ACARA V – VI
DISUSUN OLEH :
NIM : M0820065
KELOMPOK : 4
SURAKARTA
2020
ACARA V – VI
I. PENDAHULUAN
Pada era sekarang ini pembangunan secara terus menerus dilakukan di
berbagai aspek, baik itu aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek-aspek
lainnya. Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam pembanguna
merupakan aspek lingkungan. Lingkungan adalah salah satu hal yang penting
untuk diperhatikan, karena lingkungan mencerminkan dan menggambarkan
kondisi atau keadaan dalam suatu wilayah tertentu, sehingga dapat
mencerminkan aktivitas dan perilaku masyarakat dalam wilayah tersebut.
Namun, akhir – akhir ini sering terjadi berbagai permasalahan lingkungan
khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu permasalahan tersebut adalah
pencemaran air. Faktor penyebab pencemaran air pun berasal dari manusia
sendiri. Aktivitas antropogenik manusia seperti kegiatan pembangunan,
industri, perubahan guna lahan, dan kegiatan lain yang menimbulkan limbah
dapat mencemari lingkungan sekitarnya termasuk ekosistem perairan
(Mahyudin dkk., 2015). Ekosistem perairan juga memiliki kapasitas, dimana
kapasitas lingkungan air sendiri dapat didefinisikan sebagai maksimum
jumlah kontaminan yang dapat diterima di permukaan air tersebut tanpa
merusak fungsi air (Yan et al., 2019). Untuk itu, di masa depan diperlukan
tata kelola yang mengarahkan kebijakan menuju pembangunan berkelanjutan,
yang mencakup evaluasi masa yang lalu dan perkembangan saat ini
(Vannevel, 2017). Hal ini bertujuan untuk mengatur kegiatan pembangunan
yang dilakukan manusia agar tidak menimbulkan permasalahan lingkungan.
Berbagai permasalahan lingkungan seperti permasalahan air perkotaan
dapat diatasi dengan berbagai solusi, diantaranya yaitu PAH, RTH, dan
pengelolaan fasilitas publik. PAH (Pemanenan Air Hujan) atau disebut
dengan rain water harvesting sendiri didefinisikan sebagai suatu cara
pengumpulan atau penampungan air hujan untuk selanjutnya digunakan pada
waktu curah hujan rendah (Adinugraha dkk., 2018). Dua metode yang
biasanya digunakan untuk menyimpan air hujan yang terkumpul adalah
dengan menyimpannya langsung dlam resapan tanah atau menyimpannya di
fasilitas tertentu (Zhang et al., 2021). Penyimpanan air hujan dengan fasilitas
tertentu ini salah satunya adalah dengan sistem PAH. Dalam PAH ini, air
hujan yang dikumpulkan akan difiltrasi terlebih dahulu sehingga
menghasilkan kualitas air yang benar – benar layak pakai. Solusi selanjutnya
adalah RTH (Ruang Terbuka Hijau) merupakan pemanfaatan lahan dan
permukaan lahan yang dirurupi oleh elemen tanaman baik alami maupun
ditanam oleh manusia (Ernawati, 2015). RTH ini memiliki banyak fungsi
yang meliputi fungsi ekologis dan fungsi tambahan yaitu fungsi sosial
budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika. Lalu solusi yang ketiga adalah
pengelolaan fasilitas umum. Fasilitas umum merupakan sebuah sarana yang
dapat digunakan oleh siapa saja, oleh sebab itu sebuah fasilitas umum harus
dapat memfasilitasi berbagai macam pengguna. Fasilitas umum saat ini
berkembang di berbagai aspek, baik berupa sarana transportasi, pusat
perbelanjaan, sarana rekreasi maupun pusat kesehatan. Oleh karena itu, dalam
pengelolaannya harus memperhatikan keselamatan dan keamanan dari
penggunanya.
Tujuan dari praktikum ini antara lain untuk mengetahui pengaruh
antropogenik terhadap pencemaran air, untuk memahami masalah lingkungan
perkotaan dan fasilitas publik serta metode alternatifnya, dan juga untuk
mengetahui mekanisme Pemanenan Air Hujan (PAH), optimalisasi Ruang
Terbuka Hijau (RTH), dan sistem safety pada fasilitas umum.
