Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN


“PROSEDUR RJP”

Dibuat Oleh :
Nama : Neng Mita Susanti
NIM : C1AA17099

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
A. Pengertian
Resusitasi jantung paru merupakan suatu tindakan yang merupakan salah satu
usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas dan henti jantung ke fungsi optimal,
guna mencegah kematian biologis. Soerasdi menyebutkan bahwa resusitasi
merupakan tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali
kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung
dan paru dan beroirientasi pada pada otak.
Usaha untuk menjaga airway tetap terbuka, menunjang pernapasan dan
sirkulasi darahdisebut bantuan hidup dasar (BHD). BHD dimulai dengan mengenali
secara tepat keadaan henti jantung atau napas dan segera memberikan bantuan
ventilasi dan sirkulasi. BHD bertujuan untuk memasok oksigen ke otak, jantung dan
alat vital lainnya secara cepat. Kemudian dilanjutkandengan bantuan hidup lanjut.
Adapun beberapa keadaan yang dapat diberikan tindakan resusitasiadalah keadaan
henti napas pada korban tenggelam, obstruksi benda asing di jalan napas,keracunan
obat, tersedak, koma, dll. Selain itu juga fibrilasi ventrikel, takhikardi ventrikel,
asitoldan disosiasi elektromekanikal. Sirkulasi untuk menjamin oksigenasi yang
adekwat sangat diperlukan dengan segera karena sel-sel otak menjadi lumpuh apabila
oksigen ke otak terhenti selama 8-20 detik dan akan mati apabila oksigen terhenti
selama 3-5 menit (Soerasdi, 2004).
B. Tujuan Tindakan
1. Memulai kembali sirkulasi yang spontan (advance life support)
2. Memberikan bantuan eksternalterhadap sirkulasi (fungsi jantung) dan ventilasi
(fungsi pernapasan/paru) pada pasien henti jantung atau henti napas
3. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas) Untuk
membentuk jalan napas yang lancar
4. Pengelolaan intensif pasca resusitasi (prolonged life support)Melindungi otak
secara manual dari kekurangan oksigen (fungsi utama)
5. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (napas). mengalirkan
darah yang mengandung oksigen ke otak dalam upaya mencegah kerusakan
jaringan yang permanen.
C. Indikasi
1. Henti jantung
2. Henti napas (obstruksi jalan napas akibat benda asing, tersedak, tersengat listrik,
syok hipovolemik karena pendarahan, reaksi anafilaktik, tenggelam, overdosis
obat,ketidakseimbangan elektrolit)
3. Dyspnea, henti napas 15-30 detik
4. Kulit pucat abu abu
5. Pupil lebar dan tidak reaktif 60-90 detik
6. Pulsasi arteri karotis tidak teraba
7. Tak terabanya nadi segera
8. Ketidaksadaran 10 – 20 detik
9. Keadaan penurunan mental
D. Kontraindikasi
1. Fraktur Kosta
2. Trauma thorax
3. Pneumothorax
4. Emphysema berat
5. Fraktur Kosta
6. Trauma thorax
7. Cardiac tamponade
8. Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit
E. Komplikasi
1. Tertutupnya saluran pernapasan akibat kepala terlalu dihiperekstensikan
2. Patah tulang dada dan tulang iga
3. Bocornya paru-paru ( Pnemotoraks)
4. Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada ( Hemotoraks)
5. Luka dan memar pada paru-paru
6. Robekan pada hati
F. Penghentian RJP
1. Jika penderita sudah tidak memberikan respon yang
stabil.
2. Pupil dilatasi maksimal
3. Tidak ada respon spontan setelah RJP selama 15-30
menit
4. Gambaran EKG sudah flat
G. Anatomi torax
Dinding dada terdiri dari Tulang
dada yakni iga, columna vertebralis
torakalis, sternum, tulang clavicula dan
scapula. Dinding dada terdiri dari otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah
intrerkostalis dan torakalis interna. Bagian bawah torax dibatasi oleh otot diafragma.
Diafragma tempat jalan untuk aorta, vena cava inferior serta esofaguIsi rongga torak.
Rongga torax dibagi menjadi tiga, yakni kiri, tengah dan kanan, didalamnya terdapat
paru – paru. Rongga torax dibatasi oleh pleuravisceralis dan parietalis. Rongga
mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian
anterior, medius, posterior dan superior.
Rongga Mediastinum
a. Mediastinum superior, batasnya : Atas : bidang yang dibentuk oleh vertebra
torakalis 1, kosta 1, dan jugular notch. Bawah : bidang yang dibentuk dari angulus
sternal ke vertebra torakalis 4 Lateral : pleura mediastinalis Anterior: manubrium
sterni. Posterior: Corpus vertebra torakalis 1-4.
b. Mediastinum inferior terdiri dari mediastinum anterior, mediastinum medius,
mediastinum posterior.
c. Mediastinum anterior batasnya: Anterior: sternum (tulang dada) Posterior:
pericardium (selaput jantung) Lateral: pleura mediastinalis Superior: plane of
sternal angleInferior: diafragma.
d. Mediastinum medium batasnya: Anterior: perikardium Posterior: perikardium
Lateral: pleura mediastinalis Superior: plane of sternal angleInferior: diafragma.
e. Mediastinum posterior, batasnya : Anterior: pericardium, Posterior : corpus
vertebra torakalis 5 - 12Lateral : pleura mediastinalisSuperior : plane of sternal
angleInferior : diafragma.
Batas-batas Thorax
Batas bawah thorax:
a. arcus costarum
b. Processus xhiphoideus
c. Garis penghubung antara puncak-puncak ketiga iga terakhir dan processusspinalis
thoracal XII
Batas atas thorax :
a. incisura jugularis sterni
b. Clavicula
c. Garis penghubung antara articulus acromioclavicularis dan processus
spinaliscervical VII
