Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI STERIL

PERCOBAAN 2
SEDIAAN INFUS NORMAL SALINE

HARI/ TANGGAL : SELASA, 30 NOVEMBER 2021


NAMA : TIARA RIZKIA
NIM :61608100818072
KELOMPOK : TIGA ( III)
TINGKAT :EMPAT (IV)
DOSEN PENGAMPU : apt. HABIBIE DESWILYAZ GHIFFARI., M.Farm
ASISTEN DOSEN : HESTIKA MAULIDIANTI
SISKA WIDIASTUTI

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI STERIL


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
INSTITUT KESEHATA MITRA BUNDA
BATAM
2021
SEDIAAN INFUS NORMAL SALINE

I. Formula Zat Aktif


 Nacl 0,9
 Aqua P.I ad 100 ml

II. Rancangan Formula


 Nacl 4,5 mg
 Aqua P.I ad 500 ml

III. Master Formula


Nama produk : DEXTROSE INFUS
Jumlah produk : 1Infus
Tanggal produksi : 30 November 2021
No. Registrasi : DKL200010049A1
No. Batch 0241021
Nama obat : DEXTROSE INFUS
Nama pabrik Tanggal formula Tanggal produksi Dibuat oleh Disetujui oleh
: 29/11/2021 : 30/11/2021 kelompok : 1 :

No Kode Nama bahan Kegunaan Perdosis Perbatch


bahan
1. Cl Nacl Zat aktif 0.9% 4,5 mg
2. Aq Aqua P.I Pelarut 0,5% 500 ml

IV. Alasan Formulasi


1. Alasan pemilihan zat aktif
 NaCl (Natrium Chloride/sodium Chloride)
NaCl Berfungsi sebagai elektrolit tubuh yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan cairan tubuh (Martindale, 28th .ed.p 635).
2. Alasan pemilihan zat tambahan
 Aqua Pro Injeksi
Digunakan untuk bahan pelarut injeksi. Selain sebagai bahan dan
pembuatan injeksi karena bebas pirogen. Alasan dari penggunaan A.P.I
yaitu dalam ilmu farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan zat
tambahan lainnya yang mudah terhirolisa (mudah terurai karena adanya
kelembapan).
 Karbon Aktif
Sebagai zat pen-depirogenasi/adsorben (FI IV HAL 173). Memiliki
Luas Permukaan Yang Sangat Besar Dan Berfungsi Untuk
Menyerap Kontaminan.
V. Alat Dan Bahan
 Alat 10. Corong
1. Water bath 11. Kaca arloji
2. Kertas Ph
3. Timbangan  Bahan
4. Kompor 1. Calcium chloride
5. Beker gelas 2. Kcl
6. Botol vial 3. Natrium kloride
7. Erlenmeyer 4. Karbon aktif
8. Batang pengaduk 5. Aquadest
9. Kertas saring 6. Aqua pro injeksi

VI. Uraian Bahan


 Natrii Chloridum (FI IV hal 584, Martindle 28 hal 635)
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih, dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol.
Titik leleh : 801℃
Dosis : Lebih dari 0,9%. Injeksi IV 3-5% dalam 1000 ml selama 1 jam.
Kegunaan : Pengganti ion Na+ dan CI dalam
Tubuh pH : 4,5-7
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengaturan partikel dari tipe gelas.
OTT : Logam Ag, Hg, Fe.
Efek Samping : Keracunan NaCI disebabkan oleh indikasi yang gagal dapat
menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosite
dan hemorraghe.
 Karbon Aktif
Pemerian : Serbuk hitam tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam suasana pelarut.
Stabilitas : Stabil ditempat tertutup dan kedap udara.
Kegunaan : Untuk kelebihan H202 dalam sediaan.
Konsentrasi : 0,1-0,3%
Alasan Pemilihan : Norit inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif.
 Aqua Pro Injeksi (FI IV hal 112, FI III hal 97)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Cara Pembuatan :Didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan.
VII. Perhitungan
1. Perhitungan Tonsitas

Zat W Konsetrasi (%) E NaCl WXE


NaCl
4,5 𝑥 100 = 0,9% 1 0,9% x 1 = 0,9% Nacl
500
Total 0,9% NaCl

2. Perhitungan Osmolaritas
𝑔
( 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 )
M osmole/L = ( 𝑙 ) 𝑥1000 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑜𝑛
𝐵𝑀

0.9 𝑔𝑟/0.1𝐿
Mosmole NaCl = ( ) 𝑥 1000 𝑥 2 = 308 𝑀𝑜𝑠𝑚𝑜𝑙𝑒/𝐿
58.44

Syarat infus bersifat isotonis adalah 270-328 M osmole/L. sehingga hasil


yang di dapat termasuk rentang tersebut
3. Perhitungan bahan dan penimbangannya
 NaCl = 𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,9 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,9
100