Dari tabel di atas, didapatkan hasil pengamatan pada sungai di dekat RTH
dan dekat fasilits publik perkotaan. Kondisi pencemaran di sekitar RTH dan
fasilitas publik kurang lebih hampir sama, namun yang berada di dekat
fasilitas publik cenderung mengalami pencemaran yang lebih parah daripada
yang berada di dekat RTH. Jika diambil contoh, kondisi muara yang
bernomor 4 dan 6 di mana muara tersebut berada di dekat fasilitas publik,
memiliki tingkat pencemaran dari sampah/ limbah lebih banyak dari muara
yang lainnya yang berada di sekitar RTH. Lalu jika dilihat dari kekeruhanya,
semua muara yang ada di sekitar fasilitas publik memiliki tingkatan yang
paling tinggi, sedangkan pada mara di sekitar RTH masih ada yang memiliki
tingkat kekeruhan pada level 2. Jika ditinjau dari baunya, muara yang di
sekitar fasilitas publik juga memiliki level lebih tinggi dari yang di sekitar
RTH. Level tertinggi untuk bau, berada di muara dekat fasilitas publik berupa
pabrik gula, dimana, di sana terjadi kegiatan antropogenik manusia berupa
kegiatan industri. Hal ini membuktikan bahwa muara yang berada di dekat
fasilitas publik, yang mana banyak terjadi aktivitas antropogenik manusia,
tingkat pencemarannya lebih parah daripada muara yang ada di sekitar RTH.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Mahyudin dkk. (2015), yang
menyatakan bahwa meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan,
dan semakin beragamnya pola hidup masyarakat perkotaan menjadikan beban
pencemar air semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Sistem atap bangunan (roof top rain water harvesting) ini lebih efektif
diterapkan untuk rumah yang memiliki lahan sempit terutama di perkotaan,
karena hanya memakan lahan untuk meletakkan tangki penampungan.
Komponen model simulasi PAH ini, yang meliputi tempat penangkapan air
hujan, sistem pengaliran air hujan, dan filter tidak diletakkan di tanah,
sehingga tidak begitu memakan banyak tempat. Hasil panen dari model
simulasi yang dibuat adalah berupa air yang sudah bersih dari sampah seperti
daun, plastik, ranting, dan sampah lain yang masih dapat tersaring oleh kawat
kasa melalui sistem filtrasi. Air yang dihasilkan dari pemanenan model
simulasi ini dapat dimanfaatkan kembali untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, seperti untuk mencuci baju, untuk menyiram toilet, untuk menyiram
tanaman, dan untuk mencuci kendaraan.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, salah satu fungsi RTH yaitu
fungsi ekologis yang meliputi peningkatan kualitas air tanah, mencegah
terjadinya banjir, mengurangi polusi udara, dan pendukung dalam pengaturan
iklim. RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan adalah RTH suatu
kawasan yang ditanami pepohonan maupun rerumputan yang dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga laju resapan air hujan dapat
dipertahankan. Dalam hubungannya dengan pegelolaan air di perkotaan, RTH
berfungsi sebagai penyerap air hujan sehingga memperkecil limpasan air di
permukaan (surface run-off) pada saat hujan turun. RTH yang dibutuhkan
sebagai alternatif pencegahan ataupun mengurangi banjir/genangan air yang
ada adalah RTH sebagai fungsi ekologis penyerap air hujan yang merupakan
integrasi antara bangunan penahan air dengan vegetasi RTH. RTH yang
memiliki fungsi demikian bisa berupa bozem, waduk, maupun sumur-sumur
resapan
IV. KESIMPULAN
1. Kegiatan antropogenik khususnya yang melibatkan kegiatan yang
menghasilkan limbah, dapat menjadi penyebab utama terjadinya
pencemaran air di wilayah perkotaan. Kegiatan antropogenik ini antara
lain yaitu kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, kegiatan
pembangunan konstruksi, dan kegiatan lain yang berpotensi menimbulkan
polutan.
2. Permasalahan lingkungan perkotaan ada banyak jenis sesuai bidangnya.
Jika dikaitkan dengan lngkungan, maka permasalahan mengenai
pembangunan berkelanjutan merupakan masalah yang serius, dimana di
wilayah kota sering dilakukan pembangunan tapi tdak mempedulikan
dampaknya pada lingkungan. dalah satu yang ditimbulkan adalah
permasalahan air, dan permasahalan ini dapat diatasi dengan salah satu
fasilitas publik yaitu RTH dan usaha individu berupa PAH.
