Fiqh Lughah
Dosen Pengampu
Disusun oleh :
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Br
Puja-puji serta rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita beribu-ribu
kenikmatan, dan telah melimpahkan nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa
dibuat. Shalawat dan salam tetap kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
mengajarkan kepada kita bagaimana beribadah kepada Allah SWT yang maha besar dan
mengucapkan “Allahu akbar”, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikuti hingga akhir zaman.
Kosakata bahasa Arab sangat kaya dengan makna, maka tidak aneh jika satu kosakata
bahasa Arab bisa memiliki beberapa makna. Hal yang harus kita ketahui sebagai pembelajar
bahasa Arab adalah makna mufrodat secara utuh, bahkan makana kosakata bahasa Arab juga
tekadang ada yang bermakna berlawanan kata kita sebut dengan antonim.
Terimakasih kepada dosen pengempu yang senantiasa membimbing kami dalam
pembelajaran mata kuliah “Fiqh Lughah”, juga kepada rekan-rekan seperjuangan yang senantiasa
memberi dukungan sehigga penulis mampu merampungkan penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi penulis khususnya dan umumnya kepada khayalak semua.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengakui masih banyak kekurangannya, maka dari
itu sanganat dibutuhkan kritik dan saran dari semua pembaca untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................................. 4
BAB II ...................................................................................................................................................... 5
Pembahasan ............................................................................................................................................. 5
A. Definisi Tadhad (Antonim)................................................................................................. 5
B. Macam-macam Tadhad (antonim) .................................................................................... 6
C. Sebab-Sebab Adanya Lafazh Al-Tadhâd .............................................................................. 8
D. Pendapat Ulama tentang Al-Tadhâd ...................................................................................10
BAB III ....................................................................................................................................... 12
Kesimpulam ........................................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mempelajari bahasa Arab maka tidak akan terlepas dengan pembelajaran mufrodat sebagai
penunjang seseorang dalam memperdalam kemampuannya dalam berbahasa Arab. Kosa kata
bahasa Arab atau yang kita sering sebut dengan al-Mufradat sangat kaya dengan makna, oleh
karena itu seorang pelajar bahasa Arab harus bisa untuk menguasai kosa kata bahasa Arab secara
benar dan juga menyeluruh. Dalam beberapa kosa kata terdapat banyak makna dari satu kosa kata,
maka hendaknya pelajar harus bisa dan tahu bahkan mengetahui fungsi dari setiap mufrodat yang
ada.
Pada satu sisi kosa kata bahasa Arab sangat kaya akan arti sehingga kita harus mengetahui
penggunaannya dengan baik, kosa kata bahasa Arab juga memiliki makna yang berlawanan atau
kita sebut dengan al-tadhad, yaitu makna kosa kata yang saling berlawanan dengan kosa kata yang
lainnya atau yang kita sebut dengan antonim. Mengetahui lawan kata dari suatu kosa kata akan
membuat kita semakin kaya akn pembendaharaan kosa kata bahasa Arab, sehingga bisa
memunjang kemampuan kita dalam berbahasa Arab.
Mengartikan makna kosa kata bahasa Arab dengan al-tadhad atau antonim akan membuat
pelajar bahasa Arab semakin luas dalam pengetahuan berbahasanya, sehingga mengartikan bahasa
Arab dengan antonim menjadi salahsatu cara terbaik dalam menjelaskan kosa kata bahasa Arab
sehingga anak-anak akan lebih mudah dalam menemukan kosa kata baru dalam bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu al-Tadhad ?
2. Apa contoh dari al-Tadhad ?
3. Apa penyebab terjadinya al-Tahdad ?
4. Bagaimana pandangan ulama terhadap al-Tahdad ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian al-Tahdad.
2. Mengetahui contoh dari al-Tahdad.
3. Mengetahui contoh dari al-Tahdad.
4. Mengetahui pandangan ulama terhadap al-ahdad.
BAB II
Pembahasan
A. Definisi Tadhad (Antonim)
Secara harfiyah, antonimi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris. Yaitu antonymy.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan antonim adalah kata yang berlawanan makna dengan
kata lain1 Menurut Verhaar, kata antonymy sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu:
“anoma” artinya “nama” dan “anti artinya “melawan.” Jadi arti harfiahnya adalah “Nama lain
untuk benda lain.” 2 Atau lebih sering disebut dengan lawan kata.
Secara Kridalaksana mendefinisikan antonim sebagai oposisi makna dalam pasangan
leksikal yang dapat dijenjangkan.3 Yaitu beberapa pasangan kata yang mempunyai arti yang
berlawanan. Dalam bahasa Indonesia kita kenal kata-kata besar kecil. Tinggi-rendah, jauh-dekat,
rajin-malas, takut-berani. Gembira-sedih, sakit-senang. Panas-dingin, dll.
Dalam bahasa arab, taufiqurrochman menyebutkan dalam bukunya, bahwa Al-Tadhad :
yaitu األضدادatau التضادantonym disehut dengan التضاد: فاكثر كلمتين وجود عن عبارة هو
متضادة داللة لها Antonimi (Al-tadhad) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya
“dianggap” berlawanan. Disebut “dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang
berantonim ini sangat relative. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata hidup dengan
mati, kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh dengan dekat, kata
kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak kaya belum tentumiskin. Begitu juga sesuatu yang tidak
tinggi belum tentu rendah.
Adapun pengertian At-Tadhad Menurut Ulama tradisional, ialah:
نحو الحسيم بمعنى البارد والحار،التضاد هو الكلمات التي لكل منها معنيان متصادان
Antonim (At-Tadhad) adalah kalimat-kalimat yang memiliki dua makna yang berlawanan,
seperti kalimat yang maknanya 4 (dingin) dan (panas).
