Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

R DENGAN MASALAH UTAMA


TUBERCOLOSIS PADA KLIEN TN.R DI DESA TAMBAK SARI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MEDANG

DISUSUN OLEH :

ANINDA NUR WRIANTI

P1337420419098

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

2021
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. Definisi penyakit
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok mycobacterium yaitu mycobacterium tuberculosis (kemenkes ri, 2014).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya.
Bakteri tersebut masuk melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan dan
luka terbuka pada kulit. Biasanya paling banyak melalui inhalasi droplet yang
berasal dari si penderita (nurarif & kusuma, 2015).
2. Etiologi
Tuberkulosis paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3- 16 0,6/um. Kuman
terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis (manurung, 2008).
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di
udara yang berasal dari penderita tuberkulosis dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya (nurarif, 2015).
3. Tanda dan gejala
Manisfestasi Klinik (Nurrarif & Kusuma, 2013) :
a. Demam 40-41Oc
b. Batuk atau batuk berdarah
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
e. Malaise
f. Keringat malam
g. Suara khas pada perkusi dada
h. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
4. Patofisiologi
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri di udara yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang mempengaruhi bagian tubuh dan paling sering paru-paru.
Mycobacterium. Tuberculosis terkena udara sebagai inti droplet dari batuk, bersin,
berteriak atau bernyanyi dari individu dengan Tuberkulosis Paru. Penularan terjadi
melalui inhalasi inti droplet yang melewati rongga mulut atau hidung, saluran
pernapasan bagian atas, bronkus dan akhirnya mencapai alveoli paru-paru. Setelah
Mycobacterium Tuberculosis atau Tubercle bacilli mencapai Alveoli, mereka
tertelan oleh Makrofag Alveolar yang mengakibatkan penghancuran atau
penghambatan proporsi yang lebih besar dari basil tuberkulum yang dihirup.
Proporsi kecil yang tidak terpengaruh berlipat ganda dalam Makrofag dan
dilepaskan setelah kematian Makrofag. Bakteri Tuberkulum yang disebarkan
langsung menyebar melalui aliran darah atau saluran limfatik ke bagian jaringan
tubuh atau organ tubuh selain area infeksi Tuberkulosis yang sangat rentan seperti
paru-paru, laring, kelenjar getah bening, tulang belakang, tulang atau ginjal.
Dalam sekitar 2 sampai 8 minggu, respon imun dipicu yang memungkinkan sel
darah putih untuk membungkus atau menghancurkan sebagian besar basil
tuberkulum. Enkapsulasi oleh sel darah putih menghasilkan penghalang di sekitar
Tuberkulum Bacilli membentuk Granuloma.
Begitu masuk ke dalam shell penghalang, basil tuberkulum dikatakan berada di
bawah kontrol dan dengan demikian membentuk keadaan infeksi Tuberkulosis
laten. Orang pada tahap ini tidak menunjukkan gejala Tuberkulosis, tidak dapat
menyebarkan infeksi dan dengan demikian tidak dianggap sebagai kasus
Tuberkulosis. Di sisi lain, jika sistem kekebalan gagal untuk menjaga basil
tuberkulum di bawah kontrol, perbanyakan cepat basil terjadi kemudian yang
mengarah ke perkembangan dari infeksi Tuberkulosis laten ke kasus Tuberkulosis.
Waktu untuk pengembangan ke Tuberkulosis mungkin segera setelah infeksi
tuberkulosis laten atau lebih lama setelah bertahun-tahun. Kasus Tuberkulosis
sangat menular dan dapat menyebarkan basil ke orang lain (Agyemen, 2017)
5. Pathway

Udar tercemar Dihirup Kurang


Mycrobacterium individu rentan Informasi
Tuberculose

Masuk paru Defisit


pengetahuan

Reaksi inflamasi Hipertermia


atau peradangan

Penumpukan eksudat dalam alveoli

turkelbel Produksi sekret


berlebih

Meluas Mengalami Sekret susah Bersin


perkejuan dikeluarkan

Penyebaran
hematogen Mengganggu Bersihan jalan Resiko
limfogen perfusi nafas tidak infeksi
efektif

Peritoneum dan Gangguan


difusi oksigen pertukaran gas

Asam lambung
meningkat

Mual dan muntah Defisit nutrisi


Sumber : Nanda (2013)
6. Prosedur diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada TB paru Arif Muttaqin (2013) adalah
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Sebelum ditemukannya suatu gejala subjektif serta kelainan pada paru, sering
didapatkannya suatu lesi pada pemeriksaan rontgen thorak. Apabila terjadi
suatu kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan rontgen, tidak terdapat
paparan untuk tuberculosis awal, biasanya terdapat lobus bawah dan disekitar
hilus. Bentuk kelainan tersebut tampak seperti garis-garis opaque dengan
ukuran yang bermacam-macam.
b. Pemeriksaan CT Scan
Dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita
parenkimal, klasifikasi nodul, dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas
bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan emfisema perisikatriksial.
c. Radiologis TB Paru Milier
Terdapat dua jenis TB milier, yang pertama TB milier akut dan sub akut atau
kronis. Penularan TB milier di akibatkan setelah terjadinya infeksi primer,
setelah itu bakteri masuk kedalam pembuluh darah yang menyebar keseluruh
tubuh bisa menyebabkan penyakit akut serta sebelum menggunakan obat anti
tuberculosis akan terjadi dampak yang lebih besar.
Kedua lapangan Paru terdapat granul- granul halus atau nodul kecil memencar
sacara difusi, jika lesi terlihat bersih nodul terlihat adanya gambaran nodul
halus yang sangat banyak seperti garis tajam.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan isolasi mycobacterium menggunakan beberapa bahan:
1) Sputum
Sputum diambil yang pertama kali keluar saat pagi hari, jika terlalu susah
bisa dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
2) Urine
Sebaiknya urine yang digunakan untuk pemeriksaan diambil pada pagi
hari atau bisa dikumpulkan selama 12-24 jam.
3) Bahan lain yang digunakan bisa menggunakan pus, cairan sum-sum tulang
belakang, cairan pleura, feses, dan jaringan pada tubuh.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan pada penderita TB Paru tidak hanya untuk mengobati juga dapat
untuk memutuskan mata rantai penularan, pencegahan terjadinya kematian,
kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis. Sebelum
melakukakan pengobatan TB dilihat prinsip-prinsip yang harus dilakukan,
yaitu:
1) Obat TB yang diberikan ada beberapa jenis OAT, dengan jumlah yang
cukup dan sesuai pengobatan dalam dosis yang tepat. Penggunaan OAT
dengan Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan.
2) Pengawas Menelan Obat (PMO) sangat diperlukan dalam pengawasan
(DOT= Directly Observed Treatment) untuk menjamin kepatuhan pasien
menelan obat.
3) Pengobatan TB yang diberikan ada 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
tahap lanjutan. Panduan pengobatan OAT yang digunakan oleh Program
Nasional Penanggulangan TB di Indonesia, ada beberapa kategori:
a) Kategori 1
Obat anti tuberculosis yang diberikan pada pasien baru TB Extra Paru,
TB Paru dengan BTA positif dan BTA negatif pada foto thorak positif.
b) Kategori 2
Panduan OAT pada penderita TB Paru dengan BTA positif yang sudah
diobati sebelumnya seperti pasien kambuh, gagal pengobatan, dan
pasien dengan pengobatan setelah putus berobat.

Penderita TB yang sudah berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal


Streptomisin yang diberikan 500 mg tidak menggunakan ukuran berat badan.
Sedangkan pada ibu hamil pengobatan TB berbeda yaitu dengan melarutkan
Streptomisin vial 1 gram ditambahkan Aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga
menjadi 4 ml (1ml = 250mg) (Kemenkes RI, 2009).
b. Pencegahan
Pencegahan TB Paru terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier
tuberkulosis.
1) Pencegahan primer
a) Pemeriksaan pada penderita yang meliputi pemeriksaan dan
pengobatan dini, tersedianya saran yang diberikan oleh dokter
suspect, kontak dan perawatan.
b) Penyuluhan terhadap masyarakat mengenai penyakit TB yang
meliputi bahaya serta akibat yang ditimbulkan, penyuluhan tersebut
dilakukan oleh petugas kesehatan.
c) Pencegahan pada penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut
sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat.
d) Pecegahan infeksi dengan cuci tangan dan praktek menjaga
kebersihan rumah harus dipertahankan sebagai kegiatan
rutin.Dekontaminasi udara bisa dilakukan dengan ventilasi yang
bagus dan ditambahkan sinar UV.
e) Imunisasi
Perlu dilakukannya imunisasi untuk melakukan pencegahan terhadap
orang terdekat pasien seperti perawat, dokter, keluarga dan petugas
kesehatan dengan menggunakan vaksin BCG untuk mengantisipasi
penularan.
f) Kepadatan penduduk dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi,
dalam hal ini harus bisa mengurangi dan menghilangkan kondisi
social.
g) Menghilangkan bakteri tuberculosis bovinum pada ternak hewan sapi
dengan disembelih, serta susu yang belum dikonsumsi harus
dipasteurasi.
h) Melakukan upaya pencegahan terjadinya silikosis pada pekerja pabrik
dan tambang (Najmah, 2016).
2) Pencegahan Sekunder
a) Pengobatan Preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan
terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai
pencegahan.
b) Pengobatan mondok yang berada di rumah sakit hanya bagi penderita
khusus TB kategori berat yang membutuhkan program pengobatan
dengan alasan social ekonomi dan medisuntuk tidak disarankan
pengobatan rawat jalan. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang
dengan gejala TB paru.
c) Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada orang-orang yang
memiliki resiko tinggi, seperti para imigrant, orang yang sering
kontak dengan penderita, petugas di rumah sakit, petugas/guru di
sekolah, petugas foto rontgen.
d) Diakukan pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif
dari hasil pemeriksaan tuberculin test.
e) Pengobatan khusus
Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obat
kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun
dan teratur bisa sampai selama 6 atau 12 bulan. Perlu di waspadai
adanya kebal terhadap obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh
dokter (Najmah, 2016).
3) Pencegahan tersier
a) Adanya pencegahan bahaya penyakit tuberculosis yang disebabkan
polusi udara yang sudah tercemar pada pekerja pertambangan, pekerja
semen dan lain-lain.
b) Rehabilitasi (Najmah, 2016).
8. Komplikasi
a. Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal nafas, dan
kematian.
b. Tuberkulosis bisa resisten terhadap obat. Kemungkinan jalur lain yang resisten
terhadap obat dapat terjadi (Corwin & Elizabeth J, 2009).
Penyakit tuberculosis jika tidak segera diatasi tepat bisa mengakibatkan
komplikasi. Ada dua komplikasi yang terjadi sebagai berikut:
a. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, Poncet`s
arthropathy.
b. Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan nafas kurang lebih SOPT (Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberculosis), kerusakan parenkim berat fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS),
sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB (Sudoyo dkk, 2009).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Data Terfokus pada masalah uatama dengan menggunakan format
pengkajian friedman
Metode yang dapat dilakukan dalam pengajian antara lain :
 Anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan penunjang, survey, diskusi
kelompok terfokus, observasi lingkungan rumah dan komunitas, studi dokumen.
 Hasil pengkajian ditelaah melalui proses analisa dan disintesa sebagai dasar
merumuskan diagnosa keperawatan Menurut Friedman yaitu :
1. Mengidentifikasi data
2. Tahap dan riwayat perkembangan
3. Data lingkungan
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Koping keluarga
Setiap kategori terdiri dari banyak sub kategori, perawat yang mengkaji keluarga
harus mampu memutuskan kategori mana yang relevan dengan kasus yang dihadapi
sehingga dapat digali lebih dalam pada saat kunjungan dengan demikian masalah
dalam keluarga dapat mudah diidentifikasi. Tidak semua dari kategori harus di kaji
tetapi tergantung pada tujuan, masalah dan sumber-sumber yang dimiliki oleh
keluarga. Berikut adalah uraian dari pengkajian keluarga model Friedman:
A. Identifikasi Data Keluarga.
Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat diperlukan untuk
mengetahui hubungan masing-masing anggota keluarga dan sebagi upaya untuk
lebih mengenal masing-masing anggota keluarga. Data yang diperlukan meliputi :
1. Nama keluarga
2. Alamat dan Nomor telepon
3. Komposisi Keluarga

Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai


bagian dari keluarga mereka. Friedman dalam bukunya mengatakan bahwa
komposisi tidak hanya terdiri dari penghuni rumah, tetapi juga keluarga besar
lainnya atau keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut tetapi tidak
tinggal dalam rumah tangga yang sama.

Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota keluarga yang sudah
dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua, bila
terdapat orang lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam
bagian akhir dari komposisi keluarga. Berikut format komposisi keluarga menurut
Friedman :

No Nama keluarga JK Hubungan Ttl Pekerjaan Pendidikan

Strategi lain untuk mengetahui keluarga adalah genogram keluarga atau pohon
keluarga.Genogram merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan merupakan pengkajian informatif
untuk mengetahui keluarga dan riwayat serta sumber-sumber keluarga.
Genogram keluarga memuat informasi tentang tiga generasi ( keluarga inti dan
keluarga asal masing-masing / orang tua keluarga inti ). Genogram juga dapat
menentukan tipe dari keluarga.
1. Tipe Bentuk Keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu
rumah. Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam
keluarga.
2. Latar Belakang Budaya Keluarga
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting untuk
memahami perilaku sistem nilai dan fungsi keluarga, karena budaya
mempengaruhi dan membatasi tindakan-tindakan individual maupun
keluarga. Perbedaan budaya menjadikan akar miskinnya komunikasi antar
individu dalam keluarga. Dalam konseling keluarga kebudayaan merupakan
hal yang sangat penting. Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga
meliputi :
a. Identitas suku bangsa
b. Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
c. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara
etnis bersifat homogen )
d. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan pendidikan
e. Bahasa yang digunakan sehari-hari
f. Kebiasaan diit dan berpakaian
g. Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya )
h. Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial keluarga
( Apakah porsi tersebut semata-mata ada dalam komunitas etnis )
i. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi.
Bagaimana keluarga terlibat dalam praktik pelayanan kesehatan
tradisional atau memiliki kepercayaan tradisional yang berhubungan
dengan kesehatan.
j. Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah.
3. Identifikasi Religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif
keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai
agama yang menjadi fokus dalam kehidupan keluarga.
4. Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan Pendapatan )
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya hidup
keluarga. Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya hidup keluarga,
karakteristik struktural dan fungsional, asosiasi dengan lingkungan
eksternal rumah. Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat
dapat mengantisipasi sumber-sumber dalam keluarga dan sejumlah
stresornya secara baik. Bahkan fungsi dan struktur keluarga dapat lebih
dipahami dengan melihat latar belakang kelas sosial keluarga. Hal-hal yang
perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas keluarga adalah :
a. Status kelas
Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan
keluarga dan sumber pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan
keluarga. Friedman membagi kelas sosial menjadi enam bagian yaitu
kelas atas-atas, kelas atas bawah, kelas menegah atas, kelas menengah
bawah, kelas pekerja dan kelas bawah.

b. Status Ekonomi
Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh
keluarga. Perlu juga diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam
keluarga, dana tambahan ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga,
bagaimana keluaraga mengaturnya secara finansial. Selain itu juga
perawat perlu mengetahui sejauhmana pendapatan tersebut memadai
serta sumber-sumber apa yang dimiliki oleh keluarga terutama yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti asuransi kesehatan
dan lain-lain.
c. Mobilitas Kelas Sosial
Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan kelas sosial, serta bagaimana keluarga
menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.
d. Aktifitas rekreasi keluarga Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang
dilakukan pada waktu luang. Menggali perasaan anggota keluarga
tentang aktifitas rekreasi pada waktu luang.Bentuk rekreasi tidak harus
mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga memanfaatkan
waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama ( nonton TV,
mendengarkan radio, berkebun bersama keluarga , bersepeda bersama
keluarga dll )
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga Yang perlu dikaji pada tahap
perkembangan adalah :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3. Riwayat keluarga
Inti Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit ( imunisasi ), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-
kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan
( perceraian, kematian, kehilangan).
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua ( riwayat kesehatan,
seperti apa keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang tua )
C. Lingkungan Keluarga
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan bidang-bidang
yang paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai komunitas yang lebih luas
dimana keluarga tersebut berada. Pengkajian lingkungan meliputi :
1. Karakteristik rumah
a. Karakteristik rumah
b. Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar),
c. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah)
Interior rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan
ruangan ( ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga ), jumlah jendela,
keadaan ventilasi dan penerangan ( sinar matahari ), macam perabot
rumah tangga dan penataannya, jenis lantai, kontruksi bangunan,
keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis
septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank, sumber air
minum yang digunakan, keadaan dapur ( kebersihan, sanitasi,
keamanan ).
Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah,
identifikasi teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan
keluarga terhadap pengaturan rumah. Lingkungan luar rumah meliputi
keamanan ( bahaya-bahaya yang mengancam ) dan pembuangan
sampah.
2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih
Luas. Menjelaskan tentang :
a. Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi : tipe
lingkungan/komunitas ( desa, sub kota, kota ), tipe tempat tinggal
( hunian, industri, hunian dan industri, agraris ), kebiasaan , aturan /
kesepakatan, budaya yang mempengaruhi kesehatan, lingkungan umum
( fisik, sosial, ekonomi )
b. Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi
kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang
berlangsung.
c. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-
fasilitas umum lainnya seperti pasar, apotik dan lain-lain.
d. Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh
keluarga.
e. Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh keluarga
dalam mengakses fasilitas yang ada.
f. Insiden kejahatan disekitar lingkungan.
3. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan keluarga berpindah tempat,
berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, riwayat mobilitas
geografis keluarga tersebut ( transportasi yang digunakan keluarga,
kebiasaan anggota keluarga pergi dari rumah : bekerja, sekolah ).
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga
melakukan interak dengan masyarakat. Perlu juga dikaji bagaimana
keluarga memandang kelompok masyarakatnya.
5. Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,
dukungan konseling aktifitas-aktifitas keluarga. Yang termasuk pada
sistem pendukung keluarga adalah Informal ( jumlah anggota keluarga
yang sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga
memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan ) dan formal yaitu hubungan keluarga dengan pihak yang
membantu yang berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga
lain yang terkait ( ada tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat
terutama yang berhubungan dengan kesehatan )
6. Struktur Keluarga Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman
adalah :
a. Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem
komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan )
komunikasi dalam keluarga.

b. Struktur kekuatan keluarga


Kemampuan keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang
digunakan dalam mengambil keputusan, yang berperan mengambil
keputusan, bagaimana pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut
meliputi: Reward Power, Coercive Power, Emotional Power,
Refarence Power.
c. Struktur Peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
1) Struktur peran formal
a) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran
keluarga dalam melaksanakan peran tersebut.
b) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten
dengan harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran dalam
keluarga.
c) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara
kompeten.
d) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan
2) Struktur peran informal
a) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang
ada dalam keluarga, serta siapa yang memainkan peran
tersebut dan berapa kali peran tersebut sering dilakukan
secara konsisten.
b) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada
tidaknya peran disfungsional serta bagaimana dampaknya
terhap anggota keluarga
3) Analisa Model Peran
a) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi anggota
keluarga dalam kehidupan awalnya, memberikan perasaan
dan nilainilai tentang perkembangan, peran-peran dan teknik
komunikasi.
b) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran
bagi pasangan dan sebagai orang tua

4) Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran


a) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar belakang
kelas sosial mempengaruhi struktur peran formal dan informal
dalam keluarga.
b) Pengaruh budaya terhadap struktur peran
c) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur
peran.
d) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur peran.
d. Nilai-Nilai Keluarga Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai
keluarga menurut Friedman :
1) Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga
2) Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya
3) Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga
4) Identifikasi sejauhman keluarga menganggap penting nilai-nilai
keluarga serta kesadaran dalam menganut sistem nilai.
5) Idetifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
6) Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap
perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga.
7) Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
7. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :
a. Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :
1) Pola kebutuhan keluarga
Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota
keluarganya, serta bagaimana orang tua mampu menggambarkan
kebutuhan dari anggota keluarganya.
Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau keinginan
masingmasing anggota keluarga
2) Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota keluarga
satu sama lain serta bagaimana mereka saling mendukung.
Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan intim satu
sama lain, serta bentuk kasih sayang yang ditunjukkan keluarga.
3) Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang perpisahan dan
keterikatakan serta sejauhmana keluarga memelihara keutuhan
rumah tangga sehingga terbina keterikatan dalam keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
1) Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku
sesuai dengan usia, memberi dan menerima cinta serta otonomi
dan ketergantungan dalam keluarga.
2) Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
3) Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
4) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
6) Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggi mendapat masalah
dalam membesarkan anak.
7) Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan
anak.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :
1) Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya.
2) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan
kesehatan
3) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.
4) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau perubahan
penting yang berhubungan ddengan masalah kesehatan yang
dihadapi.
5) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
6) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan. => Keluarga
mengerti sifat & luas masalah => Masalah kesehatan dirasakan
=> Merasa menyerah terhadap masalah yang hadapi => Merasa
takut akibat dari penyakit => Mempunyai sifat negatif terhadap
masalah kesehatan => Dapat jangkau fasilitas kesehatan =>
Tidak percaya terhadap tenaga kesehatan. => Mendapat
informasi yang salah dalam atasi masalah
7) Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit. => Mengatehui keadaan penyakitnya (sifat,
penyebaran, komplikasi, prognosa, cara menangani) =>
Mengetahui tentang sifat & perkembangan perawatan. =>
Mengetahui sumber yang ada dalam keluarga ( keluarga
bertanggung jawab, finansial, fasilitas, psikologis) =>
Mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan => Sikap
keluarga terhadap yangg sakit
8) Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara lingkungan
=> Mengetahui sumber keluarga yang dimiliki => Melihat
manfaat pemeliharaan lingkungan => Mengetahui pentingnya
higine sanitasi => Mengetahui pencegahan penyakit => Sikap &
pandangan tentang higine sanitasi => Kekompakan antar
anggota keluarga
9) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan =>
Mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan => Memahami
keuntngan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan => Tingkat
kepercayaan keluarga terdapat petugas & fasilitas kesehatan =>
Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan =>
Fasilitas kesehatan terjangkau
10) Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan => 5 tugas kesehatan keluarga.
8. Koping Keluarga
Pengkajian koping keluarga meliputi :
a. Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami
oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami
oleh keluarga.
b. Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang
dihadapi.
c. Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping
apa yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta
strategi koping internal dan eksternal yang digunakan oleh
keluarga.

d. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.


Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan,
perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan,
ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak,
pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme.
9. Kemandirian Keluarga
Kriteria:
a. Menerima petugas puskesmas
b. Menerima yankes sesuai rencana
c. Menyatakan maslaah kesehatan secara benar
d. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
e. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

Kesimpulan Kemandirian Keluarga :

Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2

Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5

Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6


Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7

10. Pemeriksaan Fisik masing-masing anggota keluarga


11. Harapan Keluarga
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan
kesehatan yang dialami oleh keluarga.
12. Analisa Data
Rangkum data yang didapat dari hasil pengkajian menjadi data
subyektif dan data obyektif berdasarkan sumber data dan tentukan
masalah keperawatan serta penyebab dari masalah keperawatan
tersebut.

B. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan


keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan jangka panjang atau jangka
pendek), penetapan standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga.

