Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

‘’ NEGARA INGGRIS ‘'

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Ilmu Negara

Disusun oleh :

Agus Muhammad Sofwan


Aditya Firman P
Nico Rizky Ananda
Mahfudin
Sabna Laela Mareta
Rizal Sabil

KELAS A2
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK DAN HUKUM
UNIVERSITAS SERANG RAYA ( UNSERA)
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah ILMU
NEGARA dengan judul Negara Inggris

Sholawat serta salam kami curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW karena
beliaulah satu-satunya Nabi yang mampu mengubah dunia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benderang

Makalah ini disusun dan diuraikan secara efektif dengan landasan pengetahuan yang
diambil dari buku untuk menambah wawasan , kemudian makalah ini disusun
berdasarkan hasil dari buku dan jurnal

Kiranya makalah ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki isi dari
makalah ini

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
kepada pembaca serta ridho dari Allah S.W.T
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu negara dijadikan sebagai salah satu mata kuliah yang dipelajari di
beberapafakultas diantaranya Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dengan masing-masing jurusan yang mewajibkan mata kuliah ini. Ilmu negara
merupakan mata kuliah penunjang atau bahkan wajib diantara mata kuliah lainnya.
Karena ruang lingkup ilmu negara ini sangat luas di antaranya adalah negara yang
mencakup tentang sejarah,hukum, masyarakat, pemerintahan dan lain sebagainnya.
Oleh karena itu kita perlu mengkaji apa saja yang dipelajari dalam ilmu negara ini
terkait tentang negara beserta komponennya
Nama "Inggris" (England) berasal dari kata Englaland dalam bahasa Inggris kuno,
yang berarti "tanah Angles". Angles ini adalah salah satu dari suku-suku Jermanik yang
menetap di Britania Raya selama Abad Pertengahan Awal. Suku Angles ini berasal dari
semenanjung Angeln di Teluk Kiel, wilayah Laut Baltik, menurut Oxford English
Dictionary, penggunaan pertama yang diketahui dari kata "England" untuk merujuk
pada bagian selatan dari Pulau Britania Raya terjadi pada tahun 897, dan ejaan modern
untuk kata ini pertama kali digunakan pada tahun 1538.
Penyebutan awal untuk kata England secara tertulis terdapat dalam
karya Tacitus yang berjudul Germania pada abad ke-1, yang menggunakan
kata Anglii. Etimologi dari nama itu sendiri masih diperdebatkan oleh para sejarawan,
dikatakan bahwa nama England ini sebenarnya berasal dari kata Angeln. Sedangkan
istilah yang digunakan untuk menyebut nama Saxons, yang digunakan untuk menyebut
keseluruhan negara dan penduduknya tidak diketahui asalnya, tetapi diperkirakan
bahwa kata ini digunakan karena kebiasaan memanggil orang-orang Jermanik yang
menetap di Pulau Britania Raya dengan sebutan Angli Saxones atau English Saxons. Perlu
dicatat juga bahwa dalam bahasa Gaelik Skotlandia (bahasa lain yang berkembang di
Pulau Britania), sebutan untuk Saxon ini adalah "Sasunn", diperkirakan bahwa kata ini
diberikan oleh suku Saxon.
Nama alternatif untuk Inggris adalah Albion. Kata ini awalnya digunakan untuk
merujuk ke seluruh Pulau Britania Raya. Catatan paling awal dari nama ini muncul
dalam karya Aristoteles, Corpus Aristotelicum pada abad ke-4 SM. Disebutkan bahwa: "Di
luar pilar-pilar Herkules terdapat lautan yang mengalir di sepanjang bumi dan di
dalamnya ada dua pulau sangat besar yang disebut Britannia; yang terdiri
dari Albion dan Ierne". Kata Albion (Ἀλβίων) atau Pulau Albionum kemungkinan
memiliki dua asal-usul; dari kata Latin albus, yang berarti putih, untuk merujuk
ke tebing putih Dover, yang merupakan satu-satunya bagian dari Pulau Britania yang
terlihat dari daratan Eropa, atau bisa juga kata ini berasal dari frasa di dalam
manuskrip Massaliote Periplus, yaitu "Pulau Albiones". Kata Albion saat ini digunakan
untuk menyebut Inggris dalam kapasitas yang lebih puitis. Nama roman lain untuk
Inggris adalah Loegria, yang terkait dengan sebutan dalam bahasa Wales untuk Inggris
(Lloegr), dan penggunaannya ini dipopulerkan dalam legenda Raja Arthur.
1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana sejarah Negara Inggris


