Anda di halaman 1dari 13

RESUME

PALIATIVE CARE

Disusun dalam rangka memenuhi tugas keperawatan ajal/palliative care

Disusun Oleh
Amelya Canigo
C1AA17015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
2020
A. Definisi Paliative Care
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan
gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan. Tujuannya
adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup
orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks.
Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO pada 1990
Palliative Care adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang penyakitnya
tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas
Palliative Care hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah tidak
respossif terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan dengan
upaya kuratif apapun. Tetapi definisi Palliative Care menurut WHO 15 tahun
kemudian sudah sangat berbeda. Definisi Palliative Care yang diberikan oleh WHO
pada tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan
penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Palliative Care diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau
lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan
kepada penderita itu. Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi
masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang
berduka. Palliative Care tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang
ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual.
Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya
penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara
individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode
pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan
mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien
diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual.
Maka timbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup
pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog,
rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal.

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.

4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.

5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.

6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

B. Manajemen Nyeri Pada Terapi Komplementer


Hasil penelitian terapi komplementar yang di lakukan belum banyak dan tidak
dijelaskandilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil dibuktikan
secara ilmiah misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan
nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan memberi
kontribusi positif pada perubahan psiko imunologik(Hitchcock et al., 1999). Dr. Carl
menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh danberkurang rasa nyerinya
dengan meditasi dan imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan
hipnoterapi meningkatkan suplaioksigen, perubahan vaskular dan termal,
mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan (Fontaine,
2005).Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu
paradigma baru(Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi
komplementer ini beragam sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi
kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi
kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan hidup, dan pengembangan spiritual
(Hitchcock et al., 1999). Terapi komplementer dengan demikian dapat diterapkan
dalam berbagai level pencegahan penyakit. Terapi komplementer dapat berupa
promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi
kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi nutrisi.
Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur
akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensikomplementer ini berkembang di
tingkatpencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu
maupun kelompok misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock
et al., 1999).
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain
dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi
komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit
kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya
menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa biayamembeli obat berkurang
200-300 dolar dalamb eberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer
(Nezabudkin, 2007).Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer
ataupun yang masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai
tempat.Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursus-kursus terapi semakin
banyak dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi
tradisional Cina atau traditional ChineseMedicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi
dinegara tersebut (Snyder & Lindquis, 2002).Kebutuhan perawat dalam
meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik keperawatan juga semakin
meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya kesempatan praktik mandiri.
Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat dipertanggung jawab kan akan
meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan.

C. Terapi Komplementer Pada Paliative Care


1. Sistem medis alternative
a. Akupuntur
Merupakan salah satu komponen dari oat tradisional Cina. Akupuntur
telah terukti efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait mual dan
muntah. Risiko akupuntur berhubungan dengan ketidaknyaman ringan.
Hanya jarum sekali pakai yang digunakan. Ahli akupuntur harus
memiliki pengalaman sebelumnya dengan pasien. Kontraindikasi
akupuntur pada lymphedema ( risiko infeksi).
b. Akupresur
Teknik pengobatan Cina tradisonal yang didasarkan pada ide-ide yang
sama seperti akupuntur. Akupresur meliatkan tekanan fisik dengan
tangan pada titik-titik akupresur yang perawat dapat gunakan atau
ajarkan pada pasien kanker untuk menstimulasi diri.
2. Mind-ody medicine
a. Meditasi
Adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja. 2
kategori meditasi : konsentrasi dan kesadaran . Konsentrasi
menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan mulai dengan mantra
(suara diulang, kata, atau frase) seperti meditasi transcendental.
b. Hiposis
Adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai dengan
peruahan sensor, keadaan psikologis diubah da minim fungsi motirik.
c. Guided imagery
Mengalihkan focus mental dari rangsangan, gambaran dan relaksasi
d. Pelatihan relaksasi
Meliatkan nafas dalam, relaksasi otot progresif dan pencitraan.
e. Terapi distraksi
f. Terapi music
g. Terapi seni
3. Manipulative and body-ased practices
a. Pijat atau massase
b. Gentle massase
c. Refleksi
4. Energy medicine (reiki)
5. Biological ased practice

D. Tindakan Manajemen Nyeri Untuk Paliative Care


Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu
medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya
termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal
dan psikologikal. Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang
lain terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong
perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa
nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi perawat
dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat bahwa rasa nyeri yang dialami
oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan perawat untuk terlibat dalam
menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan kompetensi untuk terus
mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain management.
Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi
pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi. Tapi
Tindakan mengatasi nyeri pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat
sebagai penyedia asuhan keperawatan.
1. Managemen Nyeri Farmakologikal Yaitu terapi farmakologis untuk
menanggulangi nyeri dengan cara memblokade transmisi stimulan nyeri agar
terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap
nyeri. Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
a. Analgesik Narkotik Menghilangkan nyeri dengan merubah aspek
emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri).
b. Analgesik Lokal Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi
saraf saat diberikan langsung keserabut saraf.
c. Analgesik yang dikontrol klien Sistem analgesik yang dikontrol klien
terdiri dari impus yang diisi narotika menurut resep, dipasang dengan
pengatur pada lubang injeksi intravena.
d. Obat obat nonsteroid Obat-obat non steroid non inflamasi bekerja
terutama terhadap penghambat sintesa prostaglandin. Pada dosis
rendah obat-obat ini bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini
bersifat anti inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.
2. Managemen Nyeri Non Farmakologikal Merupakan upaya-upaya mengatasi
atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi.
Upaya-upaya tersebut antara lain dengan distraksi, relaksasi, massage,
akupuntur oleh akupunturist, therapy music, pijatan, dan guided imaginary
yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya dan disebut sebagai
therapist. Setiap individu membutuhkan rasa nyaman.
Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam
konteks asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi
rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien diatasi oleh
perawat melalui intervensi keperawatan.

