ANAK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian &
Penulisan Hukum
Disusun oleh :
Nim : 61119005
KELAS A2
2021
2
BAB I
PENDAHULUAN
yang diajarkan oleh agama manapun. Perintah Tuhan itu jelas, yakni untuk
beranak cucu dan memenuhi bumi, yang tentunya bermula dari hubungan
badan seorang pria dan wanita di dalam suatu perkawinan yang resmi dan
sah.
dari kehidupan manusia itu sendiri, yang meliputi kebutuhan dan fungsi
pribadi dan sosial. Sudah menjadi keniscayaan sebagian besar manusia pada
suatu saat akan menghadapi fase berumah tangga, yakni sebagai seorang
masyarakat. Bila bangunan ini berdiri atas fondasi yang kokoh, niscaya
1
Titik Triwulan dan Trianto, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, Prestasi Pustaka,
Jakarta, 2007, hlm. 2.
2
Syaikh Fuad Shalih, Menjadi Pengantin Sepanjang Masa: Kiat Menyiapkan dan
Merawat Pernikahan, Aqwam, Solo, 2007, hlm. 15.1
3
Menurut R. Wirjono Prodjodikoro, perkawinan merupakan kebutuhan
perkawinan.3 Saat ini, telah ada peraturan yang dimaksud, yaitu Undang-
Soeharto.
Indonesia pada 2 Januari 1974 untuk sebagian besar telah memenuhi tuntutan
ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
3
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia, Gama Media Yogyakarta, Yogyakarta, 2017, hlm. 10.
4
Abdul Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2017, hlm.
69-70.
4
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Ini berarti bahwa perkawinan harus didasarkan pada agama dan
kepercayaan masing-masing.6
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Membentuk keluarga yang
Salah satu dasar-dasar yang dimaksud ialah pada Pasal 7 ayat (1) UU
diizinkan apabila pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
sebagai berikut: “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
5
Rahmida Erliyani dan Fatma Surah, Aspek Hukum Perjanjian Perkawinan, Inset
Grafika Percetakan, Bantul, 2016, hlm. 1.
6
Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT. Alumni, Bandung,
2013, hlm. 63.
7
Umar Nasaruddin, Perkawinan Mazhab Indonesia, Budi Utama, Yogyakarta,
2016, hlm. 24.
5
umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
dimaksud adalah, suatu perkawinan hanya dapat diizinkan apabila pihak pria
dan pihak wanita sudah mencapai umur 19 tahun. Berikut ialah bunyi Pasal 7
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun”.
6
perkawinan yang telah diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU Perubahan Umur
kepada pengadilan, yakni Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan
Pengadilan Negeri bagi yang beragama non-Islam. Hal itu diatur dalam
(1), orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta
dilakukan melalui pengajuan permohonan dispensasi oleh orang tua dari salah
satu atau kedua belah pihak dari calon mempelai kepada Pengadilan Agama
bagi mereka yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi yang lainnya,
apabila pihak pria dan wanita berumur di bawah 19 (sembilan belas) tahun.
Yang dimaksud dengan „alasan sangat mendesak‟ adalah keadaan tidak ada
pembebasan dari suatu kewajiban atau larangan bagi laki-laki dan perempuan
izin oleh Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri kepada calon mempelai
masa depan suatu negara. Oleh sebab itu, agar anak mampu melanjutkan
rata dan juga di atas dari definisi anak tersebut, yakni pihak pria dan wanita
perkawinan, hal ini justru membuka peluang adanya perkawinan antara pria
dan wanita yang berumur di bawah 18 tahun, yang mana artinya terjadi suatu
diskriminasi
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
perkawinan di usia muda yang memang mereka masih labil emosinya dan
karena belum siap secara lahir yakni menikah pada usia yang terlalu muda.
satu calon mempelai atau keduanya yang belum memenuhi persyaratan dalam
dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang wanita dimana umur keduanya
masih dibawah batas minimum yang diatur oleh Undang-Undang dan kedua
calon mempelai tersebut belum siap secara lahir dan bathin, serta kedua calon
kemungkinan belum siap dalam hal materi. Menikah dibawah umur bukan
berarti rumah tangga jauh dari konsep sakinah mawaddah dan wa rahmah.
Sejauh kedua pihak dan istri menuruti anjuran Rasul yaitu mengerti agama,
dapat belajar menjadi dewasa karena menikah itu memang tidak gampang,
banyak hal yang harus dengan tulus dan ikhlas tidak akan terasa seperti
yang membuat sepasang suami istri menjadi lebih dewasa secara emosional.
beban ekonomi keluarga, atau untuk menutupi aib keluarga. Hal ini perlu
pria maupun wanita yang ingin menikah harus mendapat izin orang tua
perkawinan, yaitu pria 19 tahun dan wanita 16 tahun( Pasal 7 ayat 2), anak
yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, berada dalam
kekuasaan orang tua (Pasal 47 ayat 2), anak yang belum mencapai umur 18
tahun atau belum pernah kawin, berada di bawah kekuasaan orang tuanya,
Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang “yang belum dewasa dan
dan tidak ada larangan menikah di bawah umur secara eksplisit. Dalam pasal
untuk dapat menikah, pria harus sudah mencapai umur 19 tahun dan wanita
usia tersebut dapat terjadi jika ada dispensasi yang diberikan pengadilan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua dari pihak pria maupun
adanya perkawinan antara calon suami dan istri yang masih di bawah umur.
maka untuk mengerem laju kelahiran yang lebih tinggi harus dicegah
terjadinya perkawinan antara calon suami dan istri yang masih di bawah
umur. Batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin
umur yang lebih tinggi. Dengan batas umur yang telah ditetapkan oleh
sejahtera. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar
umur minimal untuk kawin bagi warga negara pada prinsipnya dimaksudkan
perkawinan di bawah umur, agar suami istri yang dalam masa perkawinan
batas-batas umur bagi calon suami dan istri yang akan melansungkan
memberikan toleransi bagi setiap warga Negara yang batas usianya belum
mencukupi dengan Surat Dispensasi dari pengadilan atau pejabat lain yang
ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita (Pasal 7 ayat 2
mapan. Hal ini tentu akan berdampak baik bagi si gadis maupun
keluarga yang sangat jauh menjadi lebih dekat lagi sehingga bagi
atau belum.
Sehingga hal yang di khawatirkan oleh orang tua pada akhirnya akan
terjadi. Orang tua yang dihadapkan dalam situasi tersebut pastilah akan
menikahkan anak gadisnya, bahkan bisa dengan orang yang sama sekali tidak
dicintai orang si gadis.Hal ini semakin dilematis karena ini tidak sesuai
mengatur dan menetapkan tentang tugas dan tanggung jawab suami -isteri
dalam membina dan menciptakan rumah tangga yang rukun dan damai
Dampak lain akibat dilaksanakannya perkawinan dibawah umur yaitu
namun justru orang tua sering mendorong anaknya untuk menikah dibawah
bagi calon pengantin agar tidak terjadi perkawinan dibawah umur yang
memang mereka masih labil dari segi emosi dan dianggap masih belum
usia yang telah di tentukan oleh Pengadilan Agama tidak lain untuk
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan
hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-
anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan
bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak
atas perlindungan dari tindakan kekerasan dan diskrimnasi serta hak sipil dan
kebebasan.
minatnya, dan
pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut. Orang tua, keluarga dan
DAFTAR PUSTAKA
Syahrul Mustofa. Hukum Pencegahan Pernikahan Dini: Jalan Baru Melindungi Anak.
Bogor: Guepedia. 2019.