1 Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamar Bahasa Indonesia (Jakarta: Puszt Bahasa,
2008). H. 78 31.
2 J.W. M. Verhaar, Pengamar Ingesti. (Yogyakarta: Ciajah Mada University Press, 1989), Cat
Ke-12, h. 133,
3 Harimun Kralalaksana Kamus Linguink (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet.
Ke-5, h. 15
Sedangkan menurut Ulama Modern, pengertian Antonim (At-Tadhad) yaitu
Ada baiknya diingat bahwa istilah antonimi sebaiknya jangan dikacaukan dengan istilah
antonomi. Istilah antonomi yang berasal dari kata yang berasal dari kata Yunani Dilihat dari sifat
hubungannya, maka antonimi itu dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara lain :
Pertama, antonimi yang bersifat mutlak. Umpamanya kita hidup berantonim secara mutlak
dengan kata mati, sebab sesuatu yang masih hidup tentunya belum mati. Jadi sesuatu yang sudah
mati tentunya sudah tidak hidup lagi. Contoh lain, kata diam berantonim secara mutlak dengan
kata bergerak, sebab sesuatu yang diam tentu tidak bergerak, dan yang sedang bergerak tentunya
tidak sedang diam.
6 Abdul Char, linguistik umum, (Jakarta: Rineka Cipla, 2012), hlm. 299-300
رجلpria اهراةWanita
7 Taufiqurrochman. Lekziologi Bahasa Arab, (Malang UIN Malang Press, 2008), hlm. 76-78
c. Motivasi social, misalnya sebagai kata yang menunjukkan rasa optimisme,pesimisme, ejekan,
atau bahkan juga sebagai kata karma, seperti kata ' عاقلberakal’ untuk orang yang sesungguhnya
bodoh. (Farid ‘Awid Haidar. ‘Ilm al Dilalah,)
2. Faktor Internal
a. Motivasi relasi lafaz, misalnya perbedaan akar kata, substitusi konsonan akar kata, atau pun
perubahan tempat konsonan akar kata. Relasi Lafadz, hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
1) Perbedaan asal akar kata/derivasi Seperti pada kata ضاعyang dapat bermakna ‘hilang’ dimana
berasal dari akar kata ضياعا-يضيع-ضاع
2) Substitusi konsonan akar kata ، seperti pada kata رساyang bermakna ( رهظاmenampakkan),
dan ( متكmenyembunyikan). Makna شراberasal dari kata اإلظهارyaitu dengan mensubstitusi
konsonan سmenjadi ش
3) Perubahan tempat akar kata, seperti pada kata راصyang bermakna ( عمجmengumpulkan) dan
( فرق و قطعmemisahkan atau memotong-motong)
b. Motivasi relasi makna/bentuk, misalnya sebagai kata yang menunjukkan perluasan makna,
majas, penegasan, ataupun untuk menggeneralisasikan makna aslinya. Relasi Bentuk, seperti pada
kata الركوبyang maknanya dapat menjadi partisip aktif yaitu yang mengendarai” atau dapat pula
menjadi partisip pasif yaitu “yang dikendarai”
3. Faktor Historis
a. Peninggalan masa lalu, seperti yang diungkapkan Giese Kontranimi merupakan ungkapan
manusia yang berupa pemikiran orang-orang di masa lampau.
b. Keadaan asasi kata, maksudnya adalah ungkapan yang menjadi kontranimi sejak awal memang
sudah begitu adanya. Namun, pendapat demikian ditentang oleh Ibnu Sayyid yang mengatakan
bahwa tidak dibenarkan memberikan dua makna bertentangan pada satu kata dalam waktu yang
bersamaan.
Diantara yang menjadi sebab munculnya lapazh Al-Tadhâd adalah sebagai berikut:
1. Makna asal suatu lapazh digunakan pada makna umum yang berlawanan, sebagian orang lupa
pada penggunaan makna tersebut sehingga menduga bahwa itu bagian dari lapad yang mempunyai
dua makna yang berlawanan. Contoh seperti lapazh digunakan dalam ungkapan صريمpadahal
makna asal dari نهار صريمdan ليل صريمadalah hal (putus), penggunaan makna tersebut karena
melihat kenyataan bahwa apabila siang datang malam tidak ada dan begitu sebaliknya apabila
malam datang siang tidak ada. Begitu juga lapazh السدفةberarti gelap dan terang padahal makna
السدفةasalnya adalah ( السترtertutup).8
2. perubahan makna suatu lapazh dari makna asli kepada makna majazi karena alasan tafâ‟ul
(berharap kebaikan), seperti contoh lapazh البصيرSebutan bagi orang buta dan lapazh السليمbagi
orang yang digigit ular, dan karena alasan ( تهكمmengejek), seperti lapazh أبوالبيضاءsebutan bagi
orang yang berkulit hitam, atau perubahan makna tersebut karena tujuan menjauhi pengungkapan
yang kurang disukai, seperti penyebutan السيدdan . المولىbagi عبد
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamar Bahasa Indonesia (Jakarta: Puszt
Bahasa, 2008). H. 78 31.
J.W. M. Verhaar, Pengamar Ingesti. (Yogyakarta: Ciajah Mada University Press, 1989),
Cat Ke-12, h. 133,
Harimun Kralalaksana. Kamus Linguink (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001),
Cet. Ke-5, h. 15
Rubhi Kamal, Al-Tadhad Fi Dlaui al-Lughát al-Sâmiyah, Nasyr Jami’ah Bairut al-
‘Arabiyah, Bairut, 1976, hal. 67-69
Abdul Char, lingustik umum, (Jakarta: Rineka Cipla, 2012), hlm. 299-300
Taufiqurrochman. Lekziologi Bahasa Arab, (Malang UIN Malang Press, 2008), hlm. 76-
78