E. SOP Manajemen Nyeri

MANAJEMEN NYERI
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan
PENGERTIAN yang dapat diterima pasien.

TUJUAN Untuk menjaga pasien dalam kondisi senyaman mungkin.

 Setiap pasien dewasa yang merasakan nyeri dinilai dari skala 0 –


KEBIJAKAN 10
1. 0 = tidak nyeri
2. 1-3 = nyeri ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik)
3. 4-6 = nyeri sedang (pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, mendeskripsikan dan dapat mengikuti
perintah)
4. 7-9 = nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, tidak dapat mendeskripsikan,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi.
5. 10 = nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul)

 Setiap pasien anak yang merasakan nyeri dinilai dari skala wajah
Wong Baker

0 1 2 3 4 5

1. Nilai 0 nyeri tidak dirasakan oleh anak


2. Nilai 1 nyeri dirasakan sedikit saja
3. Nilai 2 nyeri dirasakan hilang timbul
4. Nilai 3 nyeri yang dirasakan anak lebih banyak
5. Nilai 4 nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan
6. Nilai 5 nyeri sekali dan anak menjadi menangis
 Penanganan nyeri dikecualikan pada pasien dengan kondisi nyeri
HIS

PROSEDUR  Lakukan pengkajian skala, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi


dan kualitas nyeri.
 Observasi reaksi nonverbal
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti:

1.
Kompres dingin
2.
Massage kulit
3.
Buli-buli panas
4.
Relaksasi seperti lingkungan yang tenang, posisi yang
nyaman dan nafas dalam.
5. Tekhnik distraksi yakni mengalihkan perhatian ke
stimulus lain seperti menonton televisi, membaca
koran, mendengarkan musik
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

SOP MASASE

Pengertian
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam memenuhi
kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada otot/ tulang. Tindakan
masase ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya
sirkulasi
Tujuan
1. Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang dimasase.
2. Meningkatkan relaksasi.
Alat dan Bahan
1. Minyak untuk masase
2. Handu
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Lakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit.
4. Lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus.

 Teknik masase dengan gerakan tangan selang - seling (tekanan pendek, cepat, dan
bergantian tangan) dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan memberikan
tekanan ringan. Dilakukan bila nyeri terjadi di pinggang.

 Teknik remasan (mengusap otot bahu), dapat dilakukan bila nyeri terjadi pada daerah
sekitar bahu.

 Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari dan gerakan
memutar. Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah punggung dan pinggang
secara menyeluruh.
 Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila nyeri terjadi di  daerah
punggung dan pinggang.

 Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara horizontal.

 Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari, digunakan pada akhir
masase daerah pinggang.
      5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
      6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan.

Definisi :
Suatu metode upaya untuk menstimulasi sirkulasi darah serta metabolism
darah dalam jaringan
Tujuan :
 Mengurangi ketegangan otot
 Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
 Mangkaji kondisi kulit
 Meningkatkan sirkulasi / peredaran darah pada area yang di
massage

Indikasi :
 Kasus Edema pasca trauma
 Kasus yang memerlukan relaksasi otot
 Kasus yang memerlukan perbaikan sirkulasi darah
Kontra indikasi :
 Penyakit yang penyebarannya melalui kulit
 Daerah pendarahan dan peradangan akut
 Penyakit dengan sistem gangguan kekebalan tubuh
 Penyakit Gangguan sirkulasi
Pelaksanaan
1.      Persiapan Pasien :
 Memperkenalkan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
 Menyepakati waktu yang akan di gunakan
2.      Persiapan alat dan bahan :
1. Pelumas (minyak hangat / lotion)
2. Handuk
3. Bantal
4. Perlak alas
3.      Persiapan Lingkungan :
         Sampiran
Tahap pre interaksi
1.      Cuci tangan
2.      Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4.   Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja

1. Mencuci tangan
2. Pasang alas pada daerah yang akan di massage
3. Letakkan sebuah bantal kecil dibawah perut pasien untuk menjaga
posisi yang tepat
4. Tuangkan sedikit lotion ke tangan (tangan perawat). Usapkan
kedua tangan sehingga lotion akan rata dan hangat pada
permukaan tangan. Gunakan lotion sesuai kebutuhan
5. Metode message
 Selang seling tangan.
Cara ini message punggung dengan tekanan pendek, cepat bergantian
tangan
 Remasan.
Cara ini mengusap otot bahu dengan setiap tangan perawat yang
dikerjakan secara bersamaan
 Eflurasi.
Cara ini massage punggung dengan kedua tangan, menggunakan
tekanan lebih halus dengan gerakan keatas untuk membantu aliran balik
vena
 Petriasi.
Cara ini menekan punggung secara horizontal. Pindah tangan perawat
dengan arah yang berlawanan dengan menggunakan gerakan meremas
 Tekanan Menyikat
Menekan daerah punggung dengan menggunakan ujung jari untuk
mengakhiri massage
6. Lakukan message sampai rasa nyeri berkurang (± 15 menit)
7. Lap badan pasien dengan menggunakan handuk pada daerah yang
terkena lotion
8. Pasien dirapihkan
9. Alat – alat dirapihlan
10. Mencuci tangan
11. Dokumentasikan hasil yang ditemukan pada pasien sewaktu
pelaksanaan massage
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3.   Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
1.         Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai