Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LINGKUNGAN DASAR

ACARA V – VI

PERMASALAHAN LINGKUNGAN PERKOTAAN PENCEMARAN AIR –


PENYEDIAAN FASILITAS PUBLIK DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGANNYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR ROHMAYANI ANGGELIKA PUTRI

NIM : M0820065

KELOMPOK : 4

ASISTEN : OLIVIA FIRDAUS

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SELEBAS MARET

SURAKARTA

2020
ACARA V – VI

PERMASALAHAN LINGKUNGAN PERKOTAAN PENCEMARAN AIR –


PENYEDIAAN FASILITAS PUBLIK DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGANNYA

I. PENDAHULUAN
Pada era sekarang ini pembangunan secara terus menerus dilakukan di
berbagai aspek, baik itu aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek-aspek
lainnya. Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam pembanguna
merupakan aspek lingkungan. Lingkungan adalah salah satu hal yang penting
untuk diperhatikan, karena lingkungan mencerminkan dan menggambarkan
kondisi atau keadaan dalam suatu wilayah tertentu, sehingga dapat
mencerminkan aktivitas dan perilaku masyarakat dalam wilayah tersebut.
Namun, akhir – akhir ini sering terjadi berbagai permasalahan lingkungan
khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu permasalahan tersebut adalah
pencemaran air. Faktor penyebab pencemaran air pun berasal dari manusia
sendiri. Aktivitas antropogenik manusia seperti kegiatan pembangunan,
industri, perubahan guna lahan, dan kegiatan lain yang menimbulkan limbah
dapat mencemari lingkungan sekitarnya termasuk ekosistem perairan
(Mahyudin dkk., 2015). Ekosistem perairan juga memiliki kapasitas, dimana
kapasitas lingkungan air sendiri dapat didefinisikan sebagai maksimum
jumlah kontaminan yang dapat diterima di permukaan air tersebut tanpa
merusak fungsi air (Yan et al., 2019). Untuk itu, di masa depan diperlukan
tata kelola yang mengarahkan kebijakan menuju pembangunan berkelanjutan,
yang mencakup evaluasi masa yang lalu dan perkembangan saat ini
(Vannevel, 2017). Hal ini bertujuan untuk mengatur kegiatan pembangunan
yang dilakukan manusia agar tidak menimbulkan permasalahan lingkungan.
Berbagai permasalahan lingkungan seperti permasalahan air perkotaan
dapat diatasi dengan berbagai solusi, diantaranya yaitu PAH, RTH, dan
pengelolaan fasilitas publik. PAH (Pemanenan Air Hujan) atau disebut
dengan rain water harvesting sendiri didefinisikan sebagai suatu cara
pengumpulan atau penampungan air hujan untuk selanjutnya digunakan pada
waktu curah hujan rendah (Adinugraha dkk., 2018). Dua metode yang
biasanya digunakan untuk menyimpan air hujan yang terkumpul adalah
dengan menyimpannya langsung dlam resapan tanah atau menyimpannya di
fasilitas tertentu (Zhang et al., 2021). Penyimpanan air hujan dengan fasilitas
tertentu ini salah satunya adalah dengan sistem PAH. Dalam PAH ini, air
hujan yang dikumpulkan akan difiltrasi terlebih dahulu sehingga
menghasilkan kualitas air yang benar – benar layak pakai. Solusi selanjutnya
adalah RTH (Ruang Terbuka Hijau) merupakan pemanfaatan lahan dan
permukaan lahan yang dirurupi oleh elemen tanaman baik alami maupun
ditanam oleh manusia (Ernawati, 2015). RTH ini memiliki banyak fungsi
yang meliputi fungsi ekologis dan fungsi tambahan yaitu fungsi sosial
budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika. Lalu solusi yang ketiga adalah
pengelolaan fasilitas umum. Fasilitas umum merupakan sebuah sarana yang
dapat digunakan oleh siapa saja, oleh sebab itu sebuah fasilitas umum harus
dapat memfasilitasi berbagai macam pengguna. Fasilitas umum saat ini
berkembang di berbagai aspek, baik berupa sarana transportasi, pusat
perbelanjaan, sarana rekreasi maupun pusat kesehatan. Oleh karena itu, dalam
pengelolaannya harus memperhatikan keselamatan dan keamanan dari
penggunanya.
Tujuan dari praktikum ini antara lain untuk mengetahui pengaruh
antropogenik terhadap pencemaran air, untuk memahami masalah lingkungan
perkotaan dan fasilitas publik serta metode alternatifnya, dan juga untuk
mengetahui mekanisme Pemanenan Air Hujan (PAH), optimalisasi Ruang
Terbuka Hijau (RTH), dan sistem safety pada fasilitas umum.