3. Komponen sistem PAH meliputi tempat menangkap hujan (collection
area), saluran air hujan yang mengalirkan air hukan dari tempat
menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, resevoir
(storage tank), saluran pembuangan, dan pompa. Optimalisasi RTH
merupakan upaya memaksimalkan fungsi RTH. Fungdi yang perlu
dioptimalkan di wilayah perkotaan yaitu fungsi ekologis untuk menjaga
kesehatan lingkungan. Setiap fasilitas publik haus memiliki sistem safety
karena fasilitas tersebut berfungsi untuk memfasilitasi berbagai pengguna
secara umum, dan tentunya keselamatan pengguna menjadi fokus utama
dalam pengelolaan fasilitas publik.
V. DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, F., B. Soebagijo, N.A. Witono, dan B. J. Wongso. 2018.
Perancangan Desain Alat Pemanenan Air Hujan Dengan Media Filter
dan Pembangkit Listrik Mikrohidro (Yagipure). Faktor Exacta. 11 (2)
: 118-127
Astuti, N. 2014. Penyediaan Air Bersih Oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(Pdam) Kota Sangatta Kabupaten Kutai Timur. eJournal Administrasi
Negara. 3(2): 678-689.
Ernawati, R. 2015. Optimalisasi Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau
Publik di Kota Surabaya. EMARA Indonesian Journal of Architecture.
1(2) : 60-68.
Mahyudin, Seomarmo, dan T.R. Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air Dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota
Kepanjen Kabupaten Malang. J-PAL. 6 (2) : 105-115.
Paul,A., T. K. Nath, S. J. Noon, M. M. Islam, and A.M. Lechner. 2020.
Public Open space, Green exercise and well-being in Chittagong,
Bangladesh. Urban Forestry & Urban Greening. 55 : 1-10.
Prabowoningsih, N.H., R.A. Putri, dan E.F. Rinic. 2018. Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Pada Setiap
Dominasi Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Kota Surakarta). Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif. 13 (2) : 133-
151.
Prihadi, L.R., A. Yulistyorini, dan Mujiyono. 2019. Desain Sistem
Pemanenan Air Hujan Pada Rumah Hunian di Daerah Karst
Kabupaten Malang. Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas.
3(1) : 59-74.
Rofil dan Maryono. 2017. Potensi dan Multifungsi Rainwater Harvesting
(Pemanenan Air Hujan) di Sekolah bagi Infrastruktur Perkotaan.
Proceeding Biology Education Conference. 14 (1) : 247- 251.
Setianto H. Dan H. Fahritsani. 2019. Faktor Determinan Yang Berpengaruh
Terhadap Pencemaran Sungai Musi Kota Palembang. Media
Komunikas Geografi. 20 (2) : 186-198.
Vannevel, R. 2017. Learning from the past: Future Water Governance Using
Historic Evidence of Urban Pollution and Sanitation. Sustainability of
Water Quality and Ecology. 9-10 : 27-38.
Yan, R., Y. Gao, L. Ling, and J. Gao. 2019. Estimation of Water
Environmental Capacity and Pollution Load Reduction for Urban
Lakeside o f Lake Taihu, Eastern China. Ecological Engineering.
139 : 1-12.
Zhang, W., J. Sheng, Z. Li, D. C. Weindorf , G. Hu, J. Xuan, and H. Zhao.
2021. Integrating Rainwater Harvesting and Drip Irrigation for Water
Use Efficiency Improvements in Apple Orchards of Northwest China.
Scientia Horticulturae. 275 : 1-7.
VI. LAMPIRAN
1. Abstrak Jurnal : 12 lembar
2. Laporan Sementara : 5 lembar
ABSTRAK JURNAL
LAPORAN SEMENTARA
Nama : Nur Rohmayani Anggelika Putri
NIM : M0820065
ACARA 5 – 6
PERMASALAHAN LINGKUNGAN PERKOTAAN PENCEMARAN AIR –
PENYEDIAAN FASILITAS PUBLIK DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGANNYA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh antropogenik terhadap
pencemaran air.
2. Mahasiswa mampu memahami masalah lingkungan perkotaan pada
fasilitas publik dan metode alternatifnya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme Pemanenan Air Hujan
(PAH), optimalisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan sistem safety pada
fasilitas umum.
2.2 Bahan
1. Komponen lingkungan sekitar lokasi
2. Data sekunder dan sumber-sumber literatur
Muara air sumber buangan limbah sekitar fasilitas publik perkotaan dan RTH
Keterangan :
Masing-masing kelompok melakukan pembuatan 1 model
simulasi PAH yang dilakukan oleh perwakilan kelompok yang
memiliki domisili sama.
Tahap dan hasil pembuatan model simulasi PAH dibuat
dengan format video
Model dibuat bebas namun harus tetap sesuai dengan sistem
PAH aktual dengan penambahan sistem filtrasi