطويل‬،‫والتضاد هو وجود لفظين مختلفان نطقا ويتضادان معنى‬


‫والجميل في مقابل القبيح‬
Antonim (At-Tadhad) ialah adanya dua lafadz yang memiliki dua makna yang bertentangan,
seperti lafadz (pendek) lawannya (panjang) dan (bagus) lawannyal (jelek).
Al-Tadhad adalah lafazh yang mempunyai makna ganda tetapi berlawanan seperti kata
‫ الجون‬berarti putih dan berarti hitam, lafazh ‫ الجلل‬berarti agung dan berarti hina contoh dalam
kalimat berikut: 4

‫جل ّل تخطأتن مصيبة كل جلل مصاب هذا‬


Dalam kalimat yang pertama lafazh ‫ جلل‬berarti agung, sedangkan kalimat yang kedua
lafazh ‫ جلل‬berarti hina. Lafazh ‫ أسر‬berarti menyembunyikan dan memperlihatkan, lafazh ‫البين‬
berarti berpisah dan menyambungkan, lafazh ‫ السبل‬berarti halal dan haram, lafazh ‫ الرجاء‬berarti
harapan dan takut, lafazh ‫ الحميم‬berarti air dingin dan air panas, lafazh ‫ المولى‬berarti hamba sahaya
dan tuan, lafazh ‫ الذوح‬berarti berkumpul dan berpisah, lafazh ‫ الرس‬berarti memperbaiki dan
merusak, ‫ الرعيب‬berarti pemberani dan penakut, ‫ الرهوة‬berarti tanah tinggi dan tanah yang rendah.5
Al-Tadhâd merupakan bagian dari Musytarak al-Lafdzi tetapi Musytarak al-Lapdzi tidak bisa
disebut Al-Tadhâd.
B. Macam-macam Tadhad (antonim)

Ada baiknya diingat bahwa istilah antonimi sebaiknya jangan dikacaukan dengan istilah
antonomi. Istilah antonomi yang berasal dari kata yang berasal dari kata Yunani Dilihat dari sifat
hubungannya, maka antonimi itu dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara lain :
Pertama, antonimi yang bersifat mutlak. Umpamanya kita hidup berantonim secara mutlak
dengan kata mati, sebab sesuatu yang masih hidup tentunya belum mati. Jadi sesuatu yang sudah
mati tentunya sudah tidak hidup lagi. Contoh lain, kata diam berantonim secara mutlak dengan
kata bergerak, sebab sesuatu yang diam tentu tidak bergerak, dan yang sedang bergerak tentunya
tidak sedang diam.

4Wafi, Op.Cit. Hal, 196


5Rubhi Kamal, Al-Tadhad Fi Dlaui al-Lughát al-Sâmiyah, Nasyr Jami’ah Bairut al-‘Arabiyah,
Bairut, 1976, hal. 67-69
Kedua, antonimi yang bersifat relative atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan kecil
berantonimi secara relative, juga antara kata jauh dan dekat, dan antara kata gelap dan terang. Jenis
antonym ini disebut bersifat relative, karena batas antara satu dengan lainnya tidak dapat
ditentukan secara jelas, batasnya itu dapat bergerak menjadi lebih atau kurang. Karena itu, sesuatu
yang tidak besar belum tentu kecil, dan sesuatu yang tidak dekat belum tentu jauh. Karena itu pula
kita dapat mengatakan, misalnya. Lebih dekat, sangat dekat, atau juga paling dekat, Suatu objek
dikatakan besar atau kecil dalam kehidupan kita adalah karena diperbandingkan antara yang satu
dengan yang lainnya. Seekor kambing adalah menjadi sesuatu yang kecil kalau berada di samping
anjing dan kucing. Selanjutnya, kucing yang menjdai sesuatu ynang kecil bila berada di samping
tikus dan kodok.
Ketiga, antonimi yang bersifat relasional. Umpamanya antara kata membeli dan menjual,
antara kata suami dan istri, dan antara kata guru murid. Antonimi jenis ini disebut relasional karena
munculnya yang satu harus disertai dengan yang lain. Adanya membeli karena adanya menjual,
adanya suami karena adanya istri. Kalau salah satu tidak ada, maka yang lain juga tidak ada.
Contoh onkret seorang laki-laki tidak bias disebut sebagai suami kalau tidak punya istri. Andaikata
istrinya meninggal, maka dia bukan suami lagi, melainkan kini sudah menjadi nama menjadi duda.
Keempat, antonimi yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara
beranonim secara hierarkial, juga antara kata gram dan kilogram. Antonimi jenis ini disebut
bersifat hierarkial karena kedua satuan ujaran yang berantonim itu berada dalam satu garis jenjang
hierarki. Demikianlah, kata tamtama dan bintara berada dalam satu garis kepangkatan militer, kata
gram dan kilogram berada dalam satu garis jenjang ukuran timbangan.6
Al-Khammas mengklasifikasi antonim menjadi 3 macam, yaitu:
1. Antonim Mutlak (Tadhad Had)
Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang berlawanan tidak terdapat
tingkatan/level. Artinya, kedua kata yang maknanya berlawanan itu benar-benar mutlak. Contoh:
Betina/ perempuan jantan betina/perempuan – ‫انثي‬jantan/laki-laki ‫ذكر‬
Menikah- ‫هتسوج‬ bujang ‫اعسب‬
‫ حي‬hidup ‫ هيت‬mati
‫ صبح‬benar ‫ خطا‬Salah