II. METODE PENELITIAN


II.1 Waktu dan Lokasi
Praktikum Acara Acara V-VI “Permasalahan Lingkungan
Perkotaan Pencemaran Air – Penyediaan Fasilitas Publik dan Pengelolaan
Lingkungannya” dilaksanakan pada hari Senin, 30 November 2020
Praktikum ini berlokasi di rumah praktikan, yaitu di Desa Ngemplak
Kidul, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
II.2 Alat, Bahan, dan Cara Kerja
Untuk alat yang digunakan dalam pengamatan pencemaran air
yaitu berupa alat tulis, papan jalan, dan alat dokumentasi. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah komponen lingkungan di sekitar lokasi dan
didukung data sekunder dari sumber – sumber literatur. Cara kerja dari
prakikum pengamatan pencemaran air diawali dengan lokasi fasilitas
publik perkotaan dan RTH ditentukan, lalu muara air sumber buangan
limbah sekitar fasilitas publik perkotaan dan RTH dicari dan dilakukan
pengamatan. Setalh itu, permasalahan pencemaran air yang ada di lokasi
diidentifikasi dan hasilnya dicatat serta dianalisis.
Sedangkan untuk praktikum membuat mosel simulasi PAH
(Pemanenan Air Hujan), alat yang digunakan yaitu gergaji, solder, korek,
dan cutter. Lalu, bahan - bahan yang digunakan antara lain paralon,
sambungan paralon, galon, ember cat, kawat kasa, dan lakban. Cara kerja
dari pembuatan model simulasi PAH dimulai dari konsep model simulasi
yang ditentukan, lalu alat dan bahan untuk mebuatan model simulasi
disiapkan. Setelah itu, model simulasi PAH dibuat, dan setelah jadi model
tersebut diuji coba. Selanjutnya model simulasi PAH divalidasi
penyimpangan modelnya dengan yang aktual dan di analisis. Dan yang
terakhir jadilah model simulasi PAH sebagai hasil akhir.
II.3 Analisis
Dalam Praktikum Acara Acara V-VI “Permasalahan Lingkungan
Perkotaan Pencemaran Air – Penyediaan Fasilitas Publik dan Pengelolaan
Lingkungannya”, metode pengambilan data yang digunakan adalah
dengan pendekatan kualitatif untuk pengamatan pencemaran air. Analisis
datanya menggunakan metode deskriptif yang didapat dari data
pengamatan serta menggunakan pendekatan kompaatif untuk
membandingkan pencemaran air di dekat RTH dengan pencemaran air di
dekat fasilitas publik. Untuk model simulasi PAH analisinya
menggunakan pendekatan validasi untuk membandingkan antara model
yang dirancang dengan keadaan aktualnya. Setelah itu diidentifikasi
penyimpangan – penyimpangan dari model simulasi PAH yang dibuat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil dan Pembahasan Acara V “ Permasalahan Lingkungan
Perkotaan Pencemaran Air”
Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan. Semua
makhluk hidup memerlukan air. Khususnya manusia, air diperlukan untuk
berbagai keperluan, antara lain rumah tangga, industri, pertanian dan
sebagainya. Namun, dewasa ini sering terjadi permasalahan terkait dengan
sumber daya air. Permasalahan air dapat ditinjau dari segi kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas. Kualitas air sendiri dapat dikatakan sebagai mutu atau nilai
air untuk dimanfaatkan dalam peruntukan tertentu yang dievaluasi
menggunakan standar baku mutu yang telah ditetapkan. Adapun kuantitas air
membahas mengenai ketersediaan jumlah air untuk memenuhi kebutuhan
tertentu dan biasanya dilihat mlalui perbandingan kapasitas air maksimum
pada sebuah badan air dengan kebutuhan konsumsi. Sedangkan kontinuitas
air, menurut Astuti (2014), merupakan pencatatan debit air pada setiap saat
sehingga akan dapat diketahui seberapa jauh nilai keberlanjutan air itu
sebagai penyedia untuk mencukupi kebutuhan manusia. Dengan kata lain,
kontinuitas ini juga berkaitan dengan ketersediaan air secara konstan pada
keadaan apapun di suatu wilayah tertentu. Ada beberapa faktor yang menjadi
pendorong terjadinya permasalahan air, diantaranya adalah pertumbuhan
populasi, karena hal ini berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi air
sehingga nantinya dapat berujung pada kekurangan jumlah air atau dalam hal
ini kaitannya dengan kuantitas air. Yang kedua yaitu pencemaran, hal ini
berdampak pada penurunan kualitas air sehingga tidak dapat memenuhi
fungsi optimalnya dalam memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Dan yang
ketiga yaitu budaya lingkungan yang rendah sehingga dapat memicu
ketidakpedulian terhadap sumber daya air itu sendiri.

Salah satu permasalahan air yang sering dijumpai adalah berupa


pencemaran. Pencemaran air ini selalu dapat dikaitkan dengan aktivitas
manusia, karena manusia merupakan sumber utama yang dapat menyebabkan
pencemaran di lingkungannya sendiri. Pencemaran air khususnya di daerah
perkotaan sering terjadi baik itu di ekosistem perairan lotik maupun lentik.
Dalam praktikum ini, pengamatan lebih terfokus pada ekosistem lotik yaitu
berupa sungai atau muara yang berada di dekat RTH maupun di dekat
fasilitas publik perkotaan. Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari
lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah.
Ditinjau dari penggunaan lahannya, pemanfaatan penggunaan sungai di
bagian hulu bersifat lebih alami seperti hutan maupun perkampungan kecil.
Sedangkan lahan sungai di bagian hilir biasanya dimanfaatkan sebagai tempat
permukiman, pertanian, industri, dan aktivitas manusia lain. Pada akhirnya,
daerah hilir ini merupakan tempat terakumulasinya zat – zat pencemar yang
berasal baik dari kegiatan antroogenik manusia dari hulu maupun yang
mengalir di daerah hilir (Setianto dan Fahritsani, 2019). Aktivitas
antropogenik manusia yang berada di sekitar muara atau sungai akan
meningkatkan jumlah polutan ke perairan tersebut. Sungai merupakan tempat
penampungan air yang memiliki kapasitas tertentu dan hal ini dapat berubah
karena berbagai aktivitas manusia di sekitarnya. Pencemaran air sungai di
wilayah perkotaan berasal dari berbagai sumber, antara lain dari kegiatan
konstruksi, pembukaan lahan baru, kegiatan domestik manusia yang
menghasilkan limbah organik, maupun kegiatan industri yang membuang
residunya berupa zat kimia ke sungai.
Tabel 1. Pengamatan Kondisi Perairan (Perairan dekat bangunan fasilitas publik dan
RTH)

N Muara Titik Gambar Lokasi W Ba Kek Sa Keteran


o. Sekitar koor arn u eru m gan
Lokasi dinat a han pa
air h/
li
m
ba
h
1. Muara - Co + +++ + Di
sekitar 7,55 kla sekitar
RTH 5242 t muara
Taman 6; RTH ini
Sekartaji, 110. masih
Jl. Tentara 8445 terdapat
Pelajar 876 vegetasi
No.77, alami,
Jebres, dan
Kota aliran
Surakarta, airnya
Jawa tidak
Tengah begitu
deras
2. Muara - Co + ++ + Aliran
sekitar 7.39 kla muara
Ruang 6910 t sekitar
Terbuka , RTH ini
Hijau 109. cukup
Semampir 6730 desar
Sungai 05 dan di
Serayu, Jl. sekitarn
Raya ya
Semampir terdapat
Kec. beberap
Banjarnega a jenis
ra, Kab. vegetasi
Banjarnega
ra, Jawa
Tengah
53418
3. Taman - Hij + +++ + Aliran
Layangan 6.32 au muara
RTH, Jl. 4601 ke di
Pengantin 9, co sekitar
Ali No.73, 106. kla RTH ini
RT.6/RW.6 8801 tan tidak
, Ciracas, 388, deras
Kec. 17 dan
Ciracas, bahkan
Kota hampir
Jakarta mengeri
Timur, ng
Daerah
Khusus
Ibukota
Jakarta
13740
4. Muara - Co ++ +++ ++ Muara
dekat 7.77 kal dekat
fasilitas 8320 at fasilitas
perkotaan 3, publik
Jl. 53.2 ini
Wekudoro 734 aliranny
Kejambon a tidak
Kec. Tegal terlal
Timur Kota deras
Tegal Jawa dan
Tengah vegetasi
yang
tumbuh
di
sekitarn
ya tidak
begitu
banyak
5. Muara - Co + +++ + Muara
dekat 7.38 kla dekat
fasilitas 9443 t fasilitas
perkotaan , publik
Pasar Salak 109. ini
Jl. Jagapati, 7040 memilik
Kec 32 i air
Banjarnega yang
ra, sangat
Kabupaten coklat
Banjarnega dan di
ra, Jawa sekitarn
Tengah ya pun
vegetasi
nya
terbatas
6. Muara - Co ++ +++ ++ Muara
dekat 7.83 kla + dekat
Pabrik 6022 t pabrik
Gula 7, gula ini
Pesantren 112. aliran
Jl. Totok 0567 airnya
Kerot, Ds. 08 sedang
Ketami, dan
Kec. sekitarn
Pesantren, ya
Kota masih
Kediri, terdapat
Jawa vegetasi
Timur. yang
tumbuh
alami.