2. Bagaimana bentuk Negara dan Pemerintahan Negara Inggris
3. Bagaimana susuan dan hubungan antara lembaga Negara
4. Bagaimana konstitusi yang digunakan Negara Inggris, beserta kelemahan dan
kelebihannya

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui sejarah dari Negara Inggris


2. Untuk mengetahui bentuk Negara dan pemerintahan Negara Inggris
3. Untuk mengetahui susunan dan hubungan antara lembaga Negara
4. Untuk mengetahui konstitusi, kelemahan dan kelebihannya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Negara Inggris

A. Zaman Pra-Sejarah
Bukti awal yang berkenaan dengan keberadaan manusia di wilayah yang saat
ini dikenal sebagai Inggris diperkirakan dihuni oleh Homo antecessor sekitar 780.000
tahun yang lalu. Kerangka proto-manusia tertua ditemukan di Inggris dan diduga
berasal dari 500.000 tahun yang lalu. Manusia modern diketahui telah menghuni
wilayah Inggris pada periode Paleolitikum Atas, meskipun pemukiman permanen baru
terbentuk dalam 6000 tahun terakhir. Setelah akhir periode zaman es, hanya mamalia
besar seperti mammoth, bison dan badak purba yang menghuni wilayah ini. Kira-kira
11.000 tahun yang lalu, ketika lapisan es mulai surut, manusia kembali menghuni
Inggris. Penelitian genetik menunjukkan bahwa mereka datang dari bagian
utara Semenanjung Iberia. Saat permukaan laut lebih rendah dari sekarang ini, Pulau
Britania bersatu dengan Pulau Irlandia dan Eurasia. Namun saat permukaan laut naik,
Britania terpisah dari Irlandia 10.000 tahun yang lalu, dan selanjutnya juga terpisah dari
Eurasia dua milenium kemudian.
Kebudayaan Beaker memasuki Britania kira-kira tahun 2500 SM. Kebudayaan
ini memperkenalkan perkakas makanan dan minuman yang terbuat dari tanah liat dan
tembaga. Periode ini juga merupakan periode
dibangunnya monumen Neolitikum seperti Stonehenge dan Avebury. Dengan teknik
pemanasan timah dan tembaga yang ketersediaannya melimpah di wilayah itu, orang-
orang Beaker ini mulai membuat perunggu, dan kemudian memproduksi besi dari bijih
besi. Berkembangnya teknik peleburan besi menyebabkan pembuatan mesin bajak, dan
pada akhirnya menghasilkan pertanian yang lebih maju serta produksi senjata yang
lebih efektif.
Menurut John T. Koch dan sejarawan lainnya, Inggris pada periode Zaman
Perunggu Akhir adalah bagian dari kebudayaan jaringan perdagangan maritim yang
disebut sebagai Zaman Perunggu Atlantik yang mencakup seluruh Kepulauan Britania
dan sebagian besar wilayah-wilayah yang saat ini dikenal dengan
nama Prancis dan Iberia. Bahasa Keltik juga berkembang di wilayah-wilayah tersebut.
Selama periode Zaman Besi, budaya Keltik, yang berasal dari budaya
Hallstatt dan budaya La Tène, tiba dari Eropa Tengah. Britonik adalah bahasa lisan yang
digunakan pada masa itu. Masyarakat menetap secara kesukuan.
Menurut Ptolemy dalam manuskrip Geographia, terdapat kurang lebih 20 suku berbeda
yang menetap di wilayah tersebut. Namun, suku-suku yang terbentuk sebelum itu tidak
diketahui karena orang-orang Britonik ini buta huruf. Seperti wilayah lainnya yang
berada di batas Kekaisaran, Britania telah lama menjalin hubungan perdagangan
dengan bangsa Romawi. Julius Caesar dari Republik Romawi berusaha untuk menyerang
Pulau Britania dua kali pada tahun 55 SM, tetapi sebagian besar tidak berhasil. Pada
akhirnya Caesar berhasil mendirikan kerajaan klien di Trinovantes.
1