Dinding Thorax
Costae Rangka toraks terluas adalah iga-iga (costae) yang merupakan tulang
jenisosseo kartilaginosa. Memiliki penampang berbentuk konus, dengan diameter
penampang yang lebih kecil pada iga teratas dan makin melebar di iga sebelah bawah.
Di bagian posterior lebih petak dan makin ke anterior penampang lebih
memipih.Terdapat 12 pasang iga yaitu 7 iga
pertama merupakan iga sejati (costae vera)
yang melekat pada vertebra yang bersesuaian,
dan terletak di sebelah anterior ke sternum. Iga
8-10 merupakan iga palsu (false rib/costae
spuria) yang melekat di anterior kerawan
kartilago iga diatasnya, dan 2 iga terakhir
merupakan iga yang melayang
(costaefluctuantes) karena tidak berartikulasi di sebelah anterior. Setiap iga terdiri dari
caput (head), collum (neck), dan corpus (shaft). Iga memiliki 2 ujung, yaitu
permukaan artikulasi vertebral dan sternal. Bagian posterior iga berstekstur kasar dan
terdapat foramen-foramen kecil. Sedangkan bagian anterior lebih rata dan halus. Tepi
superior iga terdapat krista kasar tempat melekatnya ligamentum costo transver sus
anterior, sedangkan tepi inferior lebih bulat dan halus.
H. Aspek keamanan dan keselamatan yang harus diperhatikan
1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan
penolong dan pasien.
2. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan
napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk
melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan
pertamaadalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan
kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.
I. Prosedur
1. Tanyakan kondisi
2. Apabila menemukan klien dalam keadaan tidak sadar.
3. Tujuan : Memberikan stimulus untuk menyadarkan
a. Pukulan precordial
b. Apabila henti kardiosirkulasi
c. Bila jantung tidak hipoksia
4. Bradikardi menjadi takikardi selanjutnya menjadi vibrilasi ventrikel
Tujuan :
a. Pemukulan sternum dari ketinggian 30 cm menimbulkan aktivitas listrik
b. Pemukulan 1-2 menit memacu miokardium berkontraksi efektif.
c. Memanggil pertolongan
5. Pertahankan jalan napas (Airways)
a. Apabila klien telentang, kemungkinan akan terjadi obstruksi jalan napas
sebagian atau total oleh jatuhnya lidah.
Hal yang dilakukan adalah kepala
dihiperekstensikan, dagu diangkat,
mulut ditutup. Dalam posisi ini kepala
nafas korban bisa dipertahankan.
b. Apabila hidung tersumbat, maka mulut
dibuka 1-2 cm agar udara bisa masuk
lewat mulut. Salah satu tangan
mengangkat dagu. Tangan lainnya
diletakkan pada garis rambut.
c. Apabila ada sumbatan pada jalan
nafas, segera bersihkan.
d. Pegang sudut bagian bawah rahang
korban dan angkat dengan kedua
tangan, satutangan pada setiap sisi,
menggerakkan mandibula ke depan
(jaw thrust) sambilmemiringkan kepala ke arah belakang. Cara ini juga dapat
digunakan untuk membuka jalan napas pada cedera leher atau kepala.
6. Teknik breathing
a. Persiapkan pernapasan buatana.
b. Untuk resusitasi mulut ke mulut pada orang dewasa, jepit hidung dan mulut
korban. Pada bayi, tempatkan di hidung dan mulut bayi.
c. Untuk resusitasi kantung ambu, gunakan masker wajah dengan ukuran tepat
dan pasang pada mulut dan hidung
korban.
d. Berikan pernapasan buatan
7. Resusitasi orang dewasa
a. Untuk resusitasi mulut ke barier pada
orang dewasa, tarik napas dalam dan
sekat bibir di sekeliling mulut korban,
menghasilkan sekat kedap udara.
b. Berikan dua klai aliran napas secara
perlahan, 1,5-2 detik setiap kali,
diikutidengan 10-20 kali napas per menitc) Untuk pernapasan buatan dengan
kantung ambu pada orang dewasa, tekan kantung dengan maksimal setiap dua
kali napas
8. Resusitasi bayi/anak
a. Berikan dua klai aliran napas secara perlahan, 1-1,5 detik per napas
denganistirahat diantaranya sehingga penyelamat bisa mengambil napas,
diikuti 20 kalinapas per menit.
b. Untuk resusitasi dengan kantung ambu pada anak, gunakan dua kompresi
kantungyang berukuran kecil.
c. Observasi naik turunnya dinding dada setiap klien bernapas. Apabila paru-
paru tidak mengembang, atur kembali posisi kepala dan leher dan periksa
adanya obstruksi jalannapas yang terlihat.
d. Isap setiap sekresi jalan napas. Apabila tidak tersedia alat isap, tolehkan
kepala klienke salah satu sisi.
e. Kaji adanya denyut arteri karotis. Pemeriksaan nadi dilakukan selama 5 – 10
detik.Jika arteri karotis tidak teraba, disarankan mengkaji arteri barkialis.
9. Tehnik Compression
a. Orang dewasa (mulai dari anak usia 8 tahun ke atas)
b. Posisikan tangan yang benar
c. Tangan penyelamat diletakkan di batas rangka iga korban
d. Jari-jari digerakkan ke arah atas rangka iga untuk menandai tempat pertemuan
igadengan sternum bagian bawah di tengah dada bagian bawah
e. Letakkan tumit telapak tangan di atas sternum dan letakkan tangan lain pada
bagian atas tangan yang berada di atas sternum sehingga kedua tangan
menjadi parallel
f. Jari-jari dapat diekstensikan atau paralel, tetapi jangan sampai menyentuh
dada
g. Tegangkan siku, pertahankan lengan lurus dan bahu tepat di atas kedua tangan
di atassternum korban
h. Lakukan kompresi dada 3,8-5 cm
i. Lakukan kompresi dada 80-100 kali per menit
j. Ventilasi paru- paru dengan dua kali napas lambat
k. Kaji korban setelah empat siklus (15 kali kompresi, dua kali ventilasi pada
satusiklusnya)