Dari tabel di atas, didapatkan hasil pengamatan pada sungai di dekat RTH
dan dekat fasilits publik perkotaan. Kondisi pencemaran di sekitar RTH dan
fasilitas publik kurang lebih hampir sama, namun yang berada di dekat
fasilitas publik cenderung mengalami pencemaran yang lebih parah daripada
yang berada di dekat RTH. Jika diambil contoh, kondisi muara yang
bernomor 4 dan 6 di mana muara tersebut berada di dekat fasilitas publik,
memiliki tingkat pencemaran dari sampah/ limbah lebih banyak dari muara
yang lainnya yang berada di sekitar RTH. Lalu jika dilihat dari kekeruhanya,
semua muara yang ada di sekitar fasilitas publik memiliki tingkatan yang
paling tinggi, sedangkan pada mara di sekitar RTH masih ada yang memiliki
tingkat kekeruhan pada level 2. Jika ditinjau dari baunya, muara yang di
sekitar fasilitas publik juga memiliki level lebih tinggi dari yang di sekitar
RTH. Level tertinggi untuk bau, berada di muara dekat fasilitas publik berupa
pabrik gula, dimana, di sana terjadi kegiatan antropogenik manusia berupa
kegiatan industri. Hal ini membuktikan bahwa muara yang berada di dekat
fasilitas publik, yang mana banyak terjadi aktivitas antropogenik manusia,
tingkat pencemarannya lebih parah daripada muara yang ada di sekitar RTH.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Mahyudin dkk. (2015), yang
menyatakan bahwa meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan,
dan semakin beragamnya pola hidup masyarakat perkotaan menjadikan beban
pencemar air semakin meningkat dari waktu ke waktu.

3.2 Hasil dan Pembahasan Acara VI “ Penyediaan Fasilitas Publik dan


Pengelolaan Lingkungannya
Untuk mengupayakan ketersediaan air bersih dalam jangka panjang, perlu
adanya kegiatan konservasi air. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah
melalui pembuatan PAH (Pemanenan Air Hujan). Pemanenan air hujan
adalah sebuah sistem pengairan, di mana air hujan yang dipanen ditampung
dalam tangki penyimpanan dan disalurkan kembali sesuai kebutuhan. Fungi
dari PAH sendiri yaitu untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap
bangunan, permukaan tanah, jalan, atau perbukitan batu dan dimanfaatkan
sebagai salah satu sumber suplai air bersih. Selain itu, PAH juga memiliki
fungsi terhadap lingkungan dan kehidupan sosial, yaitu untuk mengurangi
limpasan air hujan keluar dari persil bangunan gedung, mencegah terjadinya
penurunan permukaan tanah, menciptakan udara yang lebih bersih,
menurunkan temperatur wilayah perkotaan, dan sebagai solusi dari dampak
perubahan iklim (Rofil dan Maryono, 2017).

Dalam mengaplikasikan PAH, ada faktor – faktor yang perlu diperhatikan,


yaitu :
a) Luas daerah tangkapan hujan dan kapasitas seringkali berukuran kecil
atau terbatas.
b) Pemeliharaan sistem PAH lebih sulit dan jika sistem tidak dirawat
dengan baik dapat berdampak buruk pada kualitas air hujan yang
tertampung.
c) Pengembangan sistem PAH yang lebih luas sebagai salah satu
alternatif sumber air bersih dapat mengurangi pendapatan perusahaan
air minum.
d) Tidak/jarang ada pedoman yang jelas untuk diikuti bagi pengguna
atau pengembang.
e) Pemerintah belum memasukkan konsep PAH dalam kebijakan
pengelolaan sumber daya air dan masyarakat belum terlalu
membutuhkan instrumen PAH di lingkungan tempat tinggalnya.
f) Tangki penyimpanan air hujan berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan serangga seperti nyamuk.
g) Curah hujan menjadi faktor penting dalam operasional sistem PAH.