1
Romawi menginvasi Britania pada tahun 43 M pada masa pemerintahan
Kaisar Claudius, dan wilayah itu selanjutnya dimasukkan ke dalam Kekaisaran Romawi
dengan nama Provinsi Britania Suku-suku lokal yang berusaha melawan di antaranya
adalah suku Catuvellauni yang dipimpin oleh Caratacus. Kemudian, pemberontakan
yang dipimpin oleh Boudica, Ratu Iceni, yang berakhir dengan aksi bunuh diri Boudica
menyusul kekalahannya dalam Pertempuran Watling Street.  Selama periode ini, terjadi
dominasi dari kebudayaan Yunani-Romawi dengan diperkenalkannya hukum
Romawi, arsitektur Romawi, sistem pembuangan, alat-alat pertanian, dan sutra. Pada
abad ke-3, Kaisar Septimius Severus meninggal dunia di Eboracum,
dan Konstantinus kemudian memproklamasikan kekaisarannya atas wilayah Britania
Ada perdebatan mengenai kapan agama Kristen pertama kali diperkenalkan,
diperkirakan waktunya selambat-lambatnya pada abad ke-4, tetapi ada juga pendapat
yang menyatakan bahwa agama Kristen telah masuk ke Britania lebih awal. Menurut St.
Beda, misionaris dikirim dari Roma oleh Paus Eleutherius atas permintaan raja Lucius
dari Britania pada tahun 180 Pada tahun 410, kekuasaan Romawi di Britania mulai
menurun, tentara Romawi yang ada di Britania ditarik kembali untuk mempertahankan
perbatasan di benua Eropa dan ikut serta dalam perang sipil

B. Zaman Pertengahan
Penarikan tentara Romawi membuat Inggris terbuka atas serangan dari suku-
suku pagan dan tentara pelaut yang berasal dari barat daya Eropa, terutama suku
Angles, Saxon, dan Jute, yang sudah lama menduduki pesisir timur Britania dan
selanjutnya mulai membangun pemukiman Pengaruh mereka tetap bertahan selama
berdekade-dekade lamanya hingga suku Briton berhasil memenangkan Pertempuran
Gunung Badon. Setelah itu, Britania kembali jatuh ke tangan Briton pada akhir abad ke-
6. Agama Kristen turut menghilang seiring jatuhnya Romawi, tetapi diperkenalkan
kembali oleh para misionaris dari Romawi yang dipimpin oleh Agustinus sejak tahun
597 dan seterusnya, serta oleh misionaris Irlandia bernama Aidan pada periode yang
sama. Selama periode ini, Britania diperintah oleh para pendatang yang kemudian juga
terpecah menjadi beberapa suku, tetapi pada abad ke-7, suku-suku ini bergabung
menjadi beberapa kerajaan seperti Northumbria, Mercia, Wessex, Anglia
Timur, Essex, Kent, dan Sussex. Dalam beberapa abad kemudian, proses konsolidasi
politik terus berlanjut.
 Pada abad ke-7, terjadi perebutan hegemoni antara Northumbria dan Mercia,
perselisihan ini diakhiri dengan kemenangan Mercia pada abad ke-8. Pada abad ke-9,
kejayaan Mercia digantikan oleh kebangkitan Wessex. Pada abad itu juga terjadi
peningkatan serangan-serangan yang dilancarkan oleh Denmark, yang kemudian
berhasil menaklukkan Inggris bagian utara dan timur serta menggulingkan
pemerintahan Northumbria, Mercia, dan Anglia Timur. Wessex, di bawah
pemerintahan Alfred yang Agung, tersisa sebagai satu-satunya kerajaan Inggris yang
masih berdiri.

2
Setelah Alfred wafat, Wessex terus berkembang dan diperluas lagi dengan
menaklukkan Kerajaan Danelaw. Perkembangan Wessex ini membuat kesempatan
untuk menyatukan Inggris secara politik semakin besar. Penyatuan ini pada akhirnya
berhasil dilakukan oleh Athelstan pada tahun 953 setelah berdamai dengan Eadred.
Gelombang serangan baru dari bangsa Skandinavia pada akhir abad ke-10 berakhir
dengan ditaklukkannya kerajaan bersatu ini oleh Sweyn Forkbeard pada tahun 1013
dan kemudian oleh putranya, Knut, pada tahun 1016. Penaklukan ini membuat Inggris
memasuki periode singkat sebagai bagian dari imperium Laut Utara yang juga terdiri
dari Denmark dan Norwegia. Namun, pada tahun 1042, Edward sang Pengaku berhasil
merebut kembali tanah Inggris.
Setelah pemerintahan Edward, pasukan Normandia, di bawah pimpinan William
sang Penakluk, berhasil menaklukkan Inggris pada tahun 1066. Bangsa Normandia ini
sendiri berasal dari Skandinavia dan telah menetap di Norman (Prancis Utara) pada
akhir abad ke-9 dan awal abad ke-10. Penaklukan ini menyebabkan jatuhnya periode
budaya berbahasa Inggris dan digantikan oleh aristokrasi baru yang berbahasa Prancis.
Perubahan ini pada akhirnya memiliki efek yang mendalam dan permanen terhadap
perkembangan bahasa Inggris kedepannya.
Wangsa Plantagenet dari Anjou mewarisi takhta Inggris, dengan Henry II yang
menjabat sebagai Raja Inggris. Pada periode ini, Inggris berhasil memperluas
kerajaannya hingga ke Prancis dan juga mewarisi takhta dari Kerajaan Prancis,
termasuk Aquitaine. Inggris memerintah Prancis selama tiga abad lamanya, di bawah
pemerintahan raja-raja seperti: Richard I, Edward I, Edward III dan Henry V.  Pada
periode ini juga terjadi perubahan besar dalam bidang perdagangan dan undang-
undang, termasuk pengesahan Magna Carta, yang merupakan piagam hukum Inggris
yang digunakan untuk membatasi kekuasaan raja berdasarkan hukum dan juga
melindungi hak-hak penduduk merdeka. Monastisisme Katolik juga berkembang pada
periode ini, yang menghasilkan filsuf-filsuf serta dibangunnya universitas-universitas
seperti Universitas Oxford dan Cambridge oleh patronase kerajaan. Kerajaan Wales
diambil alih oleh Plantagenet pada abad ke-13, sedangkan Ketuanan Irlandia
dihadiahkan kepada monarki Inggris oleh Paus.
Selama abad ke-14, Plantagenet dan Wangsa Valois dari Prancis sama-sama
mengklaim sebagai pewaris sah atas Wangsa Kapet, yang menyebabkan kedua negara
tersebut terlibat konflik yang berkelanjutan dalam Perang Seratus Tahun.
[53]
 Musibah Kematian Hitam yang melanda Inggris pada tahun 1348 menewaskan
kurang lebih setengah dari total populasi Inggris pada saat itu. Dari tahun 1453-
1487, perang saudara antara dua wangsa keluarga kerajaan terjadi (Wangsa
York dan Wangsa Lancaster). Perang ini dikenal dengan sebutan Perang Mawar, yang
berakhir dengan kekalahan York dan harus merelakan takhta jatuh ke tangan Wangsa
Tudor dari Wales, yaitu penerus Lancaster. Tudor, yang dipimpin oleh Henry Tudor,
menginvasi Inggris bersama tentara-tentara Breton dan Wales. Tentara ini berhasil
memperoleh kemenangan dalam Pertempuran Bosworth dengan tewasnya raja York
terakhir Richard III.
3

C. Zaman Modern Awal

3
Selama periode Tudor, Renaisans mencapai Inggris melalui budaya Italia, yang
memperkenalkan kembali seni serta debat pendidikan dan ilmiah dari zaman
klasik. Selama periode ini, Inggris mulai mengembangkan keterampilan angkatan laut,
dan penjelajahan lautan untuk membangun koloni.
Henry VIII memisahkan diri dari persekutuan dengan Gereja Katolik, ia kemudian
mengesahkan Undang-Undang Supremasi pada tahun 1534 yang menyatakan bahwa
raja adalah kepala dari Gereja Inggris. Berbeda dengan sebagian besar Protestanisme
Eropa lainnya, akar dari pemisahan Inggris dari Gereja Katolik ini lebih ke arah politis
ketimbang alasan teologis. Henry juga secara hukum menggabungkan negeri leluhurnya,
Wales, menjadi bagian dari Kerajaan Inggris dengan mengesahkan Undang-Undang
Wales 1535-1542. Ada beberapa konflik agama internal yang terjadi selama masa
pemerintahan putri Henry, Mary I dan Elizabeth I. Mary menghantarkan Inggris kembali
ke pelukan Katolik, sedangkan Elizabeth memisahkannya sekali lagi, lalu menegaskan
supremasi Gereja Inggris lebih kuat lagi dengan membentuk Anglikan.
Armada Inggris di bawah pimpinan Francis Drake berhasil mengalahkan armada
Spanyol pada periode Elizabethan. Setelah persaingan panjang dengan Spanyol, koloni
pertama Inggris di Amerika akhirnya berhasil didirikan pada 1585 oleh
penjelajah Walter Raleigh di Virginia dan menamakannya Roanoke. Pemanfaatan koloni
Roanoke ini gagal dan dikenal sebagai "koloni yang hilang", koloni ini kemudian
ditinggalkan karena kurangnya persediaan makanan. Bersama East India Company,
Inggris juga bersaing dengan Belanda dan Prancis di Timur. Struktur politik Inggris
berubah pada tahun 1603 saat Wangsa Stuart, dengan rajanya James VI dari Skotlandia,
kerajaan yang menjadi musuh lama Kerajaan Inggris, mewarisi takhta Inggris. James
kemudian menciptakan persatuan personal antara Kerajaan Inggris dan Kerajaan
Skotlandia. James menobatkan dirinya sebagai Raja Britania Raya, meskipun hal
tersebut tidak diakui oleh hukum Inggris. Di bawah pemerintahannya, Alkitab Versi Raja
James diterbitkan pada tahun 1611. Alkitab ini tidak hanya mengalahkan karya-
karya Shakespeare sebagai karya sastra terbesar dalam bahasa Inggris, tetapi juga
menjadi versi standar dari Alkitab yang paling banyak dibaca oleh umat Kristiani selama
empat ratus tahun.
Akibat posisi politik, agama dan sosial yang saling bertentangan, Perang Saudara
Inggris terjadi antara para pendukung Parlemen dan pendukung Raja Charles I, yang
masing-masingnya dikenal dengan sebutan Roundhead dan Cavalier. Perang ini adalah
bagian dari rangkaian perang berkelanjutan yang dikenal sebagai Perang Tiga Kerajaan,
yang juga melibatkan Skotlandia dan Irlandia. Pada akhirnya, parlemen berhasil
menang, Charles I kemudian dieksekusi dan pemerintahan kerajaan diganti
menjadi Persemakmuran Inggris.