6 Abdul Char, linguistik umum, (Jakarta: Rineka Cipla, 2012), hlm. 299-300
‫ رجل‬pria ‫ اهراة‬Wanita

2. Antonim Bertingkat ( Todhad Mutadarij)


Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang berlawanan masih terdapat
tingkatan/level. Artinya, makna dari kata-kata yang saling berlawanan masih relatif. Contoh:
‫( سهل‬mudah) lawan kata ‫ ( صعبة‬sulit), namun antara mudah dan sulit masih tingkat
kemudahan/kesulitan tertentu.
‫ بارد‬dingin) lawan kata ‫( حار‬panas), diantara dingin dan panas masih ada level tertentu. Misalnya
( ‫فاتر‬hangat kuku), (hangat ) ‫ ( دافئ‬,paling hangat). ‫ضاخن‬
3. Antonim Berlawanan (Tadhad Askiy) Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang
berlawanan brsifat lazim/lumrah. Contoh:
(ibu) ‫ ( ام‬ayah) ‫( اب‬membeli) ‫ ( اشتري‬menjual) ‫تاع‬
(belajar) ‫ ( تعلن‬mengajar ‫( عن‬yang Dipimpin) ‫ ( هر دوش‬pemimpin) ‫( رئيس‬istri) ‫ ( زوجة‬suami) ‫زوج‬
(kalah) ‫ ( ههويز‬menang) ‫فانس‬
4. Antonim Garis Samping (Tadhad Amudy) Yaitu, apabila kata-kata yang antonim (berlawanan)
tersebut terdiri dari kosa kata yang bersifat arah (direction ). Kosa kata yang berlawanan menurut
garis menyamping disebut antonim garis samping. Misalnya, (utara) lawan kata (timur). (selatan)
lawan kata (barat),(utara) ‫ شوال‬barat) lawan kata) ‫عرب‬
1. Antonim Garis Lurus (Tachah Imtiahad) Yaitu, apabila kosa kata yang berlawanan (antonim)
berdasarkan garis lurus (melawan arah). Misalnya, ‫ ( شمال‬utara) lawan kata ‫( جنوب‬selatan), ‫الشرق‬
(timur) lawan kata ‫ ( غرب‬barat) .‫( تحت‬bawah) lawan kata ‫ ( فوق‬atas).7
C. Sebab-Sebab Adanya Lafazh Al-Tadhâd
Haidar menyebutkan terdapat banyak hal yang menyebabkan terjadinya antonym. Hal-hal
tersebut kemudian diklasifikasikannya ke dalam tiga factor besar.
1. Faktor Eksternal
a. Perbedaan dialek, misalnya kata ‫ الطدفة‬yang dapat bermakna ‫ " الظلمة‬gelap” dan ‫ " الضىء‬terang”.
b. Pinjaman bahasa asing, misalnya kata ‫ جلل‬yang berasal dari bahasa ibrani yang maknanya
menggelinding’ berubah makna dalam bahsa Arab menjadi bermakna ‫ كريم‬mulia” dan ‫ حقير‬hina”.

7 Taufiqurrochman. Lekziologi Bahasa Arab, (Malang UIN Malang Press, 2008), hlm. 76-78
c. Motivasi social, misalnya sebagai kata yang menunjukkan rasa optimisme,pesimisme, ejekan,
atau bahkan juga sebagai kata karma, seperti kata ‫' عاقل‬berakal’ untuk orang yang sesungguhnya
bodoh. (Farid ‘Awid Haidar. ‘Ilm al Dilalah,)
2. Faktor Internal
a. Motivasi relasi lafaz, misalnya perbedaan akar kata, substitusi konsonan akar kata, atau pun
perubahan tempat konsonan akar kata. Relasi Lafadz, hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
1) Perbedaan asal akar kata/derivasi Seperti pada kata ‫ ضاع‬yang dapat bermakna ‘hilang’ dimana
berasal dari akar kata ‫ضياعا‬-‫يضيع‬-‫ضاع‬
2) Substitusi konsonan akar kata ، seperti pada kata ‫ رسا‬yang bermakna ( ‫رهظا‬menampakkan),
dan ‫ ( متك‬menyembunyikan). Makna ‫ شرا‬berasal dari kata ‫ اإلظهار‬yaitu dengan mensubstitusi
konsonan ‫ س‬menjadi ‫ش‬
3) Perubahan tempat akar kata, seperti pada kata ‫ راص‬yang bermakna ( ‫عمج‬mengumpulkan) dan
‫ ( فرق و قطع‬memisahkan atau memotong-motong)
b. Motivasi relasi makna/bentuk, misalnya sebagai kata yang menunjukkan perluasan makna,
majas, penegasan, ataupun untuk menggeneralisasikan makna aslinya. Relasi Bentuk, seperti pada
kata ‫ الركوب‬yang maknanya dapat menjadi partisip aktif yaitu yang mengendarai” atau dapat pula
menjadi partisip pasif yaitu “yang dikendarai”
3. Faktor Historis
a. Peninggalan masa lalu, seperti yang diungkapkan Giese Kontranimi merupakan ungkapan
manusia yang berupa pemikiran orang-orang di masa lampau.
b. Keadaan asasi kata, maksudnya adalah ungkapan yang menjadi kontranimi sejak awal memang
sudah begitu adanya. Namun, pendapat demikian ditentang oleh Ibnu Sayyid yang mengatakan
bahwa tidak dibenarkan memberikan dua makna bertentangan pada satu kata dalam waktu yang
bersamaan.
Diantara yang menjadi sebab munculnya lapazh Al-Tadhâd adalah sebagai berikut:
1. Makna asal suatu lapazh digunakan pada makna umum yang berlawanan, sebagian orang lupa
pada penggunaan makna tersebut sehingga menduga bahwa itu bagian dari lapad yang mempunyai
dua makna yang berlawanan. Contoh seperti lapazh digunakan dalam ungkapan ‫ صريم‬padahal
makna asal dari ‫ نهار صريم‬dan ‫ ليل صريم‬adalah hal (putus), penggunaan makna tersebut karena
melihat kenyataan bahwa apabila siang datang malam tidak ada dan begitu sebaliknya apabila
malam datang siang tidak ada. Begitu juga lapazh ‫ السدفة‬berarti gelap dan terang padahal makna
‫ السدفة‬asalnya adalah ‫ ( الستر‬tertutup).8
2. perubahan makna suatu lapazh dari makna asli kepada makna majazi karena alasan tafâ‟ul
(berharap kebaikan), seperti contoh lapazh ‫ البصير‬Sebutan bagi orang buta dan lapazh ‫ السليم‬bagi
orang yang digigit ular, dan karena alasan ‫ ( تهكم‬mengejek), seperti lapazh ‫ أبوالبيضاء‬sebutan bagi
orang yang berkulit hitam, atau perubahan makna tersebut karena tujuan menjauhi pengungkapan
yang kurang disukai, seperti penyebutan ‫ السيد‬dan .‫ المولى‬bagi ‫عبد‬