Dilihat dari ruang lingkup implementasinya, teknik pemanenan digolongkan


ke dalam 2 kategori yaitu teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan
(roof top rain water harvesting), dan teknik pemanenan air hujan (dan aliran
permukaan) dengan bangunan reservoir, seperti dalam parit, kolam, waduk
dan sebagainya. Sedangkan sistem PAH secara umum tersusun dari tempat
menangkap hujan (collection area), saluran air hujan yang mengalirkan air
hukan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance),
filter, resevoir (storage tank), saluran pembuangan, dan pompa (Adinugraha
dkk., 2018).
a) Tempat menangkap hujan (collection area) merupakan tempat
penangkapan air hujan.
b) Saluran air hujan yang mengalirkan air hukan dari tempat menangkap
hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), biasanya terdiri dari saluran
pengumpul atau pipa yang mengalirkan air hujan yang turun di atap ke
tangki penyimpanan (cistern or tanks). Saluran pengumpul atau pipa
mempunyai ukuran, kemiringan dan dipasang sedemikian rupa agar
kuantitas air hujan dapat tertampung semaksimal mungkin.
c) Filter berfungsi untuk menyaring sampah yang ikut bersama air hujan
dalam saluran penampungan.
d) Resevoir (storage tank), merupakan tempat menyimpan air hujan.
e) Saluran pembuangan, saluran pembuang air hujan yang tertampung pada
menit-menit awal harus dibuang. Tujuan fasilitas ini adalah untuk
meminimalkan polutan yang ikut bersama air hujan.
f) Pompa, dibutuhkan apabila tangki penampung air hujan berada di bawah
tanah.
Gambar 1. Model Simulasi PAH

Model dimulasi PAH yang dipilih adalah menggunakan sistem atap


bangunan (roof top rain water harvesting). Jadi, air hujan ditampung pada
penangkap air hujan yang dalam model simulasi menggunakan ember bekas
cat, lalu dialirkan melalui pipa paralon dan di dalam pipa tersebut terdapat
penyaring yang terbuat dari kawat kasa. Kawat kasa ini berfungsi untuk
menyaring dedaunan yang ikut dalam aliran air. Setelah itu, air hujan awal
(sekitar 10-15 menit petama) dan kotoran akan mengendap pada pipa
pembuangan yang pada gambar ditunjukkan oleh model paralon yang ke arah
bawah. Lalu air mengalir ke tangki penampungan, yang dalam gambar
disimulasikan dengan galon. Air dalam tangki tersebut sudah dapat
dimanfaatkan, dan luberan air hujan dari tangki tersebut dapat disalurkan ke
lubang sumur pompa untuk isi ulang aquifer tanah atau dimasukkan ke sumur
respan melalui pipa paralon yang mengarah ke sebelah kiri pada gambar.

Komponen terpenting dalam pembuatan PAH adalah sistem filtrasinya,


karena di dalam bagian filtrasi ini air hujan akan dibersihkan dan sekaligus
menjadi kunci kelayakan air hujan ketika dipergunakan kembali. Filter
dibutuhkan untuk menyaring sampah (daun, plastik, ranting, dll) yang ikut
bersama air hujan dalam saluran penampung sehingga kualitas air hujan
terjaga. Untuk pembuatan PAH yang lebih kompleks, model sistem filtrasi
disesuaikan dengan kebutuhan. Perancangan filter yang dibuat dapat
digunakan untuk menjernihkan air, mengurangi kadar logam, hingga
menyerap bahan imia yang terlarut berama air. Tabung filter yang biasanya
digunakan adalah pipa PVC dan bahan yang biasanya digunakan sebagai
filter yaitu pasir silika, batu zeonit, karbon aktif, dan kapas filter aquarium
(Prihadi dkk., 2019). Namun, pada dasarnya proses pengolahan air hujan
menggunakan sistem filtrasi merupakan metode pengolahan air secara fisik,
sehingga parameter pembanding yang digunakan adalah parameter fisik. Nilai
parameter biologi dan kimia pada air hujan sebelum filtrasi sudah memenuhi
standar baku mutu air bersih. Padatan terlarut yang ada di dalam air hujan
sehingga menimbulkan kekeruhan, artinya sudah tersaring melalui material
filtrasi.