1. Rencana tindakan untuk diagnosa 1


Perilaku kesehatan cenderung beresiko terjadinya penularan penyakit
tuberculosis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit tuberculosa
a. Tujuan
Setelah dilakukan kunjungan selama 1 minggu diharapkan keluarga
mengerti tentang bagaimana cara merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Kreteria hasil
1) Kognitif : Keluarga mampu merawat anggota keluarganya yang sakit.
2) Afektif : Keluarga dapat menentukan mencegah penularan penyakit
tuberkulosis.
3) Psikomotor : Keluarga mampu melakukan usaha pencegahan penularan
penyakit.
c. Rencana tindakan
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara penularan
Tuberkulosis
2) Jelaskan keluarga tentang cara penularan Tuberkulosis
3) Anjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
tidak lembab
4) Anjurkan keluarga untuk menghindari hal-hal yang dapat menularkan
Tuberkulosis
5) Anjurkan pada keluarga agar klien memakai masker setiap dirumah
2. Rencana tindakan diagnosa ke 2
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit.

a. Tujuan
Setelah dilakukan kunjungan selama 1 minggu diharapkan keluarga dapat
mampu membantu klien dalam mempertahankan jalan nafas yang efektif
b. Kreteria hasil
1) Afektif : Keluarga mampu mengontrol klien untuk belajar batuk efektif
2) Kognitif : Keluarga mampu untuk kontrol klien belajar batuk efektif
3) Psikomotor : Keluarga mau merawat klien yang menderita penyakit TB
c. Rencana tindakan
1. Jelaskan pada keluarga tentang arti batuk efektif.
2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan
3. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan
4. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
5. Anjurkan membuang sputum pada tempat sputum.
6. Memonitor tanda-tanda vital
7. Memantau fungsi pernapasan klien (bunyi napas, kecepatan irama
dan penggunaan otot bantu pernapasan).
8. Ajarkan klien melakukan batuk efektif.
3. Recana tindakan untuk diagnosa 3
Kurang pengetahuan keluarga tentang mengenai masalah TBC.
a. Tujuan
Setelah dilakukan kunjungan selama 1 minggu diharapkan keluarga
mengerti mengenai masalah kesehatan TBC
b. Kreteria hasil
1) Afektif : Keluarga yang mengerti mengenai TBC dari penyebab
sampai pengobatan
2) Kognitif : Keluarga mengetahui mengenai TBC dari penyebab
sampai pengobatan
3) Psikomotor : Keluarga mampu menjelaskan kembali mengenai TBC
dari penyebab sampai pengobatan
c. Rencana tindakan
1) . Kaji tingkat pengetahuan keluarga mengenai TBC mulai dari
definisi hingga pengobatan
2) Jelaskan kepada keluarga mengenai TBC mulai dari definisi hingga
pengobatan
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi
yang disampaikan
4) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti
5) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan
6) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
4. Rencana tindakan untuk diagnosa 4
Resiko kekambuhan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
a. Tujuan
Setelah dilakukan kunjungan selama 1 minggu diharapkan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
b. Kriteria hasil
1) Afektif : Keluarga mampu mengambil keputusan dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan
2) Kognitif : Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas ksehatan secara
optimal.
3) Psikomotor : Keluarga mau memfasilitasi klien yang penderita penyakit
TBC untuk melakukan berobat ke pelayanan kesehatan.
c. Rencana tindakan
1) Jelaskan kepada keluarga tenang pentingnya fasilitas kesehtan
2) Jelaskan akibat jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan
3) Berikan motivasi kepada keluarga untuk dapat menggunakan fasilitas
kesehatan
4) Anjurkan pada keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan .

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaaction Publishing.

Wulandari, S. (2019). Asuhan keperawatan keluarga pada pasien tb paru dengan masalah
keperawatan ketidakpatuhan minum obat di wilayah kerja puskesmas sukorejo
kabupaten ponorogo (doctoral dissertation, universitas muhammadiyah ponorogo).

Kurnia faruca, d., anis rosyiatul, h., & ns, m. K. (2014). Asuhan keperawatan kelarga dengan
pasien tbc di pukesmas tambakrejo surabaya (doctoral dissertation, universitas
muhammadiyah surabaya).

Anda mungkin juga menyukai