0,9 + 10% = 0,99 gram

 Karbon aktif 0,1% 0,1 𝑥 100 𝑚𝑙 = 0,9 𝑔𝑟 − 0,9𝑔𝑟 + 10% = 0,99𝑔𝑟


100
Fungsi karbon aktif: sebagai dapar (menarik partikel partikel yang ada di dalam sediaan yang di buat
VIII. Prosedur Kerja
a. Aqua Pro injection
 Dimasukan aquades ke dalam erlenmeyer sebanyak 250 ml lalu di
panaskan di penangas air sampai mendidih
 Setelah mendidih, diamkan selama 5-10 menit
 Lalu di didihkan selama 40 menit, lalu di angkat
b. Pembuatan infus Normal saline
 Disiapkan alat dan bahan
 Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.
 Semua bahan ditimbang untuk 1 buah sediaan infus
 Nacl yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam Aqua Pro Injeksi yang
dipanaskan diatas penangas air sedikit demi sedikit sambil diaduk selama
15 menit dan selama pemanasan dijaga suhunya 60 °C
 Selanjutnya ditambahkan karbon aktif ke dalam campuran sedikit demi
sedikit, aduk perlahan dan dipanaskan selama 15 menit dijaga suhunya
tetap 60 °C
 Larutan disaring dengan kertas saring untuk memisahkan karbon aktif dari
larutan tersebut sehingga diperoleh filtrat yang jernih
 Filtrat yang diperoleh dituang ke dalam botol vial 100 ml yang telah
disterilkan hingga tanda batas.
 Kemudian dilakukan uji evaluasi kejernihan dan PH nya.

IX. Hasil pengamatan

Uji Kejernihan Larutan Infus Jernih


Uji pH -Ph sebelum disterilkan 5
-pH Setelah Disterilkan 6 (pH ideal 4,5-7,0)
X. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan infus normal saline 0,9% yang
pemberianya secara intravena. Infus intravenus adalah sediaan steril berupa larutan
atau emulsi, bebas pirogen, dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah,
disuntikan langsung kedalam vena dalam volume relatif banyak. kecuali dinyatakan
lain, infus intravenus tidak diperbolrhkan mengandung bakterisida dan zat
dapar.larutan untu intravenus harus jernih dan praktis bebas partikel (Depkes RI,
1979).
Infus normal saline ini tergolong cairan infus isotonic, yaitu cairan infus yang
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan mendekati serum (cairan cair dari komponen
darah), sehingga terus berada didalam pembuluh darah berdasarkan perhitungan,
osmolaritas dari sediaan infus normal saline 0,9% adalag 307,69 M osmol. Sediaan
infus normal salin dibuat sebanyak 2 sediaan dengan volume masing-masingyaitu 100
mL dan dengan nomor batch yang sama. Bahan-bahan yang digunakan
ditimbangsesuai keperluan untuk 2 sediaan dengan penambahan bobot 10% untuk
setiap bahannya.Penambahan bobot 10% bertujuan mencegah pengurangan kadar zat
aktif akibat prosespenyerapan pirogen dengan arang aktif dan akibat proses pembuatan
yang meliputipenimbangan, penyaringan, serta kemungkinan ada volume sisa pada
wadah pencampuran.NaCl yang ditimbang sebanyak 1,98 gram dan karbon aktif
ditimbang sebanyak 110 mg. WFI (Water For Irrigation) ditakar sebanyak 220 mL
dengan gelas ukur kemudian dimasukkandalam sebuah gelas beker 250 mL.
WFI dipanaskan sampai mendidih dan ditunggu hingga suhunya turun sampai
60 o Cserta dijaga agar tetap 60 o C selama proses mencampuran bahan. Pemanasan
dilakukan untuk membebaskan air dari CO 2 . Air yang digunakan perlu dibebaskan
dari CO 2 untuk menghindari terbentuknya endapan karbonat yang mempengaruhi
estetika sediaan. Penjagaan suhu 60 o C dilakukan karena karbon aktif bekerja
maksimal pada suhu 60 o C (Voigt, 1995).
Saat suhu telah menunjukkan 60 o C NaCl dimasukkan perlahan dan diaduk
selama kuranglebih 15 menit untuk memastikan NaCl benar-benar terlarut dalam WFI.
WFI atau air irigasidipilih sebagai pelarut atau pembawa karena NaCl memiliki
kelarutan mudah larut dalam air (Depkes RI, 1995).
Setelah NaCl larut dalam air irigasi, dilakukan pengecekan pH sediaan dengan
menggunakan pH stick, didapatkan hasil pH sediaan adalah 6. Infus normal saline yang
mengandung NaCl 0,9% stabil pada pH 4,5-7 (DI 2003), sehingga sediaan yang dibuat
telah memenuhi persyaratan. Karbon aktif yang telah ditimbang kemudian
ditambahkan dan diaduk perlahan-lahan selama kurang lebih 15 menit sambil suhu
tetap dijaga 60 o C. Penambahan arang aktif berfungsi sebagai adsorben yang akan
menarik partikel-partikelasing juga pirogen dan mempertahankan kejernihan sediaan.
Aktivitas karbon aktif ini baik pada suhu 60 0, sehingga pada proses pembuatan
dilakukan pemanasan pada suhu tersebut (Voigt, 1995).
X. Daftar Pustaka

Farmakope Indonesia, Edisi IV Hal 173, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Farmakope Indonesia, Edisi IV hal 558, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta. 6-7, 93-94, 265, 338-339, 691.

Martindale : The Extra Pharmacopoeia 28th ed., 1982. The Pharmaceutical


Press, London, p. 1066.

Martindale : The Extra Pharmacopoeia 28th 635 ed., 1982. The


Pharmaceutical Press, London, p. 1066.

Anda mungkin juga menyukai