Sistem atap bangunan (roof top rain water harvesting) ini lebih efektif
diterapkan untuk rumah yang memiliki lahan sempit terutama di perkotaan,
karena hanya memakan lahan untuk meletakkan tangki penampungan.
Komponen model simulasi PAH ini, yang meliputi tempat penangkapan air
hujan, sistem pengaliran air hujan, dan filter tidak diletakkan di tanah,
sehingga tidak begitu memakan banyak tempat. Hasil panen dari model
simulasi yang dibuat adalah berupa air yang sudah bersih dari sampah seperti
daun, plastik, ranting, dan sampah lain yang masih dapat tersaring oleh kawat
kasa melalui sistem filtrasi. Air yang dihasilkan dari pemanenan model
simulasi ini dapat dimanfaatkan kembali untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, seperti untuk mencuci baju, untuk menyiram toilet, untuk menyiram
tanaman, dan untuk mencuci kendaraan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah perkotaan juga


menimbulkan masalah lain berupa produksi emisi. Untuk itu, UU No.
26/2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan untuk membangun RTH
minimal sebasar 30% dari luas kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH
Publik minimal 20% dan RTH Privat minimal 10%. Ruang Terbuka Hijau
(RTH) sendiri adalah area atau jalur dalam kota atau wilayah yang
penggunaannya bersifat terbuka. Dikatakan ‘hijau’ karena RTH menjadi
tempat tumbuh tanaman, baik secara alamiah ataupun yang sengaja ditanami.
Menurut Paul et al. (2020), Ruang terbuka hijau merupakan suatu area yang
bersifat publik maupun pribadi yang berupa ruang terbuka dan biasanya
berupa taman hijau, ruang hijau, atau tanam bermain yang dapat diakses oleh
masyarakat umum secara geratis. Area ini juga termasuk area non-taman
seperti jalur sepeda, jalan setapak, alun -alun, pantai, dan area umum bersama
yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan aktivitas fisik. RTH ini memiliki
banyak fungsi yang dapat dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu :
a) Fungsi ekologis, RTH diharapkan dapat berkontribusi dalam
peningkatan kualitas air tanah, mencegah terjadinya banjir,
mengurangi polusi udara, dan pendukung dalam pengaturan iklim.
b) Fungsi sosial budaya, RTH diharapkan dapat berperan terciptanya
ruang untuk interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai penanda
kawasan.
c) Fungsi arsitektural/estetika, RTH diharapkandapat meningkatkan nilai
keindahan dan kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan
jalur hijau.
d) Fungsi ekonomi, RTH diharapkan dapat berperan sebagai
pengembangan sarana wisata hijau perkotaan, sehingga menarik minat
masyarakat atau wisatawan untuk berkunjung ke suatu kawasan dan
secara tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.

Prabowoningsih dkk. (2018), menyatakan bahwa faktor ketersediaan RTH


dipengaruhi oleh ketersedian anggaran, alokasi ruang terbuka hijau dalam
perencanaan tata ruang, implementasi rencana kerja terkait RH, penghargaan
dalam program penghijauan, pelaksanaan program, partisipasi masyarakat,
pengaruh tokoh masyarakat, keberadaan komunitas hijau, daya serap pohon
terhadap CO2, ketersediaan lahan, nilai lahan, dan pengawasan pengendalian
tata guna lahan.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, salah satu fungsi RTH yaitu
fungsi ekologis yang meliputi peningkatan kualitas air tanah, mencegah
terjadinya banjir, mengurangi polusi udara, dan pendukung dalam pengaturan
iklim. RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan adalah RTH suatu
kawasan yang ditanami pepohonan maupun rerumputan yang dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga laju resapan air hujan dapat
dipertahankan. Dalam hubungannya dengan pegelolaan air di perkotaan, RTH
berfungsi sebagai penyerap air hujan sehingga memperkecil limpasan air di
permukaan (surface run-off) pada saat hujan turun. RTH yang dibutuhkan
sebagai alternatif pencegahan ataupun mengurangi banjir/genangan air yang
ada adalah RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan yang merupakan
integrasi antara bangunan penahan air dengan vegetasi RTH. RTH yang
memiliki fungsi demikian bisa berupa bozem, waduk, maupun sumur-sumur
resapan

IV. KESIMPULAN
1. Kegiatan antropogenik khususnya yang melibatkan kegiatan yang
menghasilkan limbah, dapat menjadi penyebab utama terjadinya
pencemaran air di wilayah perkotaan. Kegiatan antropogenik ini antara
lain yaitu kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, kegiatan
pembangunan konstruksi, dan kegiatan lain yang berpotensi menimbulkan
polutan.
2. Permasalahan lingkungan perkotaan ada banyak jenis sesuai bidangnya.
Jika dikaitkan dengan lngkungan, maka permasalahan mengenai
pembangunan berkelanjutan merupakan masalah yang serius, dimana di
wilayah kota sering dilakukan pembangunan tapi tdak mempedulikan
dampaknya pada lingkungan. dalah satu yang ditimbulkan adalah
permasalahan air, dan permasahalan ini dapat diatasi dengan salah satu
fasilitas publik yaitu RTH dan usaha individu berupa PAH.
3. Komponen sistem PAH meliputi tempat menangkap hujan (collection
area), saluran air hujan yang mengalirkan air hukan dari tempat
menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, resevoir
(storage tank), saluran pembuangan, dan pompa. Optimalisasi RTH
merupakan upaya memaksimalkan fungsi RTH. Fungdi yang perlu
dioptimalkan di wilayah perkotaan yaitu fungsi ekologis untuk menjaga
kesehatan lingkungan. Setiap fasilitas publik haus memiliki sistem safety
karena fasilitas tersebut berfungsi untuk memfasilitasi berbagai pengguna
secara umum, dan tentunya keselamatan pengguna menjadi fokus utama
dalam pengelolaan fasilitas publik.

V. DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, F., B. Soebagijo, N.A. Witono, dan B. J. Wongso. 2018.
Perancangan Desain Alat Pemanenan Air Hujan Dengan Media Filter
dan Pembangkit Listrik Mikrohidro (Yagipure). Faktor Exacta. 11 (2)
: 118-127
Astuti, N. 2014. Penyediaan Air Bersih Oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(Pdam) Kota Sangatta Kabupaten Kutai Timur. eJournal Administrasi
Negara. 3(2): 678-689.
Ernawati, R. 2015. Optimalisasi Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau
Publik di Kota Surabaya. EMARA Indonesian Journal of Architecture.
1(2) : 60-68.
Mahyudin, Seomarmo, dan T.R. Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air Dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota
Kepanjen Kabupaten Malang. J-PAL. 6 (2) : 105-115.
Paul,A., T. K. Nath, S. J. Noon, M. M. Islam, and A.M. Lechner. 2020.
Public Open space, Green exercise and well-being in Chittagong,
Bangladesh. Urban Forestry & Urban Greening. 55 : 1-10.
Prabowoningsih, N.H., R.A. Putri, dan E.F. Rinic. 2018. Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Pada Setiap
Dominasi Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Kota Surakarta). Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif. 13 (2) : 133-
151.
Prihadi, L.R., A. Yulistyorini, dan Mujiyono. 2019. Desain Sistem
Pemanenan Air Hujan Pada Rumah Hunian di Daerah Karst
Kabupaten Malang. Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas.
3(1) : 59-74.
Rofil dan Maryono. 2017. Potensi dan Multifungsi Rainwater Harvesting
(Pemanenan Air Hujan) di Sekolah bagi Infrastruktur Perkotaan.
Proceeding Biology Education Conference. 14 (1) : 247- 251.
Setianto H. Dan H. Fahritsani. 2019. Faktor Determinan Yang Berpengaruh
Terhadap Pencemaran Sungai Musi Kota Palembang. Media
Komunikas Geografi. 20 (2) : 186-198.
Vannevel, R. 2017. Learning from the past: Future Water Governance Using
Historic Evidence of Urban Pollution and Sanitation. Sustainability of
Water Quality and Ecology. 9-10 : 27-38.
Yan, R., Y. Gao, L. Ling, and J. Gao. 2019. Estimation of Water
Environmental Capacity and Pollution Load Reduction for Urban
Lakeside o f Lake Taihu, Eastern China. Ecological Engineering.
139 : 1-12.
Zhang, W., J. Sheng, Z. Li, D. C. Weindorf , G. Hu, J. Xuan, and H. Zhao.
2021. Integrating Rainwater Harvesting and Drip Irrigation for Water
Use Efficiency Improvements in Apple Orchards of Northwest China.
Scientia Horticulturae. 275 : 1-7.
VI. LAMPIRAN
1. Abstrak Jurnal : 12 lembar
2. Laporan Sementara : 5 lembar

ABSTRAK JURNAL
LAPORAN SEMENTARA
Nama : Nur Rohmayani Anggelika Putri
NIM : M0820065
ACARA 5 – 6
PERMASALAHAN LINGKUNGAN PERKOTAAN PENCEMARAN AIR –
PENYEDIAAN FASILITAS PUBLIK DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGANNYA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh antropogenik terhadap
pencemaran air.
2. Mahasiswa mampu memahami masalah lingkungan perkotaan pada
fasilitas publik dan metode alternatifnya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme Pemanenan Air Hujan
(PAH), optimalisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan sistem safety pada
fasilitas umum.