10 Bayi (1-12 bulan)


a. Posisikan tangan dengan benar a)Bayangkan garis imajiner antara puting susu di
atas tulang payudara (sternum)
b. Gunakan dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis/ibu jari
kanandan kiri dengan jari yang lainnya melingkari dada dan punggung bayi.
c. Lakukan kompresi 1,3-2,5 cm minimal 100 kali/menit
d. Pada akhir setiap kompresi kelima lakukan ventilasi selama 1,5 detik
e. Kaji korban setelah 10 siklus (setiap siklus 5 kompresi, 1 ventilasi)Anak (1 – 7
tahun)
f. Posisikan tangan yang benar
g. Letakkan tangan di batas bawah rangka iga korban dengan jari telunjuk dan
jaritengah
h. Ikuti batas rangka iga dengan jari tengah sampai titik tempat pertemuan iga
dengansternum
i. Letakkan jari telunjuk di sebelah jari tengah
j. Letakkan tumit tangan di depan titik tempat jari telunjuk berada dengan aksis
panjang tumit sejajar dengan sternum
k. Tangan lain dari penyelamat mempertahankan posisi kepala anak
l. Kompresi sternum dengan satu tangan 2,5-3,8 cm dengan kecepatan 100
kali/menit
m. Lakukan ventilasi (1-1,5 detik) pada akhir setiap kompresi kelima
n. Kaji kembali korban setelah 10 kali siklus (tiap siklus 5 kompresi 1 ventilasi).
Hal yang harus diperhatikan
a. Korban harus dalam posisi telentang
b. Tindakan dilakukan di atas permukaan yang datar dan keras
c. Pada saat dilakukan kompresi jantung, jari-jari tangan jangan sampai
menyentuh dadakorban
d. Posisi lengan harus lurus
e. RJP dihentikan bila jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas
sudahspontan, saat mengecek nadi dan pernafasan, penolong sudah kelelahan,
dan pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal.

Daftra Pustaka
https://id.scribd.com/doc/138980119/Laporan-Pendahuluan-Resusutasi -Jantung-Paru

Anda mungkin juga menyukai