3. Kesesuian antara dua lapazh dalam satu shighat


ّ
Sharfiyah (bentuk perubahan kata), seperti lafaz ‫ مجتث‬bisa berarti ‫جتث ا لشيئ‬ ‫ الذىّي‬dan berarti
pula .‫ الذي يجتث‬Adapun isim Fail dari lafaz ‫ اجتث‬adalah ‫ مجتث‬dan isim mafulnya adalah ‫ مجتث‬lalu
berkembang
Kesesuaian antara dua lapazh baik isim fâ‟il dan isim maf‟ûl karena alasan idgham. Contoh lain
Seperti lapazh ‫ المختار‬yang berarti ‫ الذى يختار‬dan ‫ الذى يختار‬dan lapaz ‫ المبتاع‬yang berarti ‫ البائع‬dan
.‫المبيع‬
4. Perbedaan kabilah-kabilah arab dalam menggunakan suatu lapazh, seperti lapazh‫ وثب‬yang
digunakan oleh kabilah Himyar dengan arti ‫ قعد‬dan kabilah Mudlar dengan arti ،‫طفر‬lafadz ‫السدفة‬
digunakan oleh kabilah Tamim dengan arti ‫ الظلمة‬dan menurut kabilah Qais berarti ‫ الضوء‬, dan
lapazh ‫د سج‬berarti ‫ انتصب‬menurut kabilah Thai dan berarti menurut kabilah-kabilah lain.
D. Pendapat Ulama tentang Al-Tadhâd
Al-Tadhad merupakan bentuk khusus dari bentuk-bentuk Isytirok al-lafdzi yang telah
disebutkan sebelumnya, dengan demikian para peneliti berbeda pendapat sebagaimana mereka
berbeda pendaapat tentang adanya lafadz Musytarak. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-
Tadhâd tidak ada. Diantara yang berpendapat seperti itu adalah Ibnu Darastawih, Ibnu Darastawih
menentang Al-Tadhâd dengan segala bentuknya. Dia menulis kitab yang judulnya” Ibnu Sidah
dalam kitabnya .”‫ األضداد‬meriwayatkan bahwa salah satu gurunya mengingkari “‫ المخصص‬Adanya
Al-Tadhâd sebagaimana diberitakan oleh ahli bahasa9
Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Tadhâd itu ada, mereka pun memberikan contoh-
contoh yang banyak. Diantara yang berpendapat seperti ini adalah al-khalil, Sibaweih, abu

8 Al-Suyuthi, Op.Cit. hal. 411.


9 Ibnu Sidah, Al-Mukhashash, juz. 13, hal. 259
Ubaidah, Abu Zaid Al Anshåri, Ibnu Fâris, Ibnu Sidah, Ibnu Juraij, Tsa’âlibi, Mubarrad dan
Suyuthi. Suyûthi dan Dured telah menghitung Al-Tadhâd mencapai 100 kata. Ulama kelompok ini
banyak menyususn kitab yang terkenal “ ‫ كتاب األضداد‬: " diantaranya susunan Ibnu al-Anbâri yang
didalamnya terhitung lapazh Al-Tadhâd kurang lebih 400 kata.10
Kedua kelompok ini terkadang menyimpang dari apa yang mereka sampaikan. Dan yang
disesalkan adalah mengingkari adanya Al-Tadhâd dan mereka menta’ wil contoh-contoh dengan
ta’wilan yang keluar dari bab ini sebagaimana telah dilakukan oleh kelompok pertama ya’ni
kelompok yang mengingkari adanya Al-Tadhâd.

10 wafi, op. Cit, hal. 193


BAB III
Kesimpulam
Al-Tadhad adalah lafadz yang mempunyai makna ganda tetapi berlawanan atau lapadz
yang menunjukkan makna lawan katanya. Seperti kata berarti putih dan berarti hitam, lafadz
berarti agung dan berarti hina.

Tadhad (antonym terdiri dari 5 macam


1. Antonim Mutlak (Tadhad Had)
2. Antonim Bertingkat ( Tadhad Mutadarij)
3. Antonim Berlawanan (Tadhahd Askiy)
4. Antonim Garis Samping (Tadhah Amudiy)
5. Antonim Garis Lurus (Tadhah Imtidhadi )
Diantara yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai berikut:
1. Makna asal suatu lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan.
2. Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi karena alasan Tafa’ul
(berharap kebaikan).
3. Kesesuaian antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk perubahan kata).
4. Perbedaan kabilah-kabilah arab dalam menggunakan suatu lafadz.
Banyak ulama yang perbendapat mengenai At-Tadhad, sebagian dari mereka ada yang
menyetujui dan sebagian yang lain ada yang mengingkari adanya At Tadhad dengan berbagai dalil
dan landasan yang mereka gunakan.

Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamar Bahasa Indonesia (Jakarta: Puszt
Bahasa, 2008). H. 78 31.
J.W. M. Verhaar, Pengamar Ingesti. (Yogyakarta: Ciajah Mada University Press, 1989),
Cat Ke-12, h. 133,
Harimun Kralalaksana. Kamus Linguink (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001),
Cet. Ke-5, h. 15
Rubhi Kamal, Al-Tadhad Fi Dlaui al-Lughát al-Sâmiyah, Nasyr Jami’ah Bairut al-
‘Arabiyah, Bairut, 1976, hal. 67-69
Abdul Char, lingustik umum, (Jakarta: Rineka Cipla, 2012), hlm. 299-300

Taufiqurrochman. Lekziologi Bahasa Arab, (Malang UIN Malang Press, 2008), hlm. 76-
78

Anda mungkin juga menyukai