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat
1. Alat tulis
2. Papan jalan
3. Alat dokumentasi

2.2 Bahan
1. Komponen lingkungan sekitar lokasi
2. Data sekunder dan sumber-sumber literatur

III. CARA KERJA


a) Pengamatan Pencemaran Air

Lokasi fasilitas publik perkotaan dan RTH


Ditentukan

Muara air sumber buangan limbah sekitar fasilitas publik perkotaan dan RTH

Dicari dan dilakukan pengamatan

Permasalahan pencemaran air


Diidentifikasi

Hasil Dicatat dan dianalisis


Keterangan :

 Masing-masing kelompok (dapat dilakukan oleh perwakilan


kelompok) melakukan pengamatan permasalahan lingkungan
perkotaan pencemaran air pada muara sekitar fasilitas publik
perkotaan (contoh fasilitas publik seperti rumah sakit atau bangunan
lainnya) serta muara pada sekitar RTH. Masing-masing minimal 3
lokasi.
 Hasil pengamatan didokumentasikan. Pengamatan dapat direkam
video untuk memudahkan anggota lain mengidentifikasi juga.

b) Model Simulasi PAH (Pemanenan Air Hujan)


Konsep model simulasi PAH
ditentukan

Alat dan bahan untuk pembuatan model


simulasi PAH
disiapkan

Model simulasi PAH


dibuat

Model simulasi PAH


dilakukan uji coba

Model simulasi PAH


divalidasi penyimpangan model
dengan yang aktual

Model simulasi PAH


dianalisis

Hasil model simulasi PAH

Keterangan :
 Masing-masing kelompok melakukan pembuatan 1 model
simulasi PAH yang dilakukan oleh perwakilan kelompok yang
memiliki domisili sama.
 Tahap dan hasil pembuatan model simulasi PAH dibuat
dengan format video
 Model dibuat bebas namun harus tetap sesuai dengan sistem
PAH aktual dengan penambahan sistem filtrasi

IV. TABEL HASIL

Tabel 1. Pengamatan Kondisi Perairan (Perairan dekat bangunan fasilitas publik


dan RTH)

N Muara Titik Gambar Lokasi W Ba Kek Sa Keteran


o. Sekitar koor arn u eru m gan
Lokasi dinat a han pa
air h/
li
m
ba
h
1. Muara - Co + +++ + Di
sekitar 7,55 kla sekitar
RTH 5242 t muara
Taman 6; RTH ini
Sekartaji, 110. masih
Jl. Tentara 8445 terdapat
Pelajar 876 vegetasi
No.77, alami,
Jebres, dan
Kota aliran
Surakarta, airnya
Jawa tidak
Tengah begitu
deras
2. Muara - Co + ++ + Aliran
sekitar 7.39 kla muara
Ruang 6910 t sekitar
Terbuka , RTH ini
Hijau 109. cukup
Semampir 6730 desar
Sungai 05 dan di
Serayu, Jl. sekitarn
Raya ya
Semampir terdapat
Kec. beberap
Banjarnega a jenis
ra, Kab. vegetasi
Banjarnega
ra, Jawa
Tengah
53418
3. Taman - Hij + +++ + Aliran
Layangan 6.32 au muara
RTH, Jl. 4601 ke di
Pengantin 9, co sekitar
Ali No.73, 106. kla RTH ini
RT.6/RW.6 8801 tan tidak
, Ciracas, 388, deras
Kec. 17 dan
Ciracas, bahkan
Kota hampir
Jakarta mengeri
Timur, ng
Daerah
Khusus
Ibukota
Jakarta
13740
4. Muara - Co ++ +++ ++ Muara
dekat 7.77 kal dekat
fasilitas 8320 at fasilitas
perkotaan 3, publik
Jl. 53.2 ini
Wekudoro 734 aliranny
Kejambon a tidak
Kec. Tegal terlal
Timur Kota deras
Tegal Jawa dan
Tengah vegetasi
yang
tumbuh
di
sekitarn
ya tidak
begitu
banyak
5. Muara - Co + +++ + Muara
dekat 7.38 kla dekat
fasilitas 9443 t fasilitas
perkotaan , publik
Pasar Salak 109. ini
Jl. Jagapati, 7040 memilik
Kec 32 i air
Banjarnega yang
ra, sangat
Kabupaten coklat
Banjarnega dan di
ra, Jawa sekitarn
Tengah ya pun
vegetasi
nya
terbatas
6. Muara - Co ++ +++ ++ Muara
dekat 7.83 kla + dekat
Pabrik 6022 t pabrik
Gula 7, gula ini
Pesantren 112. aliran
Jl. Totok 0567 airnya
Kerot, Ds. 08 sedang
Ketami, dan
Kec. sekitarn
Pesantren, ya
Kota masih
Kediri, terdapat
Jawa vegetasi
Timur. yang
tumbuh
alami.

*Untuk mengisi data bau, kekeruhan, dan sampah gunakan :


+ : sedikit
++ : sedang
+++ : sangat

Model Simulasi PAH

Anda mungkin juga menyukai