4
Pemimpin pasukan Parlemen, Oliver Cromwell, menobatkan dirinya sebagai Lord
Protector pada tahun 1653. Setelah kematian Cromwell,
putranya, Richard mengundurkan diri dan tidak bersedia menjabat sebagai Lord
Protector. Kemudian, Charles II dipanggil kembali untuk menempati jabatan sebagai
Raja Inggris pada tahun 1660. Pada masa Charles II, melalui Restorasi Inggris, konstitusi
kerajaan dirombak. Konstitusi baru ini menyatakan bahwa Raja dan Parlemen harus
memerintah Inggris bersama-sama, meskipun pada kenyataannya parlemen akan
memiliki kekuasaan yang lebih nyata. Kebijakan ini disahkan dalam Undang-
Undang Deklarasi Hak 1689. Undang-undang ini juga menyatakan bahwa undang-
undang hanya bisa dibuat oleh Parlemen dan tidak bisa ditangguhkan oleh Raja, dan
Raja tidak diperkenankan memungut pajak atau menambah tentara tanpa persetujuan
dari parlemen. Dengan didirikannya Royal Society pada tahun 1660, ilmu pengetahuan
di Inggris juga mengalami perkembangan yang pesat.
Kebakaran Besar London yang terjadi pada tahun 1666 menghanguskan sebagian
besar kota London, tetapi dibangun kembali tidak lama sesudahnya. Dalam Parlemen,
dua faksi muncul sebagai kekuatan utama, yaitu Tory dan Whig. Tory merupakan
pendukung kerajaan (royalis), sedangkan Whig beraliran liberal klasik. Faksi Tory pada
awalnya mendukung James II. Namun, bersama Whig, kedua faksi ini kemudian berbalik
menggulingkan takhta James dalam Revolusi Agung pada tahun 1688. Setelah jatuhnya
takhta James, pangeran Belanda, William III, diundang untuk meneruskan takhta sebagai
Raja Inggris. Di Skotlandia, muncul gerakan-gerakan yang menamakan dirinya
sebagai Jacobites. Gerakan ini menolak kepemimpinan William dan menginginkan
takhta tetap dipegang oleh keturunan dari James II. Setelah diadakan perundingan,
Parlemen Inggris dan Parlemen Skotlandia sepakat untuk menggabungkan masing-
masing kerajaan dalam sebuah kesatuan politik bernama Kerajaan Britania Raya pada
tahun 1707. Untuk menegaskan "persatuan politik" tersebut, lembaga-lembaga seperti
hukum dan gereja nasional di masing-masing kerajaan tetap terpisah

D. Zaman Kontemporer

Di bawah Kerajaan Britania Raya yang baru terbentuk, peranan dari Royal


Society yang dikombinasikan dengan sedang berlangsungnya era Pencerahan di Inggris
dan Skotlandia menghasilkan inovasi yang berkembang pesat dalam bidang sains dan
teknologi. Perkembangan ini selanjutnya membuka jalan bagi terbentuknya Imperium
Britania. Sedangkan di dalam negeri, hal tersebut memicu munculnya Revolusi Industri,
yaitu suatu periode terjadinya perubahan besar dalam bidang sosial ekonomi dan
kebudayaan di Inggris, menghasilkan sistem pertanian, manufaktur, teknik, dan
pertambangan yang terindustrialisasi serta memelopori pembangunan jalan-jalan baru
dan jaringan kereta api untuk memfasilitasi revolusi ini. Dibukanya Kanal
Bridgewater di Inggris Utara pada tahun 1761 menghantarkan Inggris ke era kanal
Britania. Pada tahun 1825, lokomotif uap kereta penumpang permanen
pertama, Stockton and Darlington Railway, dibuka untuk umum.

5
Pada masa Revolusi Industri, banyak penduduk pedesaan di Inggris yang pindah
ke wilayah perkotaan untuk bekerja di pabrik-pabrik seperti London, Manchester,
dan Birmingham. Kota-kota ini selanjutnya dijuluki sebagai "Kota Gudang" dan "Bengkel
Dunia". Inggris berhasil mempertahankan kestabilan pemerintahannya saat Revolusi
Prancis meletus. William Pitt menjadi Perdana Menteri Britania Raya pada usia 24 tahun
saat pemerintahan George III. Saat terjadinya Perang Napoleon, Napoleon
Bonaparte berencana untuk menyerang Inggris dari tenggara. Namun rencana ini gagal.
Tentara Britania di bawah pimpinan Horatio Nelson berhasil mengalahkan Tentara
Napoleon di laut. Sedangkan di darat tentara Napoleon juga berhasil dikalahkan di
bawah pimpinan Arthur Wellesley. Perang Napoleon ini menumbuhkan konsep
"Britishness" dan identitas nasional "British", bersama dengan orang-orang Skotlandia
dan Wales
London menjadi kawasan metropolitan terbesar dan terpadat di dunia pada era
Victoria, serta juga menjadi kota perdagangan paling prestisius dalam Imperium
Britania. Pergolakan politik di dalam negeri memunculkan gerakan-gerakan
seperti Chartisme dan Suffragette menyebabkan dilakukannya reformasi legislatif dan
pemberlakuan hak pilih universal. Pergesekan kekuasaan di Eropa tengah dan timur
mengakibatkan meletusnya Perang Dunia I. Ratusan ribu tentara Inggris tewas karena
berjuang untuk Britania Raya sebagai bagian dari Blok Sekutu. Dua dekade kemudian,
dalam Perang Dunia II, Inggris sekali lagi menjadi bagian dari Blok Sekutu. Pada
akhir Perang Phoney, Winston Churchill menjadi Perdana Menteri. Berkembangnya
teknologi perang menyebabkan banyak kota yang hancur akibat serangan udara dalam
peristiwa The Blitz. Setelah perang usai, Imperium Britania menerapkan
kebijakan dekolonisasi terhadap negara-negara jajahannya. Perang juga menyebabkan
pesatnya perkembangan teknologi; automobil menjadi sarana utama transportasi
dan mesin jet yang dikembangkan oleh Frank Whittle menyebabkan inovasi perjalanan
udara menjadi lebih luas. Perusahaan-perusahaan nasional di Inggris dinasionalisasi,
dan National Health Service (NHS) didirikan pada tahun 1948. NHS Inggris menyediakan
layanan kesehatan yang didanai oleh pemerintah bagi semua warga Inggris secara gratis
sesuai kebutuhan, tetapi tetap dibayar melalui pajak umum. Dalam bidang
pemerintahan, reformasi pemerintahan daerah dilakukan pada pertengahan abad ke-20.
Sejak abad ke-20, terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran ke
Inggris, sebagian besar berasal dari bagian lain Kepulauan Britania, tetapi juga ada yang
berasal dari negara-negara Persemakmuran, terutama dari Asia Selatan. Sejak tahun
1970 juga terjadi perubahan besar dalam sektor manufaktur dan pertumbuhan sektor
industri jasa. Sebagai bagian dari Britania Raya, Inggris bergabung dengan organisasi
Masyarakat Ekonomi Eropa, yang selanjutnya menjadi Uni Eropa. Pada akhir abad ke-20,
pemerintahan daerah di Britania Raya mengalami perubahan dengan diberikannya
devolusi pada Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Namun, Inggris tetap menjadi
bagian dari yurisdiksi Britania Raya. Devolusi atau pelimpahan kekuasaan ini
mendorong terbentuknya identitas "English" dan rasa patriotisme yang lebih kuat.
Akibatnya, tidak ada devolusi yang diberikan kepada Inggris, upaya untuk menciptakan
sebuah sistem serupa dalam hal pemerintahan daerah juga ditolak dalam referendum

6
2.2 Bentuk Negara dan Pemerintahan Inggris

Anda mungkin juga menyukai